Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBIMBING
dr. Muhammad Mahfudz Sp.PD
Oleh:
Ayu Diajeng Sekar Negari
(09030072)
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA .
17
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resiko Hipoglikemi pada Pengobatan Pasien DM dengan CKD
Pasien DM dengan CKD, terutama stage 3 - 5, mempunyai risiko
hipoglikemia oleh karena 3 sebab : menurunnya gluconeogenesis, menurunnya
kliren terhadap insulin dan OAD, menurunnya intake oral oleh karena uremia.
Risiko hipoglikemi pada pasien DM tipe 1 (dengan kreatinin serum 2,2 mg/dl)
yang mendapat terapi insulin adalah 5 kali lebih tinggi dibandingan GFR
normal.
Generasi kedua sulfonylurea : yaitu glipizide, gliclazide, glimepiride
merupakan pilihan, karena sebagian besar dimetabolisme di liver, dan
dieksresi di ginjal dalam bentuk metabolit non aktif , sehingga risiko
hipoglikemia adalah kecil.
Metformin sebaiknya tidak diberikan karena dieliminasi sepenuhnya
secara utuh di ginjal sehingga menimbulkan risiko asidosis laktat. Rosiglitazone
berbeda dengan sulfonylurea atau metformin, tidak hanya menurunkan gula darah,
tetapi punya peran spesifik yaitu menurunkan albuminuria.
Rapid-acting analogues mempunyai waktu paruh lebih pendek dan
konsentrasi maksimal lebih rendah dibandingkan dengan regular human in
sulinsehingga risiko hipoglikemi lebih rendah dibandingkan pasien dengan fungsi
ginjal normal. Long-acting Insulin Analogues (levemer, lantus) lebih aman dan
efektip dibandingkan intermediate-acting insulin (NPH/monotard), karena
dilepas lebih lambat, maksimal konsentrasi relatip konstan, serta peak lebih
landai.
4
Immunology
terganggu,
yang
dapat
berkembang
menjadi
"Immunocompromised"
3. R: Rheology juga terganggu
Tombak: C
4. C: Cytokines akan terbentuk; yang paling toksik adalah TNF _ dan IL-1
Trisula II : GOS
5. G: Glycation process; semua protein tubuh akan mengalami proses glikasi
dengan segala akibatnya.
6. O: Oxidant. Karena terjadi glukooksidasi, terbentuklah Radikal Bebas
Oksigen (RBO) dan Radikal Hidroksil (RH)
7. S: Sorbitol. Melalui poliol pathway, terbentuklah Sorbitol dengan segala
akibatnya.
Trisula-II (GOS) akan memberi akibat terbentuknya RBO dan RH (atres
oksidatif) yang dapat menyebabkan peningkatan (dikutip dari Askandar
Tjokroprawiro 1993, 1998, 1999): (a) proses oksidasi LDL; (b) Cytosolic Ca+
+; (c) proliferasi SMC; (d) proses koagulasi; (e) VCAM-1; (f) ICAM-1; dan (g)
hipoksia.
Trisula-II (GOS) dapat pula menyebabkan penurunan (Giugliano et al 1996):
(a) heparan sulphate; (b) NCV (Nerve Conduction Velocity); dan (c)
endoneural blood flow. DIR-C-GOS (terutama GOS) inilah yang menjadi
penyebab timbulnya komplikasi vaskular diabetik melalui 10 proses tersebut.
2.3 Manfaat Menurunkan Glukosa Darah Pada ND
Sebagian besar bukti manfaat terapi glukosa pada ND berasal dari
penelitian DM tipe 1 dan 2 pada CKD stad 1 dan 2. End point yang dilihat
adalah
terjadinya,
perubahan fungsi ginjal. Hanya sedikit penelitian yank melihat efek terapi
glukosa pada CKD stadium lanjut, atau pada pasien dialysis dan transplantasi
ginjal.
study) dan VADT (Investigators in the Veterans Affairs Diabetes) , pada kedua
peneltian terlihat bahwa penggunaan insulin maupun OAD sama baiknya dalam
hat outcome sepanjang target glukosa darah tercapai. Namur baik insulin
maupun OAD, dalam penggunaannya memerlukan monitor glukosa dan GFR
lebih ketat, karena risiko hipoglikemi yang lebih sering terjadi dibandingkan
pasien dengan GFR normal.
2.5 Problem Spesifik Terapi Glukosa pada ND
Risiko utama ketika melakukan terapi intensif untuk mencapai HbAlc
dibawah 7% adalah hipoglikemia. Risiko ini terutama terjadi pada pemberian
terapi insulin,khususnya bibet tipe 1. Penelitian UKPDS menunjukkan bahwa
sulfonilerea juga dihubungkan dengan hipoglikemia, sekalipun resiko tersebut
lebih kecil
Pasien DM dengan CKD, terutama stage 3 - 5, mempunyai risiko
hipoglikemia oleh karena 2 sebab :
1.
Menurunnya glukoneogenesis
2.
pertama
sulfonylurea
(chlorpropamide,
tolazamide,
10
human insulin (actrapid) mempunvai half life lebih lama serta maksimal
konsentrasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan rapid-acting analogues
(apidra), sehingga risiko hipoglikemi pada CKD lebiht inggi dibandingkan
pasien normal fungsi ginjal. Hal yang sama berlaku, dimana long-acting insulin
analogues (levemer,lantus) lebih aman dan efektif dibandingkan intermediateacting insulin (NPH/monotard), karena dilepas lebih lambat, maksimal
konsentrasi relatif konstan, serta peak lebih landai. Walaupun demikian,
penggunaan insulin pada pasien CKD memerlukan monitor glukosa dan
pemeriksaaan GFR lebih sering.
Titik tangkap pengendalian hiperglikemia dengan insulin dan OAD adalah: 13
1). Insulin
Optimalisasi terapi insulin eksogen sangat penting .
a). Normalisasi metabolisme seluler dapat mencegah
penimbunan
glomerulus yang
(NAG)
sebagai
petanda
hipertensi
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Gilbert RE, Tsalamandris C, Bach LA, et al: Longterm glycemic control and
the rate of progression of early diabetic kidney disease. Kidney Int 44:855859, 1993.
2. Greyer JA, Bain RP, Evans JK, et al: Predictors of the progression of renal
insufficiency in patients with insulin-dependent diabetes and overt diabetic
nephropathy.The Collaborative Study Group. Kidney Int 50:1651-1658,1996.
3. Wang PH. Lau J, Chalmers TC: Meta-analysis of effects of intensive bloodglucose control on late complications of type I diabetes. Lancet 341:13061309, 1993.
4. The Diabetes Control and Complications Trial Research Group: The effect of
intensive treatment of diabetes on the development and progression of longterm complications in insulin-dependent diabetes mellitus. N Engl J Med
329:977-986, 1993.
5. Kawazu S, Tomono S, Shimizu M, et a): The relationship between early
diabetic nephropathy and control of plasma glucose in non-insulin-dependent
diabetes mellitus.The effect of glycemic control on the development and
progression of diabetic nephropathy in an 8-year follow-up study. J Diabetes
Complications 8:13-17, 1994.
6. Morioka T, Emoto M, Tabata T, et al: Glycemic control is a predictor of
survival for diabetic patients on hemodialysis. Diabetes Care 24:909-913,
2001.
7. Hasslacher C, Wittmann W: [Severe hypoglycemia in diabetics with impaired
renal function]. Dtsch Med Wochenschr 128:253-256, 2003.
8. 391. Davidson MB, Peters AL: An overview of metformin in the treatment of
type 2 diabetes mellitus. Am J Med 102:99-110, 1997.
9. Thompson-Culkin K, Zussman B, Miller AK, Freed MI: Pharmacokinetics of
rosiglitazone in patients with end-stage renal disease. J Int Med Res 30:391399, 2002.
10. Bakris G, Viberti G, Weston WM, Heise M, Porter LE, Freed MI:
Rosiglitazone reduces urinary albumin excretion in type II diabetes. J Hum
Hypertens 17:7-12, 2003.
11. Peacock, TP, Shihabi, ZK, Bleyer, AJ, et al. Comparison of glycated albumin
and hemoglobin A(lc) levels in diabetic subjects on hemodialysis. Kidney Int
2008; 73:1062.
12. Tjokroprawiro, Askandar dan Hendromartono . Nefropati diabetik dan
disfungsi endotel (delapan faktor patogenetik dan terapi) pusat diabetes dan
nutrisi, RSUD dr. Soetomo fakultas kedokteran universitas airlangga,
Surabaya
13. American Diabetes Association. 2004. Standards of medical care for patients
with diabetes mellitus. Diabetes Care : pp. 616-623.
14