Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.
TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan
unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan
tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur
hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and
Ellis ; 1997). Menurut Brady, kesuburan tanah adalah kemampuan tanah
untuk menyediakan unsur hara essensial dalam jumlah dan proporsi yang
seimbang untuk pertumbuhan.
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam
(kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur
remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum).
Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan
tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman
(Sutejo.M.M, 2002)
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim,
relief, organisme, atau waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam
pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi
menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar
tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh
tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian
lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan,
yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan
mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi
hanya dapat ditaksir (assessed).
Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan
biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan
(performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian
sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung
berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara
penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan
kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan
tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan
tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen
atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang
diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya
hektar) dan per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan
waktu untuk perhitungan hasilpanen, dapat dicakup akibat variasi keadaan
habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).
Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan
tanah tinggi, karena ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan
setiap kali menghasilkan hasilpanen besar. Hasil panen besar akan tetapi
hanya sekali setahun pada musim baik, menandakan kesuburan tanah tidak
tinggi, karena pada musim yang lain tanah tidak dapat ditanami. Hal ini
antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya
karena mengalami tumpat air (waterlogged), kadar garam larut air meningkat
liwat batas, tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur yang baik
(luar biasa liat atau keras sekali) dan sebagainya.
Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah
sebagai berikut :
a.
Kesuburan Fisika
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air
tanah, drainase dan porisitas tanah.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan
waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat.
Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada
tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman
makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini
disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih
cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak,
sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang
memang tersedia banyak pada tanah remah.
Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada
tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus
seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit
bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman
akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat,
sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman
dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat
Kesuburan Kimia
bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah
mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion
H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut
bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena
berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur
tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang
diserap oleh tanaman.
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah
bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari
kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa-basa
habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant yang
menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970).
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa
seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung
asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah
dapat mencapai di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium.
Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah
netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut
dalam air.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun
bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang
selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap
oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut
sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah
yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam
tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang
dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas
optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman
dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk
diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa
mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan
menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat
diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH
yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun
kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
c.
Kesuburan Biologi
Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah
(khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae),
interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi
tanah.
Tanah dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan keragaman biologi
yang tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah maksimum biomassa dari
organisme tanah pada tanah subur yang berada pada padang rumput :
Kind of organism
Abundance
(no/m2)
Biomass
(g/m2)
Bacteria
3 x 1014
300
Fungi
400
Protozoa
5 x 108
38
Nematodes
107
12
Earthworms and related forms
105
132
Mites
2 x 105
3
Springtails
5 x 104
5
Other invertebrates (snails, millipedes, etc)
2 x 103
36
From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem
Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena :
a.
b.
c.
1.
1) Kalsium
Kalsium adalah molekul bermuatan dominan positif pada hampir semua
tanah kecuali tanah-tanah yang pH-nya sangat rendah. Pada tanah dengan
pH diatas 4,8 kalsium biasanya ada dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan
tanaman. Pada tanah asam kalsium cenderung tercuci dan kalsium asli
biasanya rendah. Dalam keadaan seperti ini tanah harus dikoreksi dengan
cara menambahnya dengan kapur.
2) Magnesium
Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca yang mengalami
defisiensi pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut dan dapat
hilang karena tercuci. Bila tanah asam dikapur dengan material yang
mengandung sedikit Mg dapat mengakibatkan defisiensi pada unsur ini. Bila
pengapuran pada tanah yang sangat asam yang pH-nya di bawah 5,2 maka
penggunaan kapur yang mengandung Mg sangat tepat.
Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap tanaman. Tanaman
yang tumbuh dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin
merangsang defisiensi Mg bila Mg tanah rendah.
3) Sulfur
Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul sulfat bermuatan negatif
(SO42-). Berhubung ini adalah molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat
mungkin mudah tercuci dari tanah. Sebagian besar S namun demikian tidak
tersedia dalam bentuk anion tetapi terikat kuat dalam bentuk bahan organik.
Ketersediaan sulfur dikendalikan secara luas dalam jumlah dan laju
dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan tanah persediaan S yang
cukup bagi pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses dekomposisi dan
hujan yang jatuh. Di tanah dengan suplai sulfur sedikit, defisiensi S mungkin
bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran biasanya memerlukan S dalam
jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman tanah sering
sebagai sumber pupuk.
2.
Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan.
Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu
defisiensi unsur-unsur ini umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan ketika
tumbuhan memperlihatkan defisiensi unsur-unsur ini mereka biasanya ada
dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Namun demikian mereka tidak
tersedia bagi pertumbuhan karena kondisi yang tidak cocok, umumnya pH
tinggi. Penambahan pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi, karena
penambahan unsur hara akan dengan cepat menjadi tidak tersedia karena
kondisi tanah. Ada dua cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pertama
adalah dengan pengasaman apabila terlalu alkalin. Cara yang lain adalah
dengan menambah unsur hara dalam bentuk chelated, yaitu suatu bentuk
unsur hara yang dilengkapi bahan yang meningkatkan kelarutan unsur hara
dengan mengurangi derajat fiksasi oleh tanah mineral dan bahan organik. Di
samping itu semua unsur mikro dapat diberikan lewat daun. Cara ini efektif
untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi tidak menyelesaikan
masalah tanahnya.
Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu bentuk simpanan saja,
proses-proses alami secara periodik mengubahnya dari bentuk satu ke
bentuk yang lain. Ini adalah proses transformasi biogeokimia
berkesinambungan yang kita kenal dengan siklus unsur hara tanah. Unsur
hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan batuan asli dan
mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk bimassa terdapat dalam
jaringan makhluk hidup tumbuhan atau organisme tanah dan bentuk organik
dalam jaringan mati yang berada dalam berbagai tahap pelapukan termasuk
humsu tanah.
Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur hara sebagai ion-ion
organik sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan dan mineral
dan bahan oeganik tanah. Tumbuhan pada khususnya hanya dapat
mengambil unsur hara dalam bentuk ion-ion anorganik sederhana.
Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam bentuk bahan organik
tanah dan beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba oleh adanya sel
yang rusak. Seluruh material itu segera memulai pelapukan. Sebagian bentuk
yang tahan membentuk humus tanah yang melapuknya sangat lambat.
4.
a.
Tekstur Tanah
Tekstur tanah ditentukan oleh jumlah relatif oleh berbagai ukuran partikel
yang menyusun tanah. Partikel tanah dibagi dalam tiga kategori yaitu partikel
yang paling halus kemudian debu dan pasir. Proporsi pasir, debu dan liat
menentukan tekstur. Tekstur tanah mempunyai efek terhadap sifat fisik dan
kimia tanah. Secara umum partikel halus memiliki luas permukaan lebih
besar dibanding tekstur kasar. Permukaan partikel tanah adalah aktif secara
kimiawi. Tanah dengan tekstur halus memiliki aktivitas kimiawi lebih baik
dibanding tanah dengan tekstur kasar, dan dapat mengikat lebih banyak hara
serta lebih banyak mengikat nutrien yang menjadikannya tidak tersedia bagi
tanaman.
b.
Bahan Organik
Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah.
Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan
populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan
dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa
mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah
fungi, bakteri dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna
tanah juga berperan dalam dekomposi bahan organik antara lain yang
tergolong dalam protozoa, nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna
tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan
hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah
(Tian, G. 1997). Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan
kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan
energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber
energi. Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah
pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang
pH Tanah
pH tanah menerangkan keasaman dan kebasaan dalam sistem cair. Air terdiri
dari muatan molekul atau ion hidrogen (H+ ) dan hidroksida (OH-). Dalam air
selalu ada ion-ion yang tidak dikombinasi dalam molekul air. Jumlah air murni,
jumlah H+ dan OH- sama yang memiliki pH 7 (netral). Bila suatu sistem
memiliki kelebihan ion H+ dinamakan asam. Bila kelebihannya ion OH- maka
sistem tersebut dinamakan alkalin. pH yang ukurannya sederhana dari ion
H+ dalam sistem tetapi dipresentasikan sebagai negatif logaritma
konsentrasi H+.
Keasaman tanah penting karena menentukan kelarutan mineral tanah dan
mempengaruhi berbagai proses mikroorganisme seperti dekomposisi bahan
organik dan fiksasi nitrogen. Beberapa mineral tanah mengandung unsur
hara, dan hara ini mungkin tersedia bagi pertumbuhan tanaman bila pH-nya
dalam range yang sesuai.
B.
1.
Kapasitas Absorbsi
Kandungan Liat
tanaman, baik melalui proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh
proses difusi.
Bahan organik juga mampu mengeliminir bahan-bahan racun, terutama yang
dakibatkan oleh kation-kation mikro seperti Co (Cobalt), Cu (Cuprum/
tembaga), B (Boron), dan lain-lain; dengan membentuk ikatan khellat. Ikatan
khellat ini bersifat preventif (dari efek meracuni) dan konservatif, karena
sewaktu-waktu katio-kation logam yang terjerap dalam ikatan khelat juga
masih bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Bahkan ada yang mengatakan
bahwa terjadinya ikatan khelat ini justru meningkatkan mobilitas banyak
kation, karena ikatan ni memang bisa larut sehingga memudahkan tanaman
untuk memanfaatkannya.
Bahan organik bisa merubah sifat biologi tanah dengan meningkatkan
populasi mikroba di dalam tanah. Populasi mikroba yang meningkat (baik
jenis dan jumlahnya) menyebabkan dinamika tanah akan semakin baik dan
menjadi sehat alami. Peningkatan mikroba (khususnya fungi bermiselia
seperti micorhiza, dll) akan meningkatkan kemantapan agregasi partikelpartikel penyusun tanah. Mikroba dan miselianya, yang berupa benangbenang, akan berfungsi sebagai perajut/ perekat/glue antar partikel tanah.
Dengan demikian menyebabkan struktur tanah menjadi lebih baik karena
ketahanannya menghadapi tekanan erodibilitas (perusakan) tanah.
Kemampuan merubah sifat biologi tanah ke arah positif sehingga
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman sehingga
tanaman tumbuh sehat tanpa perlu campur tangan pupuk buatan dan
pestisida.
Bahan organik juga berperan sebagai ZPT, karena proses dekomposisi akan
menghasilkan proses akhir menjadi humus. Humus disebut juga sebagai
asam humat (humic acid) yang merupakan bahan kolloidal terpolidispersi
yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai
berat molekul relatif tinggi dan bervariatif. Asam humat banyak dikaitkan
dengan perkecambahan bji di dalam tanah, pertumbuhan bagian atas
tanaman, pemanjangan semaian muda atau pemanjangan akar dari akar
terpotong secara in vitro, karena asam humat menunjukkan pengaruh
hormonal dalam pertumbuhan. Asam humat juga berperan dalam perbaikan
tanah secara fisik, melalui mekanisme perbaikan agregasi, aerasi,
permeabilitas serta kapasitas memegang air, sehingga tanaman akan
tumbuh secara normal dan sehat.
Bahan organik merupakan salah satu bagian penyusun tanah dengan sifatsifat kolloid, dan hanya satu-satunya yang mempunyai kemampuan
mendinamisasi untuk mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.
Tanah-tanah marjinal (baik tanah mineral maupun yang dominan liatnya)
akan dapat diperbaiki sifat pejal maupun porositasnya pada tingkat yang
C.
1.
a.
c.
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat juga diketahui dari analisis
jaringan tanaman. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa
konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi
dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari
dalam tanah. Analisis tanaman umumnya dilakukan terhadap bagian-bagian
tertentu saja ataupun seluruh bagian tanaman. Interpretasi keadaan
kesuburan tanah akan lebih baik apabila kedua cara ini (analisis tanah dan
tanaman) digabungkan. Teknik analisis tanaman lebih umum dipakai untuk
tanaman umur panjang dibandingkan tanaman semusim.
Analisa tanaman didasarkan pada asumsi bahwa jumlah unsur hara yang
terdapat di dalam tanaman mempunyai hubungan dengan hara tanaman
yang terdapat dalam tanah. Dari hasil analisa tanman akan didapatkan suatu
kadar dari unsur-unsur tertentu dalam tanaman. Kadar tersebut kemungkinan
akan berada pada suatu titik yang kritis, dimana telah diperlukan tambahan
unsur tersebut melalui pupuk. Tetapi timbul pula kesukaran lain yaitu adanya
sesuatu unsur dalam tanaman yang dapat menyebarkan unsur yang lain
menjadi kritis. Misalnya unsur boron menjadi kritis dalam tanaman bila
terdapat banyak unsur kalium. Dengan demikian analisa tanaman akan
berkurang nilainya ataupun kurang meyakinkan tentang status hara yang
terdapat di dalam tanah.
Selanjutnya untuk setiap jenis tanaman berbeda pula bagian yang diambil
untuk keperluan analisa serta berbeda juga untuk waktu pengambilan contoh
keperluan analisa. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk keperluan
analisa tanaman yang diambil adalah contoh daun pada masa pembungaan
ataupun pada masa permulaan pembuahan.
Tetapi walaupun demikian analisa tanaman terutama analisa daun banyak
membantu dalam rekomendasi pemupukan untuk tanaman pepohonan yang
berakar dalam. Akar dari tanaman ini akan menyebar ke seluruh bagian
lapisan olah. Selanjutnya akar tanaman mengabsorbsi hara-hara yang
terdapat pada bagian yang lebih dalam dari tanah dan hara tersebut akan
didistribusikan ke seluruh bagian tanaman juga daun. Dengan demikian
analisa daun turut membantu analisa tanah dalam program pemupukan.
d.
jenis dan jumlah unsur hara yang diteliti (sebagian tanpa pupuk/kontrol).
Dari pertumbuhan atau produksi tanaman yang diperoleh dapat dideteksi
kekurangan dan kebutuhan akan unsur hara dari tanah dan tanaman
tersebut.
e.
Percobaan Mikrobiologi
Percobaan ini dimulai dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Winogradsky. Ia telah membuktikan bahwa ada beberapa jenis
mikroorganisme yang mempunyai kelakuan hampir sama dengan tumbuhan
tingkat tinggi. Selanjutnya mikroorganisme tersebut sensitif terhadap
kekurangan sesuatu unsur hara tertentu pada media tempat ia hidup.
Misalnya pertumbuhan dan perkembangan dari Azotobacter akan terhambat
dan terganggu bila di dalam tanah terdapat kekurangan unsur-unsur hara
tertentu terutama unsur kalsium, fosfor dan kalium. Perlu ditambahkan
bahwa setiap mikroorganisme akan sensitif terhadap unsur hara tertentu saja
sesuai dengan kebutuhannya. Jika dibandingkan dengan percobaan lain maka
metode ini jauh lebih sederhana, relatif cepat dan hanya memerlukan sedikit
tempat / ruangan dan biayanya relatif murah.
f.
Percobaan Lapangan
Analisa Tanah
tersedia saja, secara tepat. Jadi sifatnya selektif artinya tidak mengekstraksi
bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, (2) metode analisa
yang dipakai dilaboratorium harus sederhana, cepat, mudah dilaksanakan
dan memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi, (3) hasil analisis harus dapat
direproduksi. Dengan demikian larutan kimia yang dibuat harus didasarkan
pada pengetahuan yang baik tentang bentuk-bentuk kimia dari unsur hara di
dalam tanah dan tentang sifat akar tanaman dan mekaniusme pelarutan
bentuk-bentuk kimia oleh akar tanaman.
Oleh karena itu uji kimia tanah perlu dikorelasikan dengan serapan hara oleh
tanaman melalui percobaan rumah kaca (uji korelasi) dan percobaan
lapangan (uji kalibrasi). Uji korelasi dimaksudkan untuk mendapatkan
metode yang tepat untuk suatu unsur dan tanaman tertentu. Sedangkan uji
kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar
suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respons tanaman di lapangan
terhadap unsur tersebut. Dengan demikian memberikan nilai agronomik bagi
angka uji tanah tersebut. Tanpa uji kalibrasi maka angka-angka uji tanah
tidak berarti sama sekali.
Dalam studi korelasi yang perlu diperhatikan ialah :
(1) Bekerja dengan contoh-contoh tanah yang memiliki selang kadar unsur
hara yang diteliti tersebut cukup lebar.
(2) Contoh tanah sebaiknya diambil dari daerah yang diketahui respons
tanamannya, yaitu dari yang sangat respons terhadap unsur tersebut
sampai yang tidak respons. Apabila hal ini sulit dilakukan, maka dapat
ditempuh dengan cara : mengkorelasikan hasil uji tanah dengan serapan hara
ataupun dengan A-value yaitu suatu teknik radioisotop dari Fried dan Dean
(1952).
Tentang uji kalibrasi, hal yang perlu diingat ialah bahwa pengujian harus
dilakukan terhadap tiap jenis tanaman, tiap tanah dan tiap tipe iklim, dengan
teknik bercocok tanam yang sama.
Hasil uji tanah ini dipakai untuk: (1) menentukan jumlah hara yang tersedia
bagi tanaman, (2) memberi peringatan kepada petani tentang bahayabahaya yang mungkin akan terjadi pada pertanamannya, baik bahaya
defisiensi ataupun keracunan, (3) menjadi dasar penetapan dosis pupuk, dan
(4) memberikan perkiraan produksi akibat pemakaian dosis pupuk tersebut
sehingga memungkinkan dilakukannya evaluasi ekonomi, (5) membantu
pemerintah dalam menyusun kebijaksanaan antara lain dalam hal
pengadaan dan penyebaran pupuk, perencanaan wilayah, dan infrastruktur.
D.
2.
3.
Pertimbangan ekonomis
4.
5.
Pengikisan sub-soil
6.
Pencemaran lingkungan
7.
Bencana Alam
HEIA adalah sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar (secara
berlebihan). Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional yang
memang disengaja dibuat untuk input produksi. Sistem ini sangat tergantung
senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh). Dapat
berpengaruh buruh pada keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia
LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia
(tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak
secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai
dengan budaya lokal. Ciri-ciri sitem ini (a) berusaha mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai
komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia)
sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa,(b)
berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan
mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan,
tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan
efek sinergi yang luar biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan
meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator),
mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara,
khususnya melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan
E.
1.
c.
air, perbaikan status aerasi tanah dan daya tanah memegang air
Perbaikan struktur tanah tersebut antara lain terlihat:
a.
Adanya fakta bahwa kotoran cacing tanah yang mengandung sejumlah
partikel pasir atau kerikil yang lebih sedikit ketimbang tanah sekitarnya
merupakan bukti kemampuan cacing tanah dalam mencerna atau
melumatkan partikel mineral menjadi lebih kecil.
b.
Komponen pasir relatif terhadap debu dan liat pada 2 padang rumput
yang banyak dihuni cacing tanah meningkat dengan kedalaman tanah.
c.
Butiran granit pada tanah bercacing tanah menjadi lebih kecil daripada
tanah tanpa cacing tanah
Agregat adalah bentuk penyatuan butiran mineral tanah baik akibat gaya
fisik, kimiawi maupun biologis sedemikian rupa sehingga tahan terhadap
pembasah keringan, aliran permukaan atau erosi dan pemadatan serta tetap
lepas baik pada kondisi basah maupun kering. Tanah yang beragregat baik
akan beraerasi drainase baik pula sehingga berperan penting dalam
menjadikan tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman dan mikrobia tanah.
Kotoran cacing tanah mengandung agregat yang lebih stabil terhadap
pembasahan daripada agregat tanah di sekitarnya sehingga lebih
meningkatkan erodibilitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosifitas
aliran permukaan (run off). Lebih stabilnya agregat bunga tanah disebabkan
oleh:
a.
Adanya sekresi internal yang menyemen partikel tanah pada saat
melalui sistem pencernaan cacing tanah
b.
Adanya Ca humat yang disintesis dalam sistem pencernannya dari
bahan organik sedang melapuk lewat aktifitas kelenjar kalsiferus penghasil
kalsium.
c.
3.
Negara
Habitat
Bunga tanah (ton/ha)
Jerman
Kebun
Padang rumput
Padang rumput
Hutan beeckwood
Tanah lempung
Tanah pasir
91,6
91,4
5-7,5
6,8
5,2
5,8
Inggris
Padang rumput tua
Padang rumput tua
Padang rumput (per tahun)
18,8-40,4
27,7
18,7-40,3 (tebal 5 mm)
India
Kebun (lempung berpasir)
Padang rumput
Bervariasi
1,4-5
3,9-77,8
0,47-1276
Swiss
Kebun
Padang rumput
Padang rumput
17,8- 81,2
17,8- 81,0
75-100
Mesir
Delta sungai nil
268,2- 2600
Dari tabel di atas terlihat bahwa kadar N, C, P, Ca, Mg serta KTK, KB dan pH
bunga tanah selalu lebih tinggi daripada tanah lapisan 0,15 dan 20,40 cm di
sekitarnya yang menunjukkan pengaruh besarnya cacing tanah. Lebih
tingginya pH bunga tanah daripada pH tanah sekitarnya diperkirakan ada
kaitannya dengan aksi kelenjar kalsiferous (penghasil Ca), sekresi usus dan
amonia dalam sistem pencernaan cacing tanah.
4.
Dalam proses pembentukan tanah ini tidak semua cacing tanah dapat
berperan baik misalnya Eisenia foetida merupakan spesies penghasil komos
atau pemakan pupuk kandang sehingga tidak mampu bertahan lama jika
diintroduksi ke lapangan. Peran cacing ini yang terlihat dalam waktu singkat
lebih disebabkan oleh dekomposisi cacing yang mati dibanding aktivitasnya.
Ameliorasi tanah dengan kotora cacing tanah dangat mempengaruhi struktur
kesuburan tanah. Umumnya kotoran cacing tanah ber-pH lebih tinggi
dibanding tanah di sekitarnya, dari 18 lokasi pengamatan terlihat bahwa
selisih pH keduanya adalah antara 0,1-1,0 unit pH tergantung jenis tanahnya,
yang melebar pada pH adak masam-masam dan menyempit pada pH sekitar
netral. Hal ini menunjukkan peran cacing tanah dalam meningkatkan pH
tanah agak masam-masam. Kotoran cacing juga lebih banyak N-total, Nnitrat, bahan organik, Mg-total, Mg-tertukar, P-tersedia, basa-basa dan kadar
air serta beragregat lebih banyak atau lebih stabil.
Ameliorasi tanah dengan kapur dapat menignkatkan populasi cacing tanah
misalnya dengan takaran 2,5 ton/ha pada tanah di Selandia Baru
menyebabkan kenaikan 50% populasi Ascaris caliginosa. Cacing tanah
mampu memamah 5 ton seresah/ha, apabila 10 ekor Lumbriscus terrestris
dimasukkan ke dalam tanah populasinya meningkat menjadi 60 ekor/m2
dalam luasan 700 m2, maksimum pada areal sekitar 15 m dari titik inokulasi
dan tetap tinggi hingga area yang cukup jauh dari titik ini.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan
unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan
tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah
2.
a.
kapasitas absorbsi
b.
c.
kandungan liat
d.
B.
SARAN
1.
Hendaknya manusia mulai menjaga kesuburan alami tanah, karena
aktivitas manusia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesuburan tanah
2.
Petani dan pekerja pada bidang budidaya tanaman hendaknya
memahami konsep dari kesuburan tanah dan menerapkannya dalam
pertanian atau budidaya tanaman.
3.
Penggunaan pupuk kimia hendaknya mulai dikurangi, karena akan
mempengaruhi komposisi unsur hara tanah, akibatnya akan menjadi racun
bagi tumbuhan pada tanah itu sendiri karena hara tanah mulai tidak
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA