Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pembahasan materi dari makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui Entropi
2. Mengetahui Reversibel dan Irreversibel
3. Mengetahui asas kenaikan Entropi
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Entropi
Entropi adalah ukuran banyaknya energy atau kalor yang tidak dapat
diubah menjadi usaha. Besarnya entropi suatu system yang mengalami proses
reversible sama dengan kalor yang diserap system dan lingkungannya dibagi suhu
mutlak system tersebut. Entropi adalah fungsi keadaan, nilainya pada suatu
keadaan setimbang dapat dinyatakan dalam variable-variabel yang menentukan
keadaan system. Asas kenaikan entropi dapat dinyatakan bahwa entropi selalu
naik pada tiap proses irreversible karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari
suatu system terisolasi sempurna selalu naik tiap proses irreversible.
Smo /J K-1mol-1
2,377
5,74
18,8
Si
Ge
31,1
Sn (abu-abu) 44,1
Pb
64,8
Li
29,1
Na
51,2
K
64,2
Rb
69,5
Cs
85,2
NaF
51,5
MgO
26,9
AlN
20,2
NaCl
72,1
KCl
82,6
Mg
Ag
I2
MgH2
32,7
42,6
116,1
AgN3
Cairan
Hg
Br2
99,2
31,1
76,0
152,2
H2O
69,9
H2O2
109,6
CH3OH
126,8
C2H5OH
160,7
C6H6
172,8
BCl3
206,3
Gas Monoatomik
He
126,0
Ne
146,2
Ar
154,8
Kr
164,0
Xe
169,6
Gas Diatomik
H2
130,7
D2
145,0
HCl
186,9
HBr
198,7
HI
206,6
N2
191,6
O2
205,1
F2
202,8
Cl2
223,1
Br2
245,5
I2
260,7
CO
197,7
Gas Triatomik
H2O
188,8
NO2
240,1
H2S
205,8
CO2
213,7
SO2
248,2
N2O
219,9
O3
238,9
Gas Poliatomik ( > 3)
CH4
186,3
C2H6
229,6
C3H8
269,9
C4H10
310,2
C5H12
348,9
C2H4
219,6
N2O4
304,3
B2H6
232,0
BF3
254,0
NH3
192,5
Tabel 2.1 Tabel Entropi Standar
3. Pertidaksamaan Clausius
ad
P
i
R
a
isoterm
ad
Vf
Pada diagram kerja p-v di atas, setiap titik pada diagram menggambarkan
keadaan seimbang. Misalkan titik i menggambarkan keadaan seimbang awal dan
titik f menggambarkan keadaan seimbang akhir suatu proses. Titik f selalu dapat
dicapai dari titik i melalui suatu proses reversibel yang dapat menghubungkan titik
f dengan titik i. Misalkan, jalan R adalah salah satu jalan reversibel yang mungkin.
f
kalor yang terlibat dalam proses R ini dan Uf Ui adalah perubahan energi dalam
sistem, maka menurut hukum I Termodinamika :
QIRf (U f U i ) WiRf
(1)
(2)
Dari persamaan (1) dan (2) dapat disimpulkan : Qiabf + QiRf, dengan kata lain :
pada setiap proses reversibel antara dua titik keseimbangan i dan f, selalu dapat
ditentukan jalan reversibel yang terdiri atas adiabat-isoterm-adiabat, sedemikian
rupa sehingga kalor yang terlibat dalam kedua jalan itu adalah sama. Kebenaran
ini oleh Clausius digunakan untuk membuktikan adanya suatu fungsi keadaan,
yang dikenal dengan nama entropi.
Misalkan terdapat suatu siklus reversibel sembarang (R) dalam diagram pv seperti ditunjukkan pada gambar 2. Dengan menerapkan konsep di atas, siklus
reversibel ini dapat dibagi-bagi atas sejumlah pita yang masing-masing terdiri atas
dua kurva isotherm dan dua kurva adiabat, jadi merupakan sikus Carnot. Pita-pita
dapat diambil sedemikian rupa, sehingga luas siklus R sama dengan luas gambar
berzig-zag tertutup. Dengan kata lain, setiap siklus reversibel apapun bentuknya,
dapat dipandang terdiri atas sejumlah siklus Carnot. Untuk siklus Carnot diketahui
berlaku :
q1
q2
q 2 q1
T1
atau
dan q2 adalah kalor yang masuk selama siklus bersuhu T2. Dengan kembali
memakai konversi tanda pada q, dapat ditulis bahwa :
Untuk pita ke-1 :
q1 q 2
0
T1 T2
q3 q 4
0 , dan seterusnya. Maka, untuk seluruh siklus akan
T3 T4
q
q1 q 2 q3
... n 0 atau
T1 T2 T3
Tn
in
qi
T
i 1
(3)
(4)
ds S
in
qi
i 1
0 , atau
dq
0 , atau
dq
ds
T
(5)
T2
|q2|
'
|q 2 | = |q2|+|q|
|q1| = |q2|-w
R1
NC
'
'
C |q 1 | = |q 2 | -W
T1
Sesuai dengan teorema Carnot, maka C > NC, maka untuk menghasilkan W
yang sama, q ' 2 > q2 , misal q ' 2 = q2 + q .
Untuk mesin reversibel (C) berlaku :
q2
T T
C
q1
T1
T T
q2
T2
q2
T2
q2 q q'2 W
T2
T1
q q2 q q2 q1
T2
T1
q1
T1
T q T
NC
q'1
q q
T2 T1
1
,
T1
1 1
< 0 (negatif).
T2 T1
Dengan mengingat :
dq
dq
T ds 0, dapat disimpulkan T
ds
dq
T 0 ; atau T
Jadi,
0 ; atau
NC
dq
ds
T
(6)
0 ; atau
dq
dq
0 atau ds
T
T
(7)
dq
dq
ds
dS S2 S1
persamaan
T
T 1
1
3. Entropi merupakan fungsi keadaan sistem, sehingga bisa dinyatakan sebagai
fungsi dari dua variabel termodinamika, misal S = f (p,T) atau S = f (p,v).
4. Untuk proses reversibel, perubahan entropi dapat dihitung dengan persamaan
2
ds S
S1
(8)
4. Entropi Molar
Entropi molar adalah entropi yang dihitung dari satu mol suatu zat.Entropi
molar pada dasarnya diukur pada kondisi standar, dengan simbol S. Satuan
entropi molar adalah Joule per Kelvin per mol. Jika dipertimbangkan dengan
hokum ketiga termodinamika, maka kristal murni suatu senyawa dapat
mempunyai entropi nol.
S= Nk=1dqTdT
Di sini dq/T mempunyai perubahan kalor yang sangat kecil pada temperatur T
yang diberikan.
5. Entropi Gas Ideal
Hukum II termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, Sebuah
proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di
dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar. Itu artinya
semakin setimbang suatu keadaan, maka semakin besar nilai entropinya.
Fungsi entropi untuk gas ideal akan dituliskan berturut-turut S = f(T,V), S
= f(T,p), dan S = f(p,V) jika entropi dinyatakan dengan fungsi dari temperatur dan
volume, atau S = f(T,V), menurut hukum II termodinamika dalam proses
reversible berlaku
dq
ds
T
atau
(9)
karena dW p.dv dan untuk gas ideal dU = cv dT, maka persamaan (9)
dapat ditulis
T ds cv dT p dv pV nRT
dS cv
dT
dV
nR
T
V
T0
V0
dS cv
S0
S S 0 cv ln
T
V
nR ln
T0
V0
S S 0 (cv ln T nR ln V ) (cv ln T0 nR ln V0 )
S cv ln T nR ln V kons tan
S ln( T cv V
c p cv
) kons tan
(10)
Jika entropi dinyatakan sebagai fungsi T dan p atau S = f(T,p), fungsi ini
dapat kita peroleh dengan cara yang sama seperti di atas, dengan mengingat
bahwa hukum I untuk gas ideal yang menjalani proses infinit reversible adalah :
T ds = cp dT V dp, apabila cp konstan maka akan diperoleh
persamaan :
S = ln (Tcp pcv-cp) + konstan
(11)
(12)
10
berhingga. Jadi perubahan tadi tepat sama dengan perubahan kalor sebesar Q yang
dilaksanakan dalam proses dapat balik.
Kita tinjau sekarang perubahan entropi sistem pada proses terbalikkan.
Bila selama proses yang manapun maka akan dipindahkan kalor sejumlah dQR,
maka
.
nilai T dapat berkisar antara Ti dan Tf karena dQR ini dipindahkan antara sistem
dan tandon secara dapat balik, maka
.
Sehingga total entropi tandon dan sistem adalah nol. Jadi, pada proses
dapat balik entropi semesta tidak berubah.
Apabila kita tinjau suatu proses yang hanya setimbang pada keadaan awal
dan akhirnya saja, maka untuk mengganti proses tak dapat balik yang demikian
syara batasnya dapat dipakai suatu proses dapat balik sembarang. Proses yang kita
sulihkan ini dapat kita pilih sehingga lintasan dari keadaan awal ke keadaan akhir
tidak sama dengan lintasan dari keadaan akhir ke keadaan awal.
Sebagai sebuah contoh yang bersangkutan dengan keadaan di atas adalah
proses serapan isoterm tak dapat balik oleh tandon terhadap sistem. Pada proses
ini tidak terjadi perubahan entropi sistem, karena koordinat termodinamik sistem
tetap. Tetapi, terdapat aliran kalor sebesar Q atau W ke tandon. Oleh sebab itu,
entropi tandon berubah sebesar + Q/T. Total entopi sistem dan tandon adalah
+Q/T atau W/T yang sama dengan entropi semesta. Sehingga, untuk serapan
isoterm berlaku
Ssistem = 0
Standon = + Q/T = + W/T
Ssemesta = + Q/T = + W/T.
Kita tinjau proses adiabat tak dapat balik. Pada proses ini temperatur
sistem berubah, naik dari Ti ke Tf dan tidak ada aliran kalor dari atau ke
lingkungan. Kita dapat gantikan proses tak terbalikan tersebut dengan proses
dapat balik isobar. Bila penyulihan ini kita lakukan, maka kita peroleh
11
Untuk Cp tetap, maka kita peroleh
Ssistem = Cp 1n (Tf/Ti)
Standon = 0
Ssemesta = Cp 1n (Tf/Ti).
S positif sebab Tf lebih besar Ti.
Proses pemuaian bebas adalah contoh lain dari proses tak dapat balik. Pada
proses ini perubahan entropi lingkungan nol sebab tak ada aliran kalor dari atau ke
lingkungan. Proses yang dipakai untuk menggantikan proses muai bebas adalah
proses ekspansi isoterm dari volum Vi ke volum Vf.
Jadi, perubahan entropi sistem besarnya
Ssistem = W/T = nR 1n (Vf/Vi).
yang merupakan besaran yang positif. Sehingga, perubahan entropi semesta pada
proses tersebut adalah
Ssemesta = n R 1n (Vf/Vi).
Sebagai contoh akhir adalah proses perpindahan kalor karena adanya
perbedaan temperatur. Andaikan kalor sejumlah Q dipindahkan dari tandon
bertemperatur T1 ke tandon dengan temperatur T2, maka berlaku
Ssistem = 0,
Standon panas = - Q/T1,
Standon dingin = + Q/T2,
Hasil akhir dari proses tersebut adalah perubahan entropi semesta yang positif.
dq
ds, sehingga:
T
2
dq
T
1
S dS
1
(13)
12
0
0 , jadi
T
dS
1
2
q
1
dqT atau S 2 S1 T
T
T1
(14)
1
1 dS T 1 dq
S 2 S1
q
T
q = kalor yang diserap atau dilepas sistem = massa sistem x kalor laten (L), maka
persamaan diatas menjadi:
S 2 S1
mL
T
(15)
T2
T1
(16)
T2
T1
(17)
13
qm
a
b
qk
S
Gambar 2.4 Diagram T-S
q =
daerah yang diarsir. Mudah dimengerti pula, bahwa usaha yang dilakukan sistem
dalam suatu siklus reversible sama dengan luas siklus pada diagram T-S, karena
U pada proses siklus = 0 sehingga persamaan Hukum I Termodinamika akan
menjadi W= q. Jika kita mengkaji gambar (4), maka W = qm qk sama dengan
luas daerah di dalam siklus. Siklus Carnot khususnya mudah digambarkan dalam
diagram T-S, karena berupa persegi panjang, hingga qm , qk , dan W dengan
mudah dapat dihitung dengan ilmu ukur.
14
dq
, dapat digunakan.
T
II
273
373 K
Gambar 2.5 Soal
(Sumber : Rapi, 2009)
323
S1 c p
dT
323
c p ln
0,144 c p
T
373
373
323
S u c p
dT
323
c p ln
0,168 c p
T
373
373
V1
Gas
V2
hampa
Dinding pemisah
V1 = V2
Gambar 6.
(Sumber : Rapi, 2009)
Jika dinding pemisah dibuka maka gas akan berekspansi bebas ke kanan, sampai
terjadi keseimbangan. Proses ini berlangsung secara irreversible. Sesuai dengan
hokum I Termodinamika:
15
dq cv dT p dv
Keadaan awal dan keadaan akhir sistem keadaan setimbang maka persamaan
dq
dS
T
dV
V
S nR
2V
dV
nR ln 1 nR ln 2
V
V1
menjadi kerja. Hal ini harus terjadi demikian karena untuk mempertahankan Si =
Sf. Maka ada tiga kemungkinan
QR = 0, Si = Sf
atau
QR 0, Sf > Si,
atau
QR 0, Sf = Si.
Kemungkinan terakhir jelas merupakan pernyataan yang salah karena
bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Jadi, kesimpulan kita adalah
S 0,
bila sistem tadi terisolasi. Oleh sebab itu, kita dapat mengatakan bahwa untuk
proses apapun entropi semesta selalu bertambah atau tetap, atau
S 0 . 8.17
Apabila perhitungan S dilakukan pada sistem dan juga pada lingkungan
untuk proses reversible maupun non-reversibel maka berlaku:
S alam = S sistem + S lingkungan
(18)
Tanda > berlaku untuk proses irreversible dan tanda = berlaku untuk proses
reversibel.
Jika sistem terisolasi dengan lingkungan artinya proses adiabatic maka S
lingkungan = 0, maka berlaku:
S alam = S sistem
(19)
T
Sebagai Lingkungan
Sistem
T
adalah reservoir
S sistem = + q/T
S Lingkungan = -q/T
S alam = S sistem + S lingkungan = + (q/T) (q/T) = 0
2. Proses irreversible non adiabatic
q
T
18
+ 1n
= 1n
dan
= 1n
, maka
=1n
19
DAFTAR PUSTAKA
20