Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
1. Muhammad Achirul Nanda
(115100200111020)
(115100200111024)
3. Erwin Budiawan
(115100200111042)
4. Masruri
(115100200111056)
5. Aris Irfandi
(115100201111002)
Kelas : B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegitan budidaya tanaman atau lebih umumnya kegiatan pertanian hal yang
paling pertama adalah pengolahan lahan agar supaya tanah siap untuk ditanami dengan
harapan
dapat
memberikan
hasil
yang
optimal.
Pada
dasarnya,
pengolahan
tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan
keadaan tanah olah yang siap tanam.
Pengolahan tanah berkaitan erat dengan produksi tanaman, terutama dalam
menyiapkan struktur tanah yang cocok untuk pertumbuhan. Pengolahan tanah selain akan
menggemburkan, sekaligus memadatkan tanah yang berpengaruh terhadap fisik dan
mekanika tanah, dan pengaruh ini pun memberikan akibat perubahan udara dan air dalam
tanah, juga memberikan pembatasan mekanis pada perkembangan akar dengan lapisan
keras pada tanah. Di dalam kegiatan tanah perlu adanya perhitungan yang memperhatikan
besarnya gaya luar yang dapat diberikan agar tanah yang diolah tidak mengalami
kerusakan secara fisik. Sehingga pengolahan tanah tersebut dapat memberikan kondisi
tanah yang cocok bagi pertumbuhan tanaman, bukan sebaliknya menghambat
pertumbuhan dengan adanya pemadatan akibat pengolahan tanah. Oleh karena itu,
praktikum mengenai penetograf ini sangat membantu praktikan dalam upaya mempelajari
mengenai tahanan penetrasi tanah.
B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui apa
yang dimaksud tahanan penetrasi tanah serta dapat melakukan pengukuran mengenai
tahanan penetrasi tanah.
C. Manfaat Praktikum
Hasil dari praktikum ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi
mengenai tahanan penetrasi yang dilakukan terhadap tanah. Selain itu praktikan dapat
mengaplikasikan tahanan penetrasi tanah terhadap kondisi di lahan pertanian guna
meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
D. Tinjauan Pustaka
1. Tahanan Penetrasi Tanah
Menurut Muzani (2012),
mengetahui kepadatan tanah dan tahanan tanah. Pegukuran tanah dengan menggunakan
penetrometer sangat mudah untuk memperoleh data tahanan tanah. Cone index
merupakan besaran yang menunjukkan harga ketahanan tanah terhadap gaya penetrasi
dari cone (vertikal) dibagi luas dasar cone. Satuan besaran ini dinyatakan dalam satuan
gaya persatuan luas (kg/cm2).
Menurut LPT (1979) dalam Budi, Yuswar dan Idkham (2012) , Pengukuran tahanan
penetrasi tanah dilakukan pada selang kedalaman (0-10, 10-20, 20-30, 30-40, 40-50 dan
50-60) cm. Alat yang digunakan adalah penetrometer dengan tahanan penetrasi (CI)
dihitung dengan rumus:
CI = (98Fp)
Dimana :
CI (Cone Indeks) = tahanan penetrasi (kPa)
Fp
2. Penetrometer
Cone index merupakan gambaran tingkat kepadatan tanah dari besarnya resistensi
yang diterima permukaan kerucut cone penetrometer. Pengukuran terhadap tahanan
penterasi dengan menggunakan cone penetrometer untuk mengetahui besarnya cone
index pada permukaan tanah sampai dengan kedalaman 50 cm. Semakin besar nilai cone
index semakin padat tanah tersebut (Matangaran dan Suwarna, 2012). Menurut Tafsir
(2011), Pengukuran cone index terbagi atas :
-
kerikil dalam tanah, penggunaan batang bor yang lebih berat, sepatu alat sampel yang
tumpul, kecerobohan menjatuhkan palu terhadap tinggi jatuh yang dipersyaratkan.
-
Cone Kerucut
Menurut Ozoemena et al. Tipe penetrometer dibedakan sebagai berikut:
-
penetrometer bersifat
dinamis
menggunakan palu untuk menembus tanah hingga ke dalam. Tentunya berat palu,
jarak geser, dan sudut kerucut sangat mempengaruhi hasil penetrasi tanah.
Menurut Lengkong et al., (2013) Tes Penetrasi kerucut dinamis (DCPT) pada
awalnya dikembangkan sebagai alternatif untuk mengevaluasi sifat-sifat perkerasan
4
lentur atau tanah dasar. Pendekatan konvensional untuk mengevaluasi sifat kekuatan
dan kekakuan tanah aspal dan tanah dasar melibatkan prosedur inti sampling dan
pengujian Program laboratorium yang rumit seperti modulus resilien, tes Marshall dan
lainnya (Livneh dkk. 1994). Karena ekonomis dan kesederhanaannya, pemahaman
yang lebih baik dari hasil DCPT dapat mengurangi secara signifikan tenaga dan biaya
yang terlibat dalam evaluasi tanah perkerasan dan tanah dasar. Pengujian cara dinamis
ini dikembangkan oleh TRLL (Transport and Road Research Laboratory),
Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 / 1986.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California Bearing Ratio)
tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini akan
memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman + 70 cm di bawah permukaan
lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan dengan
mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah
untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
3. Penetograf
Penetograf merupakan salah satu alat dari penetrometer yang digunakan untukmengukur
ketahanan penetrasi tanah. Penetrograf merupakan penetrimeter jenis mekanik. Batas
maksimal penetrograf adalah 0,80 m.
Gambar Penetrograf
Kecepatan Rambat
gelombang geser
penetrasi standar
rata rata N
Tanah Keras
Vs
Tanah Sedang
15 N < 50
50 Su < 100
Tanah Lunak
N < 175
N < 15
Su < 50
350
50
100
Atau, setiap profil tanah dengan tanah lunak yang tebal total lebih
dari 3 m dengan PI > 20, wn
Tanah Khusus
BAB II
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2014 di Lahan Lapang Universitas
Brawijaya Malang dan Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian.
Alat
Penetrograf
Bahan
Lahan/ tanah : Sebagai sampel pengambilan data
Gambar Penetrograf
Bagian alat
: sebagai pegangan
3. Box pencetak : untuk merekam hasil data ketahanan penetrasi dan sebagai tempat
kertas
7
4. Kertas ukur
5. Batang ulir penggerak : untuk menggerakkan alat agar dapat didorong ke bawah
6. Cone index
8. Nivo
D. Metode Pengoperasian
-
Kertas ukur tahanan penetrograf dimasukkan pada box tempatnya dan tepat di angka
nol
Handel dipegang dan dimasukkan ke arah bawah hingga masuk ke dalam tanah
dengan kecepatan yang konstan
Kertas ukur tahanan penetrometer diambil dari box dan ditandai sebagai titik pertama
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Data
Hasil data dapat dilihat pada lampiran 1. Selanjutnya Pada praktikum penetrometer
diperoleh data sebagai berikut:
Tahanan Penetrasi (N/cm2)
Kedalaman
Rata
(cm)
Titik 1
Titik 2
Titik 3
rata
50
90
130
10
45
85
80
15
53
80
55
20
60
60
32
25
50
50
60
30
70
50
70
35
130
50
95
40
90
70
90
45
75
67
90
50
65
60
85
Rata - rata
62,55
60,18
71,55
90,00
70,00
62,67
50,67
53,33
63,33
91,67
83,33
77,33
70,00
140
120
Penetrasi (N/cm2)
100
Titik 1
80
Titik 2
60
Titik 3
40
20
0
0
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Kedalaman (cm)
B. Pembahasan
- Analisa Prosedur
Pada pengukuran tahanan penetrasi tanah di lapangan menggunakan penetrometer, hal
pertama yang dilakukan adalah penentuan titik-titik pengukuran. Semakin banyak lokasi
atau titik pengukuran pada suatu lahan maka makin teliti hasil yang akan diperoleh. Dalam
praktikum ini setiap kelompok akan melakukan 1 kali pengukuran pada 3 titik
menggunakan penetrometer. Kedalaman penetrometer secara otomatis sudah tertera pada
bagian batang penetograf. Kedalaman pada praktikum ini adalah sebesar 0, 5, 10, 15, 20,
25, 30, 35, 40, 45, dan 50 cm.
- Analisa Hasil
Hasil tahanan penetrasi tanah terbesar hingga terkecil secara berturut turut pada
praktikum ini adalah pada titik 3, titik 1, dan titik 2 dengan besar penetrasi 71,55 N/cm 2,
60,55 N/cm2, dan 60,18 N/cm2. Sedangkan rata rata nilai kuat geser tanah pada
kedalaman 5 cm (90 N/cm2) , 10 cm (70 N/cm2), dan 15 cm (62,7 N/cm2). Nilai kuat geser
terbesar pada lokasi tersebut adalah pada kedalaman 35 cm sebesar 91,67 N/cm2 dan
relatif mengalami penurunan nilai ketahan penetrasi tanah dari kedalaman 5 50 cm.
Pada titik 1 hasil penetrasi terendah adalah pada kedalaman 10 cm (45 N/cm2) dan
tahana penetrasi tanah tertinggi pada kedalaman 35 cm (N/cm2). Pada titik 2 hasil
penetrasi tanah mengalami peningkatan pada kedalaman 5 cm dan mengalami penurunan
pada kedalaman 35 cm, hasil tahanan penetrasi tanah tertinggi pada titik ke 2 adalah pada
kedalaman 5 cm (90 N/cm2). Pada titik 3 hasil tahanan penetrasi tanah terbesar pada
kedalaman 5 cm dan terus mengalami penurunan hingga kedalaman 20 cm (32 N/cm2).
Tahanan penetrasi tanah mengalami peningkatan dan penurunan, hal ini dikarenakan
tanah mengalami land slide. Hal ini sesuai dengan pernyataan Didik Suprayogo et al.
Bahwa land slide merupakan terjadinya kerusakan partikel tanah sebagai akibat kerusakan
ikatan partikel tanah. Kerusakan ikatan antar
mengalami land slide meneybabkan tanah relatif gembur sehingga ketahanan penetrasi
relatif lebih rendah.
Menurut Budi, Yuswar dan Idkham (2012), penetrasi tanah mengalami penurunan
dikarenakan faktor kadar air tanah, hasil tahanan penetrasi berbanding terbalik dengan
besar kadar air. Pada titik 2 hasil penetrasi mengalami penurunan dari kedalaman 5-20 cm
hal ini dikarenakan kadar air tanah semakin meningkat. Semakin besar nilai tahanan
penetrasi semakin padat tanah tersebut (Matangaran dan Suwana, 2012).
10
Gambar (b)
Penetrasi (N/cm2)
Titik 1
120
Titik 2
100
Titik 3
80
60
40
20
Kedalaman (cm)
0
0
(a)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
(b)
Ketahanan penetrasi tanah pada hasil praktikum bila dibandingkan dengan hasil jurnal
tidak jauh berbeda karakteristiknya,yakni hasil penetrasi tanah mengalami peningkatan
dan penurunan sesuai dengan kedalaman tanah. Namun, hasil rata rata hasil penetrasi
tanah pada kedalaman 0 50 cm tanah pada saat praktikum memiliki hasil penetrasi yang
lebih besar dibandingkan dengan hasil penetrasi tanah pada jurnal.
Menurut Budi, Yuswar dan Idkham (2012), penetrasi tanah mengalami penurunan
dikarenakan faktor kadar air tanah, hasil tahanan penetrasi berbanding terbalik dengan
besar kadar air. Bahwa semakin kecil kadar air maka tahanan penetrasi semakin besar,
dikarenakan tanah semakin padat. Hal ini terjadi pada gambar (a) kedalaman 30 40
yang mengalami penurunan karena kadar air meningkat. Selain itu, faktor porositas tanah
juga sangat berpengaruh. Semakin kecil porositas tanah maka tahanan penetrasi semakin
tinggi dan kepadatan tanah semakin besar.
Kok Hans et al. (1996) dalam Budi, Yuswar dan Idkham (2012) menyatakan bahwa
pemadatan dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menghambat penetrasi akar
tanaman, membatasi pergerakan air dan udara di dalam tanah dan menyebabkan
pertumbuhan benih menjadi lambat dan akhirnya akan dapat mengurangi produksi
tanaman. Menurut Risman (2008), tujuan pemadatan adalah mempertinggi kuat geser
tanah, mengurangi sifat mudah mampat (compresibilitas), mengurangi permeabilitas, dan
11
mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan lain-lain.
Pemadatan tanah lempung secara benar akan memberikan kuat geser yang tinggi,
sedangkan stabilitas terhadap kembang susut tergantung dari jenis kandungan
mineralnya.
Klasifikasi tanah
Tabel. Jenis Jenis Tanah
Jenis Tanah
Kecepatan Rambat
gelombang geser
penetrasi standar
rata rata N
Tanah Keras
Vs
Tanah Sedang
15 N < 50
50 Su < 100
Tanah Lunak
N < 175
N < 15
Su < 50
350
50
100
Atau, setiap profil tanah dengan tanah lunak yang tebal total lebih
dari 3 m dengan PI > 20, wn
Tanah Khusus
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari paraktikum ini adalah sebagai berkut:
1. Penetrometer merupakan alat untuk mengukur besar ketahanan penetrasi tanah.
2. Penetrasi tanah mengalami penurunan dikarenakan faktor kadar air tanah, bahwa hasil
tahanan penetrasi berbanding terbalik dengan besar kadar air. Selain itu besar
penentrasi tanah dipengaruhi karena kondisi tanah land slide. land slide merupakan
terjadinya kerusakan partikel tanah sebagai akibat kerusakan ikatan partikel tanah.
3. Menurut SNI 1726-2002 jenis tanah pada praktikum ini diklasifikasikan sebagai jenis
tanah keras karena nilai N ( Rata rata tahanan penetrasi) 50.
B. Saran
-
Praktikum ini sangat bagus materinya dan mengarah ke jurusan TEP. Namun
hendaknya praktikum dikemas secara rapi agar praktikum bisa berjalan dengan lancar.
Matakuliah Dinamika Mesin dan Tanah hendaknya diwajibkan pada semester 4-6
dikarenakan materi praktikum sangat bermanfaat dan lebih mengarah ke jurusan
keteknikan pertanian.
13
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Hadi A., Yuswar, Yunus., dan Idkham, M. 2012. Analisis Sifat Fisika Tanah Akibat
Lintasan Dan Bajak Traktor Roda Empat. Vol (1): Hal. 43-53
Muzani, Ahmad. 2012. Desain Penterometer Digital Berbasis Mikrokontroler Atmega
8535. Vol. (-). Institut Pertanian Bogor.
Ozoemena Ani. Development and Comparative Test of a Proctor type Cone
Penetrometer. Department of Agricultural and Bioresources Engineering University of
Nigeria, Nsukka
Risman. 2008. Kajian Kuat Geser Dan CBR Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan
Abu Terbang Dan Kapur. Vol.13 No.2 : Hal 99-110
R, J, Matangaran dan U, Suwarna. 2012. Kepadatan Tanah Oleh Dua Jenis Forwarder
Dalam Pemanenan Hutan. Vol.14 No.2 : Hal. 115-124
Tafsir. 2011. Laporan Cone Idex. https://www.scribd.com/doc/109318284/Laporan-2-mp2.
Diakses pada tanggal 3 desember 2015.
Lengkong, et al. 2013. Hubungan Kuat Geser Pada Tanah Dengan Hasil Percobaan
Dynamic Cone Penetrometer Pada Ruas Jalan Wori-Likupang Kabupaten
Minahasa Utara. Vol. (1). Hal. 360
14
Lampiran I
Hasil Pengukuran Ketahanan Penetrasi Tanah
15
LAMPIRAN
JURNAL
16