Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kejang pada anak dapat dijumpai pada berbagai penyakit yang dapat
dikelompokkan dalam berbagai kategori, yaitu Epilepsy atau chronic brain disorder
adalah kelainan otak kronik ditandai oleh kejang tanpa provokasi yang terjadi
berulang yaitu 2 kali atau lebih, seringkali idiopatik, dan kadang simtomatis karena
berbagai kelainan otak seperti malformasi, tumor, dan stroke. Nonepileptic seizures
adalah diprovokasi oleh gangguan/stressor sewaktu seperti gangguan metabolisme,
infeksi CNS, kelainan kardiovaskuler, penyakit anak dengan demam, dapat
memprovokasi timbulnya kejang. Symptomatic seizures adalah karena sebab yang
diketahui seperti tumor otak, dan stroke, paling sering pada neonatus. Psychogenic
seizures adalah gejala menyerupai kejang, pada pasien gangguan psikiatrik, tidak
disertai dengan lepas muatan listrik abnormal di otak.1
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal > 380C) yang disebabkan oleh proses estrakranium. Menurut
Konsensus Penatalaksanaan kejang demam tadalah suatu kejadian pada bayi atau
anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan
demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.2
Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang bersifat
umum, tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit,
fokal, multipel (lebih dari 1 kali kejang per episode demam).2
Berikut ini akan di laporkan sebuah kasus kejang demam pada anak yang
rawat inap di paviliun Katelia RSUD Undata Palu.
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: By. MA
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 11 bulan
Tanggal lahir
: 07 Desember 2013
Tanggal Masuk RS
Anamnesa
Keluhan utama
: Kejang
Riwayat keluarga
Imunisasi
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Berat badan
: 12 kg
Tinggi badan
: 80 cm
Status Gizi
Tanda vital
: 38,1oC
Pernapasan
: 28 x/menit
: ruam (-), turgor baik, CRT < 2 detik. Warna sawo matang
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
: Sekret (-/-)
Mulut
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Jantung
midklavikula sinistra
Perkusi
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Abdomen
Genitalia
: Fimosis (+)
Anggota gerak
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Tulang belakang
Otot-otot
Refleks
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
WHOLE BLOOD
Hasil
Rujukan
Satuan
Hemoglobin
12,2
12-14
RBC
3,82
4,10-5,50
106/mm3
WBC
16,4
5-15
103/mm3
HCT
31,1
36- 44
PLT
399
200-400
g/dl
%
103/mm3
RESUME
Pasien laki-laki usia 11 bulan datang ke rumah sakit dengan keluhan kejang dialami
sejak 20 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang pertama kali dialami pasien,
durasi kejang 5 menit. Kejang bersifat umum seluruh tubuh. Setelah kejang pasien
langsung menangis. Kejang didahului demam sejak 32 jam sebelum masuk rumah
sakit. Demam turun setelah pemberian obat penurun panas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum compos mentis, tampak sakit sedang, gizi baik.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 110x/menit, reguler, kuat angkat, respirasi
28 kali/menit, suhu 38,1oC. Pada pemeriksaan fisik paru, jantung dan abdomen tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan genital ditemukan fimosis. Pemeriksaan
penunjang darah lengkap ditemukan leukositosis yakni 16,4. 103/mm3.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
TERAPI
-
Diazepam rektal 6 mg
ANJURAN
-
FOLLOW-UP
Tanggal
: 13 November 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o Denyut Nadi
: 130 kali/menit
o Respirasi
: 38 kali/menit
o Suhu
: 37,30 C
Assesment (A)
Plan (P)
Diazepam rektal 6 mg
Tanggal
: 14 November 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o Denyut Nadi
: 124 kali/menit
o Respirasi
: 46 kali/menit
o Suhu
: 380 C
Assesment (A)
Plan (P)
Aff infus
Tanggal
: 15 November 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o Denyut Nadi
: 140 kali/menit
o Respirasi
: 32 kali/menit
o Suhu
: 37,10 C
Assesment (A)
Plan (P)
Tanggal
: 16 November 2014
Subjek (S)
Objek (O)
o Denyut Nadi
: 124 kali/menit
o Respirasi
: 40 kali/menit
o Suhu
: 36,50 C
Assesment (A)
Plan (P)
DISKUSI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan 5 tahun. 2
Kejang demam dapat diturunkan secara autosom dominan melalui kromosom
19p dan 8q 12-21, sehingga penting untuk dilakukan anamnesis riwayat kejang
demam pada keluarga.7
Kejang
demam
tidak
menunjukkan
adanya
abnormalitas
pada
oksigen
dan
glukosa,
sehingga
menyebabkan
gangguan
utama timbul bangkitan kejang demam. Demam disebabkan oleh infeksi virus
merupakan penyebab terbanyak timbul bangkitan kejang demam. Perubahan
kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan
eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan
metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu tubuh satu derajat
celsius akan meningkatkan metabolisme karbohidrat 10-15 %, sehingga dengan
adanya peningkatan suhu akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan glukose
dan oksigen. Pada demam tinggi akan dapat mengakibatkan hipoksi jaringan
termasuk jaringan otak. Pada keadaan metabolisme di siklus Kreb normal, satu
molukul glukose akan menghasilkan 38 ATP, sedangkan pada keadaan hipoksi
jaringan metabolisme berjalan anaerob, satu molukul glukosehanya akan
menghasilkan 2 ATP, sehingga pada keadaan hipoksi akan kekurangan energi,
hal ini akan menggangu fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat
oleh sel g1ia. Ke dua hal tersebut mengakibatkan masuknya ion Na+ ke dalam sel
meningkat dan timbunan asam glutamat ekstrasel. Timbunan asam glutamat
ekstrasel akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran sel terhadap
ion Na+ sehingga semakin meningkatkan masuknya ion Na+ ke dalam sel.
Masuknya ion Na+ ke dalam sel dipermudah dengan adanya demam, sebab
demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion terhadap membran sel.
Perubahan
konsentrasi
ion
Na+ intrasel
dan
ekstrasel
tersebut
akan
b. Faktor Prenatal.
-
akan dilahirkan. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan. Komplikasi
kehamilan di antaranya adalah hipertensi dan eklamsia, sedangkan gangguan
pada persalinan di antaranya adalah trauma persalinan. Komplikasi kehamilan
dan persalinan dapat menyebabkan prematuritas, bayi berat lahir rendah, penyulit
persalinan dan partus lama. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan janin dengan
asfiksia. Pada asfiksia akan terjadi hipoksia dan iskemia. Hipoksia dapat
mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi dan atau meningkatnya fungsi neuron
eksitasi, sehingga mudah timbul kejang bila ada rangsangan yang memadai.
-
eklamsia dapat menyebabkan asfiksia pada bayi. Eklamsia dapat terjadi pada
kehamilan primipara atau usia pada saat hamil diatas 30 tahun. Penelitian
terhadap penderita kejang pada anak, mendapatkan angka penyebab karena
eklamsia sebesar (9%). Asfiksia disebabkan adanya hipoksia pada bayi yang
dapat berakibat timbulnya kejang. Hipertensi pada ibu dapat menyebabkan aliran
darah ke placenta berkurang, sehingga berakibat keterlambatan pertumbuhan
intrauterin dan bayi berat lahir rendah.
c. Faktor Perinatal.
-
Asfiksia.
Trauma persalinan akan menimbulkan asfiksia perinatal atau perdarahan
intrakranial. Penyebab yang paling banyak akibat gangguan prenatal dan proses
persalinan adalah asfiksia, yang akan menimbulkan lesi pada daerah hipokampus,
dan selanjutnya menimbulkan kejang. Pada asfiksia perinatal akan terjadi
hipoksia dan iskemia di jaringan otak. Keadaan ini dapat menimbulkan bangkitan
kejang
-
minggu dari hari pertama menstruasi terakhir. Pada bayi prematur, perkembangan
alat-alat tubuh kurang sempurna sehingga sebelum berfungsi dengan baik.
Perdarahan intraventikuler terjadi pada 50% bayi prematur.
Pada keadaan postmatur akan terjadi proses penuaan plasenta, sehingga
pemasukan makanan dan oksigen akan menurun. Komplikasi yang dapat dialami
oleh bayi yang lahir postmatur ialah suhu yang tak stabil, hipoglikemia dan
kelainan neurologik.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab kejang ialah demam. Demam yang
disebabkan oleh fimosis pada pasien, walaupun kelainan pada berkemih disangkal
oleh orang tua, namun dari hasil pemeriksaan genitalia didapatkan fimosis. Selain
itu, dari riwayat kehamilan dan persalinan diperoleh bahwa ibu pasien mengalami
preeklampsia, anak tidak langsung menangis, dan terdapat riwayat gawat napas. Hal
ini sesuai faktor resiko diatas dimana dengan adanya preeklamsia pada ibu,
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahanlahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam
rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3
tahun.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan
dosis 0,3-0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor
risikonya.
Antipiretik
-
Antikonvulsan
-
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 oC
3. Kejang fokal
4. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital
3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis
pasien ini adalah dubia dikarenakan kejang demam yang terjadi adalah kejang
demam kompleks yang berkaitan dengan risiko seperti diatas.6,7
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga, Jakarta
4. Mary Rudolf, Malcom Levene, 2006, Pediatric and Child Health Edisi ke2. Blackwell publishing
5. Roberton DM, South M. Practical Paediatrics Sixth Edition. UK: Churchill
Livingstone, 2007.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008, Buku Ajar Neurologi, Badan Penerbit IDAI,
Jakarta.
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013 Seminar Dokter Umum Peningkatan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Anak Pada Tingkat Pelayanan Primer, IDAI, Jakarta.