Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. AHMAD RIFKI TAUFIK
2. BERY WAHYUDI
6. RIDHA SUPRIANA
3. HENDRI SATRIONO
7. ZULKARNAEN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT, sang
Kholiq yang maha perkasa yang telah melimpahkan segala rahmatnya kepada kita sehingga
kita dapat menjalankan tugas ini, sebagai seseorang hamba-Nya dan sebagai seseorang
Khlifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat dan salam selalu terucapkan kepada baginda Rasul
SAW, beliau adalah revulisioner pertama yang membebaskan umatnya dari zaman kebodohan
menuju jalan yang lurus atau kemerdekaan
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu/Bapak Dosen yang telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami sehingga makalah ini mampu kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Sebagai seseorang manusia yang selalu identik dengan kesalahan nya dan sifat khilaf
yang di milikinya, kami sadar makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna kepada kami secara khususnya dan pembaca
secara umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Tujuan .......................................................................................................
BAB II. KONSEP TEORI
A. Pengertian .................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi .....................................................................................
C. Etiologi ......................................................................................................
D. Klasifikasi Kejang .....................................................................................
E. Patofisiologi ..............................................................................................
F. Manifestasi Klinis .....................................................................................
G. Komplikasi ................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................
I. Penatalaksanaan ........................................................................................
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................
C. Intervensi ...................................................................................................
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang
merupakan
perubahan
fungsi
otak
mendadak
dan
sementara
sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini agar supaya mahasiswa/i mampu
memahami tentang "Kejang" dan dapat menerapkan asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan "Kejang".
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar Kejang
b. Mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan Kejang
dengan benar dan bertanggung jawab
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. (betz & Sowden,2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari
semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak
(Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Bagian-bagian otak :
a. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di bawah
sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler hipotalamus terbagi
dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior thalamus
berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom juga bekerja dengan
hipofisis
untuk
mempertahankan
keeimbangan
cairan,
mempertahankan
lapar dan mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respon emosional.
b. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas
primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua impuls
memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
c. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang berlawanan
dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini bertugas mengirim impuls
nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek serebri.
d. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormonhormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis merupakan
bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa.
e. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik tersebut akan
menghambat nafsu makan.
f. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen yang
terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan keempat
hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain
2. Fisiologi
a. Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
b. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh pelepasan
prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin kedalam
hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja
langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin.b.
Pengaturan Suhu Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi
makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal.
Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan
air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas
menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai
dengan suhu dank arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal
yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu
yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)
C. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan
gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sebagian kejang merupakan
idiopatuk (tidak diketahui etiologinya)
1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasit
Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obatKelainan yang diturunkan:
Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5
D. Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik.
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak
atau kernikterus.
2. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 13
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya
tidakdiikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri
akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai
reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas
dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang
Tebing,1997)
E. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energy
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glaukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan
fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah
glukosa
yang
melalui
proses
oksidasi
dipecah
menjadi
CO2
dan
air.
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang
disebut
potensial
membrane
dari
sel
neuron.
Untuk
menjaga
keseimbangan
potensialmembrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C sedangkan
pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
padakejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah
yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
(FKUI, 2007)
F. Manifestasi Klinik
1. Kejang parsial (fokal, lokal)
a. Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah atau salah satu sisi.
b. Parsial kompleks
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan-keduatn sinkrondari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
d. Kejang atonik
G. Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua,
sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak
mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun
epiksi. Epilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil
kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 4 anak kejang demam dapat
menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang
di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu
antara 95 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy.
Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam
berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali.
Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika :
a. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi
b. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit
c. Ada faktor turunan dari ayah ibunya
Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
dari factor :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam
c. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin
muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami
kejang berulang.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
I.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak.
Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan di lakukan selain
point-point di atas adalah sebagai berikut:
-
Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika
terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infuse
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja
yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan
kesehatan atau orang lain
Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter atau kontraksi
otot ataupun sekelompok otot
b. Sirkulasi
Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis
Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
c. Eliminasi
Gejala : inkontinensia episodicTanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan
kandung kemih tonus spingfer
postikal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urin atau
Fekal)
d. Makanan dan Cairan
Gejala : sensivitas terhadap makanan , mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang
Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang)
e. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku
distraksi atau gelisah
f. Pernafasan
Gejala : iktal, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat
peningkatan sekresi mucus
g. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur
Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi)
3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan dengan kejang
4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang
5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi
C. Intervensi
No
1.
Diagnosa Kep
Hipertermi
Intervensi
Rasional
a. Dapat
berhubungan
dengan
peradangan
membantu
mengurangi demam
proses
akan
dapat
membantu
menurunkan demam
c. Istirahat yang baik akan
c. Anjurkan
klien
istirahat
dengan tirah
d. Anjurkan
klien
memudahkan
menyerap keringat
e. Ciptakan
suasana
yang e. Suhu
ruangan
diubah
mempertahankan
sirkulasi
harus
untuk
suhu
untuk
mengurangi
dengan
demam
aksi
pada
f. Kolaborasi pemberian obat
anti
mikroba,
dan
antipiretik
pemberian
cairan
perenteral
sentralnya
hipotalamus,
meskipun
demam
membatasi
pertumbuhan
organisme
dan
meningkatkan
Devisit
volume
cairan berhubungan
dengan
a. Peningkatan
suhu
memanjangnya
output
atau
demam
meningkatnya
laju
berlebihan
(dehidrasi)
turgor
kelembapan
langsung
keadekuatan
voleme
cairan,
dan lidah)
meskipun
kering karena
d. memberikan
masukan
dan
haluaran
ini
tentang
d. pantau
gejala
volume
informasi
keadekuatan
cairan
dan
kebutuhan pengganti
e. pemenuhan
kebutuhan
kondisi individual
3.
Risiko
pernpasan
berhubungan dengn
miringkan kepala
gangguan
kejang
sistem
tidak
terjadi
ataupun
sumbatan
b. Agar lidah tidak tergigit
atau lidah menutup jalan
c. Longgarkan
pakaian
yang
mengikat
napas
c. Proses
inspirasi
dan
dapat
memberikan
d. Melonggarkan pernapasan
dan mencegah terjadinya
aspirasi
e. Diharapkan
e. Berikan oksigen
memenuhi
dapat
kebutuhan
dapat
mempercepat
f.
Kolaborasi
dengan
proses
dokter
kejang
4.
Risiko
berhubungan
dengan kejang
membantu
sudip lidah
dapat
menurunkan
injuri
b. melindungi
ini
klien
dari
bahaya injuri
c. Agar lidah tidak tergigit
atau lidah menutup jalan
napas
anti kejang
d. Diharapkan
dapat
mempercepat
proses
bunyi
Observasi
intervensi
atau
usus.
masalah
palpasi b. Bunyi
distensi abdomen
usus
mungkin
dapathigien meningkatkan
nafsu makan
d. tindakan
ini
dapat
meningkatkan
d. Berikan
porsi
kecil
tapi
sering
masukan
meskipun
nafsu
makan
mungkin
lambat
untuk
kembali
6.
Kurang
pengetahuan
a. Kaji
tingkat
pendidikan a. Mempengaruhi
klien/keluarga
terhadap
keluarga
berhubungan
dengan kurangnya
proses
penerimaan
materi pengetahuan
b. Kaji
tingkat
pengetahuan b. Menentukan
keluarga/klien
intervensi
informasi
pilihan
yang
tepat
dalam penyampaian
c. Lakukan
kesehatan
pendidikan c. Memberikan
tentang
kejang
yang
informasi
adekuat,
klien
d. Beri
kesempatan
untuk bertanya
intervensi
berhasil
dilakukan
e. Libatkan
keluarga
dalam e. Masalah
kesehatan
kesehatan
pada
melibatkan
anak
peranan
orangtua mempersiapkan
perawatan
dirumah
klien
ketika
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. (betz & Sowden,2002)
Kejang demam disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.