Вы находитесь на странице: 1из 22

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


"ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN KEJANG"

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. AHMAD RIFKI TAUFIK

5. NUNUNG SINTA RAHAYU

2. BERY WAHYUDI

6. RIDHA SUPRIANA

3. HENDRI SATRIONO

7. ZULKARNAEN

4. MAEDA LOLA YULIANI

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN


PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AKADEMIK
2014/2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT, sang
Kholiq yang maha perkasa yang telah melimpahkan segala rahmatnya kepada kita sehingga
kita dapat menjalankan tugas ini, sebagai seseorang hamba-Nya dan sebagai seseorang
Khlifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat dan salam selalu terucapkan kepada baginda Rasul
SAW, beliau adalah revulisioner pertama yang membebaskan umatnya dari zaman kebodohan
menuju jalan yang lurus atau kemerdekaan
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu/Bapak Dosen yang telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami sehingga makalah ini mampu kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Sebagai seseorang manusia yang selalu identik dengan kesalahan nya dan sifat khilaf
yang di milikinya, kami sadar makalah ini masi jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan

makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna kepada kami secara khususnya dan pembaca
secara umumnya.

Sakra, 3 November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Tujuan .......................................................................................................
BAB II. KONSEP TEORI
A. Pengertian .................................................................................................
B. Anatomi Fisiologi .....................................................................................
C. Etiologi ......................................................................................................
D. Klasifikasi Kejang .....................................................................................
E. Patofisiologi ..............................................................................................
F. Manifestasi Klinis .....................................................................................
G. Komplikasi ................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................
I. Penatalaksanaan ........................................................................................
BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................
C. Intervensi ...................................................................................................
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang

merupakan

perubahan

fungsi

otak

mendadak

dan

sementara

sebagai

mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penyusunan makalah ini agar supaya mahasiswa/i mampu
memahami tentang "Kejang" dan dapat menerapkan asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan "Kejang".
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar Kejang
b. Mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan Kejang
dengan benar dan bertanggung jawab

BAB II
KONSEP TEORI

A. Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. (betz & Sowden,2002)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga
disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari
semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak
(Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Bagian-bagian otak :
a. Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yang terletak di bawah
sulkus hipotalamik dan di depan nucleus interpundenkuler hipotalamus terbagi
dalam berbagai inti dan daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior thalamus
berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom juga bekerja dengan
hipofisis

untuk

mempertahankan

keeimbangan

cairan,

mempertahankan

pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan


mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis, juga sebagai pusat

lapar dan mengontrol berat badan, sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respon emosional.
b. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas
primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua impuls
memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
c. Traktus Spinotalamus (serabut-serabut segera menyilang kesisi yang berlawanan
dan masuk ke medulla spinulis dan naik). Bagian ini bertugas mengirim impuls
nyeri dan temperatur ke talamus dan kortek serebri.
d. Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar karena sejumlah
hormonhormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Hipofisis merupakan
bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang dewasa.
e. Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatas titik tersebut akan
menghambat nafsu makan.
f. Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentang mekanisme aferen yang
terlibat dalam pengaturan masukan makanan telah diajukan, dan keempat
hipotesis itu tidak ada hubunganya satu dengan yang lain

2. Fisiologi
a. Hipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu tubuh dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh
b. Pirogen Endogen
Demam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan oleh pelepasan
prostaglandin lokal di hipotalamus. Penyuntikan prostaglandin kedalam
hipotalamus menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin bekerja
langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat sintesis prostaglandin.b.
Pengaturan Suhu Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi
makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam metabolisme basal.
Panas dikeluarkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan
air disaluran nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran panas
menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi kimia bervariasi sesuai
dengan suhu dank arena sistem enzim dalam tubuh memiliki rentang suhu normal
yang sempit agar berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu
yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)

C. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor otak , truma, bekuan
darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit dan gejala putus alcohol dan
gangguan metabolic, uremia, overhidrasi, toksik subcutan, sebagian kejang merupakan
idiopatuk (tidak diketahui etiologinya)
1. Intrakranial
Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik
Trauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri virus dan parasit
Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri
2. Ekstra cranial
Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obatKelainan yang diturunkan:
Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan asam amino
3. Idiopatik
Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5

D. Klasifikasi Kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang
mioklonik.
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.
Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai
deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak
atau kernikterus.

2. Kejang Klonik
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan
multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 13
detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya
tidakdiikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri
akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat
anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai
reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas
dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.(Lumbang
Tebing,1997)

E. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energy
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glaukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan
fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah

glukosa

yang

melalui

proses

oksidasi

dipecah

menjadi

CO2

dan

air.

Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi
dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang
disebut

potensial

membrane

dari

sel

neuron.

Untuk

menjaga

keseimbangan

potensialmembrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat
pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C sedangkan
pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering
terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung
singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
padakejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat.
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah
yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
(FKUI, 2007)

F. Manifestasi Klinik
1. Kejang parsial (fokal, lokal)
a. Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :

Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah atau salah satu sisi.

Tanda atau gejala otonomik : muntah,berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa


seakan air jatuh dari udara, parestesia.

Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

Kejang tubuh : umumnya gerakan setipa kejang sama

b. Parsial kompleks

Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial


simpleks

Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap ngecapkan


bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada tangan dan
gerakan tangan lainnya.

Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)


a. Kejang absens

Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15


detik

Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

b. Kejang mioklonik

Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak

Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan-keduatn sinkrondari bahu, leher, lengan atas dan kaki.

Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok

Kehilangan kesadaran hanya sesaat

c. Kejang tonik klonik

Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit

Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih

Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.

Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

d. Kejang atonik

Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata


turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah

Singkat dan terjadi tanpa peringatan

G. Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat sangat pada orang tua,
sebagian kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak
mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun
epiksi. Epilepsy pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil
kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 4 anak kejang demam dapat
menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang
di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu
antara 95 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan epilepsy.
Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam
berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam kembali.
Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali resiko
terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika :
a. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi
b. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit
c. Ada faktor turunan dari ayah ibunya

Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
dari factor :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam
c. kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin
muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami
kejang berulang.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. GDA
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

I.

Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak.

Beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut :


a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianak seperti sendok atau\
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan nafas
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang
d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak memerlukan penanganan
khusus
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera di bawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk di bawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir ( jika < 10 menit ), anak perlu di bawa menemui dokter
untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kakakuan leher, muntah-muntah
yang berat,atau anak terus tampak lemas.

Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan di lakukan selain
point-point di atas adalah sebagai berikut:
-

Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

Pemberian diazepam 0.5 mg / kg berat badan per rectal (melalui) atau jika
terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infuse

Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan

Jika kejang masih berlanjut :


-

Pemberian diazepam 0.2 mg / kg per infuse diulangi. Jika belum terpasang


selang infuse 0.5 mg / kg per rectal

Pengawasan tanda tanda depresi pernapasan

Pemberian fenobarbital 20 30 mg / kg per infuse dalam 30 menit atau


fenitoin 1540 mg / kg per infuse dalam 30 menit

Pemberian Fenitoin hendaknya di sertai dengan monitor EKG (rekam


jantung)Jika kejang masih berlajut, diperlukan penanganan lebih lanjut di
ruang perawatan intensif dengan thiopentone, dan alat bantu pernafasan

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : keletihan,kelemahan umum,keterbatasan dalam beraktivitas atau bekerja
yang di timbulkan oleh diri sendiri atau orang terdekat atau pemberi asuhan
kesehatan atau orang lain
Tanda : perubahan tonus atau kekuatan otot, gerakan involunter atau kontraksi
otot ataupun sekelompok otot
b. Sirkulasi
Gejala : Ikfal,hiperfensi,peningkatan nadi,sianosis
Postiktal : tanda-tanda fital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
c. Eliminasi
Gejala : inkontinensia episodicTanda : a. Iktal adalah peningkatan tekanan
kandung kemih tonus spingfer
postikal adalah otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urin atau
Fekal)
d. Makanan dan Cairan
Gejala : sensivitas terhadap makanan , mual atau muntah yang berhubungan
efektifitas kejang
Tanda : kerusakan jaringan atau gigi ( cidera selama kejang)
e. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri otot, atau punggung, nyeri abdominal
Tanda : tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada tonus otot, tingkah laku
distraksi atau gelisah
f. Pernafasan
Gejala : iktal, gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat
peningkatan sekresi mucus

g. Keamanan
Gejala : riwayat terjatuh atau trauma, fraktur
Tanda : trauma pada jaringan lunak atau ekimosis penurunan kekuatan atau tonus
otot secara menyeluruh.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
2. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi)
3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan dengan kejang
4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang
5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia
6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi

C. Intervensi
No
1.

Diagnosa Kep
Hipertermi

Intervensi

Rasional

a. Beri kompres hangat

a. Dapat

berhubungan
dengan
peradangan

membantu

mengurangi demam
proses

b. Beri dan anjurkan klien b. Semakin banyak minum


banyak minum

akan

dapat

membantu

menurunkan demam
c. Istirahat yang baik akan
c. Anjurkan

klien

istirahat

dengan tirah
d. Anjurkan

dapat sedikit membantu


penyembuhan

klien

untuk d. Pakaian yang tipis akan

memakai pakaian tipis dan

memudahkan

menyerap keringat

dalam dan luar tubuh

e. Ciptakan

suasana

nyaman (atur ventilasi)

yang e. Suhu

ruangan

diubah
mempertahankan

sirkulasi

harus
untuk
suhu

mendekati normalf. Awasi


suhu tubuh
f. Digunakan

untuk

mengurangi
dengan

demam

aksi

pada
f. Kolaborasi pemberian obat
anti

mikroba,

dan

antipiretik

pemberian

cairan

perenteral

sentralnya
hipotalamus,

meskipun

demam

mungkin dapat berguna


dalam

membatasi

pertumbuhan

organisme

dan

meningkatkan

autodestruksi dari sel sel


yang terinfeksi
2.

Devisit

volume

cairan berhubungan
dengan

a. Kaji perubahan tanda-tanda


vital

a. Peningkatan

suhu

memanjangnya

output

atau

demam

meningkatnya

laju

berlebihan

metabolic dan kehilangan

(dehidrasi)

cairan melalui evaporasi


b. Indikator
b. Kaji

turgor

kelembapan

langsung

keadekuatan

voleme

membrane mukosa (bibir

cairan,

dan lidah)

membran mukosa mulut


mungkin

meskipun

kering karena

napas mulut dan oksigen


tambahan
c. adanya
c. catat laporan mual atau
muntah

d. memberikan

masukan

dan

haluaran

ini

menurunkan masukan oral

tentang
d. pantau

gejala

volume

informasi
keadekuatan

cairan

dan

kebutuhan pengganti
e. pemenuhan

kebutuhan

dasar cairan, menurunkan


resiko dehidrasi
e. tekankan cairan sedikitnya
2500 ml/hari atau sesuai

kondisi individual
3.

Risiko

terjadi a. Bila terjadi kejang, tidurkan a. Diharapkan

kerusakn sel otak

pasien ditempat yang rata,

pernpasan

berhubungan dengn

miringkan kepala

gangguan

kejang

b. Pasang sudip lidah

sistem
tidak

terjadi
ataupun

sumbatan
b. Agar lidah tidak tergigit
atau lidah menutup jalan

c. Longgarkan

pakaian

yang

mengikat

napas
c. Proses

inspirasi

dan

ekspirasi dapat maksimal


dan

dapat

memberikan

rasa nyaman pada pasien


d. Isap lendir sesuai indikasi

d. Melonggarkan pernapasan
dan mencegah terjadinya
aspirasi
e. Diharapkan

e. Berikan oksigen

memenuhi

dapat
kebutuhan

oksigen diseluruh jaringan


f. Diharapkan

dapat

mempercepat
f.

Kolaborasi

dengan

proses

dokter

penyembuhan dan juga

untuk pemberian obat anti

dengan memantau efek

kejang

samping secara dini jika


timbul efek
Samping

4.

Risiko

injuri a. Hindarkan anak dari benda- a. Tindakan

berhubungan
dengan kejang

benda yang membahayakan


b. Gunakan alat pengaman

membantu

sudip lidah

dapat

menurunkan

injuri
b. melindungi

c. Bila terjadi kejang, pasang

ini

klien

dari

bahaya injuri
c. Agar lidah tidak tergigit
atau lidah menutup jalan

d. Kolaborasi pemberian obat

napas

anti kejang

d. Diharapkan

dapat

mempercepat

proses

penyembuhan dan juga


dengan memantau efek
samping secara dini jika
timbul efek samping
5.

Risiko kekurangan a. Identifikasi faktor penyebab a. Pilihan


nutrisi
berhubungan
dengan anoreksia

mual atau muntah


b. Auskultasi

tergantung pada penyebab

bunyi

Observasi

intervensi

atau

usus.

masalah

palpasi b. Bunyi

distensi abdomen

usus

mungkin

menurun atau tidak ada


bila proses infeksi berat
atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara
c. Kondisi mulut yang baik

c. Pertahankan atau tingkatkan


oral

dapathigien meningkatkan
nafsu makan
d. tindakan

ini

dapat

meningkatkan
d. Berikan

porsi

kecil

tapi

sering

masukan

meskipun

nafsu

makan

mungkin

lambat

untuk

kembali
6.

Kurang
pengetahuan

a. Kaji

tingkat

pendidikan a. Mempengaruhi

klien/keluarga

terhadap

keluarga
berhubungan
dengan kurangnya

proses

penerimaan

materi pengetahuan
b. Kaji

tingkat

pengetahuan b. Menentukan

keluarga/klien

intervensi

informasi

pilihan
yang

tepat

dalam penyampaian
c. Lakukan
kesehatan

pendidikan c. Memberikan
tentang

kejang

demam pada keluarga klien

yang

informasi
adekuat,

meningkatkan peran serta


keluarga dalam perawatan

klien
d. Beri

kesempatan

keluarga d. Mengetahui sejauh mana

untuk bertanya

intervensi

berhasil

dilakukan
e. Libatkan

keluarga

dalam e. Masalah

setiap tindakan pada klien

kesehatan

kesehatan
pada

melibatkan

anak
peranan

orangtua mempersiapkan
perawatan
dirumah

klien

ketika

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. (betz & Sowden,2002)
Kejang demam disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak
pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan
perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Вам также может понравиться