Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN TERAPI MODALITAS LANSIA

DENGAN TEKNIK OKUPASI


(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Community Nursing
Program IV)

Disusun oleh :

Kamila Aziza Rabiula 220110100088


Sherly Marsella 220110100059

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya. Laporan ini membahas mengenai terapi okupasi yang merupakan
salah satu terapi modalitas untuk lansia. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Community Nursing Program IV.
Kami menyadari betul bahwa dalam proses pembuatan laporan dari awal
hingga akhir tidak terlepas dari bantuan baik moril maupun materil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Raini Diah Susanti, S.Kp., M.Ng. selaku koordinator mata kuliah
Community Nursing Program IV yang telah memberikan bimbingan
kepada kami.
2. Teman-teman Fakultas Keperawatan 2010 Brilliant House.
Tak ada gading yang tak retak; kami pun menyadari bahwa laporan ini
jauh dari kata sempurna dan masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu, kami
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi dunia kesehatan,
khususnya bagi keperawatan komunitas.

Jatinangor, 14 Mei 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Pengertian terapi okupasi ............................................................................ 1
1.2 Fungsi dan tujuan terapi okupasi.................................................................. 1
1.3 Peranan terapi okupasi ................................................................................ 2
1.4 Jenis aktifitas terapi okupasi ........................................................................ 3
1.5 Karakteristik aktivitas terapi okupasi ........................................................... 4
1.6 Analisa aktivitas ............................................................................................5
1.7 Indikasi untuk terapi okupasi ........................................................................7
1.8 Proses terapi okupasi .....................................................................................7
1.9 Evaluasi terapi okupasi .................................................................................8
BAB II PELAKSANAAN ...................................................................................... 10
2.1 Persiapan .................................................................................................... 10
2.2 Metode ......................................................................................................... 10
2.3 Waktu ...........................................................................................................11
2.4 Terminasi .....................................................................................................11
2.5 Implementasi ...............................................................................................11
2.6 Evaluasi hasil................................................................................................12
BAB III PENUTUP .................................................................................................13
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................13
3.2 Saran ..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Terapi Okupasi


Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan
tertentu. Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
bagian dari rehabilitas medis dan keperawatan. Terapi okupasi adalah ilmu dan
seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas
terpilih yang telah ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan
keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip : Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu
kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.

1.2 Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi


Terapi okupasi dilakukan secara terarah bagi pasien fisik maupun mental
dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan
kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin.
Fungsi dan tujuannya diantaranya :
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa

Menciptakan

suatu

kondisitertentu

sehingga

pasien

dapat

mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan


orang lain dan masyarakat sekitarnya.

Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar


dan produktif.

Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat


dan keadaannya.

Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan


penetapan terapi lainnya.

2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang


gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.

3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,


belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, tv, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di
rumah/panti, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan
maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai
langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat
diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat,
potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan
yang tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarga.

Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan kesehatan untuk tujuan
rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di
dalam layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan okupasiterapi kelihatannya akan
banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga dibutuhkan adanya kerjasama
yang terkoordinir dan terpadu.

1.3. Peranan Terapi Okupasi


Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,
mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar
dalam pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental.

Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,


diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi
pasien waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan
dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.
Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam terapi okupasi tidak untuk
menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah
penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan
tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien
belajar mengenal dan mengatasi persoalannya. Melalui aktivitas pasien
diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk mengekpresikan dirinya. Melalui
aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh
pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan dalam
melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama
dalam hal kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu aktivitas dalam
kelompok akan dapat merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang
berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai kemampuan diri masingmasing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan orang lain.

1.4 Jenis Aktifitas Terapi Okupasi


Aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi sangat dipengaruhi sangat
dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang
tersedia, dan juga oleh kemampuan tenaga kesehatan yang menjadi terapis
itusendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :

Latihan gerak badan

Olahraga

Permainan

Kerajinan tangan

Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi

Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)

Praktik pre-vokasional 4

Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)

Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun dan


lainlain)

Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televise,


radio atau keadaan lingkungan).

Dan lain- lain.

1.5 Karakteristik Aktivias Terapi Okupasi


Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar
dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas.
Jadi bukan hanya sekedar menyibukan pasien.
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan
harus

dapat

meningkatkan

atau

setidak-tidaknya

memelihara

koondisinya.
f. Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian
dengan dengan kemampauan pasien.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas:
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet,
kasar, kotor, halus dan sebagainya.
b. Apakah aktivitas rumit atau tidak

c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan


d. Cara pemberian instruksi bagaimana
e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
f. Apakah perlu pasien membuat keputusan
g. Apakah perlu konsentrasi
h. Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
j. Berapa lama dapat diselesaikan
k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterampilan pasien, dan sebagainya.

1.6 Analisa Aktivitas Terapi Okupasi


Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam
rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisa terlebih
dahulu. Hal-hal yang perlu dianalisa adalah sebagai berikut:
a. Jenis aktivitas
b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan
terapi)
c. Bahan yang digunakan:

Khusus atau tidak

Karakteristik bahan:
- Mudah ditekuk atau tidak
- Mudah dikontrol atau tidak
- Menimbulkan kekotoran atau tidak
- Licin atau tidak

Rangsangan yang dapat ditimbulkan:


- Taktil
- Pendengaran
- Pembauan
- Penglihatan
- Perabaan

- Gerakan sendi, dan sebagainya

Warna
Macam-macamnya dan namanya\
Banyaknya

d. Bagian-bagian aktivitas

Banyaknya bagian

Rumit atau sederhana

Apakah membutuhkan pengulangan

Apakah membutuhkan perhitungan matematika

e. Persiapan pelaksanaan

f.

Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu

Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan

Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih dahulu

Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur

Pelaksanaan
Apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:

Konsentrasi

Ketangkasan

Rasa sosial diantara pasien

Kemampuan mengatasi masalah

Kemampuan bekerja sendiri

Toleransi terhadap frustasi

Kemampuan mengikuti instruksi

Kemampuan membuat keputusan

g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi diantara


mereka
h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan,
inisiatif, penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain.
i. Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan
emosi dan lain-lain

j.

Apakah ada kontra indikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus
bertindak hati- hati, karena dapat berbahaya bagi pasien maupun
sekelilingnya (misalnya untuk pasien dengan paranoid sangat riskan
memberikan benda tajam)

k. Yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien.

1.7 Indikasi untuk terapi okupasi


1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan
kesulitan

yang

dihadapi

dalam

pengintegrasian

perkembangan

psikososialnya
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain.
3. Tingkah lau tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau
kebutuhan yang primitif
4. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
aktivitas dari pada dengan percakapan
7. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktikannya dari pada dengan membayangkan
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya
9. Dan sebagainya

1.8 Proses Terapi Okupasi


1. Koleksi data
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan
waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional. Jika
dengan mengadakan interview dengan pasien atau keluarganya yang

menyerahkan pada pihak panti werdha, atau dengan mengadakan


kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi
pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
tentang masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah
dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka
panjangnya
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut
sertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga
pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya.
Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat
mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan
terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia
harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan
akan mengerjakannya dengan aktif.

1.9 Evaluasi Terapi Okupasi


Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan
terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai
dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan
kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan diberikan. Namun
dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan setelah bebrapa waktu
setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien.

Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:


1. Kemampuan membuat keputusan
2. Tingkah laku selama bekerja
3. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
4. Kerjasama
5. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain).
6. Inisiatif dan tanggung jawab
7. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
8. Menyatakan perasaan tanpa agresi
9. Kompetisi tanpa permusuhan
10. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
11. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
jawab atas pendapatnya tersebut
12. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
13. Wajar dalam penampilan
14. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
15. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
16. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
17. Kerapian bekerja
18. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
19. Toleransi terhadap frustasi
20. Lambat atau cepat
21. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

BAB II
PELAKSANAAN
2.1 Persiapan
a. Penetuan materi latihan
Materi

latihan

dipilih

dan

ditentukan

dengan

memperhatikan

karakteristik atau cara khas masing masing klien.


b. Penetuan cara atau pendekatan dengan system kelompok / individu.
c. Penentuan waktu
Kapan latihan diberikan pagi, siang atau sore hari dan berapa lamanya.
d. Penetuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan
dan alat yang digunakan.

2.2 Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara individual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:

Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak


informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien

Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan


cukup baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
mengganggu kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan
dalam kelompok tersebut

Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar


terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif

b. Metode kelompok dilakukan untuk:

Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper


bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan
tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.

Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun


kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu
segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan


kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut
sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut
aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan
jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan kemampuan terapis
mengawasi.

2.3 Waktu
Terapi okupasi dilakukan antara 1 2 jam setiap session baik yang individu
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan
terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 1 jam
untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan
tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut
kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

2.4 Terminasi
Keikutsertaan seseorang pasien dalam kegiatan terapi okupasi dapat diakhiri
dengan dasar bahwa pasien :

Dianggap telah mampu mengatsi persolannya

Dianggap tidak akan berkembang lagi

Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi

2.5 Implementasi

Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup


sehari hari.

Tingkatkan keseimbangan antara istiraha dan aktivitas

Bantu klien untuk berwaspada, gunakan petunjuk dan penguatan yang


positif

Pertahankan keadaan fisik yang seimbang

Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang


adekuat

Membuat persediaan oto dan kondisi tubuh umumnya, berfungsi


sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Pertahankan hubungan sosial yang baik

Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social dukung dan
jaga martabat pasien.

Kurangi stimulasi lingkungan bila klien cemas.

2.6 Evaluasi Hasil


Klien mempertahankan kemampuannya melakukan aktivitas sehari hari
dalam lingkungan yang berstruktur Klien menunjukkan perawatan diri yang baik
pada segi nutrisi maupun dirinya Klien menunjukkan hubungan sosialisasi yang
baik pada keluarga dan lingkungan sekitar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang materi terapi okupasi diatas dapat kami simpulkan
beberapa hal sebagai berikut :

Pengertian

: terapi okapasi adalah usaha penyembuhan melalui

kesibukan atau pekerjaan tertentu.

Sasaran

Pemulihan,

pengembangan,

pemeliharaan

fisik,

intelektual, sosial, dan emosi.

Fisik

: Kecepatan bergerak dan kekuatan pemeliharaan daerah

gerak sendi kontrol otot

Intelektual

: Menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan daya

kreativitas, integrasi antara otot dan pengetahuan pasien, ekspresi perasaan


klien.

Sosial dan Emosi

: Peningkatan hubungan yang sehat di dalam

kelompok. Menjalankan aturan main dalam kelompok, memimpin dan


mengikuti kepemimpinan orang lain.

Tujuan

: terapi okupasi tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi

mencakup pengembangan intelektual, social, emosi, maupun kreatifitas.

Diversional

: Terapi okupasi dapat di gunakan untuk mengalihkan

perhatian agar tidak terjadi neorosis ( kegagalan individu memecahkan


masalah atau tuntutan dimasyarakat yang membuatnya terganggu dalam
pemeliharaan maupun penyesuaian diri ) Pemulihan

Fungsional

: Membuat persediaan otot, dan kondisi tubuh umumnya

berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan


hidup. Latihan dan

Prefokasional. : Memberi peluang persiapan menghadapi tugas, pekerjaan


atau profesi yang sesuai dengan kondisinya.

3.2 Saran
a. Bagi keluarga klien

Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi kepada klien

Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim
kesehatan

Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan

b. Bagi perawat atau tim medis

Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian

Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang


tujuan dan tindakan yang akan di lakukan.

Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan


pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

Laskar, Dery. 2013. Terapi Okupasi http://www.slideshare.net/khadaribob/terapiokupasi diakses tanggal 14 Mei 2014
Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Вам также может понравиться