Вы находитесь на странице: 1из 38

Proposal Penelitian

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGIKAT


HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA (HPMC) TERHADAP SIFAT
FISIK TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR (Cassia siamea
Lamk.)

Oleh :
NURIA ACIS
F1F1 10 026

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
NOVEMBER 2014

HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian
Pengaruh Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat Hidroksipropil Metilselulosa
(HPMC) Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Etanol Daun Johar (Cassia
siamea Lamk.)

Diajukan Oleh :

Nuria Acis
F1F1 10 026

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Suryani, S.Farm, M.Sc, Apt


NIP. 19810626 200801 2 012

Adryan Fristiohady L., S.Farm.,M.Sc.,Apt


NIP. 19841230 201404 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi,

Nur Illiyyin Akib, S.Si., M.Si., Apt.


NIP. 19810319 200801 2 006

ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
A. Johar ............................................................................................................. 6
1. Klasifikasi ................................................................................................. 6
2. Morfologi .................................................................................................. 6
3. Kandungan Kimia ..................................................................................... 7
4. Manfaat ..................................................................................................... 7
B. Ekstrak.......................................................................................................... 8
C. Tablet............................................................................................................ 9
1. Definisi ..................................................................................................... 9
2. Komposisi ............................................................................................... 10
3. Metode Pembuatan ................................................................................. 14
4. Evaluasi Granul ...................................................................................... 16
5. Evaluasi Tablet ....................................................................................... 17
D. Hidroksipropil Metilselulosa ...................................................................... 19
E. Kerangka Konsep ....................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 23
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 23
B. Jenis Penelitian ........................................................................................... 23
C. Bahan Penelitian......................................................................................... 23
D. Alat Penelitian ............................................................................................ 23
E. Variabel ...................................................................................................... 24
F. Defenisi Operasional .................................................................................. 24
G. Prosedur Penelitian..................................................................................... 25
H. Analisis Hasil ............................................................................................. 29
I. Jadwal Penelitian........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

Halaman

1.

Bahan pengikat yang digunakan pembuatan tablet

12

2.

Rancangan Formula Tablet Ekstrak Daun Johar

25

3.

Jadwal Penelitian

29

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

1.

Tanaman Johar (Cassia siamea Lamk.)

2.

Struktur kimia HPMC

19

3.

Skema kerangka konsep

22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman obat tradisional sejak jaman dahulu telah banyak digunakan
untuk pengobatan, baik dalam bentuk serbuk, rajangan, ataupun, dalam bentuk
utuh. Namun, seiring perkembangan zaman perlu dilakukan pengembangan dan
modifikasi bentuk dan pengemasan tanaman berkhasiat menjadi bentuk yang lebih
modern dan beragam seperti tablet, pil, kapsul, krim, dan suppositoria dengan
tujuan agar lebih menarik dan juga lebih tepat sasaran dalam penggunaannya
(Hana, 2010).
Tanaman johar (Cassia siamea Lamk) secara empirik digunakan oleh
sebagian masyarakat Indonesia sebagai obat malaria dan oleh sebagian
masyarakat di daerah Aceh digunakan untuk mengobati penyakit kuning. Aliyu
(2006) melaporkan bahwa Johar digunakan sebagai pencahar, zat pembersih
darah, obat untuk sistem pencernaan, gangguan genitourinari, herpes dan rhinitis.
Selain itu, dimanfaatkan sebagai tonik karena memiliki kandungan flavonoid dan
karotenoid yang cukup tinggi. Buahnya, digunakan untuk mengobati cacingan dan
untuk mencegah kejang pada anak-anak (Smith, 2009). Ekstrak kulit batang johar
dilaporkan memiliki efek analgesik, anti-inflamasi dan zat antiplasmodial.
Ekstrak heksan daun Johar pada 400 mg/disc menunjukkan aktivitas yang
tinggi terhadap Corynebacterium diptheriae, Salmonella typhi, Shigella sonii,
Pseudomonas aeruginosa, Shigella boydii pada 37C dalam waktu 24 jam.
Ekstrak etanol daun Johar (500-1000 mg/disc) menunjukkan aktivitas yang lebih

baik dibandingkan siprofloksasin (30g/disc) terhadap Staphylococcus aureus.


(Doughari dan Okford, 2008). Untuk aktivitas antibakteri, ekstrak metanol daun
Johar juga memiliki nilai tertinggi dan diikuti oleh etanol dan ekstrak air (Phaipan
dkk., 2014).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun Johar memiliki potensi
antibakteri yang sangat tinggi. Namun, pemanfaatannya sebagai obat antimikroba
dalam bentuk rebusan dan ekstrak langsung secara tradisional kurang baik karena
kurang diterima oleh pasien dan penampilannya kurang menarik, sehingga perlu
diformulasi dalam bentuk sediaan. Salah satu bentuk sediaan yang dapat
diformulasi menggunakan ekstrak daun johar yaitu sediaan tablet.
Dalam pengembangan suatu formulasi sediaan tablet perlu diperhatikan
sifat-sifat yang harus dimiliki tablet, yaitu tablet harus cukup kuat dan tahan
terhadap goncangan dan pengikisan selama proses penanganan (manufaktur,
pengemasan, pengiriman, dan penggunaan), berat dan kandungan obat dalam
tablet harus seragam, tablet harus elegan dalam penampilan dan harus memiliki
karakteristik bentuk, warna, dan tanda lain untuk mengidentifikasi produk, tablet
harus mempertahankan semua sifat fungsionalnya, yaitu stabilitas dan khasiat obat
(Lieberman dkk., 1989).
Bahan pengikat berfungsi mengikat bahan yang terkandung dalam tablet,
memastikan bahwa granul dan tablet dapat dibentuk dengan kekuatan mekanik
yang diperlukan, dan memberikan volume pada dosis aktif tablet yang rendah.
Bahan pengikat biasanya berupa pati, gula, selulosa atau selulosa yang

dimodifikasi seperti mikrokristalin selulosa, hidroksipropil selulosa, laktosa, atau


gula alkohol seperti silitol, sorbitol atau maltitol (Patel dkk., 2011).
Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) telah banyak digunakan dalam
formulasi sistem matriks hidrofilik untuk pemberian obat oral yang pelepasannya
diperlama karena keuntungan utamanya seperti fleksibilitas dan kesesuaian untuk
berbagai obat dan melepaskan profil, stabilitas dan kemudahan pembuatannya
(Missaghi dkk., 2010). Alasan penggunaan HPMC yang meluas yaitu
kelarutannya dalam cairan pencernaan yang baik, tidak mengganggu disintegrasi
tablet dan ketersediaan obat, tidak ada rasa dan bau, stabil terhadap panas, cahaya,
udara dan kelembaban, mempunyai kemampuan untuk menggabungkan warna
dan bahan tambahan lainnya ke dalam salut serta interaksi polimer dengan
pewarna yang jarang terjadi (Ghosal dkk., 2011). Wikasa dan Lenny (2011)
menunjukkan bahwa formula yang mengandung HPMC 30%, Avicel PH 102 37%
dan Acdi-sol 20% pada tablet lepas lambat dipiridamol memberikan lag time yang
cepat dan mengembang selama uji pelepasan sehingga dapat melepaskan zat aktif
sesuai dengan persyaratan pelepasan yang ditetapkan.
HPMC efektif sebagai pengikat untuk granulasi karena tidak berinteraksi
dengan obat, memiliki karakteristik pemadatan yang baik, dan memiliki stabilitas
yang baik, serta non-ionik. tersedia dalam berbagai kelas viskositas untuk tujuan
granulasi (Anonim, 2005). Konsentrasi antara 2% dan 5% b/b dapat digunakan
sebagai bahan pengikat baik proses granulasi basah atau kering. Nilai viskositas
yang tinggi dapat digunakan untuk menghambat pelepasan obat dari matriks pada
tingkat 10-80% b/b dalam sediaan tablet dan kapsul. HPMC juga digunakan

dalam bentuk sediaan cair oral sebagai agen pengembang pada konsentrasi
berkisar 0,25-5,0%.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
kemampuan HPMC sebagai bahan pengikat untuk digunakan dalam formulasi
tablet serta mengamati pengaruh variasi konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik
tablet ekstrak etanol daun Johar.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana cara formulasi ekstrak etanol daun johar menjadi sediaan tablet
dengan menggunakan Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) sebagai bahan
pengikat ?
2. Berapa konsentrasi Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) optimum yang
digunakan untuk menghasilkan sifat tablet yang baik ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara formulasi ekstrak etanol menjadi sediaan tablet
dengan menggunakan HPMC sebagai bahan pengikat.
2. Untuk memperoleh konsentrasi HPMC optimum untuk menghasilkan sifat
tablet yang baik.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam


memformulasi suatu sediaan bahan alam mejadi sediaan tablet dengan melihat
pengaruh variasi konsentrasi bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet.
2. Bagi institusi, memperoleh atau menambah informasi tentang suatu formulasi
tablet dari ekstrak etanol daun johar dengan HPMC sebagai bahan pengikat.
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, untuk mengembangkan teknologi
formulasi sediaan padat khususnya tablet dengan menggunakan bahan
pengikat yang sesuai sehingga menghasilkan sediaan yang baik.
4. Bagi masyarakat, dapat mengetahui bahwa ekstrak yang diperoleh dari daun
johar dapat dibuat menjadi sediaan dalam bentuk tablet yang mudah
digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Johar (Cassia siamea Lamk.)


1. Klasifikasi Tanaman
Menurut Heyne (1987), Johar diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Subfamili

: Caesalpinioideae

Genus

: Cassia

Spesies

: Cassia siamea Lamk.

Gambar 1. Tanaman Johar (Cassia


siamea Lamk.)

2. Morfologi Tanaman
Johar adalah pohon yang tumbuh cepat dan dapat mencapai tinggi hingga
30 m. Pohon Johar tumbuh secara alami hingga 600 m di atas permukaan laut dan
membutuhkan tanah yang kaya bahan organik untuk pertumbuhannya. Pohon ini
memiliki batang lurus dan bulat atau tidak teratur dan menyebar, mahkota
bercabang banyak dengan daun yang lebat. Daun menyirip, panjang 23-33 cm,
dan terdiri dari 5-14 pasang lanset, lonjong, panjang 3-7 cm dan lebar 12-20 mm.
Bunganya memiliki kelopak kuning dan diatur dalam tandan atau malai. Johar
mulai berbuah pada umur 5 tahun. Buahnya menggantung, linear, panjang 5-30
cm, lebar 12-20 mm, seperti kulit atau kayu, berwarna coklat gelap dan pecah saat

masak. Setiap buah berisi sekitar 25 biji. Benih berbentuk bulat telur terbalik dan
pada beberapa kasus berbentuk bulat panjang dan lateral rata. Ukuran benih
berkisar 6,5-8 atau 9 mm, lebar 5,5-6,0 mm, dan tebal 0,8-1,0 mm. Kulit biji
berwarna coklat gelap, halus, mengkilap (Irwin dan Barneby, 1982).
3. Kandungan Kimia
Survei literatur mengungkapkan bahwa tanaman Johar mengandung
senyawa fitokimia seperti lupeol, lupeone, chrysophanol, cassiamin, cassiamin A,
siameadin, rhein, chrysophanol-antrone, barakol, cassia chromone, asam-pcoumaric, apigenin-7-o-galactoside, -sitosterol, cassia chromonone dan
cassiadinine (Jangiti dkk., 2013). Skrining fitokimia dari ekstrak air tanaman
johar menunjukkan adanya alkaloid, tanin, saponin, glikosida, steroid fenol dan
flavonoid (Dahiru dkk., 2013).
4. Manfaat
Johar secara etnomedikal digunakan sebagai pencahar, zat pembersih
darah, obat untuk saluran pencernaan dan gangguan urogenital, herpes dan rinitis.
Johar juga dapat digunakan untuk pengobatan demam tifoid, penyakit kuning,
sakit perut, nyeri haid, dan juga digunakan untuk mengurangi kadar gula dalam
darah (Bukar dkk., 2009). Ekstrak etanol daun johar mempunyai efek antipiretik
pada tikus percobaan yang tidak berbeda dengan asetosal 30 mg/100 g (Wahyudi
dkk., 1997). Ekstrak kulit batangnya dilaporkan memiliki efek analgesik dan antiinflamasi. Senyawa yang berhasil diisolasi, Emodin dan Lupeol dari fraksi etil
asetat kulit batang johar dilaporkan bertanggung jawab untuk efek antiplasmodial
dengan masing-masing nilai IC50 yaitu 5g/ml (Ajaiyeoba dan Ashidi, 2008).

Ekstrak aseton, air, dan etanol daun johar memperlihatkan aktivitas


antibakteri terhadap Salmonella typhi pada semua konsentrasi 2-40 mg/ml.
Ekstrak aseton dan etanol menghambat pertumbuhan semua mikroorganisme pada
berbagai konsentrasi sedangkan ekstrak air hanya mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada 200 dan 150 mg/ml. Ekstrak etanol
memberikan zona hambat tertinggi (12 mm) pada 200 mg/ml pada Salmonella
typhi diikuti oleh ekstrak aseton (11 mm) (Doughari dan Okford, 2008). Aktivitas
antimikroba fraksi kloroform, etil asetat dan butanol dari ekstrak air daun johar
pada mikroorganisme yang diuji menunjukkan bahwa fraksi etil asetat pada 200
mg/ml memiliki zona tertinggi inhibisi (18 mm) dari S. typhi (Dahiru dkk., 2013).
Ekstrak etanol dan air di ujikan pada lima jenis bakteri yaitu B. cerius,
Staphylococcus sp., E. coli, Vibrio parahaemolyticus dan P. aeruginosa. Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun johar memiliki aktivitas antibakteri
terbaik dibandingkan ekstrak lain dengan diameter zona hambatan berkisar 7,19,3 mm dibandingkan dengan kontrol positif (tetrasiklin 30 g/disc) diikuti oleh
ekstrak air dan metanol. (Phaipan dkk., 2014).
B. Ekstrak
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan merendam simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan
larut, dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang di
dalam dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan terdesak keluar.

Peristiwa tersebut berulang sehingga tercapai keseimbangan konsentrasi antara


larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes, 1986).
Pemilihan pelarut organik yang digunakan dalam mengekstrak komponen
bioaktif dan cara ekstraksinya merupakan faktor penentu untuk pencapaian tujuan
dan sasaran ekstraksi komponen. Mendapatkan ekstrak yang baik dilakukan
ekstraksi secara bertingkat dimulai dengan pelarut non polar, lalu dengan pelarut
semi polar dan polar sehingga diperoleh ekstrak yang mengandung berturut-turut
senyawa non polar, semi polar dan polar (Asmaliyah dkk., 2010).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau simplisia hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, campuran
etanol dan air. Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat dalam
simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan dalam hal
ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Sari, 2012).
C. Tablet
1. Definisi
Tablet berasal dari kata tabuletta yang berarti piring pipih atau papan
tipis. Tablet adalah salah satu bentuk sediaan obat berbentuk padat, kompak,
dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua
permukaannya rata atau cembung. Tablet dapat berbentuk silinder, kubus, batang,
cakram, seperti telur, atau seperti peluru. Tablet pada umumnya memiliki garis
tengah 5-17 mm dan bobot 0,1-1 gram (Voight, 1994).

Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara
fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan
bentuk cair, homogen mudah dikemas, praktis, dan mudah digunakan. Massa
tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan
reprodusibilitas sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh
tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi
(Nugrahani dkk., 2005).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja
(Depkes RI, 1995). Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan yang meliputi
ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah
dikemas, tahan dalam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang menarik
(Lachman dkk., 1994).
2. Komposisi
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di
dalamnya, sedangkan bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan
tablet yaitu bahan pengisi, bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat,
bahan pemberi rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).
Bahan tambahan harus memenuhi kriteria berikut (Lieberman dkk., 1989):
a) Secara fisiologis inert.
b) Harus stabil secara fisik dan kimia
c) Bebas dari bakteri yang dianggap patogen atau tidak pantas.

10

d) Tidak mengganggu bioavailabilitas obat.


e) Tersedia secara komersial dalam bentuk dan kemurnian sesuai dengan standar
farmasi.
f) Biaya harus relatif murah.
g) Diterima oleh badan pengawas dan ketentuan yang berlaku saat ini.
h) Untuk produk obat yang diklasifikasikan sebagai makanan. seperti vitamin,
obat diet, harus disetujui sebagai bahan tambahan makanan.
Macam-macam bahan tambahan dalam pembuatan tablet, antara lain
sebagai berikut :
a. Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi digunakan dalam formulasi tablet untuk meningkatkan
massa tablet yang mengandung konsentrasi rendah agen terapeutik dan dengan
demikian membuat proses manufaktur lebih baik dan direproduksi (Jones, 2008).
Bahan pengisi umumnya ditambahkan dalam rentang 5 - 80 %. Fungsi lain dari
bahan pengisi yaitu untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif.
Kriteria bahan pengisi yang baik yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan bahan
tambahan lain, tidak memiliki aktivitas fisiologis dan farmakologis, memiliki
kestabilan fisika-kimia yang baik dan tidak mempengaruhi disolusi dan
bioavailabilitas sediaan (Hadisoewignyo dan Achmad, 2013).
b. Bahan pengikat (binder)
Pengikat (perekat) ditambahkan ke formulasi untuk meningkatkan aliran
dengan membentuk granul, meningkatkan kekompakan pada granul sehingga
memastikan bahwa tablet tetap utuh setelah dikempa. Suatu bahan pengikat harus

11

memberi kekompakan yang baik tanpa memperlambat disintegrasi atau pelarutan


obat (Gad, 2008).
Tabel 1. Beberapa bahan pengikat yang umum digunakan dalam pembuatan tablet
dengan granulasi basah
No
Bahan Pengikat
Konsentrasi (b/b)
1 Hidroksipropil metilselulosa
2-5%
2 Polivinilpirolidon
0.5-5%
3 Hidroksipropilselulosa
2-6 %
4 Mikrokristalin selulosa
50-67 %
5 Sukrosa
2090%
6 Akasia
15%

(Jones, 2008)
Bahan pengikat dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya,
yaitu (Patel dkk., 2011):
a) Larutan bahan pengikat dilarutkan dalam pelarut (misalnya air atau alkohol
dan digunakan dalam proses granulasi basah. Contohnya termasuk gelatin,
selulosa, turunan selulosa, polivinilpirolidon, pati, sukrosa dan polietilen
glikol.
b) Bahan pengikat kering ditambahkan ke campuran bubuk, baik setelah
granulasi tahap basah, atau sebagai bagian dari kompresi serbuk langsung.
Contoh mencakup selulosa, metil selulosa, polivinilpirolidon, dan polietilen
glikol
c. Bahan penghancur (disintegrant)
Zat penghancur ditambahkan ke formulasi untuk mengatasi kekuatan
kohesif disampaikan selama kompresi, sehingga memudahkan pecahnya sediaan
dalam tubuh dan meningkatkan luas permukaan selama proses disolusi. Bahan ini
dapat berupa intragranular dan extragranular. Zat penghancur dapat menarik air ke
dalam tablet, membengkak dan memaksa tablet terpisah (Gad, 2008).

12

Beberapa mekanisme zat penghancur (Jones, 2008):


1. Meningkatkan porositas dan keterbasahan matriks tablet terkompresi. Dengan
demikian cairan pencernaan dapat dengan mudah menembus matriks tablet
dan dengan demikian memungkinkan terjadi kerusakan tablet. Pada cara ini
perlu disintegran yang harus homogen tersebar di seluruh matriks tablet
(konsentrasi antara 5 dan 20% b/b).
2. Bekerja dengan pembengkakan akibat adanya cairan encer, sehingga
mempercepat kehancuran tablet karena peningkatan tekanan internal dalam
matriks tablet. Zat penghancur dalam kategori ini biasanya polimer hidrofilik.
Untuk bekerja secara

efektif, penghancur

yang ditambahkan

tidak

menyebabkan peningkatan viskositas yang signifikan, sehingga mengurangi


difusi cairan pencernaan ke dalam matriks tablet.
3. Disintegrasi tablet juga dapat dimediasi oleh produksi gas bila tablet kontak
dengan cairan encer. Ini adalah mekanisme disintegrasi tablet effervescent.
d. Bahan pelicin (lubricant)
Bahan pelicin dapat mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan
selama pengempaan dan ejeksi pada antarmuka antara tablet dan dinding cetakan.
Pelicin yang baik adalah pelicin dengan kekuatan geser rendah tetapi
kecenderungan mempunyai sifat kohesif yang kuat. Untuk mengatasi gesekan
antara tablet dan dinding punch atau dinding die maupun gesekan antara dinding
die dan dinding punch digunakan bahan pelicin atau yang dikenal sebagai
lubricant sedangkan untuk mengatasi gesekan antara partikel-partikel yang
dikempa dapat digunakan bahan pelincir (glidant).

13

Asam stearat hidrofobik dan garam asam stearat, terutama magnesium


stearat, paling banyak digunakan pada konsentrasi kurang dari 1% b/b untuk
meminimalkan efek merusak pada proses disintegrasi dan kelarutan. Pelicin harus
ditambahkan setelah disintegran untuk menghindari terjadinya lapisan dan
sebaiknya ditambahkan pada tahap akhir sebelum kompresi untuk memastikan
waktu pencampuran tetap seminimal mungkin (Gad, 2008).
3. Metode Pembuatan
Metode pembuatan tablet ada 3 macam, yaitu metode granulasi basah,
metode granulasi kering dan metode cetak langsung (Ansel, 1989).
a. Metode granulasi basah (Wet granulation)
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.
Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik.
Keuntungan granulasi basah adalah memperbaiki sifat alir granul,
mencegah terjadinya segregasi serbuk, memperbaiki kompaktibilitas serbuk,
mempertahankan agar distribusi obat atau zat warna selalu merata dalam granul
kering dan dapat digunakan untuk obat dosis kecil (Hadisoewignyo dan Achmad,
2013). Sedangkan kekurangan metode granulasi basah adalah biaya produksi lebih
mahal karena dibutuhkan waktu, ruangan, tenaga, peralatan dan energi yang lebih
banyak.

14

b. Metode granulasi kering (Dry granulation)


Metode granulasi kering ini dilakukan bila zat aktif yang akan digranulasi
tidak tahan terhadap pemanasan dan kelembaban dari solven atau pelarut. Pada
metode ini granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering kedalam
campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya menjadi pecahan-pecahan
kedalam granul yang lebih kecil, penambahan bahan pelicin dan penghancur
kemudian dicetak menjadi tablet.
Keuntungan metode granulasi basah yaitu tidak terhubungan dengan
perubahan bentuk obat selama proses pembuatan, tidak memerlukan pemanasan
atau pelarut. Sedangkan kerugian ini yaitu segregasi komponen dapat terjadi
setelah pencampuran, peralatan khusus diperlukan untuk proses granulasi, tablet
yang dihasilkan cenderung lebih lembut dibanding yang dihasilkan dengan
granulasi basah, sehingga sulit untuk diproses untuk tablet yang menggunakan
lapisan film, dan dihasilkan lebih banyak debu (Jones, 2008).
c. Kempa Langsung (Direct compression).
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mengalir atau sifat
kohesfitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam
mesin tablet. Pada metode kempa langsung tidak memerlukan proses pembasahan
saat pencampuran antara bahan berkhasiat dengan bahan penolong dan juga tidak
diperlukan bahan pelicin.
Beberapa keuntungan metode kempa langsung yaitu tahapan proses
pembuatan lebih sedikit sehingga metode ini lebih hemat biaya daripada metode
lain. kempa langsung tidak memerlukan air atau pelarut lainnya sehingga

15

meminimalkan masalah stabilitas zat aktif. Selain itu, lubrikasi dilakukan di


wadah yang sama dengan pencampuran, sehingga mengurangi kontaminasi alat
akibat peralihan proses (Jones, 2008).
4. Evaluasi Granul
a. Sifat alir

Sifat alir granul memegang peranan penting dalam pembuatan tablet. Cara
untuk mengetahui sifat alir granul dapat ditetapkan secara berikut:
1) Waktu alir
Waktu alir merupakan waktu yang digunakan sejumlah granul atau serbuk
untuk mengalir pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya granul mengalir
dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat permukaan granul, densitas, dan kelembapan
granul (Fassihi dan Kanfer, 1986). Untuk 100 g granul atau serbuk dengan waktu
alir lebih dari 10 detik akan mengalami kesulitan dalam proses pencetakan tablet.
2) Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horisontal bila sejumlah serbuk atau granul dituang
dalam alat pengukur. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran
dan kelembapan granul atau serbuk. Granul atau serbuk akan mengalir dengan
baik jika mempunyai sudut diam antara 24-40 (Lieberman dkk., 1989).
b. Uji pengetapan
Pengetapan menunjukkan penurunan volume granul/serbuk akibat
ketukan. Semakin kecil persen indeks pengetapan granul atau serbuk, semakin

16

baik sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan kurang dari 20%
mempunyai sifat alir yang baik (Fassihi dan Kanfer, 1986).
5. Evaluasi Tablet
Evaluasi terhadap sediaan tablet meliputi :
a. Keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan.
Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman
kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet
bersalut gula. Umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet
mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 %
bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet (Syamsuni, 2007).
b. Kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet bertujuan untuk mengamati kekuatan tablet.
Kekerasan tablet berkaitan dengan kekuatan fisiknya terhadap gangguan mekanis
saat pengemasan, penyimpanan, dan distribusi. Kekerasan tablet juga dapat
menggambarkan kemampuannya terdisintegrasi di dalam medium disolusi
(Nugrahani dkk., 2005).
Metode granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan
tablet berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk
menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah

17

hardness tester yang dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan
tablet (Lachman dkk., 1994).
c. Uji Keregasan
Uji Kekerasan atau kerapuhan merupakan cara lain untuk menentukan
kekuatan tablet. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi
hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat friabilator. Uji keregasan
tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada
permukaan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel,
1989).
d. Uji keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran

menggambarkan

reprodusibilitas dan terkait

selanjutnya dengan keseragaman kandungan dan juga terkait dengan faktor


estetika.

Ukuran

tablet,

khususnya

ketebalan

tablet

dipengaruhi

oleh

kompresibilitas dan sifat alir dari granul (Nugrahani dkk., 2005).


e. Uji Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur
yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak
menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Pada pengujian
waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal
di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan
lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari
15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet
bersalut (Syamsuni, 2007).
f. Kandungan bahan aktif
18

Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat
aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada
etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi
(Syamsuni, 2007). Persyaratan Farmakope Indonesia IV menyatakan bahwa
sepuluh tablet pertama yang dipilih secara acak harus mengandung bahan aktif
pada rentang 85 - 115% b/b dengan simpangan baku relatif lebih kecil dari 6%
(Nugrahani dkk., 2005).
g. Uji disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya
zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan
absorbsi obat tergantung pada pemberian yang dikehendaki dan juga harus
dipertimbangkan frekuensi pemberian obat (Syamsuni, 2007).
D. Hidroksipropil Metilselulosa

RO

O
RO

OH

OR
O

O
OR

OR
OH
OR

n/2

Gambar 2. Struktur kimia HPMC (Rowe dkk., 2009)

19

HPMC mempunyai nama kimia Hidroksipropil metil eter selulosa dan


nama lain yaitu hypromellosum, metilselulosa eter propilen glikol, metil
hidroksipropilselulosa. Farmakope Eropa menjelaskan HPMC sebagai selulosa Otermetilasi dan O-(2-terhidroksipropilasi). Berat molekul adalah sekitar 10.0001.500.000 dimana R adalah H, CH3, atau CH3CH(OH)CH2 (Rowe dkk., 2009).
Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) merupakan modifikasi sintetis dari polimer
alam selulosa, yang diproduksi ketika pulp kayu yang dimurnikan diperlakukan
dengan larutan 18% natrium hidroksida. HPMC tidak berbau dan tidak berasa,
berwarna putih atau krem-putih, berserat atau bentuk butiran, bubuk yang
mengalir bebas (Ghosal dkk., 2011).
HPMC secara luas digunakan dalam formulasi sediaan oral, mata, hidung,
dan topikal. Dalam sediaan oral, terutama digunakan sebagai bahan pengikat
tablet, salut selaput, dan sebagai matriks yang digunakan untuk formulasi tablet
lepas lambat. HPMC juga digunakan sebagai agen pensuspensi dan pengental
dalam formulasi topikal pada konsentrasi berkisar 0,25-5,0%. Dibandingkan
dengan metilselulosa, HPMC menghasilkan kejernihan larutan yang lebih besar,
dengan sedikit serat yang tidak larut. Konsentrasi antara 2% dan 5% b/b dapat
digunakan sebagai bahan pengikat baik proses granulasi basah atau kering. HPMC
dengan kadar viskositas yang tinggi dapat digunakan untuk menghambat
pelepasan obat dari matriks pada kadar 10-80% b/b (Rowe dkk., 2009).
Beberapa alasan dapat diterimanya polimer ini yaitu kelarutan yang khas
dalam cairan lambung-usus, pelarut organik serta dalam pelarut air. HPMC tidak
mempengaruhi kekerasan tablet, tidak memiliki rasa serta bau, Stabil terhadap

20

panas, cahaya, udara, dan dapat disesuaikan dengan tingkat kelembaban,


Mempunyai kemampuan yang baik untuk mencampurkan zat warna atau zat
adiktif lainnya ke dalam lapisan tipis.
Kemampuan HPMC untuk memberikan kekerasan tablet yang baik pada
konsentrasi rendah membuatnya sesuai untuk digunakan dalam formulasi yang
memiliki konsentrasi tinggi obat aktif dan bahan tambahan lainnya. Penggunaan
HPMC dalam formulasi dapat meminimalkan ukuran tablet dan memaksimalkan
kemampuan

penggunaan

bahan

tambahan

lain

untuk

mengoptimalkan

karakteristik tablet lainnya (Lachman., dkk., 1994).


HPMC sangat efektif baik pada granulasi kering maupun granulasi basah.
Polimer ini juga kompatibel dengan hampir semua bahan aktif dan bahan
tambahan lain, dan meminimalkan pencampuran dan waktu persiapan. Pada
konsentrasi yang tepat, HPMC dapat digunakan untuk menambah viskositas pada
cairan granulasi untuk meminimalkan pencampuran dan waktu persiapan. HPMC
juga dapat digunakan dalam larutan atau kering dicampur ke dalam massa serbuk
(Anonim, 2012).

21

E. Kerangka Konsep
Penelitian : Ekstrak etanol
daun Johar (500-1000 mg/disc)
menunjukkan aktivitas yang
lebih baik dibanding
siprofloksasin (30g/disc)
terhadap Staphylococcus
aureus

Determinasi
tumbuhan
Daun Johar
Ekstrak etanol
D.Johar

Formulasi Tablet

Ekstrak etanol
D. Johar

Na.
Kroskarmelosa

Laktosa

HPMC

Talk

Mg. Stearat

Uji Sifat Alir

Granul
Uji
Kompresibilitas

Sediaan Tablet

Organoleptik

Keseragaman
ukuran

Keseragaman
bobot

Kekerasan

Kerapuhan

Waktu
Hancur

Keterangan :
Variabel bebas

HPMC : Hidroksipropil metilselulosa

Variabel terikat
Gambar 3. Skema kerangka konsep

22

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Halu Oleo dan dilaksanakan mulai bulan Oktober Desember 2014.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk eksperimental yaitu penelitian yang
dilakukan dalam laboratorium.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun johar yang
diperoleh dari Lingkungan Kampus Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi
Tenggara, Etanol 70% (Teknis), Natrium Kroskarmelosa (Ac-Di-Sol) (Brataco),
Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) (Brataco), Magnesium stearat (Brataco),
Talk (Brataco), Laktosa (Brataco), Akuades, Tissue, dan kertas saring.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Blender (Philips),,
Erlenmeyer (Pyrex), Timbangan analitik (Precisa), Rotary Evaporator (Buchi),
Oven, Gelas kimia (Pyrex), Pipet ukur (Pyrex), Spatula, Mortar, Ayakan, Alat
cetak tablet (Erweka), Jangka sorong, Stopwatch, Alat uji kekerasan (Erweka) ,
Alat uji kerapuhan (Erweka), Alat uji waktu hancur (Erweka) dan alat uji
disolusi (Erweka).

23

E. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel bebas : konsentrasi HPMC sebagai pengikat dalam sediaan tablet
2) Variabel terikat : evaluasi granul yang meliputi uji sifat alir dan uji
kompresibilitas serta evaluasi sediaan tablet yang meliputi pengamatan
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji keseragaman bobot, uji kekerasan,
uji kerapuhan, uji waktu hancur.
F. Defenisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1) Ekstrak etanol daun Johar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah maserat
etanol daun Johar yang kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator.
2) Formula tablet ekstrak etanol daun Johar yang dimaksud yaitu formula tablet
dengan

berbagai

variasi

konsentrasi

bahan

pengikat

Hidroksipropil

Metilselulosa (HPMC).
3) Evaluasi granul merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat sifat alir
dan kompresibilitas granul yang akan dicetak.
4) Uji organoleptis merupakan uji tahap awal yang berupa pengamatan terhadap
penampilan fisik tablet daun johar yang meliputi bentuk, tekstur permukaan
dan warna tablet.
5) Uji keseragaman ukuran yaitu uji yang dilakukan dengan mengukur diameter
dan tebal tablet menggunakan jangka sorong.
6) Uji keseragaman bobot yaitu pengujian yang dilakukan pada tiap tablet daun
johar untuk mewakili keseragaman bobot sediaan tablet.

24

7) Uji kekerasan tablet yaitu uji yang bertujuan untuk mengamati kekuatan dan
menggambarkan kemampuan tablet daun johar terdisintegrasi di dalam
medium disolusi.
8) Uji waktu hancur yaitu waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet daun
johar dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian yang tertinggal di
atas kasa.
G. Prosedur Penelitian
1. Penyiapan Sampel
Sampel daun johar dibersihkan dan dipisahkan dari tangkai daunnya.
Sampel daun tanaman yang dikumpulkan, dicuci dengan menggunakan air keran
untuk menghilangkan garam pengikut dan kontaminan terkait lainnya dan
dikeringkan selama 2 minggu dalam keadaan teduh.
2. Ekstraksi
Serbuk halus diperoleh dari daun kering dengan menggunakan blender.
Serbuk daun direndam dalam etanol 70 % selama 3 hari dalam wadah gelas
tertutup dan sesekali diaduk. Ekstrak disaring menggunakan kertas saring dan
dipekatkan dengan rotary evaporator di bawah tekanan rendah (55 C) untuk
memberi massa semipadat
3. Formulasi Sediaan Tablet
Sediaan tablet dibuat dalam 3 formula dengan bobot 250 mg untuk setiap
formula. Komposisi formula disajikan dalam Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rancangan Formula Tablet Ekstrak Daun Johar
No
Nama Bahan
Konsentrasi
1
Ekstrak etanol daun johar
40%
2
Natrium Kroskarmelosa
2%

Fungsi
Zat aktif
Disintegran

25

3
4
5
6

HPMC
Magnesium stearat
Talk
Laktosa

2%, 2.5%, 3%
1%
2%
ad 100 %

Pengikat
Pelicin
Pelicin
Pengisi

Metode pembuatan tablet dilakukan dengan metode granulasi basah.


Ekstrak etanol daun johar, laktosa, Na. Kroskarmelosa dimasukan ke dalam
mortar dan diaduk hingga homogen. Larutan pengikat HPMC berbagai
konsentrasi (2%, 2.5%, 3%) yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam mortar
sambil diaduk sampai terbentuk massa basah yang siap digranulasikan
(tambahkan aquades jika perlu). Adonan diayak kasar dengan ayakan 12 mesh.
Selanjutnya, Granul yang masih lembab dikeringkan di dalam oven pada suhu
5060 C. Granul yang telah kering diayak kembali menggunkan ayakan 14 mesh.
Granul kering lalu dicampur dengan talk dan sebagian ac-di-sol. Magnesium
stearat ditambahkan terakhir dan dicampur selama 2 menit. Massa cetak yang
diperoleh kemudian dikempa menjadi tablet.
4. Evaluasi Granul
a)

Uji Sifat Alir


Granul dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir. Penutup corong

dibuka sehingga granul keluar dan ditampung pada bidang datar. Waktu alir
granul dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan mengukur diameter dan tinggi
tumpukan granul yang keluar dari mulut corong. Waktu alir dipersyaratkan
dengan sudut diam tidak lebih dari 30 .
b) Uji Kompresibilitas
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya, kemudian
granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji, catat volume uji

26

sebelum dimampatkan (Vo) dan volume setelah dimampatkan dengan pengetukan


500 kali (V).
Perhitungan :
I=
Keterangan : I = indeks kompresibilitas (%); Vo = volume granul sebelum
dimampatkan (mL); V = volume granul setelah dimampatkan. Syarat : tidak lebih
dari 20% (Depkes RI, 1995).
5. Evaluasi Tablet
a)

Uji organoleptis
Diamati penampilan fisik dari tablet meliputi bau, warna dan bentuk tablet

(Nugrahani dkk., 2005).


b) Uji keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran tablet ditentukan dengan mengukur diameter dan
tebal tablet menggunakan jangka sorong. Syarat tablet yang baik adalah yang
memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet
(Lachman dkk., 1994).
c)

Uji keseragaman bobot


Dua puluh tablet ditimbang dengan seksama, dihitung bobot rata-ratanya.

Ditimbang satu per satu tablet, dibandingkan dengan bobot rata-rata tablet.
Persyaratan keseragaman bobot tablet yang ditetapkan untuk tablet dengan bobot
atau lebih dari 250 mg adalah tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata lebih besar dari 5% dan tidak ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10% (Depkes RI, 1995).

27

28

d) Uji kekerasan tablet


Dua puluh tablet yang diuji, satu persatu diletakkan pada landasan mesin
uji kekerasan. Angka yang ditunjukkan pada skala menunjukkan kekerasan tablet
dalam satuan Kg. Kekerasan tablet yang baik adalah (4 - 8) Kg (Lachman dkk.,
2008).
e)

Uji kerapuhan tablet


Tablet yang diuji dibebas debukan terlebih dahulu dengan cara

menghilangkan serbuk yang masih terdapat dipermukaan tablet. Dua puluh tablet
yang dipilih secara acak ditimbang. Seluruh tablet dimasukkan ke dalam alat uji
kerapuhan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Selanjutnya tablet dibebas
debukan dan ditimbang kembali. Dihitung persen bobot tablet yang hilang. Bobot
tablet yang hilang tidak lebih dari 1% (Ansel, 1989).
f)

Uji waktu hancur tablet


Enam tablet dimasukkan kedalam keranjang alat uji waktu hancur.

Kemudian keranjang dinaikturunkan secara teratur sebanyak 30 kali tiap menit.


Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa.
Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke enam
tablet tidak lebih dari 15 menit (Hadisoewignyo dan Achmad, 2013).
H. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan dengan persyaratanpersyaratan tablet yang baik yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan
pustaka-pustaka lain yang telah diketahui. Pengaruh variasi HPMC sebagai bahan

29

pengikat pada sediaan tablet dianalisis menggunakan metode Analysis of


Variance (ANOVA) one-way, dengan taraf kepercayaan 95%.
I. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Oktober-Desember 2014.
Rincian jadwal penelitian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Jadwal penelitian
Jenis Kegiatan

Bulan
1

1. Studi pustaka
2. Perizinan penggunaan laboratorium
3. Pengambilan Sampel
4. Ekstaksi Sampel
5. Formulasi Tablet
6. Evaluasi Sediaan Tablet

30

DAFTAR PUSTAKA

Ajaiyeoba, E.O., Ashidi J.S., Okpako, L.C., Houghton P.J., dan Wright C.W.,
2008, Antiplasmodial Compounds from Cassia siamea Stem Bark
Extract, Phytotherapy research Volume 22 : 254-255.
Aliyu, B.S., 2006, West African Ethnomedicinal Plants, Triumph Publishing
Company, Kano, Nigeria.
Anonim, 2005, ShinEtsu; USP Hypromellose Pharmacoat, Film Coating Material
and Binder, Cellulose & Pharmaceutical Excipients Department, Tokyo.
Anonim, 2012, Wet and Dry Granulation; A Technical Review, Dow Chemical
Company.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, UI Press, Jakarta.
Asmaliyah, Sumardi, dan Musyafa, 2010, Uji Toksisitas Ekstrak Daun Nicolaia
atropurpurea Val. terhadap Serangga Hama Spodoptera litura Fabricus
(Lepidoptera: Noctuidae), Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.7; 253
263.
Bukar, A., Mukhtar, M.D., dan Hassan, A.S., 2009, Phytochemical Screening and
Antibacterial Activity of Leaf Extracts of Senna Siamea (Lam) on
Pseudomonas Aeruginosa, Bayero Journal of Pure and Applied Sciences,
2(1):139 142.
Dahiru, D., A.R. Malgwi., dan H.S. Sambo, 2013, Growth Inhibitory Effect of
Senna siamea Leaf Extracts on Selected Microorganisms, American
Journal of Medicine and Medical Sciences 3(5): 103-107.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Doughari, J.H., dan Okafor, N.B, 2008, Antibacterial Activity of Senna siamae
Leaf Extracts on Salmonella typhi, African Journal of Microbiology
Research, Vol.(2) pp.042-046.
Fassihi., A.R., dan Kanfer, L., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties on Tablet Weight Variation in: Drug Development and
Industrial Pharmacy, 12nd edition, 1947-1965, Marcell Dekker Africa in
Africa

31

Gad, S.C., 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook; Production and


Processes, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Ghosal K., Subrata C., dan Arunabha N., 2011, Hydroxypropyl Methylcellulose in
Drug Delivery, Der Pharmacia Sinica, 2 (2): 152-168.
Hadisoewignyo, L. dan Achmad F., 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Hana, N., 2010, Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir
Roxb) Dengan Variasi Konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone (PVP) Sebagai
Pengikat dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 3, Departemen Kehutanan,
Jakarta.
Irwin, H. S. and R. C. Barneby. 1982. The American Cassiinae: A synoptical
revision of Leguminosae tribe Cassieae subtribe Cassiinae in the New
World. Memoirs of the New York Botanical Garden 35, 1-119.
Jangiti, R.K., Maiji, L.N., Ganga, R.B., dan Mallikarjun R.T., 2013, Evaluation
Of In-Vitro Antibacterial Activity Of Cassia siamea Leaves, Int J Pharm
Pharm Sci, Vol 5, Suppl 3, 263-265.
Jones, D., 2008, Pharmaceutics Dosage Form and Design, Pharmaceutical
Press, London.
Lachman, L., Lieberman H.A., dan Kanig J.L, 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi III, UI-Press, Jakarta.
Lieberman H. A., Leon L, dan Joseph B. S., 1989, Pharmaceutical Dosage Forms
2nd ed Volume 1., Marcel Dekker Inc., New York
Lose, G.A., Bernard, S.J. dan Leihner, D.E., 2000, Studies on Agro Forestry
Hedgerow System With Senna Siamea Rooting Patterns and Competition
Effects. J. Sci. 38:57 60.
Missaghi, S., Piyush, P.,Sandip, B.T., Thomas P.F., dan Ali R.R., 2010,
Investigation of the Influence of Tablet Shape, Geometry & Film Coating
on Drug Release From Hypromellose Extended-Release Matrices, Drug
Delivery Technology Vol 10 No 2.

32

Nugrahani, I., Hasan, R., dan Joshita, D., 2005, Karakterisik Granul Dan Tablet
Propranolol Hidroklorida Dengan Metode Granulasi Peleburan, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, 100 109.
Patel, H., Viral, S., dan Umesh, U., 2011, New Pharmaceutical Excipients in Solid
Dosage Forms A Review, International Journal of Pharmacy and Life
Sciences Vol. 2, Issue 8, 1006-1019.
Phaiphan A., Badlishah S.B., Chin P.T., Russly A.R., dan Palanivel G., 2014,
Antioxidant And Antibacterial Activities of Different Solvent Extractions
From Cassia siamea (Lamk.) Leaves, Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research 6(4):655-662.
Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian E.Q., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Pharmaceutical Pres., Chigago.
Sari, N.E., 2012, Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Kulit Manggis (Garciana
mangostana L.) Sebagai Produk Nutrasetika, Skripsi, Universitas
Indonesia, Depok.
Smith., Y.R.A., 2009, Determination of Chemical Composition of Senna-siamea
(Cassia Leaves), Pakistan Journal of Nutrition 8 (2): 119-121.
Suprapto dan Gunawan, S., 2010, Formulasi Sediaan Tablet Matrik Sustained
Release Teofilin: Studi Optimasi Pengaruh Tekanan Kompressi dan
Matrik Etilselulosa dan Hpmc Dengan Model Factorial Design, Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 11, No. 2 : 100 - 116
Syamsuni, H.A., 2007, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.
Voight, R. 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V, Cetakan ke-2.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahjoedi, B., Astuti, YN., Winarno, W., Pudjiastuti, dan Nuratmi, B., 1996,
Penelitian Toksisitas Subkronik Infus Daun Johar (Cassia siamea Lamk)
Pada Tlkus Putih, BuL Penelit. Kesehat. 24 (4).
Wahjoedi, B., Astuti, N.Y., dan Nuratmi, B., 1997, Efek Antipirettk Ekstrak
Etanol Daun Johar (Cassia siamea Lamk.) Pada Tikus Putih, Bul. Penelit.
Kesehat. 25 (38).
Wikarsa, S., dan Lenny, M.V., 2011, Formulasi Tablet Lepas Lambat
Dipirimidamol Dengan Sistem Mengapung, Makara Kesehatan Vol 15;
15-20.

33

Вам также может понравиться