Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
S
DENGAN PRE OPERASI (ECEC) EXTRA CAPSULAR
CATARACT EXTRACTION DISERTAI DM
DI RUANG TERATAI RSUD AMBARAWA
DI SUSUN OLEH :
1. Arifah Wahyu Nur
2. Budi Sutaryanto
3. Eka Nur Ferdiani
4. Hilda Nur Hidayah
5. Wina Setyaningsih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan bagian panca indra yang sangat penting, para ahli mengatakan
jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering juga disebut sebagai
jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan, fatalnya banyak hal yang dapat
menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan kebutaan atau gangguan
penglihatan. Buta berdasarkan bahasa sehari-hari adalah kondisi tidak bisa melihat
susuatu apapun yang ada dihadapinya, penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak.
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta
Kedokteran,2001).
Suzanne & Brenda, tahun 2002 berpendapat bahwa katarak adalah perubahan
lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt Organization (WHO)
saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah
dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran
prevalensinya dinegara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000
orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak
dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian besar
katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak
kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90%
orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan ke-perawatan dengan
klien dengan diagnosa Medis Katarak dan sebagai pemahaman tentang penangan
pasien katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang
mungkin muncul pada pasien katarak dan pencegahan terhadap komplikasi.
1.2.2
Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan klien
dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak hari ke 1 diharapkan, Penulis
mampu:
a. Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada
pasien pre operasi Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas
sesuai fungsinya semula.
b. Untuk memahami perawatan pasien pre operasi Katarak untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang meliputi kebutaan, retinoblastoma, gluokoma dll.
c. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Ppre Operasi Katarak .
d. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
e. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak
g. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Pre
Operasi Katarak.
h. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian
masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan kepe-rawatan pada pasien
dengan diagnosa medis re Operasi Katarak.
Bagi Perawat
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan dalam
melaksanakan penerapan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi secara sistematis khususnya pada
pasien dengan Katarak.
1.3.2
1.3.3
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan
merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini
pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami
denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh
menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya
transparan (Sjamsuhidayat. 2004).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat
lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya
biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata,
atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan
(Soeparman, dkk. 2001).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer Arif, dkk.
2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
(Suzanne & Brenda, 2002:227)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C. E. 2000).
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan. Katarak adalah sejenis
kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata
menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini memperburuk
penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa
dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa
(Sidarta Ilyas, 2005).
6
2.2 Etiologi
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahanperubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap
sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam
munculnya katarak senilis.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata,
atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat
mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami katarak,
yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan
penanganan dan metabolisme glukosa.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan
bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550%
orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
a. Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus).
f. Gangguan pertumbuhan.
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h. Rokok dan Alkohol.
i. Operasi mata sebelumnya dan trauma (kecelakaan) pada mata.
j. Ketuaan (Katarak Senilis).
k. Trauma.
l. Penyakit mata lain (Uveitis).
m. Penyakit sistemik (DM).
n. Defek kongenital (salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus
prenatal, seperti German Measles).
7
2.4 Pathways
Congenital
Usia lanjut dan
proses
penuaan
Kurang
pengetahu
an
Tidak
mengenal
sumber
informasi
Penyakit
metabolik
(misalnya DM)
cedera mata
atau bisa
diturunkan.
Kurang
terpapar
terhadap
Hilangnya
tranparansi lensa
informasi
tentang
Resiko
Cedera
Gangguan
penerimaa
n
sensori/stat
us organ
koagulasi
Menurunny
a
ketajaman
penglihata
Gangguan
persepsi
sensoriperseptual
penglihatan
prosedur
CEMAS
mengabutkan
pandangan
Terputusnya protein lensa
disertai influks air kedalam
lensa
Usia meningkat
Penurunan enzim
menurun
prosedur
invasive
pengangkatan
katarak
Resiko tinggi
terhadap
infeksi
Degenerasi pd lensa
KATARAK
Post op
10
Nyeri
11
c. Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari.
d. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
e. Gatal gatal pada mata dan air mata mudah keluar.
f. Pada malam hari penglihatan terganggu dan pandangan kabur yang tidak dapat
dikoreksi dengan kaca mata atau ukuran kaca mata yang sering berubah.
g. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari dan dapat melihat dobel
pada satu mata.
h. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap.
i. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit dilihat,
akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
2.6 Diagnostik Penunjang
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan
oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat
berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat
yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi Intra Okuler.
a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau
vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan
keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
c. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler (Tekanan Intra Okuler)
normalnya 12-25 mmHg.
d. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi
dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (Laju Endap Darah), menunjukkan anemia
sistemik atau infeksi.
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
12
penemuan
terbaru
pada
ekstraksi
ekstrakapsuler
cara
ini
2.8 Komplikasi
Endoftalmitis
Edema kornea
Glaucoma
Uveitis
Ablasio retina
Prolaps vitreous
14
15
g. Pola penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,
riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin.
2.10
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman
mengenai perawatan pasca operatif, pemberian obat.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur
invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi dan keterbatasan
kognitif.
2.11
Intervensi Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang pandang.
Tujuan
17
akibat kecemasan.
perasaan takutnya.
4. Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka
3. Observasi tanda vital dan peningkatan
mengurangi kecemasan dan kooperatif.
respon fisik pasien.
5. Mengurangi kecemasan dan meningkatkan
4. Beri penjelasan pasien tentang
pengetahuan.
prosedur tindakan operasi, harapan
6. Mengurangi perasaan takutdan cemas.
18
dan akibatnya.
5. Lakukan orientasi dan perkenalan
pasien terhadap ruangan,petugas, dan
peralatan yang akan digunakan.
6. Beri penjelasan dansuport pada pasien
padasetiap melakukan
prosedurtindakan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
19
Dalam bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
dengan Diagnosa Medis Katarak Pre Operasi di ruang rawat inap Teratai Rumah Sakit Umum
Daerah Ambarawa yang meliputi pokok bahasan: pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
3.1 Pengkajian
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. s dengan Diagnosa Medis Katarak
Pre Operasi di Ruang Rawat Inap teratai RSUD AMBARAWA, pada tanggal 20 maret
2014. Jam 08.00 WIB
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan.
Agama
: Islam
Umur
: 68 Tahun.
Pendidikan
: SD.
Pekerjaan
: Tani
Alamat
No Register
: 059034
Tanggal Masuk
: 19 Maret 2014.
Diagnosa Medis
: Katarak + DM
2. Penanggung Jawab
Nama
: Tn. H.
: Suami Pasien.
Pekerjaan
: Tani
Alamat
A. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
20
denagan prosedur operasi yang akan dijalani. Klien mengatakan tidak tahu
-
sembuh/tidak
Klien menyatakan untuk mengontrol dan mempertahankan kesehatan anaknya
ia menjaga pola makan anaknya baik sebelum dan saat iya sakit.
Klien selalu bertanya- Tanya tentang penyakitnya dan tentang tindakan
operasinya.
Saat sakit :
Klien mengatakan makan 3x sehari hanya menghabiskan seperempat porsi diet
dari rumah sakit, menu hanya makanan lunak atau bubur yang dianjurkan diet
rumah sakit dengan diet bubur tinggi kalori tinggi protein,
Minum:
- Sebelum sakit : klien mengatakan minum air putih 8 gelas/hari
- Saat sakit
: klien mengatakan haya minum air putih + 5 gelas/hari.
3.
Pola eliminasi
- Pola BAB
o Sebelum sakit :
Klien mengatakan dirumah BAB 1x sehari. Kadang-kadang 2x dalam
sehari. Konsistensi lunak, warna coklat, bau khas feaces dan tidak ada
masalah dalam BAB.
o Saat sakit
:
Klien selama 3 hari ini klien belum BAB, klien belum BAB karena
kurang gerak dan kurang makanan berserat selain itu juga karena klien
merasa takut mengejan saat BAB karena nyeri semakin terasa saat
-
22
Klien
mengatakan
sebelum
mondok
dirumah
sakit
dalam
sehari kencing 5 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin dan
tidak masalah dalam kebiasaan eliminasi pasien
o Saat sakit
:
Klien mengatakan sebelum mondok dirumah
sakit
dalam
sehari kencing 5 6x, warna urin kuning jernih, bau khas urin. Klien
selama dirumah sakit BAK dengan menggunakan pispot dibantu oleh
keluarga klien
4. Pola aktivitas dan mobilisasi
- Sebelum sakit :
Sebelum sakit klien biasa beraktivitas sebagai petani dan tidak terdapat
masalah dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living klien seperti makan,
mandi dan yang lainnya.
-
Saat sakit
:
Keluarga klien mengatakan klien tidak bisa beraktivitas sendiri. Klien takut
bergerak dan melakakukan aktivitas karena mata kabur dan cemas. Untuk
pemenuhanActivity daily living seperti makan, minum kebersihan dan alih
posisi klien dibantu oleh keluarga dan perawat, pasien hanya bisa terbaring di
tempat tidur.
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
23
Klien mengatakan dirumah dalam sehari tidur + 8 jam siang + 2 jam dan 6
jam, klien lebih banyak tidur pada malam hari. Dan tidak ada masalah dalam
-
paham
terhadap
penyakitnya
dan
yang
dijalaninya.
Klien tidak dapat melihat dengan jelas, pandangannya kabur, dan kadang-
24
Klien berharap agar cepat sembuh dan segera pulang dan beraktivitas kembali
sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keluarga dan
-
istrinya.
Harga Diri
Klien menganggap bahwa kondisi sakitnya saat ini adalah cobaan bagi klien
dan klien tidak merasa minder dengan kondisinya saat ini karena
keluarga klien selalu mensuport klien, dan klien pasti dapat sembuh kembali
rumahnya.
10. Pola mekanisme koping
- Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah selalalu bercerita ke
keluarganya, dan keluarga mendukung ps untuk menyelesaikan masalah.
- Saat sakit pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
- Pasien mengatakan beragama islam tidak ada larangan pada ps untuk tetap
beribadah selama sakit, dan ps selalu berdoa untuk kesembuhannya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
- TD
- Nadi
- S
- RR
Telingga
: Letak simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi dengan baik dan
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada pembengkakan dada.
Paru-Paru/Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b)
Jantung/Cardio
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
26
5. Abdomen
Inspeksi
Auakultasi
Perkusi
: Suara Tympani.
Palpasi
: : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua lapang abdomen dan tidak
terdapat pembesaran pada hepar dan ginjal.
6. Ekstremitas
27
Ekstremitas atas
Fungsi ekstremitas atas normal dan dapat berfungsi dengan baik dan tidak menggunakan
alat bantu dan ekstremitas sebelah kanan terpasang Infus RL dengan infuset makro,
12 tetes/menit keadaan infus baik tidak terdapat oedem pada area yang terpasang infus
dan tidak ada nyari infus terpasang hari ke 2.
Ekstremitas bawah
Ekstremitas bawah tidak terdapat kelainan dan dapat berfungsi dengan baik hanya saja
klien tidak mau banyak bergerak karena terasa nyeri pada luka operasi semakin meningkat
ketika bergerak.
Skala kekuatan otot
R
5
5
5
5
: Skala kekuatan otot pada kedua kaki dan kedua tangan nilai 5
yaitu dapat bergerak dengan baik dan mampu menahan gravitasi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Maret 2014 didapatkan data sebagai berikut:
28
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
10,8 gr/dl
12 14 gram/dl
2
3
4
5
6
7
Leukosit
Hemetokrit
Laju endap darah
Blooding time (BT)
Clothing time (CT)
GDS
11.400/ul
39%
25 mm/jam
2 menit
4 menit
438
5.000 10.000/ul
37 43 %
0 15 mm/jam
1 3 menit
2 6 menit
70 110
Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih
Dosis
2 tetes/6Jam
500mg/8Jam
500mg/12Jam
Rute
Topical
Oral
Oral
Efek
Antibiotic
Analgetik
Antibiotic
DATA FOKUS
-
Data Subjektif
Data Objektif
Mengatakan penglihatan kabur seperti Hasil pemeriksaan fisik dengan
opthalmoscope bagian kornea ada selaput
29
putih
Vital sign :
sinistra.
Klien mengatakan kesulitan untuk
TD
: 180/100 mmHg
: 89x/menit
beraktivitas.
Klien mengatakan penglihatannya
:37,4 0c
RR
: 24x/menit
tidak jelas.
Klien mengatakan jika terkena
tindakan operasi.
Klien mengatakan tidak tahu sama
ANALISA DATA
No.
Tanggal
Data Fokus
Problem
Etiologi
Ditemukan
1
DS :
-
PRE OPERASI
Gangguan
Berkurangnya
Mengatakan
persepsi
penerimaan
penglihatan kabur
sensori-
sensori/status organ
seperti berawan.
Klien mengatakan
perseptual
indera penglihatan.
30
Paraf
kesulitan untuk
-
penglihatan.
beraktivitas.
Klien mengatakan
jika terkena
sinar/paparan
matahari
menyilaukan mata.
Klien mengatakan
jika melihat sesuatu
berbayangbayang/menjadi dua
bayangan
DO:
-
Hasil pemeriksaan
fisik dengan
opthalmoscope
bagian kornea ada
selaput putih.
Klien terlihat sulit
untuk beraktivitas.
GDS terakhir 438
TTV :
TD : 180/100mmHg
N: 89x/menit
T
:37,4 0c
RR: 24x/menit
DS :
-
Klien mengatakan
kesulitan untuk
beraktivitas.
DO:
-
sensori
Pasien tampak
terbaring di tempat
tidur.
TTV
TD : 180/100 mmHg
N: 89x/menit
T :37,4 0c
RR: 24x/menit
DS:
-
Ansietas.
Perubahan pada
Klien mengatakan
cemas terhadap
kurang pengetahuan.
penyakit yang
dideritanya, apakah
-
DO:
-
gelisah.
Klien terlihat tegang.
Klien terlihat
memfokuskan pada
diri sendiri.
Klien tampak cemas.
Klien terlihat takut
Vital sign :
TD : 180/90 mmH
N: 84x/menit
T :37,4 0c
RR: 24x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa keperawatan
32
TTD
1.
2.
3.
Diagnosa
Tujuan &
Intervensi
Keperawatan
Kriteria hasil
Gangguan
Setelah dilakukan
Rasional
tehadap
kenyamanan dan
perseptual
lingkungan.
kekeluargaan,
ngguan
presepsi sensori
penerimaan
penglihatan teratasi
sensori/status
dengan
organ indera
Kriteria Hasil :
memberiakan
stimulus.
3. Lakukan
Mengenal
disorientasi pasca
operasi.
keterbatasan penglihatan
yang di
dapat mengakibatkan
terhadap
butuhkan/posisi bel
kebingungan lingkungan
perubahan.
Mengidentifikasi/m
emperbaiki
potensial bahaya
dalam lingkungan.
jangkauan/posisi
yang sehat.
5. Anjurkan pasien
kebingungan pasien.
33
Resiko cedera
Setelah dilakukan
1. Pantau keadaan
berhubungan
tindakan keperawatan
1. Pencegahan primer
terhadap resiko cedera.
dan berikan
persepsi sensori
diharapkan
penghalang tempat
penglihatan
tidur.
pasien.
mobilisasi dengan
mandiri.
vital.
Kriteria Hasil :
-
kecelakaan.
Klien dapat
pergerakan/aktivitas
melakukan
ke toilet.
4. Letakkan barang
mobilitas fisik
-
2. Mengetahui tanda-tanda
panggilan untuk
tanpa dibantu.
yang di
pertolongan bila
Klien dapat
butuhkan/posisi bel
diperlukan.
melakukan
pemanggil dalam
aktivitas harian
jangkauan/posisi
terjadinya injuri di
sendiri.
yang sehat.
rumah.
5. Untuk mencegah
kesehatan tentang
Tanda-tanda vital
pencegahan injuri di
dalam batas
rumah
normal:
TD : 120/80mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36o C
Ansietas b.d
Setelah dilakukan
1. Kaji tingkat
Perubahan pada
tindakan keperawatan
34
kecemasan pasien
diharapkan tidak
informasi tersebut
diterima oleh individu.
2. Mengungkapkan rasa
peningkatan respon
fisik pasien.
4. Beri penjelasan
melaporkan
kecemasannya
pasien tentang
berkurang sampai
prosedur tindakan
operasi, harapan
dan akibatnya.
5. Lakukan orientasi
diatasi.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal:
TD : 120/80mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36o C
dan perkenalan
pasien terhadap
ruangan,petugas,
dan peralatan yang
akan digunakan.
6. Beri penjelasan
dansuport pada
pasien padasetiap
melakukan
prosedurtindakan.
35
kecemasan.
4. Meningkatkan
pengetahuan pasien
dalam rangka
mengurangi kecemasan
dan kooperatif.
5. Mengurangi kecemasan
dan meningkatkan
pengetahuan.
6. Mengurangi perasaan
takutdan cemas.
CATATAN KEPERAWATAN
No.
DP
TGL/JAM
20/3/2014
1,2,3 Jam 08.00
Implementasi
Respon
DS:
- Pasien mengatakan
pandangan mata kabur
Mengobservasi TTV
DO:
- TD : 180/100 mmHg
- N : 89x/menit
- T
:37,4 0c
- RR : 24x/menit
08.00
memberikan
sentuhan ke pasien
rangsang
DS :
- Pasien mengatakan
bisa mendengarkan
dan merasakan
sentuhan dengan baik
DO :
36
TTD
1,2,3
08.45
DS :
- Klien mengatakan
Mengorientasikan klien tehadap
tidakpaham dengan
kondisi lingkungan
lingkungan.
saat ini
DO :
- Klien tampak belum
bisa menyesuaikan
diri dengan kondisi
lingkungan dan
peyakitnya.
08.50
09.00
09.00
DS :
- Klien mengatakan
cemas dengan
Mengkaji tingkat kecemasan
penyakitnya
pasien dan catat adanya tandaDO :
tanda verbal dan nonverbal
- Klien tampak gelisah
DS :
- Klien mengatakan
merasa lebih nyaman
Mengajarkan teknik relaksasi
untuk
menghilangkan DO :
- Klien terlihat tenang
kecemasan.
DS :
- Klien mengatakan
belum paham dengan
penyakitnya
Memberikan informasi tentang
penyakit ke pasien dan keluarga DO :
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
DS :
- Klien mengatakan
nyaman dengan
posisinya.
09.10
tenang.
1,2,3
09.30
15.00
16.00
DS :
- pasien mengatakan
Memasang penghalang tempat
bersedia di pasan
tidur untuk pengaamanan pasien.
penghalang tempat
tidur.
DO :
- Penghalang terpasang
DS :
- Pasien mengatakan
Mengkaji kemampuan klien
tidak bisa melakukan
dalam melakukan aktivitas dan
aktivitas sendiri.
perawatan diri
DO :
- Aktivitas pasien
tampak dibantu
DS :
- Pasien mengatakan
Memberikan
terapi
obat
bersedia diberikan
CendoCytrol Tetes mata sesuai
obat tetes mata
advise dokter
DO :
- Obat diteteskan dan
tidak ada tanda
inflamasi
38
1,2,3 21/3/2014
Jam 08.00
DS:
- Pasien mengatakan
pandangan mata kabur
Mengobservasi TTV
DO:
- TD
- N
- T
- RR
1,2
1,2
08.30
08.45
DS :
- Pasien mengatakan
meganjurkan pasien untuk tidak
bersedia mengikuti
melakukan pergerakan yang
anjuran perawat.
berlebihan
DO :
- Pasien tampak hanya
terbaring di tempat
tidur.
barang
yang
di
jangkauan/posisi
sehat
10.00
08.50
: 140/90 mmHg
: 84x/menit
:36 0c
: 22x/menit
yang
DS :
- Pasien mengatakan
terbantu
DO :
- Pasien tampak
terbantu
DS :
Melakukan pengkajian terhadap - Pasien mengatakan
tidak ada kerusakan
adanya kerusakan integritas
kulit.
kulit.
DO :
- Tidak terlihat adanya
tanda kerusakan
integritas kulit.
DS :
Mengkaji tingkat kecemasan - Klien mengatakan
cemas berkurang
pasien dan catat adanya tandaDO :
tanda verbal dan nonverbal
- Klien tampak lebih
rilek dan tenang
39
09.00
13.00
15.00
1,2,3
16.00
Memberikan
terapi
obat
CendoCytrol Tetes mata sesuai
advise dokter
40
DS :
- Klien mengatakan
masih kurang paham
dengan penyakitnya
DO :
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
DS :
- Klien mangatakan
nyaman
DO :
- klien tampak
beristirahat dengan
nyaman
DS :
- Pasien mengatakan
masih kesulitan
melakukan mobilisasi
dan aktivitas seharihari.
DO :
- Pasien tampak
berbaring di tempat
tidur.
DS :
- Pasien mengatakan
bersedia diberikan
obat tetes mata
DO :
- Obat diteteskan dan
tidak ada tanda
inflamasi
1,2,3 22/3/2013
Jam 08.00
DS:
- Pasien mengatakan
pandangan mata kabur
berkurang.
Mengobservasi TTV
DO:
- TD : 130/90 mmHg
- N : 84x/menit
- T :36 0c
- RR: 24x/menit
.
1
08.00
barang
yang
di
jangkauan/posisi
yang
sehat
08.30
09.00
12.00
DS :
- Pasien mengatakan
terbantu
DO :
- Pasien tampak
terbantu
DS :
- Klien mengatakan
cemas sudah hilang
DO :
- Klien tampak tenang
dan rileks
13.00
Pasien tampak
berbaring di tempat
tidur.
Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang pencegahan DS :
injuri di rumah.
- Pasien mengatakan
mengerti.
DO :
- Pasien mampu
menjelaskan kembali
tentang pencegahan
cedera
1,2,3
14.00
16.00
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.
DP
1
EVALUASI
TGL/JAM
(SOAP)
21/3/2014 S:
Jam 07.00
TTD
O:
-
dikenal
dengan
tujuan
Jam 07.00
mandiri
O:
-
Tanda-tanda vital
TD : 180/100mmHg
N : 89 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37,4o C
alat
bantu
jika
pasien
pasien
untuk
membutuhkan.
4. Berikan
motivasi
ke
akan dijalani.
Pasien mengatakan tidak paham dengan
Jam 07.00
22/3/2014 S:
Jam 07.00
- Mengatakan penglihatan kabur seperti berawan.
-
O:
-
GDS
TTV :
TD
N
: 140/90 mmHg
: 84x/menit
45
T
RR
:36 0c
: 22x/menit
komunikasi
dengan
S:
2
Jam 07.00
O:
-
Tanda-tanda vital
TD : 140/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36o C
ke
pasien
untuk
S:
-
Jam 07.00
O:
-
47
48
23/3/2014 S:
Jam 07.00
- Mengatakan penglihatan berkurang
kekaburanya.
Klien mengatakan bisa membiasakan diri
pada
keeluarga
untuk
Jam 07.00
Tanda-tanda vital
TD : 130/90mmHg
N : 84x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36o C
ke
pasien
untuk
S:
-
O:
a. Wajah klien tampak tenang.
b. Klien terlihat rilek.
c. Klien terlihat berintaraksi dengan keluarga.
50
d. TTV:
3
Jam 07.00
TD
: 130/90 mmHg
N: 82x/menit
T
:36 0c
RR: 22x/menit
A : masalah Anxietas/cemas teratasi
P : pertahankatan intervensi :
1. Beri
penjelasan
pasien
tentang
prosedur
51
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan kasus pada Ny. S dengan
diagnose medis katarak + DM di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa yang
dilakukan mulai tanggal 20 sampai 22 Maret 2014.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose yang muncul menurut diagnose NANDA (2011) dan yang penulis
temukan pada kasus adalah:
52
:36 0c, RR
: 130/90 mmHg, N
53
Anjurkan pada keeluarga untuk membantu klien dalam beraktivitas, 5. Persiapkan pasien
untuk menjalani operasi
2. Resiko Cedera
Definisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber-sumber adaptif dan pertahanan individu. Kemungkinan
berhubungan dengan : Kurangnya informasi tentang keamanan, kelemahan, gangguan
kesadaran, kurangnya koordinasi otot, epilepsi, episode kejang, vertigo, gangguan
persepsi. Kemungkinan data yang di temukan: Perlukaan dan injuri. Kondisi klinis
kemungkinan terjadi pada : AIDS, dimensia, pengobatan barbiturat, halosinogen, dan
benzo diazepin, epilepsi, penyakit pendarahan.
Data yang penulis dapat dari pengkajian adalah sebagai berikut : DS : Klien mengatakan
kesulitan untuk beraktivitas.DO: Aktivitas harian klien tampak dibantu, Pasien tampak
terbaring di tempat tidur, TTV : TD : 180/100 mmHg, N: 89x/menit, T
24x/menit
Resiko cedera penulis ambil sebagai prioritas kedua karena dalam kasus pasien dengan
pre operasi ECEC masalah utama yaitu gangguan persepsi sensori akan membuat pasien
kehilangan lapangan pandang sehingga pasien akan mengalami kesulitan untuk
beraktivitas aktivitas, dan perawatan diri oleh karena itu harus dilakukuan intervensi
keperawatan dan pendampingan dari keluarga untuk membantu pasien memenuhi
kebutuhannya dan untuk mencegah terjadinya resiko cedera.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam mulai tanggal 20 sampai 22
evaluasi yang penulis dapat adalah sebagai berikut: S : Klien mengatakan bisa
melakukan aktivitas harian dan perawatan diri secara mandiri untuk berpakaian, mandi,
toileting dibantu. Pasien mengatakan aman di tempat tidur. O: Klien tampak kesulitan
melakukan mobilitas fisik aktivitas harian sendiri, Pasien bisa berpakaian sendiri.,
Terpasang penghalang bed pasien, Tanda-tanda vital : TD : 130/90mmHg, N :
84x/menit, RR : 22 x/menit, S
pertahankan intervensi : 1. Berikan pengaturan posisi tirah baring, 2. Berikan alat bantu
jika pasien membutuhkan, 3. Berikan motivasi ke pasien untuk melakukan aktifitas secara
54
berlebihhan, Nyeri dan peningkatan ketidak berdayaan yang persisten, Marah menyesal,
Perasaan takut.
Fiisiologis : Wajah tegang, Insomnia (non-NANDA), Peningkatan keringat, Peningkatan
ketegangan, Terguncang, Gemetar/tremor ditangan suara, Bergetar, Parasimpatis, Nyeri
abdomen, Peurunan tekanan darah, Penurunan nadi, Diare, Pingsan, Keletihan, Mual,
Gangguan tidur, Kesemutan pada ekstermitas, Sering berkemih, Berkemih tidak lampias,
Urgensi berkemih. Simpatis : Anoreksia, Eksitasi kardiovaskular, Diare, Mulut kering,
Wajah kemerahan, Jantung berdebar-debar, Peningkatan tekanan darh, Peningkatan nadi,
Peningatan reflex, Perningkatan pernafasan, Dilatasi pupil, Kesulitan bernafas,
Fasokonstrisi, Superfisial, Kedutan otot, Kelemahan. Koognitif : Kesadaran terhadap
gejala-gejala fisilogis, Blooking fikiran, Konfusi, Penurunan lapang pandang, Kesulitan
untuk
berkonsentasi,
Keterbatasan
kemampuan
untu
menyelesaikan
masalah,
Keterbatasan untuk belajar, Takut terhadap konsekuensi yang tdak spesifiik, Mudah lupa,
Gangguan perhatian, Tenggelam dalam dunia sendiri, Melamun.
Alasan penulis mengambil diagnose ansietas karena pada kasus ini pasien akan menjalani
operasi ECEC, dimana pada tahap pre operasi apsien akan merasakan cemas, takut
terhadap penyakit, takut terhadap prosedur pembedahan, dan takut dengan operasinya
akan berhasil atau tidak. Sehingga ansietas termasuk kedalam prioritas diagnose pada
kasus ini. Pada pasien dengan ansietas biasanya akan membutuhkan pendampingan
55
keluarga dan membutuhkan informasi yang banyak tentang penyakit sehingga akan
membuat pasien merasa tanang dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L, Juall. (2001) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.
Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman
Untuk
Perancanaan
dan
Pendokumentasian
perawatan
57