Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OTITIS EKSTERNA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh:
Alfiani Rosyida Arisanti
209.121.0013
Pembimbing:
dr. Dian Suprodjo, Sp.THT-KL.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahNya kepada penyusun sehingga Referat Laboratorium Ilmu Kesehatan Hidung-TelingaTenggorok yang berjudul Otitis Eksterna ini dapat terselesaikan sesuai rencana yang
diharapkan.
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya
serta guna menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan penyakit pada telinga
khususnya Otitis Eksterna. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pembimbing kami,
dr. Dian Suprodjo, Sp.THT-KL. atas segenap waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan
kepada kami selama proses pembuatan referat ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan referat ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan
kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini. Atas saran
dan kritik dosen dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga referat ini bermanfaat bagi dosen, penyusun, pembaca serta rekan-rekan lain yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar .................................................................................................1
Daftar Isi ..........................................................................................................2
BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang ...........................................................................................3
Rumusan Masalah ......................................................................................4
Tujuan ........................................................................................................4
Manfaat ......................................................................................................4
BAB II : Tinjauan Pustaka
Otitis Eksterna
Definisi ..................................................................................................5
Epidemiologi .........................................................................................5
Etiologi dan Faktor Resiko ....................................................................5
Patofisiologi ..........................................................................................6
Tanda dan Gejala ...................................................................................7
Klasifikasi..............................................................................................8
Diagnosis .............................................................................................12
Penatalaksanaan ..................................................................................12
Komplikasi ..........................................................................................14
Prognosis .............................................................................................15
BAB III : Penutup ..........................................................................................16
Daftar Pustaka .................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi dan klasifikasi dari penyakit otitis eksterna
1.3.2. Mengetahui mekanisme terjadinya penyakit otitis eksterna
1.3.3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit otitis eksterna
1.3.4. Mengetahui cara penegakan diagnosa pada penyakit otitis eksterna
1.3.5. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit otitis eksterna
1.3.6. Mengetahui prognosis dan komplikasi penyakit otitis eksterna
1.4. Manfaat
Referat ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum tentang
penyakit otitis eksterna sehingga dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan
dalam penegakan diagnosa maupun penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan
baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62%) otitis
eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini
sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklimiklim sejuk dan kering. 1
Otitis eksterna dapat ditemukan pada semua kelompok umur, tetapi dalam
suatu penelitian selama periode November 2012 - Januari 2013 di Poliklinik THT
BLU Prof Dr.R.D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri dari
kelompok usia 0-12 tahun enam orang (30%), 13-17 tahun dua orang (10%), 1859 tahun 10 orang (50%), 60 tahun dua orang (10%).
14
oleh Palandeng di Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
(2011) yang mendapatkan pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki,
dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185 laki-laki (42,04%).8
rambut yang bisa membuat iritasi yang memungkinkan bakteri dan jamur
untuk masuk.
Kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau
pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman
atau jamur.
Kanal telinga sempit
Infeksi telinga tengah
Diabetes.
2.4.Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari membrana timpani melalui MAE. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar membrana timpani. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada MAE.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam MAE
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
MAE merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.3
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan atau nanah
yang bisa menumpuk dalam MAE sehingga hantaran suara akan terhalang dan
terjadilah penurunan pendengaran.3 Infeksi pada MAE dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal. 1
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
- Kulit MAE beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
- Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Rasa penuh pada telinga: keluhan umum pada tahap awal otitis eksterna
difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akut.
Penurunan pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
2.6.Klasifikasi
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 13
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit MAE hiperemis dan eksudat, MAE menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : MAE sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat.
3. Otitis Eksterna Komplikasi : Pina atau periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit MAE atau pina menebal, keriput, eritema.
bakteri
gram
positif
Staphylococcus
aureus
dan
aerogenes. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri Streptococci dan Proteus
vulgaris. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis. 3,6
Gejalanya
sama
dengan
gejala
otitis
eksterna
10
3. Inflamasi kronik
Pada tahap ini, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa.
Kulit MAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan
concha sering menunjukkan perubahan sekunder, seperti
eksematisasi, likenifikasi, dan ulserasi dangkal.4
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerah tersebut. Penyebab tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 8
dengan baik, iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media, trauma berulang,
adanya benda asing, dan penggunaan cetakan alat bantu dengar dapat
menyebabkan radang kronik. Pengobatannya memerlukan operasi rekostruksi
liang telinga. 8,12
11
2.7.Diagnosis
Anamnesis
Rasa gatal yang berlanjut menjadi nyeri telinga/otalgia yang sangat dan
terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (misalnya pada folikulitis
atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik,
nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung
pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pemeriksaan Fisik
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dan MAE
penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
Nyeri tekan tragus (+), discharge purulen, eczema dari daun telinga
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya,
termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang
mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf
kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII
(hypoglossal) dapat terpengaruh.
Pemeriksaan Penunjang :
2.8.Penatalaksanaan
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.6,8
12
hidrokortison),
Coli-Mycin
(kolistin,
neomisin,
hidrokortison),
13
1,2,8
2.9.Komplikasi
Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma atau
radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan
kartilago telinga luar. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan
kenyal, diikuti pembengkakan general dan membentuk abses subperikondrial
dengan pus terkumpul di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.
Infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya
terjadi pada orang tua dengan diabetes mellitus. Pada penderita DM, pH serumen
lebih tinggi dibanding non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita DM lebih
mudah mengalami OE. Akibat faktor immunocompromize dan mikroangiopati,
OE berlanjut menjadi OE malignan.8 Pada OE malignan peradangan meluas
secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya.
Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan
tulang temporal.8 Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal pada MAE diikuti oleh
nyeri hebat, sekret banyak dan pembengkakan MAE. Rasa nyeri semakin hebat,
MAE tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi yang tumbuh cepat. Saraf fasial
dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial. 13
Selulitis
Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi
umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka
terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit.
14
2.10 Prognosis
Otitis eksterna dapat diobati dan biasanya sembuh dengan cepat dengan
pengobatan yang tepat serta dapat menghindari faktor pencetusnya. Umumnya
prognosisnya baik (dubia ad bonam). Paling sering, OE dapat dengan mudah
diobati menggunakan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis mungkin
memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki
komplikasi jangka panjang atau serius.
10
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik.
15
BAB III
PENUTUP
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
timbulnya otitis eksterna antara lain perubahan pH yang biasanya normal atau sam
menjadi basa, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma lokal ringan
ketika mengorek telinga. Otitis eksterna dapat menyebar ke pina, periaurikular,
atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada otitis
eksterna furunkulosis melibatkan liang telinga sepertiga luar. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,
pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep
Ichthyol
(Ichthammol)
pada
Otitis
Eksterna
Akut.
Available
from
:
www.usudigitallibrary.com. Accessed: 14 September 2012
2.
Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13.
Jakarta: Binarupa Aksara.
3.
Kartika,
Henny.
2008.
Otitis
Eksterna.
Availble
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed: 14 September 2012
4.
Carr,
MM.
2000.
Otitis
Eksterna.
Available
from
:
http://www.
icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed: 14 September 2012
5.
Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.
6.
Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. 2008. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI.
7.
Kotton,
C.
2004.
Otitis
Eksterna.
Available
from
:
http:sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed: 14 September 2012
8.
Sosialisman, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
9.
Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.
Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id. Accessed: 14 September 2012
10. Stppler
M.
Swimmers
Ear
Infection.
Available
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.html. Accessed: 14 September 2012
from
at:
11. Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen D Meyers,
MD, MBA. Updated: Jan 22, 2013, http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.
( diakses tanggal 30 Oktober 2013 )
12. Boies RL. Penyakit Telinga Luar. Dalam : Boies, Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta., 1997: 78 - 87.
13. Bailey, Byron J.; Johnson, Jonas T.; Newlands, Shawn D.: Head and Neck Surgery
Otolaryngology. Vol 1, 4th edition, Philadephia ; J.B. Lippicont Company, 2006: 1542 - 55.
14. Palandeng RW. Otitis eksterna di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode januari 2011- Desember 2011 [skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2012.
15. Surbakti R. Uji Coba Banding Klinik Pemakaian Larutan Burrowi Saring (Aluminium
Acetate Solution) dan Tetes Telinga Campuran Antibiotika (Framycetine, Gramicidin) dan
Steroid Pada Otitis Eksterna Akut, Tesis, FK.USU/ RS. H. Adam Malik Medan, 1996: 1 - 73.
17