Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PROSEDUR
TETAP
5. Obat-obatan : xylocard, Digoxin / Cedilanid, preparat nitrat, Isoptin,
valium, Morfin, Dopamin / Dobutamin, Streptokinase
B. CARA KERJA
4. Pasang monitor EKG terus menerus
5. Rekam serial EKG setiap 12 jam
RSU
PERAWATAN UNIT
CORONER INTENSIF
Suatu bentuk perawatan khusus dengan pemantuan terus menerus, perawat
yang telah dididik khusus, dilengkapi dengan DC shock, pacu jantung
Halaman :
sementara dan obat-obatan lengkap.
Tujuan
Pengertian
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
1. Penderita bedrest setengah duduk
2. Pasang oksigen 4 - 6 liter/menit
3. Infus NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% 8 tetes/menit
harus paling sedikit seorang perawat.
MONITOR EKG : Tiap tempat tidur harus dilengkapi dengan sebuah
3. Dapat dilakukan deteksi dini, penanggulangan yang cepat dan tepat dengan
Halaman :
Suatu kegiatan penerimaan pasien baru dalam rangka memberikan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan, secara intensif dan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PENERIMAAN PASIEN
5. Tamponade jantung
6. Infeksi jantung / corditis
PERSIAPAN ALAT DAN OBAT : OLEH PERAWAT
1. Bedside / tempat tidur telah disiapkan di dalam pintu masuk unit rawat
tujuan menurunkan kesakitan dan kematian penyakit jantung dan
1. Telah mendapatkan persetujuan konsulen Interna/Cardiolog
2. Transpotable
3. Persetujuan pasien/keluarga
1. Penyakit jantung koroner akut/AMI
2. Nyeri dada atau disangka penyakit jantung koroner akut
3. Shock cardiogenic
4. Aritmia ganas / malignant
berkesinambungan sesuai dengan tingkat kekritisan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
pembuluh darah.
Page 6PROSEDUR
TETAP
10. Jika perlu voltage dibesarkan / dikecilkan dan diberi catatan
RSU
TANGGAL TERBIT
11. Tuliskan pada kertas rekaman EKG : nama pasien, umur, tanggal, jam dan
lead masing-masing serta nama yang merekam
12. Catat pada format EKG untuk hasil interpretasi.
selektor dan bila menggunakan satu elektrode dapat memindahkan
elektrode ke arah lead V1 s/d V9
9. Setelah selesai merekam seluruhnya dicek voltage dengan kalibrasi lagi.
VI s/d V6 / Anterior
V7 s/d V9 / Posterior
V2R s/d V6R / vbetrikuler kanan
a. V1 ruang intercosta IV faris sternum kanan
b. V2 Ruang intercosta IV garis sternum kiri
c. V3 pertengahan antara V2 dan V4
d. V4 Ruang intercosta V garis mid clavicula kiri
e. V5 Horisontal dengan V4 anterior aksilaris kiri
f. V6 horisontal V6 mid aksilaris kiri
g. V7 Horisontal V6 Posterior aksilaris
h. V8 Horisontal V7 ujung scapula
i. V9 Horisontal V8 pinggir vertebra
4. Kabel listrik EKG dihubungkan dengan stop kontak listrik
CARA KERJA :
REVISI KE:
DITETAPKAN
TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI
DIREKTUR RS
Halaman :
Pengertian
Tujuan
dan atau gagal dengan farmakoterapi
Indikasi
Prosedur
1. Interpretasi Rekaman RKG
2. Prinsip-prinsip BCLS dan ACLS
B. Alat :
1. Defibrilator dengan elektrode monitor dan dua paddle / 10 -13 cm
2. Emergency trolly lengkap dengan obat emergency, Resusitator
3. Alat intubasi papan resusitasi
4. Oksigen terapi
5. Jelly
Page 8PROSEDUR
TETAP
janyung normal, serta pernapasan adekuat
14. Alat dirapikan, paddle dibersihkan dari sisa jelly
CARA KERJA CARDIOVERSI / SYNCHRONIZE
1. Beri tahu pasien dan keluarga
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
2. Pasien dalam infus, diberi penenang/ valium dan cukup oksigenasi
3. Hubungkan monitor dengan pasien dan usahakan mencari R yang tinggi dan
jelas usahakan gambaran EKG tidak artefak
4. Tekan knop sinchronize, pastikan alat monitor dalam keadaan siap, paddle
CARA KERJA DEFIBRILASI / ASINCRONISE
1. Dekatkan defibrilator dengan pasien serta alat-alat yang lain
2. Putar On defibrilator, atur energi diawali 200 joule asyncronise
3. Berikan jelly yang cukup pada seluruh permukaan kedua paddle
4. Tempatkan posisi paddle pada sternum & apex di dada pasien, cek dengan
melihat monitor display, dinilai irama jantungnya, pastikan adanya VF / VT
5. Komunikasikan pada anggota tim , Charging defibrilator"
6. Tekan charge,tombol pidal apex dengan tangan kanan atau defibrilator kontrol
7. Bila charge sudah penuh joule, beri tekanan pada paddle ke dinding dada
8. Nyatakan bahwa defibrilasi siap aman terhadap pasien dan penolong
9. Tekan kedua tombol paddle sternum dan apex simultan dan jangan terangkat
10. Perhatikan di monitor display post defibrilasi, berubah atau tidak dari VF / VT
RSU
DITETAPKAN
12. Bila masih tetap VF/VT, dilanjutkan Algoritma VF/VT
13. Bila berhasil pada shock ke 1/2/3, dipertahankan untuk pemulihan irama
Prosedur
TINDAKAN DEFIBRILASI-CARDIOVERSI
DIREKTUR RS
Halaman :
beri jelly
5. Energi diawali dengan 50 joule, dinaikkan bertahap bila belum ada respon 100
joule, 200 joule, 300 joule, 360 joule
6. Observasi monitor EKG terus meneus selama tindakan dan observasi tanda
11. Bila VF/VF tetap, paddle tetap diletakkan pada dinding dada pasien, ulangi
sampai ketiga kali dengan menaikkan 200-300 Joule
vital
Page 9PROSEDUR
TETAP
PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA
keadaan dimana sebagian miokard mengalami nekrosis seluler irreversible
akibat adanya oklusi aliran koroner total yang mendadak. Keadaan ini biasanya
sebagai akibat menurunnya alliran darah koroner lama dibawah tingkat krisis
1. Pengawasan terhadap komplikasi terutama aritmia pada hari-hari pertama
1. Perawatan standar ICCU
2. Diagnosis : serial EKG dan enzim jantung CKMB, SGOT,LDH setiap 12 jam
3. Pengobatan : yang datang < 6 jam bila terdapat kontraindikasi dapat diberikan
terapi trombolitik (streptokinase), sakit dada dapat diberikan Novalgin IV,
Morfin SC atau Pethidin IM, angina pasca infark diberikan preparat nitrat
(sublingual transdermal, drip IV). Bila terjadi komplikasi seperti Aritmia, payah
jantung,dsb diobati menurut standar pengobatan masing-masing
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
PERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT
DIREKTUR RS
Halaman :
Pengertian
Prosedur
2. segera bisa bertindak untuk mengatasi komplikasi yang sangat berbahaya.
Tujuan
Page 10PROSEDUR
TETAP
Indikasi
KONTRA
INDIKASI
PROSEDUR
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA
DIREKTUR RS
6. Streptokinase 1.500.000 unit dilarutkan dalam 100 ml NaCl 0,9% dan diberi
kan selama 1 jam
7. Monitor tanda vital tiap 10 - 15 menit. Bila terjadi hipotensi -> head down
position. Trombolisis sementara dihentikan. Filling dengan NaCl 0,9 % 100 250 ml untuk mengatasi efek vasodilatasi karena trombolisis. Setelah
tekanan darah naik diteruskan lagi.
8. Monitor gambaran EKG jika terjadi aritmia
9. Observasi tanda-tanda alergi
1. Ada persetujuan keluarga
2. Tersedia defibrilator dan trolly emergency
3. Pemeriksaan sebelum trombosis : EKG lengkap, foto thorax, Cardiac enzym,
darah lengkap, masa perdarahan, masa pendjedalan APTT dan elektrolit
4. Pasang kateter IV (infus)
5. Premedikasi dengan diphenhydramin hydroclorida 50 mg dan
dexamethasone 40 mg IV
PENGOBATAN TROMBOLITIK INTRAVENA
PADA INFARK MIOKARD AKUT
Membatasi luas infark
1. Nyeri dada yang khas lebih dari 20 menit bisa hilang dengan istirahat dan
Halaman :
pemberian nitrat
2. Onset kurang dari 12 jam
3. Pada EKG elevasi segmen ST > 2 mm pada dua sadapan atau lebih pada
sadapan prekordial atau lebih 1 mm pada dua sadapan atau lebih pada
sadapan extermitas.
4. Usia < 70 tahun
1. hipertensi , BP > 200 / 110 mmHg
2. kecurigaan diseksi aorta
bila terjadi perdarahan distop, pengelolaan perdarahan (transfusi k/p dan obatobatan fibrinotik).
pemeriksaan laboratorium sesudah streptokinase
* APTT tiap 12 jam
* enzim jantung tiap 24 jam
* EKG lengkap tiap 24 jam
PADA INFARK MIOKARD AKUT
Halaman :
Page 12PROSEDUR
TETAP
3. Hubungi dengan outlet sentral/ tabung
4. Pilih kateter nasal/ kenule nasal/ Sungkup muka sederhana, Sungkup muka
dengan kantong non rebreathing / atau sungkup muka dengan kantong
rebreathing atau Venturi
5. Hubungkan pada flow meter oksigen
6. Alirkan oksigen dengan memutar selektor sesuai kebutuhan
7. Pasang ke pasien dengan cara seperti dibawah ini :
Halaman :
PROGRAM TERAPI OKSIGEN
Program terapi oksigen merupakan upaya dalam mempertahankan
keseimbangan kebutuhan oksigenasi dalam tubuh.
a. Memenuhi kebutuhan oksigen pada hipoxia
b. Menurunkan kerja pernapasan
c. Menurunkan beban kerja jantung/ miokard
d. Pemerikasaan saturasi oksigen rendah
1. Persiapan Alat
Prosedur
Page 13AliranKonsentrasi
L/ Mnt (%)
1 - 6 22 - 24
1 - 6 24 - 44
5 - 840 - 60
8 - 12 60 - 100
4 - 13 30 - 55 s.d.a
PROSEDUR
TETAP
Akut miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau
sehingga menutup rapat dan
nyaman jika perlu memakai kain
kasa pada daerah tertekan.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Beri pelicin pada ujung/ kedua
ujung kenule, masikan kedua ujung
kenule kedalam lubang hidung
pasien fiksasi
Ukur jarak antara lubang hidung
sampai ke ujung daun telinga, beri
- Monitor RAP
- Monitor PCWP
- Dengan monitor hemodinamik dapat diobservasi dan dievaluasi terus
menerus setiap 10 menit
- Dosis terapi 2-20 mcg/kgBB/Mnt,bila TD sistolik 70 -100 mmHg
* Norepinefrin alpa dan beta action
- Dosis tinggi 5-20 mcg/KgBB/mnt pada pasien dengan tekanan darah
kurang dari 70 mmHg (sistolik) untuk meningkatkan kontraksi otot
jantung dan cardiac output serta tekanan darah
* Dobutamin ( Dobutrex)
- Efek inotropik, menstimulasi beta reseptor untuk meningkatkan
kontraksi dan stroke volume
- Dosis dimulai 2-4 mcg/kgBB/Mnt
* 8 - 10 L/Mnt menggunakan masker /NRM
* Intubasi bila memerlukan terapi oksigen aliran cepat
dengan bantuan ventilator bila PaO2 < 50 mmHg
2. Obat adrenergik
Cardiac Arrest dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tidak ada
tanda-tanda klinis adanya cardiac output.
Mencegah kerusakan cerebral yang menetap yang mungkin akan terjadi bahkan
kematian.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Halaman :
Pemeriksaan penunjang
Henti jantung dapat diikuti fenomena listrik antara lain VF, VT, Asistole dan
Disosiasi Elektromekanik (PEA) . Oleh karena itu sangat perlu dilakukan
Tujuan
PROSEDUR
3. Fase Post resusitasi
4. Tujuan CPR adalah untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi yang
adekuat dan untuk menjaga kestabilan irama jantung.
monitoring EKG pada pasien dengan cardiac arrest.
Penatalaksanaan :
Pasien dengan cardiac arrest harus sesegera mungkin dilakukan
Resusitasi CardioPulmonar, yang meliputi :
1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Cardiac Life Support) yang bertujuan untuk
mengupayakan kembali oksigenasi jaringan.
2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Cardiac Life Support) yang berguna untuk
mempertahankan oksigenasi yang spontan.
Page 19adalah severe hipertensi tanpa diikuti kerusakan organ target.
Prosedur
PROSEDUR
TETAP
b. Laboratorium
Fungsi ginjal : BUN, Ureum
Urine Rutin
Asam Urat
Darah lengkap
Elektrolit
c. Radiologi
- edema paru oleh karena gagal jantung kiri
- pembesaran jantung, vaskularisasi aorta yang lebar
- pelebaran mediastiunum oleh karena diseksi aorta
d. Ekokardiografi
Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi
dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik.
terutama ginjal.
Hipertensi krisis (very severe) : sistolik > 210 mmHg dan diastolik > 110 mmHg.
Diklasifikasi dalam 2 tipe :
1) hipertensi urgensi
2) Hipertensi emergency
adalah severe hipertensi yang diikuti dengan adanya kerusakan organ target
seperti otak, jantung dan ginjal.
1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas.
3. Mencegah komplikasi.
1. Lakukan pemeriksaan penunjang ;
a. EKG
akan didapatkan : * Pembesaran ventrikel kiri
* Pembesaran atrium kiri
* Penyakit jantung koroner
2. Mempertahankan TD sistolik 140mmHg dan diastolik 90 mmHg
DIREKTUR RS
Halaman :
Defibrilatror adalah suatu alat elektrik yang biasanya dilengkapi dengan
alat monitor EKG yang digunakan untuk terapi aritmia jantung (defibrilasi
atau kardioversi)
Defibrilasi (external) adalah suatu tindakn terapi dengan cara memberikan
aliran energi listrik yang kuat dengan mode asinchron ke jantung pasien
melalui elektroda (pedal) yang ditempelkan di permukaan dinding dada.
Cardiovesi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran
6) Meningkatkan aktifitas fisik
7) Olahraga teratur
8) Menghindari ketegangan
9) Istirahat cukup
b. Pengobatan Farmakologi
1) Diuretik : furosemid 0,5-1 mg/KgBB
2) Beta bloker : propanolol
3) Calsium antagonis
4) ACE inhibitor : captopril
5) Alpha adrenergic blocking agent
6) Vasodilator :
- Nitroprusid, yaitu vasodilator arteri dan vena. Dosis 0,25-8ug/KgBB/menit
pemberian yang cepat > 15ug/KgBB/menit atau pemberian yang lama
> 48 jam dapat menyebabkan terjadinya Thyocinate Toxicity yang ditandai
dengan gejala pandangan buram, bingung, tinitus.
PROSEDUR
a) Posisikan supine diatas papan yang rata dan keras (papan RKP)
b) Singkirkan semua besi yang menempel langsung pada pasien
c) Ambil gigi palsu pada pasien, bila ada.
C. PROSEDUR DEFIBRILASI
1. Pastikan gambaran EKG F pada monitor EKG
2. Siapkan alat-alat defibrilasi (lakukan RJP) bila alat-alat belum tersedia.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN DEFIBRILASI (DC SHOCK)
DIREKTUR RS
Halaman :
a. menghilangkan ancaman kematian karena ancaman jantung
b. mengembalikan irama jantung menjadi normal.
c. mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan.
DEFIBRILASI
A. INDIKASI :
1. pasien dengan irama VF (Ventrikel Fibrilasi)
2. Pasien dengan irama VT (Ventrikel Takikardi) non pulse
B. PERSIAPAN DEFIBRILASI
1) Perawat
Harus paham :
- Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
- Interpretasi gambaran EKG
CARDIOVERSI
A. INDIKASI :
Dilakukan pada pasien dengan kelainan EKG :
* VT : Ventrikel Takikardi
* PAT : Paroksismal Atrial Takikardi
* SVT : Supra Ventrikel Takikardi
* F : Atrial Takikardi
Yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
B. CARA CARDIOVERSI :
1. Emergency :
Tidak perlu tindakan (khusus) apa-apa, bila VT langsung cardioversi
(harus dengan alay-alat RJP)
2. Elektif :
memberikan kejutan / kontraksi pada pasien
- Nilai gambaran EKG segera jika masih VF, defibrilasi diulangi.
D. PERAWATAN POST DEFIBRILASI
1. Nilai keadaan psien
2. Monitoring gambaran EKG
3. Pasang infus bila belum terpasang
4. Siapkan pemberian obat-obatan dan observasi pemberian obat-obatan
Page 23PROSEDUR
TETAP
Persiapan
Alat
Mendapatkan jalan napas yang lancar dengan penempatan yang tepat
REVISI KE:
DITETAPKAN
INTUBASI
DIREKTUR RS
Halaman :
9. bantal
10. Plester dan gunting
11. Mesin Suction (alat penghisap lendir)
1. Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ukuran ETT sesuai dengan kebutuhan
2. Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah "cuff"
3. Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik (lakukan "Sellick Manuver")
4. Letakkan bantal di Oksiput setinggi 10 cm dan kepala tetap extensi
5. Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring
6. Buka mulut dengan cara "cross finger" & tangan kiri memegang laringoskop
7. Masukkan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan
lidah ke kiri. Masukkan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan
agar lidah atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi.
8. Angkat laringoskop ke atas dan ke depan dengan kemiringan 30 -40
derajat, jangan menggunakan gigi sebagai tumpuan.
9. Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan
bagian proximal dar "cuff" ETT melewati pita suara 1-2 cm atau
b) Laki-laki : No 8,0 ; 8,5
c) Emergency : No 7,5
3. Stilet
4. Mandrin
5. Forsep magil
6. Jeli
7. Spuit 20 cc atau 10 cc
8. Steteskop
Page 25PROSEDUR
TETAP
PASIEN DAN PENDERITA
YANG DAPAT DIRAWAT DI ICU
Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU
Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di ICU
Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat
ditolong (reversible dan recoverble)
I. INDIKASI UMUM
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernapasan mekanik atau
alat bantuan khusus lainnya.
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.
II. INDIKASI KHUSUS
PROSEDUR
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Halaman :
Page 26PROSEDUR
TETAP
1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannya dari dokter jaga ICU
ke dokter jaga sesuai konsultan jaag kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan :
senin-kamis : 14.00
jumat : 11.00
sabtu : 12.30
Minggu / hari libur pagi : 08.00
malam : 20.00
2. Atasi kegawatan -> lakukan program -> konsul Anestesi atau sub bagian
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
TATA CARA
DIREKTUR RS
JAGA ICU
Halaman :
Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU
Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU dapat berjalan baik
Dokter jaga ICU melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur
* Syok kardiogenik apapun sebabnya.
pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju ke arah
terjadinya kegagalan pernapasan.
2. Kelainan pada sistem kardiovaskuler.
Syok hipovolemik, kardiogenik,septik.
syok hipovolemik dan septik yang tidak menunjukkan respon yang baik
terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi menuju ke arah
kegagalan pernapasan. Setiap syok kardiogenik/syok septik maupun
penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat
hemodinamik.
3. Keracunan
Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan
pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan napas
mekanik dan syok.
III. PRIORITAS INDIKASI RAWAT ICU
Mengingat terbatasnya tempat/tenaga/sarana makan prioritas indikasi rawat:
1. Kelainan pada saluran pernapasan
Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis, dirawat di ICU apabila : dengan
Unit Terkait
PROSEDUR
SMF lain, HCU, ICCU
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Page 27PROSEDUR
TETAP
Obat-obat emergency dan peralatan standar yang harus tersedia di ICU
Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat.
Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU harus tersedia
1. PERALATAN
A. Alat pembebas jalan nafas
1. Ambu bag : lengkap
2. Masker / Sungkup muka : semua ukuran lengkap
3. Laringoskop dan blade
4. Pipa ET lengkap
5. Pipa nasofaringeal lengkap
6. Pipa Orofaringeal lengkap
7. Pipa Tracheostomi lengkap
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENYEDIAAN OBAT DAN
DIREKTUR RS
PERALATAN KEGAWATAN
Halaman :
lain yang terkait
3. Menulis laporan jaga di MR 4
4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga
berikutnya
Prosedur
Unit Terkait
Dokter jaga ICU
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Page 28PROSEDUR
TETAP
7. dilantin
8. digoxin
9. dipenhidramin
10. dopamin
11. dobutamin
12. dextrose 40%
13. furosemid
14. heparin
15. clonidin injeksi
16. lidocain
17. manitol
18. midazolam
19. morfin
20. naloxone
6. diazepam
1. Adrenalin
2. Aminophyllin
3. Atropin sulfas
4. calcium chloride 10% calcium gluconas 10%
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENYEDIAAN OBAT DAN
DIREKTUR RS
PERALATAN KEGAWATAN
Halaman :
5. dexamethasone
10. kateter penghisap
B. Transfusi dan Infus
1. Infusion pump
2. Syringe Pump
3. Infus set/Transfusion set/ extension set
4. IV catheter
5. Three way stopcock
6. Umbilical catheter
C. Monitor
1. bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non invasif
2. EKG
3. Respirasi
4. Temperatur
D. lain-lain
1. NGT (feeding tube)
2. Catheter Urine
E. Obat-obatan
Patuh perintah
Tidak ada
6
5
Menarik (wihdraws)
Flexi abnormal
4
3
Tidak ada
Pembicaraan kacau
Suara
Tidak ada
Lambat
Tidak ada
5
4
3
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
DIREKTUR RS
(METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE)
Halaman :
semua reflex kranial (-)
f. KEJANG
Tidak ada
Kejang fokal
Umum intermitten
Umum kontinyu
Flaksid
g. NAPAS SPONTAN
Normal
periodik
Hiperventilasi sentral
Hipoventilasi/ irreguler
Apnea
IGD, SMF SARAF, ICU
Prosedur
Prosedur
Unit Terkait
Page 31PROSEDUR
TETAP
Tujuan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Halaman :
2
1
patogen
Kortikosteroid
Monitol 0,5 - 1 gr/kgBB/6-8 jam
b. Endema sitotoksik
Manitol 0,5-1gr/KgBB/6-8 jam
c. Endema interstitial
Azetazolamid 25-50 mg/KgBB/hr
2). Hidrosefalus : VP shunting
3). Tumor,perdarahan,SOL
a. Konsul bedah saraf, operatif
b. Atasi faktor penyebabnya.
5. Pemantauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan cairan dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi
penyakit yaitu tanda-tanda herniasi dan cushing syndrome.
ICU, SMF Saraf, SMF Anak, ICCU
Unit Terkait
Prosedur
* Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi.
3. Pemeriksaan penunjang
* Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah.
* Lumbal pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram,
biakan dan uji resistensi)
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
MENINGITIS BAKTERI
DIREKTUR RS
Pengertian
Tujuan
Sebagai panduan penanganan menigitis bakteri
Kebijakan
Prosedur
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien.
2. Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri.
- sering didahului infeksi saluran nafas atau saluran cerna dengan gejala
panas, batuk, pilek, diare dan muntah serta nyeri kepala
- Penurunan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang meningeal yang lain,
kejang dan defisit neurologis fokal.
Page 33PROSEDUR
TETAP
* uji pendengaran
* uji penglihatan
Komplikasi penyakit subdural effusion subdural empyema, abses cerebri,
hidrocefalus.
MENINGITIS BAKTERI
DIREKTUR RS
Halaman :
* uji fungsi hati
* uji fungsi ginjal
Cefotaxime
Ampicillin
Chloramphenicol
2) Terapi Antibiotik sesuai kultur LCS
5. Pemantauan efek samping pengobatan
* pemeriksaan darah tepi
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
4. Pengobatan Supuratif
Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoxia otak, cegah dekubitus, keratitis
Prosedur
ICU, SMF Saraf, SMF Anak
unit Terkait
Prosedur
Lama pengobatan : 10-14 hari
3) Kortikosteroid : dexamethasone
4) Bedah : jika ditemukan emyema subdural, abses otak, hidrosefalus.
aspirasi, turunkan tekanan inttrakranial yang meningkat
Jika ditemukan endema otak dapat diberikan manitol 0,5-1gr/KgBB
setiap 8 jam dan kortikosteroid.
Pengobatan kausatif
1) Pengobatan empirik antibiotik
Page 34PROSEDUR
TETAP
Kebijakan
mortalitas.
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
TETANUS
DIREKTUR RS
Halaman :
Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium tetani
dengan tanda utama kekauan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran
Sebagai panduan penanganan ketoasidoasis diabetik
Pengertian
Tujuan
PROSEDUR
Derajat I (tetanus ringan)
* Trismus ringan sampai sedang
* Kekakuan umum
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
TETANUS
DIREKTUR RS
Halaman :
* hipertensi berat dan takikardi atau
* hipertensi dan bradikardi
* hipertensi berat atau hipotensi berat
Penyakit pada tetanus
# gangguan ventilasi paru
# aspirasi pneumonia
Derajat III (tetanus berat)
* trismus berat
* otot spastis, keajng spontan
* takipnea, takikardi
* Apneic spell
* disfagia berat
* aktifitas sistem autonom meningkat
Derajat IV (tetanus stadium terminal)
* derajat III ditambah dengan
* gangguan autonom berat
PROSEDUR
* dijumpai kejang rangsang
* tidak ada keajng spontan
* takipnea
* disfagia ringan
Page 36PROSEDUR
TETAP
5. Terapi suportif
* bebaskan jalan nafas
* hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan dan
memindah-mindahkan posisi pasien
* perawatan dengan stimulasi minimal
* pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang
sonde nasogastrik
* bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum
* pemantuan atau monitoring kejang dan tanda penyulit
6. Tetanus ringan dan sedang
* terapi dasar tetanus
* perhatian khusus pada keadaan jalan nafas akibat kejang dan aspirasi
* pemberian cairan parenteral bila perlu nutrisi secara parenteral.
Tetanus berat
* terapi dasar seperti diatas
* perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan pemakaian ventilator
* balans cairan dimonitor secara adekuat
PROSEDUR
PROSEDUR
kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan di kamar janazah.
8. Dalam hal pasien diapsang alat penunjang kehidupan (respirator) maka untuk
penentuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis
Diagnosa kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan
diperlakukan sebagaimana layaknya meninggal.
2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien
dipersiapkan menjadi donor cadaver maka harus dibuat oleh minimal oleh 2
orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi.
3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti
4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi pasling sedikit 10
menit atau dipasang alat respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik
tersebut tidak ada gunanya.
5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala
upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi
selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien
telah benar-benar meninggal.
7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter dibuatkan surat
Kebijakan
PROSEDUR
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
SEPSIS
DIREKTUR RS
Halaman :
Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
Sebagai panduan penanganan sepsis.
yang bersumber pada konsep "brain stem death is death"
Pengertian
Tujuan
PROSEDUR
PROSEDUR Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien
2. kenali definisi, gejala dan tanda sepsis
SIRS (Systemic inflammatory Response syndrome)
Respon sistemik terhadap berbagai kelainan klinik berat ( misalnya infeksi,
trauma dan luka bakar) yang ditandai dengan 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:
* Hipertermi ( > 38,5 0 C)
* Takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai umur dalam
keadaan tidak terdapat stimulasi external. Pemakaiaan obat-obat jangka panjang,
atau rangsangan nyeri kenali definisi, gejala dan tanda sepsis
Page 39PROSEDUR
TETAP
bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan klinis, pencitraan /test
laboratorium ( misalnya pada sel darah putih pada cairan tubuh normal steril
perforasi usus, foto ronsen dadamenetap adanya pnemonia, ruam ptekiae atau
* Syok Septik asam laktat, BAG, LFT, Elektrolit dan EKG
4. Pengelolaan :
1) diagnosis dini
2) Early Goal Directed Therapy (EGDT)
resutansi cairan agresif dengan koloid atau kristaloid, pemberian obat-obatan
inotroprik dan atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah sesudah
purpura atau purpura fulminal).
SEPSIS BERAT
sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler/ ARDS atau 2 disfungsi organ lain.
SYOK SEPTIK
Sepsis dengan disfungsi organ cardiovaskuler ( lihat tabel 2)
3.Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
* Darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
* GDS, CRP
* Studi Koagulasi
* Kultur darah berseri
* Hapus darah tepi : lekopenia/ lekositosis , granula toksis, shif to the left
* urinalisis
* Foto Thoraks
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
SEPSIS
DIREKTUR RS
Halaman :
Infeksi disebabkab adanya kuman patogen atau sindrom klinis yang berhubungan
dengan kemungkinan besar infeksi.
pemakaian -Bloker, atau penyakit jantung bawaan.
* Takipneu dengan RR > 20 SD diatas normal sesuai umur atau ventilator
mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan penyakit neuromuskuler
atau penggunaan anastesi umum
* Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun
( yang bukan akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau neurofil imatur > 10%
( Lihat Tabel 1)
SEPSIS
SIRS dengan bikti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
PROSEDUR
INFEKSI
Suatu kecurigaan atau bukti ( dugaan kultur positif, pengecatan jaringan/ uji POR)
RSU
PROSEDUR
Page 40PROSEDUR
TETAP
a. Profilaksis stress Ulcers
b. Profilaksis trombosis Vena dalam
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
d. Penatalaksanaan disfungsi organ paru,saluran cerna, koagulasi, & renal
Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur & variabel laboratorium ( batas bawah
untuk HR jumlah leukosit & TD sistolik untuk persentil 5 & batas atas
untuk frekuensi jantung, laju napas/ hitung leukosit untuk persentil 95)
Kelompok Usia
(mmHg)
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
SEPSIS
DIREKTUR RS
Halaman :
13) Transfusi tukar/ hemafiltrasi
14) Terapi suportif
* Penurunan tekanan darah ( hipotensi) < persentil 5 Th. Sesuai usia atau sistolik < 2 SD
dibawah normal sesuai usia ATAU
* Membutuhkan obat vasioaktif untuk mencegah tekanan darah dalam rentang normal (dopamin>
5 mg/kg/ menit atau dobutamin epineprin atau norepineprin pada berbagai dosis)
* Dua hari berikut ini : asidosis metabolik yang dapat dijelaskan, defisit basa> 5.0 mEq/L
Meningkatnya laktat arteri > 2 kali batas atas atau normal
PROSEDUR
Page 41PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
* Membutuhkan ventilasi mekanik non efektif invasif atau non invasif
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
SEPSIS
DIREKTUR RS
Halaman :
Oligori , urine < 0,5 cc/kgBB/jam
Pemanjangan cappilary refill > 5 detik
Beda suhu core dan perifer > 3o C
Pernapasan
* PaO2/FiO2 < 300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya ATAU
* PaCO2 > 65 torr atau 20 mmHg diatas PaCO2 normal ATAU
* dibutuhkan FiSO2 > 50 % untuk menjaga saturasi diatas 92% ATAU
* Glasgow Coma scale 11
* Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS 3 poin dari keadaan abnormal
Hematologi
* Hitung Trombosit < 80 mm2 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang
dicatat dalam 3 hari terakhir untuk pasien hematologi onkologi kronik ) ATAU
Ginjal
* Serum kreatinin 2 kali batas atas normal sesuai usia 2 kali lipat peningkatan dari kreatinin
awal Hepar
* Bilirubin Total 4 mg/dl ( tidak untuk neonatus) ATAU
* SGPT 2 kali diatas batas normal sesuai usia
Neurologi
Page 42PROSEDUR
TETAP
5. Tidak sadar
GDS> 100 mg% atau kondisi lain yang memerlukan perawatan di ICU
Management Airway dan breathing
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
KETOASIDOSIS
DIREKTUR RS
Halaman :
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kegawatan penyakit metabolik dan endokrin
sebagai komplikasi Diabetes Mellitus tipe karena defisiensi insulin yang ditandai
kadar gula darah > 300 mg di ketonimia dan asidosis (pH < 7,32 dan kadar
bikarbonat < 15 mEq)
Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik
Intubasi dan pemakaian ventilator mekanik jika perlu.
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
Unit terkait
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada keluarga pasien
2. Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi beberapa
hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai koma.
Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi kadang sampai syok:
Hiperpnea, reflex tendon menurun sampai hilang, adanya reflex Babinski
dan hipotermia.
3. Timabang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran dan
keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4. Pemeriksaan laboratorium atas indikasi :
gula darah, fungsi ginjal, urinalisa, AGD
Page 43PROSEDUR
TETAP
Tujuan
Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien.
Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru
Indikasi:
1) Henti nafas
2) Henti jantung
Persiapan
1) Alat
a. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
RESUSITASI JANTUNG PARU
DIREKTUR RS
Halaman :
b. trolly emergency yang berisi:
8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi
jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong
dan 3 : 1 untuk neonatus
9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernapasan
h. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan tehnik kombinasi dimulai dengan kompresi
jantung luar.
2. mengecek kesadaran pasien dengan cara:
memanggil nama
menanyakan keadaannya
menggoyangkan bahu pasien/ mencubit pasien
3. Jika pasien tidak sadar/respon, aktifkan SPGDT
4. Buka jalan nafas dengan head lift chin lift dan bersihkan jalan nafas dari
sumbatan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
RESUSITASI JANTUNG PARU
DIREKTUR RS
Halaman :
PROSEDUR
PROSEDUR
timbul napas spontan
diambil alih alat/petugas lain
dinyatakan meninggal
* jari tangan dan telunjuk tanagn penolong menekan dada bayi pada posisi
* punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan
kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brachalis sebelah kiri
Page 46PROSEDUR
TETAP
Kebijakan
Prosedur
dipakai di loket IGD
SMF Saraf, SMF THT, SMF Jiwa, SMF Mata, TPP
7. Pasien / keluarganya menyelesaikan administrasi IGD dan obat yang
Unit Terkait SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, ICU/ICCU, OK,
5. Dokter dan perawat jaga IGD mendokumentasikan semua tindakan yang
sudah dilakukan dalam catatan medik (status pasien)
6. Pasien diobservasidi IGD selama 2-6 jam. Setelah 6 jam, dokter jaga IGD
menentukan pasien boleh pulang atau rawat inap.
1. Pasien diterima oleh perawat dan dokter Instalasi Gawat Darurat yang
bertugas di ruang tindakan
2. Pasien gawat bedah (trauma) dan atau non trauma yang perlu tindakan
misalnya retensi urin, corpus alienum, intoksikasi, langsung dilakukan
tindakan life saving oleh dokter jaga atau perawat jaga IGD
3. Lakukan konsultasi untuk penanganan lebih lanjut pada pasien oleh dokter
jaga IGD bila perlu ( kasus bedah, kasus medik )
4. Pasien gawat yang memerlukan tindakan bedah cito, langsung disiapkan
pelayanan operasinya di IGD. Dan setelah kamar operasi (Instalasi Bedah
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
tindakan IGD disertai rekam medik (status) pasien
5. Apabila pasien tidak perlu mendapat tindakan maka pasien diperbolehkan pulang
dan keluarga menyelesaikan administrasinya.
dokter jaga triage
2. Lakukan seleksi dengan memberi label sesuai tingkat kegawatan pasien.
3. Keluarga atau pengantar pasien mendaftar ke ruang TPP untuk dicatat
kelengkapan data atau identitas pasien dan mendapatkan status untuk
catatan medis selanjutnya yang akan diisi oleh dokter jaga triage
4. Apabila pasien perlu mendapat tindakan makan pasien dibawa ke ruang
pengobatan oleh dokter jaga dan dibantu oleh perawat IGD
5. Triage dalam keadaan bencana/disaster digunakan untuk menentukan
prioritas penanganan pasien berdasarkan beratnya cedera dan atau
kegawatan pasien serta probabilitas hidupnya ( label merah didahulukan).
A. Triage dalam keadaan sehari-hari
1. Pasien diterima oleh perawat jaga triage dan dilakukan pemeriksaan oleh
1. Pelayanan pasien di triage dilakukan oleh dokter/perawat jaga triage
2. Label seleksi pasien sebagai berikut :
Pasien yang telah meninggal dunia (Hitam) = 0
Halaman :
Sistem penerimaan dan seleksi untuk pelayanan sehari-hari dan atau
Agar semua pasien dapat menerima dan dilayani, diklaifikasikan tingkat & jenis
Pasien gawat darurat mengancam nyawa (Merah) = 1
datang
kardiovaskuler = 4
b. Label Merah : Diberikan untuk korban gawat darurat yaitu korban
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PELAYANAN TRIAGE
DIREKTUR RS
Halaman :
IRNA, OK, ICU/ICCU, NICU, RADIOLOGI, LABORATORIUM
Unit Terkait
Prosedur
cedera sehingga terjadi gangguan pada sistem respirasi yang
mengancam henti nafas & atau ada gangguan sistem kardiovaskuler
yang mengancam henti jantung atau korban yang diketahui baru saja
c. Label kuning : Diberikan untuk korban gawat darurat , yaitu korban
dengan cedera berat atau parah dalam keadaan stabil = 3
terlihat henti nafas atau henti jantung = 1
B. Triage dalam Keadaan Bencana/Disaster
1. Dokter memeriksa kondisi korban secara singkat dan cermat
2. Dokter segera menentukan tingkat kegawatdaruratan korban
3. Dokter bersama petugas memberikan label:hitam, merah, kuning & hijau
untuk setiap korban sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan, yaitu :
a. Label hitam : Diberikan untuk korban yang sudah meninggal dunia = 0
49PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
rekam medis rawat inap, untuk selanjutnya oleh perawat IGD diserahkan ke
perawat ruangan sesuai permintaan ruang/kelas atau hak pasien
1. Semua psien yang masuk ke IGD harus mendaftar dirinya atau didaftarkan
oleh keluarga atau pengantarnya ke petugas TPP
2. Pasien tanpa keluarga dan pengantar tetap didaftarkan oleh petugas IGD ke TPP
dengan diberi identitas / label Tn / Ny / Nn / An / :X
3. Lembar catatan medik diisi oleh dokter jaga IGD dan perawat jaga IGD dan
Konsulen sesuai kasus pasien
4. Lembar catatan medik pasien rawat jalan setelah selesai perawatan dicatat
pada laporan medis harian IGD dan dalam waktu maksimal 1x24 jam di
DITETAPKAN
PEMBUATAN CATATAN MEDIS DI IGD
7. Lembaran catatan medik IGD tidak dibenarkan untuk diisi atau diserahkan
Unit Terkait
Semua SMF , Medical Record
penyakit pasien IGD dan dihasilkan dengan rapi dan lengkap
melindungi petugas medis dari tuntutan hukum
keperawatan di Unit Gawat Darurat
oleh atau kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
5. Lembar catatan medik IGD bagi pasien yang MRS rawat inap setelah di
lengkapi pengantar rawat, didaftarkan se petugas TPP rawat inap untuk
diberikan nonor registrasi dan berkas rekam medis rawat inap
6. Lembar catatan medis IGD dan pengantar rawat disatukan dengan berkas
setor ke TPP rawat jalan
1. Diperolehnya catatan medis yang lengkap,tepat, jelas dan benar
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan dan
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan
DIREKTUR RS
Halaman :
Prosedur yang mengatur tentang proses pembuatan catatan perjalanan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
50PROSEDUR
TETAP
catatan medisnya
Unit terkait
semua SMF, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, Instalasi Patologi klinik
Agar pemeriksaan laboratorium klinis dapat dilakukan secara cepat dan benar
untuk penunjang diagnosa
menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampel sesuai
permintaan pemeriksaan.
10. Hasil pemeriksaan laboratorium klinis IGD untuk pasien rawat jalan
diserahkan kepada pasien/keluarga/pengantar oleh dokter/perawat jaga
IGD sebelum pasien meninggalkan ruang perawatan IGD.
11. Kepada pasien yang MRS hasil pemeriksaannya disertakan pada berkas
Alternatif lain untuk pengambilan sample pemriksaan sulit adalah melalui
venaseksi yang dilakukan oleh dokter ahli sesuai kebutuhan.
8. Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, keluarga/pengantar pasien
mengambil hasil pemeriksaan dari labortaorium untuk diserahkan kepada
dokter atau perawat jaga IGD
9. Bagi pasien yang tidak ada keluarga/pengantar maka perawat IGD
6. Pemeriksaan yang karena keterbatasan fasilitas laboratorium RS dapat
dilakukan di laboratorium lain yang mempunyai fasilitas yang sesuai
dengan permintaan / kasus setelah dibicarakan dengan pasien/keluarga
7. Bagi pasien yang sulit dilakukan penangambilan sampel pemeriksaan
(seperti bayi/anak dengan vena yang kolaps/sulit didapat) maka perawat
IGD menghubungi petugas laboratorium untuk pengambilan sampelnya
3. Sampel pemeriksaan & blanko permintaan pemeriksaan selanjutnya diserahkan kepada keluarga/pengantar pasien untuk diantar ke laboratorium
4. Pasien ASKES/ JAMKESMAS/JAMKESDA/JAMKESDA PROPINSI untuk
blanko permintaan pemeriksaan harus disertai dengan blanko jaminan
5. Pasien umum (tanpa jaminan asuransi) pembayaran biaya pemeriksaan di
atur berdasarkan ketentuan /prosedur tetap instalasi Laboratorium RS
Kebijakan a. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
Tujuan Agar foto radiologi dapat segera diperoleh untuk membantu penegakkan
diagnosa dengan cepat dan tepat
Kebijakan a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
di Unit Gawat Darurat
DIREKTUR RS
PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
Halaman :
Pengertian Pelayanan pemeriksaan foto radiologi bagi pasien yang masuk dan atau
dirawat di IGD
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PELAYANAN PEMERIKSAAN FOTO RADIOLOGI
52PROSEDUR
TETAP
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
Unit terkait
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
jalan dan MRS dengan resep ASKES, khusus pasien MRS kopian resepnya
Agar penyediaan obat-obatan dan bahan bagi pasien IGD dapat segera diguna
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
kan untuk menyelamatkan pasien dari kecacatan dan atau kematian
di Unit Gawat Darurat
DIREKTUR RS
Halaman :
suatu sistem pelayanan yang mengatur tentang penggunaan obat dan bahan
pakai untuk pengobatan dan perawatan pasien yang masuk dan atau dirawat
di IGD
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PELAYANAN FARMASI PASIEN IGD
53PROSEDUR
TETAP
Sebagai pedoman penerapan langkah-langkah untuk membantu masyarakat
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
55PROSEDUR
TETAP
Unit terkait IGD, Medical record, Apotek
Prosedur
Dokter menuliskan resep-resep sesuai dengan acuan pembukaan resep
1. Setelah dokter memeriksa pasien
2. Dokter menuliskan resep untuk pasien
3. Resep diberikan kepada pengantar pasien
4. Resep dibawa ke apotek untuk pengambilan obat
Pemberian resep adalah tanda bukti permintaan obat dari dokter untuk diberi
kan kepada pasien yang bersangkutan untuk pembelian obat di apotek
Adanya peraturan tertulis tentang langkah-langkah pemberian resep oleh dokter
terhadap pasien.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PEMBERIAN RESEP
DIREKTUR RS
Halaman :
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
56PROSEDUR
TETAP
3. Surat keterangan sakit yang telah dibuat diberikan kepada pasien atau
keluarga pasien
Dokter IGD, Medical record
Unit terkait
Prosedur
adanya peraturan tertulis tenyang pemberian surat keterangan sakit
1. Setelah dokter memriksa pasien, dokter mencatatnya di rekam medik
2. Dokter menulis surat keterangan sakit sesuai dengan keadaan pasien, bagi
pasien yang memerlukan surat keterangan sakit
Halaman :
Surat keterangan sakit adalah laporan tertulis untuk pasien yang memerlukan
istirahat yang dibuat oleh dokter sesuai dengan penyakitnya.
sebagai acauan dalam membuat surat keterangan sakit
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PEMBERIAN SURAT KETERANGAN SAKIT
DIREKTUR RS
pengertian
Tujuan
kebijakan
57PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
Prosedur
Kebijakan
Tujuan
Pengertian
"Dilarang masuk kecuali petugas"
petugas.
riwayat penyakitnya.
Dokter IGD, Perawat IGD, Medical record
4. Apabila keluarga pasien ingin mengetahui hasil pelayanan medik dapat
dijelskan secara lisan dengan pengetahuan pasien
5. Bila pasien asuransi atau berusaha ingin mengetahui informasi tentang
pelayanan medis, pasien yang ditangani harus disertai dengan surat
permintaan dokter perusahaan atau asuransi, selanjutnya dapat diberikan
6. Catatan rekam medik disimpan di rekam medik dengan diberi tulisan
1. Setiap petugas RS diberitahukan bahwa pelayanan medik kepada pasien
bersifat rahasia oleh sebab itu wajib dijaga kerahasiaannya.
2. Dokumen rekam medik yang berisi hasil pelayanan medis harus disimpan
dengan baik dan tidak boleh ditunjukkan kepada siapapun secuali seijin
3. Apabila ada permintaan aparat penyelidik atau pengadilan, yang dapat
diserahkan hanya resume penyakitnya saja.
kepada pasien yang tercatat maupun yang tidak tercatat.
Prosedur
Unit Terkait
Agar pemeriksaan atas pasien dengan permohonan visum et repertum dapat
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
dilakukan sesuai dengan syarat undang-undang
Keperawatan di Unit Gawat Darurat
RSU
PELAYANAN PASIEN DATANG DENGAN
PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM DI IGD
Prosedur yang mengatur tentang pelayanan kepada pasien yang membutuh
Halaman :
kan visum et repertum
yang berlaku.
Visum et Repertum.
pengirimannya kepada yang berwenang.
4. Identitas pasien harus sesuai dengan identitas permintaan
5. Visum et repertum diterima dan diagendakan oelh petugas (pada bagian
loket MR) dan jawabannya atau visum et repertumnya dibuat segera oleh
dokter yang menangani pasien.
6. Permintaan visum et repertum harus diserahkan ke petugas urusan
dikirim kepada petugas visum et repertum dalam 24 jam untuk selanjutnya diatur
SMF Anak, SMF Bedah, SMF penyakit dalam, SMF Kebidanan, medical record,
Instalasi Pemulasaran jenazah.
TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
9. Permintaan visum et repertum dapat untuk orang hidup, orang mati, benda
dari tubuh manusia, penggalian jenazah.
10. Penolakan otopsi berakhir dengan pencabutan visum et repertum oleh
polisi atau pernyataan keberatan tertulis oleh keluarga.
11. Khusus visum et repertum perkosaan dibuat: SMF kebidanan &kandungan
12. Hasil pemeriksaan pasien sebagai jawaban permintaan visum et repertum
visum et repertum RS pada jam kerja.
7. Administrasi keuangan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku
di IGD (PERDA)
8. Hal yang bersifat khusus (visum bedah mayat/otopsi) penanganannya
dilakukan oleh tim otopsi dibawah tanggung jawab wadir pelayanan dan
tekinik pelaksanaannya dikoordinasikan dengan petugas IPS RS.
1. Pasien diterima dan dilayani seperti pasien rutin
2. IGD hanya melyani pasien dengan permintaan visum et repertum yang di
antar oleh petugas yang sah (polisi atau jaksa) sesuai dengan ketentuan
3. Ada permintaan tertulis visum et repertum dari yang berwajib.
60PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewenang dokter jaga dalam
Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
TUGAS DAN WEWENANG
DIREKTUR RS
DOKTER JAGA IGD
62PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
11. Memberikan bimbingan, tambahan ketrampilan dan penyegaran ilmiah
Unit Terkait Semua SMF, komit Medik, RANAP, PICU/NICU, ICU/ICCU/HCU, OK, Radiologi,
Patologi Klinik
konsulen dalam memberikan pelayanan konsultasi medik
3. Melindungi petugas medis dari tuntutan hukum
keperawatan di Unit Gawat Darurat
kepada dokter jaga IGD untuk meningkatkan pelayanan di IGD
7. Menuliskan jawaban konsul pada kolom formulir konsultasi yang tersedia
8. Mengisi resume perawatan jika pasien yang dikonsulkan meninggal
9. Membuat daftar jaga konsulen di IGD untuk masing-masing SMF
10. Membuat rujukan ke RS rujukan apabila oleh karena sesuatu sebab harus
dirujuk (misalnya keterbatasan sarana) yang tidak memadai dan atau atas
permintaan pasien.
1. Dokter konsulen datang di IGD apabila dihubungi oleh dokter jaga IGD
untuk mengadakan konsultasi medis
2. Jika dalam waktu 15 menit dokter jaga IGD tidak dapat menghubungi
konsulen jaga maka wajib menghubungi konsulen jaga berikut
3. Memberikan pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lanjutan kepada
pasien yang datang di IGD
4. Menyarankan pemeriksaan penunjang yang masih perlu dilakukan.
5. Mengadakan konsultasi dengan SMF lain yang terkait jika diperlukan
6. Memberikan tindakan profesional sesuai dengan bidangnya.
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
Halaman :
Prosedur yang mengatur tentang tugas dan wewewang sebagai dokter
1. Sebagai pedoman/acuan penerapan langkah-langkah mengenai batasan tugas
dan wewenang dokter konsulen di IGD
2. Menghindari pelanggaran etika kedokteran
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
1. Semua staf/petugas IGD datang tidak pakai undangan hanya ditulis pada
papan pengumuman
2. Pertemuan dimulai jam 07.30-09.00
Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan.
Unit terkait
65PROSEDUR
TETAP
Sebagai acauan penerapan langkah-langkah untuk memberikan arahan
3. Petugas baru mengikuti program orientasi sesuai dengan materi yang telah
disiapkan dalam blanko orientasi.
4. Setelah dianggap cukup, petugas baru menghadap kembali Kepala IGD
dengan membawa bukti pelaksanaan orientasi yang telah ditandatangani
oleh pembimbing
5. Petugas mulai dapat bekerja dan selanjutnya menjadi staf IGD
di Unit Gawat Darurat
1. Petugas/pegawai baru datang ke IGD menghadap Kepala IGD dengan
membawa Surat Tugas dari direktur
2. Sesuai dengan tugas/profesi masing-masing petugas baru mendapat
bimbingan orientasi yaitu :
Tenaga Dokter : oleh Kepala IGD atau koordinator medis
Tenaga Perawat, pekarya/cleaning service/loket dan administrasi :
oleh KARU IGD
Tujuan
Prosedur
kepada petugas baru untuk mengetahui tugas msaing-masing sehingga dapat
7. Daftar permintaan barang medis habis pakai ditujukan kepada Apotek RS.
Daftar permintaan barang diluar barang medis habis pakai (peralatan/
inventaris medis) ditujukan kepada Kabid Pelayanan.
8. Permintaan bahan yang tidak terpenuhi dilaporkan langsung kepada Kepala
Bidang Pelayanan&dicatat untuk bahan pembahasan Rapat kooordinasi
9. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar bahan medis
habis pakai pada buku permintaan untuk dibawa petugas IGD ke Instalasi
Farmasi setiap hari.. dan.. Untuk inventaris (peralatan medis) dibuat dalam
bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan pertahun anggaran.
10. Permintaan barang medis yang tidak terpenuhi dialporkan langsung
kepada Bidang Pelayanan dan dicatat untuk bahan pembahasan dalam
rapat koordinasi.
Unit terkait
Instalasi farmasi, bidang Pelayanan.
67PROSEDUR
TETAP
5. Untuk inventaris dibuat dalam bentuk permintaan kebutuhan yang diajukan
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
koordinasi.
pertahun anggaran.
1. Daftar permintaan barang non medis dilakukan oleh Kepala Ruang IGD
2. Karu IGD dengan mengetahui Kepala IGD menuliskan daftar barang non
c. Henti jantung
Prosedur
1. Adrenalin
Indikasi :
a. Shock Anafilaktik
b. Asma Bronkiale
9. Povidone Iodine
10. Aqua pro injeksi dan aqua steril
11. jarum injeksi
12. Papan spalk dan softband spalk
B. Obat-obatan habis pakai
Dipasang antara venacath dan botol infus/darah
Disamping alat-alat tersebut di IGD perlu disediakan bahan habis pakai :
6. kassa steril
7. Kapas alkohol
8. Alkohol 70%
5. Infus set/Transfusi set
a. Indikasi :
1) penghubung venacath dengan cairan infus/darah, sekaligus
mengatur besarnya tetesan aliran cairan infus/darah.
2) Sebagai jalan masuk obat-obatan yang dimasukkan secara IV
b. Cara pemasangan :
b. Cara pemasangan :
1) Lakukan ikatan di atas vena yang dipilih
2) Masukkan jarum setelah dilakukan tindakan antiseptik sehingga
a. Shock Anafilaktik
Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap jam
b. Asma Bronkiale
Dosis 10 mg (dewasa) secara IV bisa diulang tiap 6-8 jam
Catatan : hanya diberikan pada status asmatikus&penderita asma yang
sudah tergantung dengan kortikosteroid.
c. Alergi
7. Aminophyllin
Indikasi :
Asma Bronkiale
Dosis : 1/2 ampul Bolus diteruskan dengan 1 1/2 ampul dalam D5%
6. Sulfas Atropin
Indikasi :
a. Bradikardia
Dosis 0,5-2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan
b. Keracunan obat Insektisida
Dosis : 0,5 -2 mg/IV sampai tercapai efek yang diinginkan.
Indikasi :
a. Disaritmia ventrikuler
Dosis 1 mg/KgBB Bolus, diikuti per infus 1-4 mg/menit sampai hilang
Disaritmianya
b. Anestesi Lokal
Dosis 0,5-1 mg sampai tercapai efek yang diinginkan
4. Dopamin
Indikasi :
Indikasi :
Pada pasien dengan keluhan mual-muntah
Dosis : 1 ampul secara IV dewasa
11. Ulsikur / cimetidine
Indikasi :
Epigastric pain/ gastritis
Halaman :
8. Antrain
Digunakan sebagai analgesik
9. Diazepam
Pasien kejang
Dosis : 10 mg IV dewasa
5 mg per rectal anak , bila masih kejang :diulang per 10 menit
10. Primperan / Metoclopramid
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI DIREKTUR RS
DAN OBAT LIFE SAVING
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
14. Transamin / Asam traneksamat
Indikasi :
Kasus perdarahan
Dosis : 1 ampul secara IV
15. Dextrose 40 %
Indikasi :
Kasus Hipoglikemia
Dosis : sesuai hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)
16. Serum Anti Bisa Ular
17. Anti Tetanus/ Tetagam
18. Xylomidon
19. Diphenhidramine
C. Cairan infus
1. Ringer Laktat
Digunakan pada kasus hipovolemik/dehidrasi dan asidosis metabolik
Prosedur
Indikasi :
13. Profenid Suppositoria
Indikasi :
Pada pasien dengan nyeri hebat
Dosis : sesuai kebuthuan
72PROSEDUR
TETAP
a. Alkalosis metabolik misalnya pasien muntah terus menerus
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN BAHAN HABIS PAKAI
2. NaCl 0,9%
Digunakan pada pasien :
b. cairan kumbah lambung
3. Dextrose 5 %
Digunakan untuk maintanance
4. Dextrose 10 %
Digunakan pada pasien sulit makan (pengganti glukosa)
5. Martos
Digunakan untuk maintanance pada penderita DM
6. Dextran
Digunakan pada pasien anti oedem, misalnya pasien stroke
7. D5 1/2NS
Digunakan pada pasien anak (pada kasus) cedera kepala)
8. D5 1/4NS
Digunakan pada pasien neonatus (pada kasus cedera kepala)
9. Manitol
Digunakan pada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan otak
DIREKTUR RS
73PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
# Sebelum dilakukan pengantaran, pihak keluarga lebih dahulu menyelesai
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENGGUNAAN JASA AMBULANCE
DIREKTUR RS
Halaman :
Petunjuk tentang penggunaan Ambulance
Menjelaskan tata cara pemesanan ambulance,penanganan pasien serta
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
pencatatan administrasi
1. Penanggulangan pemesanan ambulance oleh pihak luar :
^ Pasien/keluarga yang berkepentingan menghubungi RS (IGD-Ambulance)
untuk menjemput pasien di lokasi yang telah ditentukan.
^ Petugas jaga melihat daftar penggunaan ambulance untuk memastikan
keberadaan ambulance dan membuat surat jalan kepada sopir dan
perawat jaga yang bertugas
^ Sopir dan perawat yang bertugas menerima surat jalan dan langsung
menuju lokasi yang diminta dan langsung melakukan penanganan medis
terhadap pasien (sesuai standar emergency yang berlaku) serta
melakukan koordianasi dengan pihak unit gawat darurat untuk mempersiap
3. Mengontrol persiapan obat dan alat untuk keperluan operasi sesuai resep
4. Menyiapkan pasien:
$ Check informed consent
$ Personal hygiene dan daerah yang dicukur
$ Puasakan pasien sesuai program
$ Melepaskan gigi palsu atau lensa kontak
$ Mengosongkan kandung kemih dengan urine bag
Persiapan operasi yang dilakukan segera untuk menyelamatkan hidup
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
pelayanan Rumah Sakit
di Unit Gawat Darurat
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PERSIAPAN PASIEN OPERASI CITO/
DIREKTUR RS
EMERGENCY
Halaman :
Unit terkait
SMF Bedah, Instalasi Bedah Sentral
7. Mengantar pasien ke kamar operasi setelah diinformasikan oleh perawat
Instalasi Bedah Sentral (IBS)
8. Memberi laporan kepada perawat penerima di IBS
4. Mencegah terjadinya infeksi intra dan pasca operasi
# kapas
# handscoen
b. Persiapan pasien:
* Perawat mencuci tangan dan memakai handscoen
* Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
* Mengatur posisi pasien utnuk memudahkan perawat memasang
* Meletakkan splak/bidai malampui 2 sendi tulang yang fraktur
* Memastikan posisi fraktur sudah sesuai dengan ukuran spalk/bidai yang
setelah 10 menit
* Mencuci tangan
IGD
dilakukan
spalk atau bidai
atau letak tulang yang fraktur
2. Mengurangi rasa sakit
* Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan.
* Membalut (kassa perban) bagian yang sudah terpasang spalk/bidai
dengan gerakan melingkar dan dipastikan bagian yang terpasang spalk/
bidai tertutup kembali
* Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, dengan memperhatikan warna kuku
78PROSEDUR
TETAP
Kebijakan
Pengertian
Tujuan
Halaman :
1. Melebarkan jalan nafas pasien
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
3. Memberikan kenyamanan pasien
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
* Memasang kembali nebulizer cup dengan nebulizer tank kemudian
pasang masker/bagian penghubung ke mulut pasien
lain dihubungkan ke bagian bawah medication tank
* Pegang nebulizer pada bagian nebulizer cup dan hidupkan mesin
* Saat menghirup uap nebulizer, pasien harus duduk tegap&rileks. Jika
pasien dalam perawatan di tempat tidur, sokong tubuh pasien dengan
bantal hingga duduk tegap (posisi kepala miring, tertekuk tidak dianjurkan)
* Letakkan mouthpiece ke depan mulut pasien 3 cm untuk memulai
menghirup uap
* Tarik nafas perlahan-lahan dan dalam hingga uap obat dapat mencapai
saluran bronchiale
tahan nafas beberapa saat (2-3 detik) lalu hembuskan nafas perlahan
perlahan mengeluarkan mouthpiece dari mulut. Tekan pause bila lelah
* Bila obat telah habis, tekan off dan diconnect/mencabut kabel dari saklar
79PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit terkait
3. Pemberitahuan tentang dugaan/kasus kriminal kepada yang berwajib hanya
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGGANAN PASIEN AKIBAT TINDAKAN
DIREKTUR RS
ATAU DIDUGA AKIBAT TINDAKAN KRIMINAL
Halaman :
Prosedur yang mengatur tentang penangganan pasien akibat tindakan atau diduga
Agar penangganan pada pasien dengan dugaan/kasus kriminal dapat terlayani
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/
SMF Bedah, Medical Record
tindakan kriminal
sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga
di Unit Gawat Darurat
dilakukan oleh dokter jaga
pelayanan Rumah Sakit
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah tentang pelayanan keperawatan
1. Penangganan pasien dilakukan sesuai dengan prosedur oleh perawat dan
dokter jaga IGD
2. Memberi saran kepada keluarga untuk melapor kepada yang berwajib atau polisi
80PROSEDUR
TETAP
Prosedur yang mengatur tentang pelayanan pasien yang mengalami kasus
Unit terkait
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
c. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kupang tentang pelayanan
1. Tenangkan korban di tempat yang tenang, bebas dari kegaduhan atau
gangguan orang lain.
2. Bila korban tidak sadar atau mengalami luka berat atau ringan maka catat
secara teliti keadaannya dan atasi kelainan-kelainan tersebut sebagimana
Agar pasien yang mengalami perkosaan dapat diberi ketenangan guna
a. Undang-undang no 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. SK.Menkes No.1333 Tahun 1999 tentang Penerapan standar/Pelayanan RS
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DIREKTUR RS
PERKOSAAN DI IGD
Halaman :
perkosaan.
kelainan secara umum.
3. Mengenai kelainan di alat kelamin dan pembuktian adanya cairan mani, sel
Kebidanan dan penyakit kandungan. Bila pasien memerlukan penanganan
yang lebih lanjut segera kirim ke SMF kebidanan dan penyakit kandungan.
4. Permintaan visum et repertum diajukan secara tertulis oleh pihak kepolisian
atau kejaksaan dan korban diantarkan sendiri oleh pihak kepolisian atau
kejaksaan bersama surat permohonan visum et repertum. Permintaan
mengantarkan korban. Selanjutnya petugas tersebut dapat meninggalkan
korban di rumah sakit sambil membawa lembaran II permintaan
Visum et Repertum yang telah diisi dan ditandatangani oleh dokter yang
bersangkutan atau keluarga korban.
visum et Repertum repertum tidak boleh dibawa sendiri oleh yang
5. Dalam permintaan visum et repertum dimana kejadian perkosaan atau
upaya perkosaan :
# Baru terjadi (kurang dari 3 hari) maka korban harus dirawat inap di RS
sampai selesai pemriksaan dilakukan oleh dokter dari SMF kebidanan
dan penyakit kandungan.
# Sudah lama (lebih dari 3 hari) maka korban dianjurkan untuk kembali
diperiksa di SMF kebidanan dan penyakit kandungan pada jam kerja.
6. Petugas penerima korban yang memerlukan visum et repertum wajib
mencatat : nama, pangkat, NRP, petugas kepolisian atau kejaksaan yang
SMF kebidanan, medical record, komite medic
perawatan dan tindak lanjutan (pemeriksaan untuk visum et repertum)
keperawatan di Unit Gawat Darurat
menerima korban yang pertama kalinya.
81PROSEDUR
TETAP
# Varicella
# TBC
# Hepatitis
# Enteritis ; disentri ; kolera
# Susp.HIV AIDS
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
1. Bila pasien sudah meninggalkan ruangan isolasi :
^ Alat-alat yang telah dipakai pasien harus didesinfektan ulang termasuk
lantai dan dinding
tersangka penyakit menular
unit terkait
Prosedur
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR/
DIREKTUR RS
TERSANGKA PENYAKIT MENULAR DI IGD
Halaman :
tugas dan wewenang dokter dan perawat jaga IGD
keperawatan di Unit Gawat Darurat
b. trauma elektrolis
c. trauma kimia
2. Pemeriksaan fisik
a. edema
b. penuh bulla
c.eritema
3. pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
4. Diagnosis banding
Pengertian
REVISI KE:
m. medikamentosa
* Antibiotika
* ATS 1500 mg
Tujuan
Kebijakan Agar petugas medis dan paramedis dapat menagani pasien luka bakar sesuai
dengan standar yang berlaku
1. Anamnesa
a. trauma panas/dingin
5. Penatalaksanaan
a. bebaskan jalan nafas K/P dan O2
b. atasi keadaan shock
c. timbang berat badan penderita
d. Tanyakan kronologis terjadinya luka bakar, jam terjadinya
e. Hitung luas luka dengan rule of nine
f. Rehidrasi
^ Dengan memasang infus RL, dengan dosis menurut formula boxter :
% luas luka bakar x kgBB x 4 ml RL
^ Setengah dari jumlah tersebut diberikan dalam 8 jam pertama dan
setengahnya lagi 16 jam berikutnya.
g. Bersihkan luka
h. Keluarkan cairan darah, bulla
i. Cuci dengan NaCl 0,9%
j. Tutup luka dengan sofratulle dan silvadene
* Analgetik
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR
DIREKTUR RS
Halaman :
Prosedur
83PROSEDUR
TETAP
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN LUKA BAKAR
DIREKTUR RS
Halaman :
Prosedur
Febris
Ptechie
Lekositosis
Lekopern
Hiperventilasi dengan hipokopnia
* Penderita dibaringkan terlentang
* Bebaskan jalan nafas, berikan cairan kristaloid 1-2 liter selama 30-60 menit
* Dopamin drip / syringe pump diberikan bila dengan pemberian cairan
belum ada perbaikan
* Kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV
* Berikan antibiotik
d. Penanganan shock neurogenik
86PROSEDUR
TETAP
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN SHOCK
DIREKTUR RS
Halaman :
oedema laring, ruam-ruam kulit dan kelainan intestinal
* Penderita dibaringkan terlentang dengan kaki ditinggikan
# Tracheostomi
Prosedur
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
1. Anamnesa
a. Riwayat demam yang mulai secara tiba -tiba 2-7 hari dengan
gejala tidak spesifik sakit kepala ,sakit sendi atau sakit perut
b. Timbul bintik-bintik merah pada kulit atau epistaxis atau perdarahan
gusi serta batuk darah.
diman dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi
dengue shock syndrom
memahami tata laksana DSS.
c. Jika terjadi hemtemesis atau melena pada pemeriksaan berkala
menunjukkan penurunan transfusi darah
d. Observasi tiap jam keadaan umum (tensi, nadi)
e. Pemeriksaan laboratorium bekala Hb, Ht, trombo tiap 4-6 jaam
f. Tetapi antibiotik sesuai indikasi
g. Terapi simptomatik
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Halaman :
PENANGANAN PASIEN
DENGUE SHOCK SYNDROM
Yang dimaksud DSS adalah serangan demam berdarah yang bersifat lanjut
Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani
Semua petugas medis dan para medis di IGD dan perawatan dapat
5. Penatalaksanaan
instalasi perawatan
Dokter umum
Unit Terkait
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
DENGUE SHOCK SYNDROM
Halaman :
6. Penatalaksanaan
a. Konsultasi spesialis penyakit dalam jika pasien dewasa
7. Perawatan Rumah Sakit
a. renjatan teratasi : rawat inap
b. renjatan tak teratasi atau perdarahan : masuk ke ICU
89PROSEDUR
TETAP
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Pengertian
Mulut : kering
Nadi : 120-140x/menit
3. Dehidrasi berat
Mulut : normal
Nadi : kuat < 120 x/menit
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 8%
Keadaan umum gelisah apatis
Turgor ; turun
Mata ; cekung
Respirasi : 30-40x/menit
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN GASTROENTERITIS AKUT
DIREKTUR RS
DENGAN DEHIDRASI PADA ANAK
Halaman :
90PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
70 ml/KgBB diberikan dalam 5 jam
^ Umur > 12 bulan : 30 ml/KgBB diberikan dalam 7/8 jam selanjutnya
70 ml/KgBB diberikan dalam 2,5 jam
* Bayi ASI diteruskan
* Anak yang lebih besar, susu formula diencerkan makanan lunak, rendah
serat porsi kecil frekuensi sering
91PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Halaman :
Gastroenteritis dehidrasi berat dan hipovolemik shock adalah keadaan dimana
tubuh sangat kekurangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi hipovolemik
shock biasanya disertai dengan penurunan kesadaran.
sebagai acuan untuk penatalaksanaan gastroenteritis dengan hipovolemik
92PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
Observasi demam adalah suatu keadaan demam dimana penyebabnya
belum diketahui secara pasti.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penanggulangan tindakan demam yang
belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Adanya prosedur tertulis untuk kasus 10 besar penyakit UGD
1. Anamnesa dengan adanya riwayat demam dengan penyebab yang tidak
2. Periksa tanda-tanda vital,apabila ada penurunan tanda vital segera ditangani
3. Pemeriksaan laboratorium yaitu trombosit dan lekosit
4. Berikan antibiotik yang sesuai dengan hasil pemeriksaan hasil penunjang
5. Apabila perlu konsultasi dengan konsulen dokter penyakit dalam
6. Pasien dirawat.
spesifik
IGD, Spesialis penyakit dalam, laboraotrium
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN OBSERVASI DEMAM
DIREKTUR RS
Halaman :
93PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
IGD, Spesialis Anak, Spesialis Saraf
Unit terkait
adanya prosedur 10 besar penyakit IGD
Prinsip pengobatan :
Atasi kejang, mencari dan mengobati penyebab, pemberian profilaksis
terhadap berulangnya kejang
1. Anamnesa
2. Bebaskan jalan nafas, pasang sudip lidah
3. Beri O2 lembab
4. Berikan diazepam IV 0,3 - 0,5 mg/KgBB perlahan-lahan dosis max 20 mg
5. Jika sukar mencari vena berikan per rectal dengan dosis 0,5-o,75 mg/kgBb
(5 mg untuk BB <10 Kg dan 10 mg untuk BB >10 Kg)
6. Jika pasien sudah sadar berikan antipiretik & antibiotik sesuai penyebabnya.
7. Antikonvulsan profilaksis, berikan diazepam 0,3 mg/KgBB / kali
pemberian diberikan 3x/hari selama demam biasanya 2-3 hari
DD/ : meningitis, epilepsi
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN DEMAM KEJANG
DIREKTUR RS
Halaman :
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu > 38 derajat
yang disebabkan oleh suatu proses extracranium yang bersifat umum, tonik
kklonik terjadi beberapa detik sampai 10 menit, penyebab biasanya infeksi
saluran pernapasan atas otitis media, pneumonia, GE dan ISK
sebagai acuan untuk menangani kejang demam
94PROSEDUR
TETAP
Tujuan
keluarkan melalui mulut & diletakkan secara longgar di pipi, benang ini
berguna untuk menarik keluar tampon bila akan dilepas.
# Bila perlu dapat dipasang tampon anterior
# Penderita harus dirawat dan tampon diangkat setelah 1-2 hari. Berikan
antibiotik misalnya PS 8:1
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
Prosedur 1. Tentukan asal perdarahan dengan memasang tampon yang dibasahi
dengan adrenalin1/1000 dan pantokain 2%,dibantu dengan alat penghisap.
sedapat mungkin penderita dalam posisi duduk
Bila ternyata perdarahan berasal dari Anterior :
2. Pasang kembali tampon yang dibasahi Adrenalin 1/1000 & Pantokain 2%
selama 5-10 menit dan ala nasi ditekan ke arah septum
3. Setelah tampon diangkat, asal perdarahan di kaustik dengan larutan
AgNO3 20-30% atau asam trikloroasetat 2-6% atau dengan elektrokauter.
4. Bila masih berdarah, pasang tampon anterior yang terdiri :kapas/ kasa
yang diberi boozalf/ bimuth iodine paraffin paste (BIPP). Tampon ini dipertahankan 1-2 hari ( boorzalf)/ 3-4 hari ( menggunakan BIPP)
Bila ternyata perdarahan berasal dari Posterior :
5. Coba atasi dengan kasutik dan tampon anterior (lihat cara diatas)
6. Bila gagal, pasang tampon posterior (Bellocq); caranya :
# Tampon ini terdiri dari gulungan kassa yang mempunyai dua benang di
satu ujung dan satu benang di ujung lain.
# Masukkan kateter karet dari nares anterior ke dalam sampai tampak di
orofaring dan ditarik keluar melalui mulut
# Pada ujung kateter diikatkan salah satu dari dua benang yang ada pada
satu ujung& kateter ditarik kembali melalui hidung. Dengan cara yang
sama benang yang lain dikeluarkan melalui lubang hidung yang lain.
# Kemudian kedua benang yang telah keluar melalui lubang hidung itu di
tarik sedang telunjuk tangan yang lain membantu mendorong tampon ke
arah nasofaring sampai tepat menutup koana.
# Lalu kedua benang diikat pada tampon lain yang terletak dekat sekat
rongga hidung.Benang dari ujung lain dikeluarkan melalui mulut dan di
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN DENGAN
DIREKTUR RS
EPISTAKSIS DI IGD
Halaman :
Pengertian a. Epistaksis anterior adalah perdarahan dari rongga hidung yang berasal dari
plexus Kiesselbach atau a.etmoidalis anterior
b. Epistaksis posterior adalah perdarahan dari ronnga hidung yang berasal
dari arteri sphenopalatina dan atau arteri etmoidalis posterior
95PROSEDUR
TETAP
7. Untuk perdarahan anterior dilakukan ligasi a.etmoidalis anterior dengan
Prosedur
pertimbangkan operasi ligasi arteri :
membuat sayatan dari bagian medial alis mata ke bawah kantus internus:
setelah jaringan dipisahkan akan tampak a.etmoidalis anterior
8. Untuk perdarahan posterior dilakukan ligasi a. maksilaris interna dengan
membuat sayatan di lipatan gingivobukal seperti pada operasi caldwell Luc;
setelah memasuki sinus diangkat sehingga tampak a.maksilaris interna
dan cabang-cabangnya di fosa pterigomaksilaris.
Unit Terkait
SMF Anak, SMF THT, OK, ICU/ICCU, RANAP
Bila perdarahan menetap walaupun telah dilakukan tindakan diatas,
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN DENGAN
DIREKTUR RS
EPISTAKSIS DI IGD
Halaman :
96PROSEDUR
TETAP
Tujuan
Prosedur
Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium I dan II :
Dilakukan tindakan konservatif dengan oksigen, obat bronkodilator
aminophyllin dan bisolvon) & anti edema (papasee) dan pengawasan ketat
Terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium III dan IV :
Memerlukan tindakan intubasi atau trakeotomi segera.
terhadap gejala yang timbul.
Pengertian
1. Menyelamatkan jiwa.
2. mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan pasien.
Bila disebabkan oleh benda asing ( misalnya tersedak makanan) usahakan
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN DENGAN
DIREKTUR RS
KEDARURATAN SISTEM PERNAPASAN
Halaman :
97PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Indikasi
Prosedur
8. Trakea dibuka digaris tengah, sebaiknya dibawah cincin trakea III, lalu
dibuat lubang atau flap yang sesuai dengan kanul yang akan dipasang.
9. Bila ada, benda asing dapat dicari dan dikeluarkan melalui stoma dengan
bantuan spekulum hidung dan pinset. Bila ternyata benda asing itu terletak
distal stoma dan tidak dapat diambil, dorong ke salah satu bronkus agar
jalan napas dapat terbuka sebagian dan segera kirim ke tempat yang
sternal dapat juga dilakukan anestesi umum tetapi sebelumnya trachea
harus ditandai dengan pipa endotachea atau bronchoscop.
4. Insisi dibuat mulai dari bawah cartilago cricoid sampai fosa suprasternal,
tepat digaris tengah;cara ini lebih aman daripada insisi horisontal meskipun
10. Pasca tindakan tidak perlu dijahit; bila perlu dapat dibuat jahitan longgar di
Unit terkait
SMF Bedah, SMF Anestesi, Ok, ICU/ICCU/HCU
memintas jalan nafas bagian atas.
4. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas, epiglotitis dan lesi vaskuler
5. Pasien dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang
mempunyai fasilitas bronchoscopi
kedua ujung insisi.
kosmetik lebih buruk.
5. Jaringan subkutis disisihkan,sedapat mungkin jangan memotong pembuluh
darah, fascia otot dipotong digaris tengah.
6. Setelah cincin trakea tampak, ismus tiroid disisihkan (bila perlu dipisahkan)
sampai cincin trakea I-V terbuka; perdarahan dirawat.
7. Dapat disuntikkan beberapa tetes kokain 5% melalui intercartilago I untuk
mencegah iritasi pada pemasangan kanul.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN YANG MEMERLUKAN
DIREKTUR RS
TRAKEOSTOMI
Halaman :
Merupakan tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
1. Terjadinya obstruksi jalan nafas
2. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis
(pasien koma).
3. Apabila terdapat benda asing di subglotis
sesak nafas yang berat. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered
aerosol devise(Alupent ) metered aerosol).Jika penilaian 10-15 menit
tidak menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 2 jam.Jika pada penilain 10
- 15 menit berikutnyatidak menunjukkan perbaikan, berikan aminofilin IV
Obat-obat bronkodilator simpatomimetik secara perenteral :
Pada dewasa : dicoba dengan 0,3 ml larutan epineferin 1:1000 secara SC
Pada anak : diberikan dengan dosis 0,01 mg/KgBB secara SC (1mgr/ ml)
dapat diulangi tiap 30 menit, 2-3 kali tergantung kebutuhan.
Merupakan suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa
jam sampai beberapa hari, yang tidak memberi perbaikan pada pengobatan .
1. Menyelamatkan jiwa.
1. Bronkodilator
Dipakai obat-obat Bronkodialtor secara inhalasi atau per enteral
Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik maka
sebaiknya diberikan aminofilin per enteral sebab mekanisme kerja yang
berlainan demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat
golongan teofilin per oral maka sebaiknya diberikan obat golongan
simpatomimetiksecara aerosol/ parenteral. Obat bronkodilator golongan
simpatomimetik bentuk selektif terhadap adrenoreseptor B2 (orsiprenalin,
2. Kortikosteroid
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN DENGAN
DIREKTUR RS
STATUS ASMATIKUS
Halaman :
99PROSEDUR
TETAP
menit dan dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban.
Prosedur
PENANGANAN PASIEN DENGAN
STATUS ASMATIKUS
3. Oksigen
Pemberian oksigen dapat melalui kanula hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 Liter/
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
DIREKTUR RS
Halaman :
100PROSEDUR
TETAP
Pengertian
kebijakan
Prosedur
Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat
intalasi keperawatan
pada pasien.
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN TRAUMA KEPALA
DIREKTUR RS
Halaman :
Trauma kepala adalah keadaan pasien dimana diakibatkan oleh benturan
benda tumpul atau tajam sehingga menyebabkan gangguan neurologis
101PROSEDUR
TETAP
Pengertian
prosedur
2. penanganan
mengancam nyawa pasien.
sebagai acuan dalam penanganan trauma Thorax
RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan
Kebijakan
menghilang
* pada hemi thorax yang tekena, suara paru hipersonor dan vesikuler
c. Pemeriksaan penunjang
* terapi tension pneumothorax tidak boleh terhambat oleh karena
pemeriksaan radiologis
* pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah X-foto thorax
d. penanganan
* segera dilakukan pemasangan jarum ukuran besar pada sela iga ke-2
linea midcalvicularis.
B. Open pneumothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. Anamnesa
adanya riwayat trauma dada
b. pemeriksaan klinis
* adanya defek atau luka terbuka di daerah dada
* penderita kesakitan
* sesak nafas sampai sianosis
Trauma thorax adalah suatu bentuk kegawatdaruratan di bidang bedah karena adanya
trauma , baik trauma tumpul maupun tajam yang mengenai thorax dan dapat
Pada trauma thorax secara cepat harus dilakukan penilaian mengenai airway,
Breathing dan circulation
A. Prosedur Diagnosis
a. Anamnesa
* adanya riwayat trauma
* mengeluh sakit dada
* mengeluh sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis
* penderita nampak sesak nafas
* takikardi
* tekanan darah menurun
* sianosis
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN TRAUMA THORAX
DIREKTUR RS
Halaman :
102PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
Prosedur
bersama-sama dengan pemasangan infus.
perkusi pekak
hipovolemik.
IGD, Semua Instalasi atau ruangan pelayanan keperawatan
a. stabilisasi segment flail dan pemberian analgetik
b. pemasangan ventilator
D. Hemothorax
1. Prosedur Diagnosis :
a. anamnesa
* adanya riwayat trauma
* sakit dada
* penderita sesak nafas
b. Pemeriksaan klinis :
* adanya jejas atau luka di daerah dada
* bila terjadi masif hemothorax, penderita nampak anemi
* sesak nafas
* pada sisi dada yang mengalami trauma suara nafas menghilang dan
DIREKTUR RS
Halaman :
103PROSEDUR
TETAP
Kebijakan
Prosedur
RS menetapkan standar pelayanan medis dalam bidang keilmuan
Pada pasien trauma harus dipastikan dahulu bahwa airway, breathing
dan circulation terjamin
1. Anamnesa
a. Adanya riwayat trauma
b. Nyeri perut yang hebat, bisa terlokalisir atau menyeluruh
c. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah
d. Perut kembung, bisa disertai mual dan muntah
e. Bila disertai febris, bisa mengarah ke proses peritonitis atau kejadian
sudah relatif lama
f. Penderita tidak bisa flatus dan BAB, kencing baisanya sedikit.
g. Bila kencing berwarna merah, organ tractus urinarius mengalami trauma.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vital sign sangat penting, pastikan airway, breathing dan circulation
a. Inspeksi
Pengertian
peritonitis umum/ hematom
sebagai acuan dalam penanganan trauma abdomen
* adanya jejas di abdomen
diakibatkan oleh trauma tumpul dan tajam. Manifestasi klinis yang ditimbulkan
tergantung dari kerusakan organ, bisa berupa intra abdominal, bleeding,
104PROSEDUR
TETAP
a) preoperatif
^ Pasang infus untuk resusitasi cairan
^ Pasang NGT
^ Pasang kateter urine
b) Tindakan operatif
Tindakan operatif atau non operatif dilakukan tergantung pada diagnosa
yang ditemukan
Unit Terkait 1. Instalasi Gawat darurat
2. semua Instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN TRAUMA ABDOMEN
DIREKTUR RS
Halaman :
pemeriksaan colok dubur dapat menunjukkan proses peritonitis
b. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ini dilakukan bila keadaan airway, breathing, circulation
(hemodinamik)
sudah stabil : pemeriksaan yang sudah dilakukan adalah
1. Anamnesa
a. Keluhan pasien bermacam-macam tergantung letak dari obstruksi
b. Secara umum didapatkan keluhan mual, muntah, distensi perut, nyeri dan
tidak dapat flatus dan mungkin didapatkan demam
c. Riwayat kebiasaan BAB sebelumnya dapat membantu diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Abdominal distensi, gambaran dan gerakan usus nampak, tanda-tanda
dehidrasi mungkin ditemukan massa di inguinal atau diabdomen, anemia
b. Palpasi :
Turgor kulit mungkin menurun, nyeri tekan dan mungkin ditemukan
massa di inguinal atau diabdomen. Adanya defane muskular berarti
sudah terjadi strangulasi / perforasi organ usus.
c. Perkusi :
hipertimpani. Adanya nyeri ketok mungkin disebabkan adanya perforasi.
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
ILEUS OBSTRUKSI
Halaman :
Ileus obstruksi merupakan suatu keadaan dimana isi usus tidak dapat
melewati (pasage) usus secara normal.
106PROSEDUR
TETAP
d. pemberian antibiotika preoperatif
2) Pada ileus obstruksi yang disebabkan karena adhesi maka cukup
dilakukan pemasangan NGT, koreksi dehidrasi dengan pemasangan infus,
pemasangan kateter. Tindakan konservatif ini dilakukan selama 2x24 jam,
bila tindakan ini gagal maja dilakukan tindakan operatif.
3) Tindakan operatif
a. Tindakan sangat tergantung oleh penyebab dari obstruksi
b. Bila obstruksi kemungkinan besar disebabkan oleh masa/proses intra
abdomen maka dilakukan tindakan laparatomi explorasi
c. Bila obstruksi kemungkinan disebabkan oleh hernia externa maka
cukup dilakukan koreksi hernia.
Instalasi Gawat darurat
semua instalasi/ ruangan yang menyelenggarakan pelayanan keperawatan.
Unit Terkait
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
ILEUS OBSTRUKSI
Halaman :
4. Penatalaksanaan
1) Preoperatif
a. pasang infus ringer lactat untuk mengoreksi dehidrasi
b. pasang NGT
c. pasang kateter urine, untuk mengukur produksi urine.
107PROSEDUR
TETAP
d. Funduskopi
4. Identifikasi pasien dan pengantarnya
a. Hipertensi essensial
b. Hipertensi sekunder
5. Penatalaksanaan
Tirah baring, diet rendah garam.
Menurunkan tekanan secepat dan seaman mungkin, dengan :
a. Nifedipin sublingual 15 mg, tunggu 15 menit bisa diulang 2 kali
b. Furosemid IV 20 mg dosis awal s/d 100 mg IV, cukup satu kali pemberian
c. Obat anti hipertensi yang lain sesuai indikasi :
# Kelainan jantung aman, dipakai golongan Ace Inhibitor (Captopril)
# Kelainan ginjal aman, dipakai golongan Ca-Antagonis (Adalat)
yang berlaku
Pengertian
Tujuan
kebijakan
Prosedur
Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami
tata laksana penanganan penyakit krisis hipertensi sesuai dengan prosedur
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit sebelumnya hipertensi , jantung, ginjal
b. Keluhan sakit kepala yang hebat
c. Perdarahan dari hidung/epistaxis
d. Gangguan neurologis, perubahan mental
e. Kegagalan jantung kiri
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran dapat menurun, tensi diastolik > 120 mmHg
b. Takikardi, pelebaran vena leher
c. Pupil edema, perdarahan fundus
d. Gangguan neurologis dan perubahan mental
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan EKG
b. Pemeriksaan radiologi " Thorax"
c. Laboratorium, darah rutin, fungsi ginjal elektrolit
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
KRISIS HIPERTENSI
Halaman :
Krisis hipertensi adalah hipertensi yang (sering) sangat meningkat & dengan
tekanan darah diastolik >120 mmHg. Hipertensi ini memerlukan penurunan
tekanan darah segera meskipun tidak perlu menjadi normal, untuk mencegah
atau membatasi terjadinya kerusakan organ sasaran.
Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di IGD dalam menangani kasus
krisis hipertensi
108PROSEDUR
TETAP
8. Penyulit
a. CVD / stroke
b. Payah jantung
c. Infark miokard
d. Payah ginjal
e. gangguan penglihatan
9. Tenaga standar :
a. Perawat terlatih
b. Dokter umum terlatih
Instalasi Gawat darurat
Instalasi keperawatan
Unit terkait
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
KRISIS HIPERTENSI
Halaman :
6. Konsultasi
a. Spesialis penyakit dalam
b. Spesialis mata
c. Spesialis kebidanan
7. Perawatan RS :
Rawat inap semua kasus krisis hipertensi
109PROSEDUR
TETAP
8. Pemberian digitalis dapat dipertimbangkan jika penderita selama 2 minggu
terakhir jika penderita selama 2 minggu terakhir tidak mendapat digitalis
9. Pemeriksaan DGA dan lakukan koreksi seperlunya
10. Selanjutnya rawat inap
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi perawatan
membran kapiler
Pengertian
Tujuan
berlaku
Prosedur
Kebijakan
Unit terkait
Oedema paru adalah keadaan dimana paru-paru terendam oleh sejumlah
besar cairan sehingga menyebabkan fungsi kiri abnormal atau peningkatan
Sebagai acuan petugas medis dan paramedis IGD dalam menangani kasus
oedema paru.
Semua petugas medis & paramedis di IGD dan perawatan dapat memahami
tata laksanaan penanganan kasus oedema paru sesuai dengan prosedur yang
1. Segera baringkan penderita ke tempat tidur dengan posisi setengah duduk
2. Isap lendir dan beri O2 5-10 liter/menit
3. Berikan diuretika (furosemid/ Lasix 2 ampul IV)
ukur tekanan darah, hati-hati terhadap kemungkinan hipotensi
4. Berikan aminophyllin bolus 1 ampul IV pelan, dilanjutkan dengan aminofilin
drip per infus
5. Berikan kortikosteroid / oradexon 10-20 mg IV
6. Pemakaian morfin 2-5 mg/KgBB titrasi dengan hati-hati tiap 5-10 menit
sampai tercapai efek yang diinginkan dan waspadai kemungkinan depresi
pernapasan hipotensi.
7. Jika perlu morfin dapat diulang 4-6 jam
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENANGANAN PASIEN
DIREKTUR RS
OEDEMA PARU
Halaman :
110PROSEDUR
TETAP
Tujuan
stroke
Unit Terkait IGD, Dokter spesialis saraf, laboratorium
Prosedur 1. Anamnesa /alloanamnesa adanya defisit neurologik dan ditemukan faktor
2, Periksa kesadaran dan fungsi vital
3. Jika perlu atasi dulu jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
4. Posisi terlentang kepala 30 derajat
5. Beri oksigen
6. Pasang infus RL 12 tetes/menit
7. Jika perlu pasang dower kateter
8. Konsul dokter spesialis penyakit saraf
9. Jika penyebabnya infark : berikan pentoxyphillin (trental) 300 mgr (15 cc)
dalam 500 cc RL kecepatan 12 tetes/menit, berikan juga piracetam
(nootropil) 12 gr IV drip harus habis dalam 20 menit
11. Ranitidine 2x1 ampul IV
12. Atau sesuai instruksi dokter
13. Pemeriksaan penunjang Hb, lekosit, Gula Darah
RSU
TANGGAL TERBIT
REVISI KE:
DITETAPKAN
PENATALAKSANAAN STROKE
DIREKTUR RS
Halaman :
Stroke adalah disfungsi cerebral (defisit neurologik) yang terjadi mendadak fokal atau
global (penurunan kesadaran), disebabkan semata-mata gangguan pembuluh darah otak
yang berlangsung lebih dari 24 jam atau meninggal, gangguan pembuluh darah otak
diketahui dari ditemukannya faktor resiko stroke
Pengertian
sebagai acuan dalam melaksanakan penatalaksanaan stroke
adanya prosedur kasus yang mengancam jiwa
Kebijakan
111