Вы находитесь на странице: 1из 25

TUGAS MATA KULIAH

EKSPLORASI PANAS BUMI


ARTIKEL TENTANG GEOTHERMAL

Nama

: Dhanny Hari Ritaufik

NIM

: 11.0511

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2013

GEOTHERMAL

Pengertian Geothermal
Geothermal berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu geo yang berarti
bumi dan thermal yang artinya panas, berarti Geothermal adalah panas yang berasal dari
dalam bumi. Proses terbentuknya energi panas bumi sangat berkaitan dengan teori tektonik
lempeng yaitu teori yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi
seperti gempa bumi, terbentuknya pegunungan, lipatan, palung, dan juga proses vulkanisme
yaitu proses yang berkaitan langsung dengan geothermal. Berdasarkan penelitian gelombang
seismik, para peneliti kebumian dapat mengetahui struktur bumi dari luar sampai ke dalam,
yaitu kerak pada bagian luar, mantel , dan inti pada bagian paling dalam. Semakin ke dalam
bumi (inti bumi), tekanan dan temperature akan meningkat. Untuk kita ketahui, Temperature
pada inti bumi berkisar 4200 C. Panas yang terdapat pada inti bumi akan ditransfer ke
batuan yang berada di bagian mantel dan kerak bumi. Batuan yang memiliki titik lebur lebih
rendah dari temperature yang diterima dari inti bumi akan meleleh dan lelehan dari batuan
tersebutlah yang kita kenal dengan magma. Magma memiliki densitas yang lebih rendah dari
batuan, otomatis batuan yang telah menjadi magma tadi akan mengalir ke permukaan bumi.
Jika magma sampai ke permukaan maka magma tersebut berubah nama dengan sebutan lava
(contoh lava yang sering kita lihat jika terjadi erupsi (letusan) gunung api.
Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam
bumi. Energi panas bumi iniberasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak
planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan
bumi. Energi ini telah dipergunakan untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau
air) sejak peradaban Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi
listrik. Sekitar 10 GigaWatt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh
dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya
pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.
Pangeran Piero Ginori Conti mencoba generator panas bumi pertama pada 4 July
1904 di area panas bumi Larderello di Italia. Grup area sumber panas bumi terbesar di dunia,
disebut The Geyser, berada di California, Amerika Serikat. Pada tahun 2004, lima negara (El
Salvador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika) telah menggunakan panas bumi untuk
menghasilkan lebih dari 15% kebutuhan listriknya.
Hubungan antara Geothermal dan Energi Panas Bumi.
Secara singkat geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi.
Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas
bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat
diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di
dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan.Bahkan jauh lebih

dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma.
Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang
dilakukan pada sumur produksi minyakbumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang
terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan
untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam
reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap.
Menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas bumi, geothermal adalah
sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi
mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju kepermukaan yang manifestasinya dapat
berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

Struktur lapisan bumi

Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kerak bumi (crush),
selimut (mantle), dan inti bumi (core). Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100oC.
Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.

Selimut bumi memiliki tebal mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu
di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC. Inti bumi terdiri dari material cair yang
terdapat pada kedalaman 2900-5200 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang
suhunya mencapai 4.500 oC. Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut
bumi temperatur naik sebesar 25 30C. Atau setiap kedalaman bertambah 100 meter
temperatur naik sekitar 2,5 sampai 3C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batuan
akan makin tinggi.Bila suhu di permukaan bumi adalah 27C maka untuk kedalaman 100
meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5C. Pertambahan panas ini disebut gradien geothermal.
Di dalam kulit bumi, ada kalanya aliran air berada dekat dengan batu-batuan panas
yang temperaturnya bisa mencapai 148C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena
tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tersebut keluar ke permukaan bumi melalui
celah atau retakan di kulit bumi, maka akan timbul air panas yang biasa disebut dengan hot
spring. Air panas alam (hot spring) ini biasa dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak
pula yang sekaligus dijadikan tempat wisata.
Apabila air panas alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur atau retakan,
maka semburan akan keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas
(steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber
pembangkit tenaga listrik. Agar energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik,
tentunya diperlukan sebuah sistem pembangkitan listrik (power plants). Apabila air panas
alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur atau retakan, maka semburan akan
keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas (steam). Air panas dan
steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar
energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan sebuah sistem
pembangkitan listrik (power plants). Teknologi yang digunakan dalam pembangkit listrik ini
adalah Dry Steam Power plant, Flash Steam Power plant, dan Bynary-cycle Power Plant.
Pada prinsipnya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sama dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP). Yang membedakannya adalah pada PLTU uap dibuat
dipermukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas
bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara
umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas
bumi, yaitu terdiri dari generator, heat exchanger, chiller, pompa, dsb.
Seperti halnya pencarian bahan tambang yang lain, untuk sampai kepada tahap
produksi perlu dilakukan survei atau eksplorasi. Cara untuk memperoleh sumber panas bumi
adalah dengan eksplorasi yang harus dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan survei
eksplorasi sumber panas bumi adalah seperti berikut:
Survei pendahuluan dengan interpretasi dan analisa foto udara dan citra satelit
Kajian kegunungapian atau studi volkanologi
Pemetaan geologi dan strutur geologi
Survei geokimia
Survei geofisika
Pemboran eksplorasi
Faktor penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan produksi tenaga listrik dari
energi panas bumi adalah besarnya gradien geotermal serta besarnya panas yang dihasilkan.
Semakin besar gradien geotermal maka akan semakin dangkal sumur produksi yang

dibutuhkan, dan semakin tinggi temperatur yang dapat ditangkap sampai ke permukaan,
maka akan semakin mengurangi biaya produksi di permukaan.
Energi panas bumi dapat menyediakan sumber tenaga yang bersih dan terbarukan
serta dapat memberikan keuntungan yang signifikan. Emisi energi panas bumi tak
mengandung polutan kimiawi atau tak mengeluarkan limbah dan hanya mengandung
sebagian besar air yang diinjeksikan kembali kedalam bumi. Energi panas bumi adalah
sumber tenaga yang andal yang dapat mengurangi kebutuhan impor bahan bakar fosil. Panas
bumi juga dapat terbarukan karena praktis sumber panas alami dari dalam bumi tidak ada
batasnya.
Beberapa keunggulan sumber energi panas bumi adalah:
Menyediakan tenaga listrik yang andal dengan pembangkit yang tidak memakan
tempat
Terbarui dan berkesinambungan
Memberikan tenaga beban dasar yang konstan
Memberikan keuntungan ekonomi secara lokal
Dapat dikontrol secara jarak jauh
Tersedia melimpah
Nyaris tanpa polusi
Menghasilkan karbon dioksida 65 kali lebih kecil dari batubara
Faktor yang masih menghambat perkembangan industri listrik tenaga panas bumi di
Indonesia antara lain adalah mahalnya biaya eksplorasi terutama untuk pemboran eksplorasi.
Besarnya biaya pemboran eksplorasi berbanding secara eksponensial dengan kedalaman,
padahal untuk mendapatkan temperatur yang tinggi harus membor lebih dalam.
Konsekuensinya sumur eksplorasi panas bumi di Indonesia masih terlalu sedikit sehingga
tingkat ketidak-pastian keberhasilan masih tinggi. Kendala yang lain adalah investor ragu
dengan proyek di Indonesia karena beaya eksplorasi dan pengembangan harus ditanggung
dan tidak kembali sampai energi terjual kepada pelanggan.
Menurut Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM), saat ini diperkirakan
total potensi energi panas bumi Indonesia sebesar 27000 MW.Potensi ini setara dengan 40%
dari cadangan panas bumi dunia. Lokasi panas bumi di Indonesia tersebar di 252 tempat
mengikuti jalur gunung api yang membentang dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi
sampai Maluku. Dari 252 lokasi panas bumi yang ada, baru 31% yang telah dilakukan survei
secara rinci. Sehingga jumlah potensi tersebut akan berubah sesuai dengan hasil survey
Prinsip Kerja Panas Bumi
Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap berada di
dalam tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap
dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi dan apabila
pada daerah tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke permukaan, maka uap
tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai entalpi
inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin sehingga dihasilkanlah
energi listrik (tentunya ada proses-proses lain sebelum uap memutar turbin). Setelah uap
memutar turbin dan uap telah kehilangan tekanan dan entalpi maka uap tersebut akan

mengalami proses pengembunan sehingga uap akan berubah kembali menjadi air. Air hasil
pendinginan (condensattion) yang didinginkan dengan condensator akan dikumpulkan dan
akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah, sehingga volume air tanah tidak akan berkurang
secara drastis. Salah satunya Karena proses injeksi inilah kenapa energi geothermal disebut
dengan energi yang terbarukan (renewable) dan energi yang ramah lingkungan.
Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Energi panas bumi uap basah
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari
perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan
turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk
di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung
sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelumdigunakan untuk menggerakkan
Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi
yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 %
air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan
separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air
diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan
kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
2. Energi panas bumi air panas
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang
disebut brine dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral
ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan
penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan
energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah
air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas
(heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas
bumi uap panas bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar
dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya.
3.Energi panas bumi batuan panas
Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat
berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil
sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap
panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk
menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut
bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang
memerlukan biaya cukup tinggi.
Karakteristik Sumber Panas Bumi
Langkah awal dalam rangka penyiapan konservasi energi panas bumi adalah studi
sistem panas bumi itu sendiri terutama melalui pemahaman terhadap karakteristik sumber
panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem, diantaranya berkaitan dengan :
Dapur magma sebagai sumber panas bumi

Kondisi hidrologi
Manifestasi panas bumi
Reservoir
Umur (lifetime) sumber panas bumi.

Dapur magma sebagai sumber panas bumi


Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah gunungapi
mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah satu
karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur magmanya di bawah
permukaan sebagai sumber panas (heat source).
Terutama di daerah-daerah yang terletak di jalur vulkanik-magmatik, ukuran dapur
magma itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisma. Dalam perjalanannya
menuju permukaan, magma akan mengalami proses diferensiasi dan berevolusi menghasilkan
susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma yang terbentuk pada
kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh bahan-bahan kerak bumi yang kaya
akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari
kenampakan-kenampakan fisik berupa ukuran kaldera, distribusi lubang kepundan, pola
rekahan, pengangkatan topografi dan hasil erupsi gunungapi; atau melalui cara identifikasi
dengan metoda geofisika (bayangan seismik atau anomali geofisika lainnya.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam batuan-batuan
pembentuk kerak bumi; makin besar ukuran dapur magma maka semakin besar pula sumber
daya panasnya, dimana secara ekonomis menjadi ukuran jumlah energi yang dapat
dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.
Kondisi Hidrologi
Pada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisma/magmatisma masih berjalan,
dimana magma di bawah permukaan berinteraksi dengan lokasi-lokasi bersiklus basah atau
cukup persediaan air; akan terjadi pendinginan magma dan proses hidrotermal untuk
menciptakan lingkungan fasa uap-air bersuhu/bertekanan tertentu, yang memberikan peluang
terjadinya sistem panas bumi aktif.
Demikian pentingnya peranan air dalam mempertahankan kelangsungan sistem panas
bumi sehingga sangat dipengaruhi oleh siklus hidrologi, yang diyakini dapat terjaga
keseimbangannya apabila pasokan dari lingkungan tidak terhenti. Keberadaan sumbersumber air lainnya seperti air tanah, air connate, air laut/danau, es atau air hujan akan sangat
dibutuhkan sebagai pemasok kembali (recharge) air yang hilang mengingat kandungan air
dalam magma (juvenile) tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan dalam mempertahankan
proses interaksi air magma.
Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh bentang
alam lingkungan dimana terjadiya, dan berperan terutama dalam membentuk manifestasimanifestasi permukaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan sumber panas
bumi di bawah permukaan. Pada daerah berelief (topografi) rendah, manifestasi-manifestasi
panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH mendekati netral,

pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap mengandung H2S yang berpeluang
menghasilkan fluida bersifat asam; menandakan bahwa sumber fluida hidrotermal/panas
bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan. Sementara pada daerah dengan topografi tingi
(vulkanik andesitik) dimana kenampakan manifestasi berupa fumarol atau solfatara,
menggambarkan bahwa sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam; yang
memerlukan waktu dan jarak panjang untuk mencapai permukaan.
Manifestasi panas bumi
Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi-manifestasi di permukaan,
menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir telah keluar melalui
bukaan-bukaan struktur atau satuan-satuan batuan berpermeabilitas. Beberapa manifestasi
menjadi penting untuk diketahui karena dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan
suhu reservoir panas bumi, diantaranya :
a. Mata air panas, dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari rembesan
hingga menghasilkan air dan uap panas yang dapat dimanfaatkan secara langsung
(pemanas ruangan/rumah pertanian atau air mandi) atau penggerak turbin listrik; dan
yang paling penting adalah bahwa dengan menghitung/mengukur suhunya dapat
diperkirakan besaran keluaran energi panas (thermal energy output) dari reservoir di
bawah permukaan.
b. Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan kandungan
cukup silika; diendapkan ketika fluida yang jenuh silika amorf mengalami
pendinginan dari 100o ke 50oC. Endapan ini dapat digunakan sebagai indikator yang
baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175oC.
c. Travertin, adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau permukaan; ketika
air meteorik yang sedang bersirkulasi sepanjang bukaan-bukaan struktur mengalami
pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan karbonat. Biasanya terbentuk
sebagai timbunan/gundukan di sekitar mata air panas bersuhu sekitar 30o 100oC,
dapat digunakan sebagai indikator suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi
kecil yang terlalu lemah untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat
dimanfaatkan secara langsung.
d. Kawah dan endapan hidrotermal. Kedua jenis manifestasi ini erat hubungannya
dengan kegiatan erupsi hidrotermal dan merupakan indikator kuat dari keberadaan
reservoir hidrotermal aktif. Kawah dihasilkan oleh erupsi berkekuatan supersonik
karena tekanan uap panas yang berasal dari reservoir hidrotermal dalam (kedalaman
400 m, suhu 230oC) melampaui tekanan litostatik, ketika aliran uap tersebut
terhambat oleh lapisan batuan tidak permeabel (caprock). Sedangkan endapan
hidrotermal (jatuhan) dihasilkan oleh erupsi berkekuatan balistik dari reservoir
hidrotermal dangkal (kedalaman 200 m, suhu 195oC), ketika transmisi tekanan uap
panas melebihi tekanan litostatik karena tertutupnya bukaan-bukaan batuan yang
dilaluinya.

Reservoir
Reservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang mempunyai
cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida (sumber energi panas bumi) yang
terperangkap didalamnya; diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Entalpi rendah, mempunyai batas suhu <125oC dengan rapat daya spekulatif 10
MW/km2 dan konversi energi 10%.
b. Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 ? 225oC dengan rapat daya spekulatif
12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
c. Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15
MW/km2 dan konversi energi 15%.
Potensi Panas Bumi
Potensi panas bumi Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu : sumber daya dan
cadangan; yang masing-masing dibagi lagi menjadi subkelas-subkelas.
Kriteria sumber daya terdiri dari :
a. Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif dimana luas
reservoir dihitung dari data geologi yang tersedia dan rapat dayanya berdasarkan
asumsi.
b. Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar hasil survei
regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah prospek ditentukan
berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan geologi, sementara penentuan suhu
berdasarkan geotermometer.
Kriteria cadangan terdiri dari :
a. Terduga, dibuktikan oleh data pemboran landaian suhu dimana estimasi luas dan
ketebalan reservoir serta parameter fisika batuan dan fluida dilakukan berdasarkan
data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan dalam bentuk model tentatif.
b. Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana estimasi
luas dan ketebalan reservoir didasarkan pada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu
kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida dan suhu reservoir diperoleh dari
pengukuran langsung dalam sumur.
c. Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil
mengeluarkan uap/air panas, dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan
kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter
batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari data pengukuran langsung
dalam sumur dan atau laboratorium.

Umur Kegiatan (lifetime) dan Metoda estimasi Potensi Panas Bumi


Walaupun sistem panas bumi menghasilkan sumber daya energi yang selalu
terbarukan, tidak berarti akan berumur tanpa batas; dengan demikian harus ada upaya untuk
mengetahui umur (lifetime) kegiatan suatu sumber panas bumi. Penggunaan metoda K/Ar
dan Rb/Sr adalah salah satu teknik paling popular dikenal untuk penentuan umur (age dating),
yang diterapkan terhadap mineral-mineral hidrotermal tertentu dari inti (core) bor batuanbatuan terubah hidrotermal, dapat dilakukan dengan cara :
a. Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur dengan cara ini
dilakukan melalui studi banding umur relatif mineral-mineral ubahan tertentu hasil
proses hidrotermal terhadap umur batuan reservoir.
b. Analogi pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem fosil panas
bumi, terutama yang berkaitan dengan cebakan bijih hidrotermal. Dilakukan melalui
studi tentang peran bukaan struktur dalam proses hidrotermal dan pembentukan
cebakan mineral, serta perbedaan episoda pengendapan mineral-mineral ubahan/bijih,
penutupan bukaan-bukaan struktur dan pembentukan kembali bukaan/rekahan.
Estimasi terhadap potensi panas bumi dilakukan dalam rangka penentuan kualitasnya,
sehingga dapat diketahui pemanfaatannya baik sebagai sumber energi listrik maupun
pemakaian langsung dalam kaitannya dengan upaya optimalisasi produksi energi panas bumi.
Secara garis besar metoda estimasi dilakukan melalui perhitungan volumetrik dan simulasi
numerik.
Metoda estimasi volumetrik
Metoda estimasi volumetrik dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Metoda perbandingan, yaitu menye-tarakan suatu daerah panas bumi baru yang belum
diketahui potensinya dengan lapangan yang diketahui berpotensi, dimana keduanya
memiliki kemiripan kondisi geologi. Metoda ini digunakan untuk menghitung potensi
energi panas bumi dengan klasifikasi sumber daya spekulatif.
b. Model lumped parameter, didasarkan pada anggapan bahwa reservoir panas bumi
berupa bentuk kotak sehingga perhitungan volume = luas sebaran x ketebalan; dengan
syarat bahwa : (a) kandungan energi panas dalam bentuk fluida berada dalam batuan;
dan (b) kandungan massa fluida terdapat dalam resrvoir. Metoda ini digunakan untuk
menghitung potensi energi panas bumi dengan kategori sumber daya hipotesis,
cadangan terduga, mungkin dan terbukti.
c. Metoda estimasi simulasi numerik. Metoda ini terutama digunakan pada kondisi
dimana pada suatu lapangan panas bumi telah tersedia beberapa sumur eksplorasi
dengan semburan fluida panas. Data sumur dibuat simulasi, yang selanjutnya digambar
dalam sistem kisi (grid) dan bentuk tiga dimensi. Dengan metoda ini dapat dihitung
potensi cadangan terbukti dari suatu reservoir, termasuk umur, optimasi produksi dan
sistem distribusi panasnya.

Kendala-kendala yang mungkin terjadi pada tahap produksi


Saluran pipa adalah salah satu fasilitas penting untuk transport uap menuju turbin,
yang dapat mengalami kendala atau kerusakan selama menjalankan fungsinya. Penyebab
terjadinya kendala/kerusakan tersebut diantaranya adalah : kesalahan rancangan/desain,
masalah konstruksi, pengoperasian yang tidak tepat, suhu uap dan pengendapan (scaling)
bahan-bahan kimiawi tertentu (silika, kalsit atau belerang); dimana semuanya akan
berdampak kepada menurunnya daya tahan pipa tersebut. Dua faktor terakhir masing-masing
dapat menimbulkan penipisan/korosi dan penyempitan pada pipa penyalur fluida. Apabila
terjadi kendala pada jalur pipa utama transportasi dan tidak ditangani secara proporsional,
maka akan menyebabkan penurunan produktifitas eksploitasi; bahkan kemung-kinan
kehilangan secara signifikan nilai ekonomis dengan akibat penutupan operasional suatu
perusahaan pembangkit listrik.
Harga Jual Panas Bumi
Purnomo mengatakan, secara bertahap harga jual panas bumi (geotermal) akan
mencapai 5 dollar AS per kWh dalam kurun 30 tahun kontrak pembangkit listrik. Pada kurun
10 tahun pertama produksi, harga jual geotermal kemungkinan masih di atas 5 sen dollar AS
per kWh guna pengembalian investasi, namun secara bertahap akan turun menjadi 5 sen
dollar per kWh. (dikutip dari Kompas, 24 Oktober 2007)
Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng
tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat permukaan.
Pengembangan dan penyempurnaan dalam teknologi pengeboran dan ekstraksi telah
memperluas jangkauan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dari lempeng
tektonik terdekat. Efisiensi termal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi cenderung
rendah karena fluida panas bumi berada pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan
dengan uap atau air mendidih. Berdasarkan hukum termodinamika, rendahnya temperatur
membatasi efisiensi dari mesin kalor dalam mengambil energi selama menghasilkan listrik.
Sisa panas terbuang, kecuali jika bisa dimanfaatkan secara lokal dan langsung, misalnya
untuk pemanas ruangan. Efisiensi sistem tidak mempengaruhi biaya operasional seperti
pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil.
Energi panas bumi pada umumnya harus di konversikan terlebih dahulu menjadi
tenaga listrik. Uap air yang dimiliki sumur panas bumi memiliki tekanan tinggi yang di
pergunakan untuk memutar turbin generator listrik. Dalam bentuk aslinya, energi panas bumi
yang berupa uap air bertekanan tinggi, tidak mungkin di transportasikan seperti halnya BBM
atau gas. Baru setelah di konversikan menjadi tenaga listrik, bentuk energi yang seperti ini
dapat di alirkan ke tempat-tempat yang jauh melalui jaringan transmisi listrik.
Konversi ini dilaksanakan dalam pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)
dimana tenaga uap panas bumi di gunakan untuk memutar turbin generator listrik. Secara
garis besar sifat panas bumi ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu jenis dominasi uap
dan dominasi air. Agar dapat dimanfaatkan secara ekonomis, sumber panasbumi harus
memenuhi berbagai persyaratan antara lain:

Memiliki suhu yang relative tinggi (minimal 2300 )


Bertekanan uap yang cukup besar (minimal 35 atmosfir)
Mempunyai volume uap yang cukup banyak (10 ton/jam setara dengan 1000 KW listrik)
Kedalamanya tidak melebihi 2500 meter
Fluidanya tidak bersifat korosif
Lokasinya sesuai dengan kepentingan konsumen
Kekayaan alam Indonesia memang melimpah ruah, dari mulai sumber daya alam
sampai sumber daya mineral semua tersedia. Sumber daya mineral yang melimpah di negara
tercinta ini antara lain emas, tembaga, platina, nikel, timah, batu bara, migas, dan panas bumi.
Untuk mengelola panas bumi (geothermal) Pertamina telah membentuk PT Pertamina
Geothermal Energy, Desember 2006 yang lalu. Geothermal adalah salah satu kekayaan
sumber daya mineral yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satu sumber geothermal kita
yang berpotensi besar tetapi belum dieksploitasi adalah yang ada di Sarulla, dekat Tarutung,
Sumut. Sumber panas bumi Sarulla bahkan dikabarkan memiliki cadangan terbesar di dunia.
Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena energi yang
dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas polusi. Beberapa pembangkit
listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di manca negara seperti di Ameria Serikat,
Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang.
Amerika saat ini bahkan sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal
dengan nama Enhanced Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department of
Energy (DOE) dan bekerja sama dengan beberapa universitas seperti MIT, Southern
Methodist University, dan University of Utah. Proyek ini merupakan program jangka panjang
dimana pada 2050 geothermal meru-pakan sumber utama tenaga listrik Amerika Serikat.
Program EGS bertujuan untuk meningkatkan sumber daya geothermal, menciptakan
teknologi ter-baik dan ekonomis, memperpanjang life time sumur-sumur produksi, ekspansi
sumber daya, menekan harga listrik geothermal menjadi seekono-mis mungkin, dan
keunggulan lingkungan hidup. Program EGS telah mulai aktif sejak Desember 2005 yang
lalu.
Terjadinya Lumpur Panas dan Panas Bumi
Untuk memahami bagaimana panas bumi terbentuk, kita bisa analogikan bumi ini
dengan telur ayam yang direbus. Bila telur rebus tadi kita belah, maka kuning telurnya itu
dapat kita pandang sebagai perut bumi. Kemudian putih telur itulah lapisan-lapisan bumi, dan
kulitnya itu merupakan kulit bumi. Di bawah kulit bumi, yaitu lapisan atas merupakan batubatuan dan lumpur panas yang disebut magma. Magma yang keluar ke permukaan bumi
melalui gunung disebut dengan lava.
Setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan cair tersebut
naik sekitar 30 C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batu-batuan maupun lumpur
akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 270 C maka untuk kedalaman 100
meter suhu bisa mencapai sekitar 300 C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan
lumpur bisa mencapai 57-600 C. Bila kita ukur pada kedalaman 2 kilometer suhu batuan dan
lumpur bisa mencapai 1200 C atau lebih. Lebih panas dari air rebusan yang baru mendidih.

Bahkan bila lumpur ini menyembur keluar pun masih tetap panas. Hal seperti inilah yang
terjadi di Sidoarjo dan sekitarnya dimana lumpur panas masih menyembur.
Di dalam kulit bumi ada kalanya aliran air dekat sekali dengan batu-batuan panas di
mana suhu bisa mencapai 1480C. Air tersebut tidak menjadi uap (steam) karena tidak ada
kontak dengan udara. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi karena ada celah
atau terjadi retakan di kulit bumi, maka timbul air panas yang biasa disebut dengan hot
spring. Air panas alam (hot spring) ini biasa dimanfaatkan sebagai kolam air panas, dan
banyak pula yang sekaligus menjadi tempat wisata. Di Indonesia banyak juga air panas alami
yang dimanfaatkan sebagai sarana pemandian dan tempat wisata seperti Ciater, CipanasGarut, Sipoholon dan Desa Hutabarat di Tarutung, Lau Debuk-debuk di Tanah Karo, dan
beberapa tempat lainnya di penjuru tanah air.
Kadang-kadang air panas alami tersebut keluar sebagai geyser. Di Amerika sekitar
10.000 tahun yang lalu suku Indian mengguna-kan air panas alam (hot spring) untuk
memasak, di mana daerah sekitar mata air tersebut adalah daerah bebas (netral). Beberapa
sumber air panas dan geyser malah dikeramatkan suku Indian pada masa lalu seperti
California Hot Springs dan Geyser di daerah wisata Napa, Cali-fornia. Saat ini panas alam
bahkan digunakan sebagai pemanas ruangan di kala musim dingin seperti yang terdapat di
San Bernardino, Cali-fornia Selatan. Hal yang sama juga dapat kita temui di Islandia (country
of Iceland) dimana gedung-gedung dan kolam renang dipanaskan dengan air panas alam (hot
spring) yang kadang kala disebut dengan geothermal hot water.
Selain sebagai pemanas, panas bumi ternyata dapat juga mengha-silkan tenaga listrik.
Di atas telah di-sebutkan bahwa air panas alam ter-sebut bila bercampur dengan udara karena
terjadi fraktur atau retakan maka selain air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air
panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga
listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi ener-gi listrik tentu
diperlukan pembangkit (power plants).
Reservoir panas bumi biasanya diklasifi-kasikan ke dalam dua golongan yaitu yang
ber-suhu rendah (low temperature) dengan suhu <1500 C dan yang bersuhu tinggi (high
tempera-ture) dengan suhu diatas 1500C. Yang paling baik untuk digunakan sebagai sumber
pem-bangkit tenaga listrik adalah yang masuk kate-gori high temperature. Namun dengan
perkem-bangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat
digunakan asalkan suhunya melebihi 500 C.
Pembangkit (power plants) untuk pembang-kit listrik tenaga panas bumi dapat
beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122 s/d 4820 F (50 s/d 2500
C). Banding-kan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar
10220 F atau 5500 C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik geothermal.
Keuntungan lainnya ialah bersih dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih
dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara.
Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal menjadi tenaga
listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan
berbasis geothermal, yaitu terdiri dari gene-rator, turbin sebagai penggerak generator, heat
exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi
pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi

menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam
teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
1.

Dry Steam Power Plants

Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam)
lang-sung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan
listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir
melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di
Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika
Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.
2.

Flash Steam Power Plants

Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750
C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas
tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap
panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin
untuk meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan listrik. Sisa panas yang tidak
terpakai ma-suk kembali ke reservoir melalui injection well. Con-toh dari Flash Steam Power
Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field,
California, USA.

3.

Binary Cycle Power Plants (BCPP)

BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya


yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur
pro-duksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk
memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid
kemu-dian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat
exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan genera-tor
untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah
yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya
merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu ren-dah yaitu 90-1750C.
Contoh pene-rapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal
Power Plants di Casa Di-ablo geothermal field, USA. Diper-kirakan pembangkit listrik panas
bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang.
Masa Depan Listrik Panas Bumi
Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan se-makin tingginya
kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, maka panas bumi (geothermal) akan
mempunyai masa depan yang cerah. Program EGS (enhanced geothermal systems) yang
dilakukan Amerika Serikat misalnya, adalah suatu program besar-besaran untuk menjadikan
geothermal sebagai salah satu primadona pembangkit listrik pada 2050 yang akan datang.
Indonesia sendiri sebetulnya sangat ber-peluang untuk melakukan pemanfaatan geothermal sebagai pembangkit listrik, bahkan berpotensi sebagai negara pengekspor listrik bila
ditangani secara serius. Hal ini tidak berlebihan, mengingat banyaknya sumber geothermal
yang sudah siap diekploitasi di sepanjang Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Untuk
mempermudah pelaksanaannya tidak ada sa-lahnya bila kita bekerja sama dengan negara
maju asalkan kepentingan kita yang lebih dominan. Misalnya kita bekerja sama dengan US
Department of Energy (DOE) untuk men-dapat berbagai hasil riset mereka dalam EGS.
(Gilbert Hutauruk SBTI-Direktorat Umum & SDM).

Keuntungan Tenaga Panas Bumi


a. Pembangkit listrik tenaga Panas Bumi hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi
gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik
tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen
pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
b. Salah satu limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional PLTPB CGI adalah drill
cutting dari kegiatan pengeboran (drilling). Limbah drill cutting dapat dimanfaatkan
sebagai pengganti agregat halus untuk konstruksi beton ringan. Untuk itu, perusahaan
melakukan kajian guna memastikan pemanfaatan drill cutting tersebut tidak akan
merusak kualitas lingkungan. Limbah drill cutting dapat dimanfaatkan untuk saluran
drainase, blok beton, dan batako. Produk tersebut dipilih karena telah mengalami
proses solidifikasi sehingga aman lingkungan. Komposisi campuran untuk
memperoleh produk yang memenuhi SNI juga telah diupayakan.
Permasalahan dengan pembuatan PLTPB ini adalah anatar lain :
a. Panas bumi yang dapat dieksploitasi sangat jauh didalam perut bumi. Untungnya
dibeberapa negara terdapat retakan-retakan sehingga panas bumi relatif rendah.
Indonesia ternyata juga termasuk dalam daerah lingkaran gunung berapi sehingga
letak panas bumi lebih rendah dari yang lain.
b. Untuk mencapai pnas bumi yang dapat dieksploitasi diperlukan pengeboran pada suhu
tinggi dan biasanya batuan keras.
c. Air panas dari geothermal kadang kadang bisa habis karena dieksploitasi. Ada
pengalaman dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, ternyata setelah beroparasi
beberapa tahun ternyata uap air tidak ada lagi. Berdasarkan penelitian ternyata air di
perut bumi di sekitar daerah tersebut telah habis sehingga tidak bisa menghasilkan
uap. Solusi dari hal itu adalah dengan cara mengebor dan memasukkan air ke perut
bumi sehingga proses penguapan akan berlanjut lagi.

Eksplorasi Geothermal
Eksplorasi Pendahuluan (Reconnaisance Survey)
Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah
prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas
bumi dilihat dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai
geologi regional di daerah tersebut.
Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
1. Studi Literatur
2. Survei Lapangan
3. Analisa Data
4. Spekulasi Besar Sumber Daya Panas Bumi
1. Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas bumi
adalah mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survei yang pernah
dilakukan sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran mengenai
geologi regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan, fenomena vulkanik,
geologi dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan kemudian menetapkan tempattempat yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data sangat
tergantung dari kemudahan memperoleh peta dan laporan-laporan hasil survei yang telah
dilakukan sebelumnya, tetapi diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan.
2. Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokomia. Luas daerah yang
disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km2, tetapi bisa juga
hanya seluas 5-20 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari tempat-tempat dimana
terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta di tempat-tempat lain yang
telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi, citra landsat dan
penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pada tahap ini survei dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana dan
mudah dibawa.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global formasi dan jenis batua,
penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi yang terdapat di daerah tersebut
besertas karakteristiknya, mengambil sampel fluida melakukan pengukuran temperatur, pH,
dan kecepatan air.
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan sangat tergantung dari kondisi geologi
dan luas daerah yang akan diselidiki, kuantitas dan kualitas data yang telah ada serta junlah
orang ayng terlibat dalam penyelidikan. Survei lapangan reconnaisab\nce yang dilakukan
pada satu daerah biasanya 2 minggu sampai 1 bulaln, dilanjutkan dengan survei detail
selama 3-6 bulan.
Di beberapa negara waktu yang diperlukan untuk survei lapangan ada yang lebih lama.
Menurut Baldi (1990), bila kuantitas dam kualitas data yang telah ada cukup baik serta
daerah yang akan diselidiki tidak terlaullu luas, maka survei lapanganmungkin hanya
memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan. Akan tetapi, bila data yang ada sangat terbatas dan
daerah yang akan diselidiki cukup luas, maka survey lapangan dan analisis data akan
memakan waktu beberapa bulan sampai satu tahun.

3. Analisis dan Interpretasi Data


Data dari survei sebelumnya serta dari hasil survei lapangan dianalisis untuk
mendapatkan gambaran (model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah tersebut.
Dari kajian data geologi, hidrologi dan geokimia ditentukan daerah prospek, yaitu daerah
yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi. Dari hasil analisis dan
interpretasi data juga dapat diperkirakan jenis reservoir, temperatur reservoir, asal sumber air,
dan jenis batuan reservoir.
4. Spekulasi Besar Sumberdaya Panas bumi
Pada tahap ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian,
seringkali para ahli geothermal diharapkan dapat berspekulasi mengenai besarnya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur reservoir dapat
diperkirakan. Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari penyebaran manifestasi
permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara global, tetapi selama ini hanya
ditentukan dengan cara statistik (rata-rata luas prospek).
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk
dikembangkan selanjutnya apakah survey rinci pwerlu dilakukan atau tidak. Apabila tidak,
maka daerah yang diteliti ditinggalkan.
Eksplorasi Lanjut atau Rinci(Pre-Feasibility Study)
Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap pre-feasibility study atau tahap
survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.
Tujuan dari survei tersebut adalah :
Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi permukaan dan
bawah permukaan
Mengidentifikasi daerah yang diduga mengandung sumberdaya panasbumi.
Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran
batuan, struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas bumi,
hidrologi, system panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta potensi
listriknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat
yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei tergantung dari
keadaan geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei adalah sekitar 500-1000
km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100 km2.
Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis
pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya siperkirakan
mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk pembangkit listrik biasanya
luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility
study (survei lapangan, interpretasi dan analisis data, pembuatan model hingga pembuatan
laporan) diperlukan waktu sekitar satu tahun.
Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan
untuk eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai termperatur
sedang. Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya mempunyai temperatur
sedang, maka dengan pertimbangan ekonomi luas daerah yang diselidiki bisa lebih kecil dan
didaerah tersebut cukup hanya dilakukan satu jenis survey geofisika saja. Dengan demikian
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih
pendek, yaitu hanya beberapa bulan saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk
daerah panasbumi dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan dikembangkan

justru memerlukan survey yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk menghindarkan terlalu
banyaknya kegagalan pemboran.
1. Survei Geologi Lanjut/Rinci
Survei geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi
dan stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.
Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah
orang yang terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya diperlukan
sekitar 3-6 bulan.
Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar
maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam kaitannya
dengan terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan luas daerah prospek
dan sumber panasnya.
2. Survei Geokimia Lanjut
Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper
sama dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus diambil dari
semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah sekitarnya untuk
dianalisis di tampat pengambilan sampel dan atau di laboratorium. Analisis geokimia tidak
hanya dilakukan pada fluida tau gas dari manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada
daerah lainnya untuk melihat kandungan gas dan unsure-unsur tertentu yang terkadanga
dalam tanah yang terbentuk karena aktivitas hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat
manifestasi permukaan, yaitu peta yang menunjukkan lokasi serta jenis semua manifestasi
panas bumi di daerah tersebut. Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh
manifestasi panas permukaan dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistem dan
temperature reservoir, asal sumber air, karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah
permukaan.
Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang
munkin terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi tersebut
dimanfaatkan dikemudian hari.
3. Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang harus
disurvei geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan.
Dengan mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya
anomali yang disebabkan oleh sistem panas buminya dan lebih lanjut geometri prospek serta
lokasi dan bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survei geofisika, yaitu :
a. Survei resistivity
b. Survei gravity
c. Survei magnetic
d. Survei Macro Earth Quake (MEQ)
e. Survei aliran panas
f. Survei Self Potential
Pemilihan jenis survei tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang
akan diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi data.

Survei geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity
Schlumberger, gravity dan magnetic karena perlatannya mudah didapat dan biayanya murah.
Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk disurvei lebih
detail dengan metoda yang lebih mahal yaitu magnetotelluric (MT) atau Control Source
Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman yang jauh lebih dalam
dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh metode Schlumberger yang hanya mampu
untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa ratus meter saja.
4. Survei Geografi
Selain survei geologi, geokimia, dan geofisika, pada tahap ini biasanya dilakuakn
survei geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai status lahan,
distribusi kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas listrik, air, kominaksi yang tersedia,
jumlah dan kepadatan penduduk.
5. Analisis dan Interpretasi Data
Dari hasil kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau model awal
mengenai sistem panasbumi di daerah yang diselidiki, yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan target dan lokasi sumur eksplorasi serta membuat program pemboran.
Model system panasbumi harus mengikutsertakan karakteristik litologi, stratigrafi,
hidrologi, atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber panas dan temperatur dalam reservoir
serta sistem panas buminya. Model harus dibuat mulai dari permukaan hingga kedalaman 1
4 km. selain itu dari pengkajian data dapat diperkirakan besarnya potensi sumber daya
(resources), cadangan (recoverable reserve), dan potensi listrik panas bumi di daerah yang
diduga mengandung panas bumi.
Pemboran Eksplorasi
Apabila dari data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil
survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panasbumi
yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur
eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji model system panasbumi yang
dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga
mengandung energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 5 sumur eksplorasi.
Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data hasil
survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur eksplorasi umumnya
dibor hingga kedalaman 1000 3000 meter.
Menurut Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur panas
bumi lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio dari pemboran sumur panasbumi
umumnya 50 70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang dibor, ada 2 3 sumur
yang menghasilkan.
Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang
diinginkan, dilakukan pengujian sumur. Jenis jenis pengujian sumur yang dilakukan di
sumur panasbumi adalah:
Uji hilang air (water loss test)
Uji permeabilitas total (gross permeability test)
Uji panas (heating measurement)

Uji produksi (discharge/ output test)


Uji transien (transient test)

Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang lebih
persis mengenai :
a. Jenis dan sifat fluida produksi.
b. Kedalaman reservoir.
c. Jenis reservoir.
d. Temperatur reservoir.
e. Sifat batuan reservoir.
f. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala sumur.
g. Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah
perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah cukup
untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur
eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan tersebut
menarik untuk dikembangkan atau tidak.
Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas
bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk
diproduksikan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan data sumur.
Memperbaiki model sistem panas bumi.
Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi (recoverable reserve)
serta potensi listrik yang dapat dihasilkannya.
Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan kinerjanya.
Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensable gas serta
memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan scale.
Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik, untuk apa dan berapa banyak.
Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit listrik.
Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.
Perencanaan
Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut
menarik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka tahap
selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail.
Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara
rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan, sistem
pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini gambar teknik perlu
dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan valve,
perangkat pembuang kondensat dan lain-lain.

1. Pemboran Sumur Produksi, Injeksi dan Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Panas
Bumi
Untuk menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik
yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain
itu juga diperlukan sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran sumur
dapat dilakukan secara bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan PLTP.
2. Produksi Uap, Produksi Listrik dan Perawatan
Pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama adalah menjaga
kelangsungan:
Produksi uap dari sumur-sumur produksi.
Produksi listrik dari PLTP.
Distribusi listrik ke konsumen.
3. Contoh Kegiatan Eksplorasi dan Pengembangan Lapangan Panas Bumi.
a. Lapangan Panas Bumi Kamojang
Usaha pencarian panas bumi Indonesia pertama kali dilakukan di daerah
kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1962-1929, lima sumur eksplorasi
dibor sampai kedalaman 66-128 meter. Sehingga sumur KMJ-3 masih
memproduksikan uap panas kering dan dry system. Karena pada saat itu terjadi
perang, maka kegiatan pemboran tersebut dihentikan.
Pada tahun 1972, direktorat vulkanologi dan pertamina, dengan bantuan
pemerintah Perancis dan New Zeland, melakukan survey pendahuluan di seluruh
wilayah Indonesia, Kamojang mendapat prioritas untuk survei lebih rinci. Pada
bulan September 1972 ditandatangani kontrak kerjasama bilateral antara Indonesia
dan New Zeland untuk pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di daerah
tersebut. Survey geologi, geokomia, dan geofisika dilakukan pada daerah tersebut.
Area seluas 14 km2 diduga mengandung fluida panas bumi. Lima sumur eksplorasi
(KMJ6-10) kemudian dibor dengan kedalaman 535-761 meter dan menghasilkan
uap kering dengan temperatur tinggi (2400C). Uap tersebut kemudian dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik Mono Blok sebesar 0.5 MW yang dimulai beroperasi
pada 37 november 1978. Pemboren dilakukan lagi sampai desember 1982. 18 buah
sumur dibor dengan kedalaman 935-1800 m dan menghasilkan 535 ton uap per jam
Setelah menilai potensi sumur dan kualitas uap, maka disimpulkan bahwa uap
air di Kamojang dapat digunakan sebagi pembangkit listrik. Kemudian dibangun
PLTP Kamojang sebesar 30 MW dan mulai beroperasi tanggal 7 februari 1983.
Lapangan terus dikembangkan. Unit II dan mmasing-masing sebesar 55 MW milai
dioperasikan berturut-tirut tanggal 29 juli 1987 dan 13 september 1987, sehingga
daya PLTP kaojang menjadi 140.25 MW. Untuk memenuhi kebutuhan
listrik,dimanfaatkan 26 dari 47 sumur. Sejak pertengahan tahun 1988, engoperasian
Mono Blok 0.25 MW dihentikan. Hingga saat ini jumlah daya terpasang PLTP
masih sebesar 140 MW.
b. Lapangan Panas Bumi Darajat
Lapangan darajat terletak di jawa barat, sekitar 10 km dari lapangan kamojang
pengembangan lapangan darajat dimulai pada tahun 1984 dengan
ditandatanganinya kontrak operasi bersama antar pemerintah Indonesia dengan
Amoseas Ltd. Sejarahnya sebagai berikut :
1972 1975 : kegiatan eksplorsi rinci
1976 1978 : tiga sumur eksplorasi dibor, menghasilkan uap kering, temperatur
reservoir 235-247 0 C

1984
: KOB
1987 1988 : pemboran sumur produksi
Sept. 1994
: PLTP darajat (55 MW) dioperasikan
c. Lapangan Panas Bumi Dieng
Eksplorasi Dimulai tahun 1972, dilanjutkan pemboran eksplorasi pada tahun
1977. Sejarahnya yaitu :
1972
: Kegiatan eksplorasi dimulai
1977
: Sumur eksplorasi pertama di bor
1981
: Tiga sumur dibor menghasilkan fluida tiga fasa, uap-air. Temperatur
reservoar 180-320 C
14 mei 1984 : Pembangkit listrik mono blok 2 MW dioperasikan
s/d 1995 : Telah dibor 29 sumur
status
: KOB dengan Himpurna California energy
Lapangan di dieng ini menghasilkan fluida dua fasa (uap-air). Sampai akhir
1995 telah dibor sebanyak 29 sumur, akan tetapi belum diperoleh gambaran yang
baik mengenai sistem panas bumi yang terdapat di daerah ini. Selain itu, sumursumur ini berproduksi mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi, sehingga
lapangan di daerah ini belum dikembangkan.
d. Lapangan Panas Bumi Lahendong
Merupakan lapangan panas bumi yang dikembangkan diluar jawa, 9 sumur
yang terdiri dari 7 sumur eksplorasi dan 2 sumur eksploitasi telah dibor. Sumur ini
menghasilkan fluida dua fasa (uap-air) bertemperatur tinggi dengan potensi sumur
rata-rata 6 Mwe. Reservoir mempunyai temperature 280-325oC. Di lapangan ini
telah dibangun sebuah pembangkit listrik panas bumi binary geothermal powerplan
berkapasitas 2,5 MW. Pada pembangkit ini sudu-sudu turbin pembangkit binary
digerakkan oleh uap fluida organik yang dipanasi oleh fluida panas bumi melalui
mesin penukar kalor (heat exchanger). Saat ini sedang dibuat rencana
pengembangan lapangan lahendong untuk pembangunan pusat listrik panas bumi
berkapasitas 20 MW.
Resiko Eksplorasi dan Pengembangan Lapangan Panas Bumi
a. Resiko yang berkaitan dengan sumber daya, yaitu resiko yang berkaitan dengan :
b. Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang
dieksplorasi (resiko eksplorasi).
c. Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi litrik didaerah itu lebih kecil dari yang
diperkirakan atau tidak bernilai komersial (resiko eksplorasi).
d. kemungkinan jumlah sumur explorasi yg berhasil lebih sedikit dari yg diharapkan
e. kemungkinan potensi sumur (well output), baik sumur explorasi lebih kecil dari yg
diperkirakan semula (resiko eksplorasi)
f. kemungkinan jumlah sumur pengembangan yg berhasil lebih sedikit dari yg
diharapkan (resiko pengembangan)
g. kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan lapangan dan pengembangan PLTP
lebih mahal dari yg diperkirakan semula
h. kemungkinan terjadinya problem-problem teknis, seperti korosi dan scaling (resiko
teknologi) dan problem2 lingkungan
Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi / penurunan
temperatur lebih cepat dari yang diperkirakan semula (resource degradation)

Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga (market
access dan price risk)
Resiko pembangunan (construction risk)
Resiko yang berkaitan dengan perubahan management
Resiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan perubahan
kebijaksanaan pemerintahan (legal dan regulatory risk)
Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan laju
inflasi (interest daninflation risk)
Force majeure
Resiko pertama dalam proyek panas bumi (dihadapi pada waktu eksplorasi dan awal
pemboran sumur eksplorasi) adalah resiko yang berkaitan dengan kemungkinan tidak
ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi atau sumber
energi yang ditemukan tidak komersial.
Lembaga keuangan tidak akan meminjamkan dana untuk pengembangan lapangan
sebelum hasil pemboran dan pengujian sumur membuktikan bahwa di daerah tersebut
terdapat sumber energi panas bumi dengan potensi ekonomi yg menjanjikan.
Resiko masih tetap ada meskipun hasil eksplorasi telah membuktikan bahwa di daerah
tersebut terdapat sumber panas bumi. hal ini disebabkan karena masih adanya ketidakpastian
mengenai besarnya cadangan (recoverable reserve) potensi listrik dan kemampuan produksi
(well output) dr sumur-sumur yang akan dibor di masa yang akan datang.
Lembaga keuangan tdk akan meminjamkan dana untuk membiayai proyek yang
ditawarkan sampai membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat cadangan energi panas
bumi dengan potensi ekonomi yang menjanjikan.
Apabila di daerah tersbut terdapat lapangan panas bumi yang telah berhasil
dikembangkan, biasanya kepastian mengenai adanya cadangan yang memadai cukup
ditunjukan oleh adanya satu atau dua sumur yang berhasil memproduksi fluida panas bumi.
Tetapi apabila belum ada lapangan panas bumi yang dikembangkan di daerah tersebut,
setidaknya harus sudah terbukti mampu menghasilkan fluida produksi 10-30% dari total
fluida produksi yg dibutuhkan oleh PLTP.
Selain itu bank juga membutuhkan bukti bahwa penginjeksian kembali fluida kedalam
reservoir (setelah energinya digunakan untuk membangkitkan listrik) tidak menimbulkan
permasalahan baik permasalahan teknis (operasional) maupun permasalahan lingkungan.
Meskipun besar cadangan/ potensi listrik, kemampuan produksi sumur dan kapasitas
injeksi telah diketahui dengan lebih pasti, tetapi resiko masih tetap ada karena masih ada
ketidakpastian mengenai besarnya biaya yang diperlukan dari tahun ke tahun untuk
menunjang kegiatan operasional dan menjaga jumlah pasok uap ke PLTP. Hal ini dapat
menimbulkan kekhawatiran terhadap lembaga yg meminjamkan dana karena pengembalian
dana yang dipinjamkan tidak sesuai dengan keuntungan yang diproyeksikan.
Resiko yang berkaitan dengan permasalahan teknik seperti terjadinya korosi di dalam
sumur dan di dalam pipa akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan dan mungkin juga
dapat menyebabkan ditolaknya usulan perluasan lapangan untuk meningkatkan kapasitas
PLTP.
Resiko lain yang berkaitan dengan sumber daya adalah kemungkinan penurunan laju
dan temperatur fluida produksi (enthalpy), kenaikan tekanan injeksi, perubahan kandungan
kimia fluida terhadap waktu, yang mengakibatkan berkurangnya keuntungan atau bahkan
hllangnya keuntungan bila penurunan produksi teerlalu cepat. Penurunan kinerja reservoir
terhadap waktu sebenarnya, dapat diramalkan dengan cara simulasi reservoir. Hasil
peramanalan kinerja reservoir dapat dipercaya apabila model kalibrasi dengan menggunakan

data produksi yang cukup lama, tapi jika model hanya dikalibrasi dengan data produksi yang
relatif singkat maka hasil peramalan kinerja reservoir masih mengandung tingkat
ketidakpastian yang tinggi.
Di beberapa proyek masalah-masalah manajemen dan operasional yang tidak terduga
ada yang tidak terpecahkan dengan biaya tinggi. Resiko yang disebabkan oleh hal tersebut
relatif lebih sulit dinilai dibandingkan dengan resiko lain, termasuk di dalamnya
permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kelalaian manusia dan kekurangcakapan
sumber daya manusia dan manajemen.
Berbagai upaya telah dicoba untuk mengurangi resiko yang berkaitan dengan sumber
daya, di antaranya :
a. Kegiatan eksplorasi telah cukup dilakukan sebelum rencana pengembangan
lapangan dibuat.
b. Menentukan kriteria keuntungan yang jelas.
c. Memilih proyek dengan lebih hati-hati, dengan cara melihat pengalaman
pengembang sebelumnya, baik secara teknis maupun secara manajerial.
d. Mengkaji rencana pengembangan secara hati-hati sebelum menandatangani
perjanjian pendanaan.
e. Memeriksa rencana pengembangan dan menguji rencana operasi berdasarkan
skenario yang terjelek.
f. Mentaati peraturan yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan.
g. Merancang dan menerapkan program sesuai dengan tujuan dan berdasarkan jadwal
waktu pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan.
h. Melaksanakan simulasi (pemodelan) untuk meramalkan kinerja reservoir dan
sumur untuk berbagai skenario pengembangan lapangan.
i. Mengadakan pertemuan secara teratur untuk mengevaluasi pelaksanaan program
untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

http://tolulima.blogspot.com/2012/12/makalah-geothermal.html
http://dodyirwandi.blogspot.com/2012/06/makalah-eksplorasi-panas-bumi.html

Вам также может понравиться