Вы находитесь на странице: 1из 20

Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan

Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi
salah satu atau kedua tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan
operasi pengendalian internal.

- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka
yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa
memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal
klien tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material.
Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan
keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka
auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam
ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material.
Pembahasan yang lebih terinci mengenaipengaruh pengendalian
internal terhadap program audit disajikan dalam bab 6.
Jenis Utama Pengujian
Auditor mencapai tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif dengan
melaksanakan pengujian yang dapat dibagi menjadi 4 kategori utama:
- Pengujian analitis
- Observasi dan tanya jawab
- Pengujian transaksi
- Pengujian saldo
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengendalian apabila
tujuan pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah prosedur
pengendalian internal telah diikuti. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa faktur
penjualan untuk melihat ada tidaknya paraf staf yang bertanggung jawab
mengecek keakuratan matematis. Jika telah diparaf, maka ini merupakan suatu
indikasi bahwa prosedur pengendalian telah dijalankan dengan tepat. Jika tidak ada
paraf, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur pengendalian tidak
dilaksanakan.
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengujian substantif apabila tujuan
pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah telah terjadi kesalahan
jumlah uang selama pemprosesan transaksi. Auditor bisa memilih sampel faktur
penjualan untuk menentukan apakah faktur tersebut telah dicatat dengan benar
dalam jurnal penjualan dan diposting ke buku besar. Jika pengujian ini
mengungkapkan adanya faktur yang tidak dicatat, maka auditor telah menemukan
kesalahan moneter.
Pengujian substantif atas transaksi dengan pengujian saldo slaing terkait di mana
setiap jenis transaksi mempengaruhi saldo akun terkait. Karena angka-angka dalam

laporan keuangan adalah akumulasi dari transaksi, maka auditor bisa menguji
transaksi yang memasuki akun, saldo akun itu sendiri atau keduanya.
Tujuan auditor secara keseluruhan atas pengujian ini adalah untuk memperoleh
bukti kompeten yang memadai mengenai saldo akhir piutang usaha. Salah
satu cara untuk memperoleh bukti ini adalah dengan menguji transaksi yang
memasuki akun, yaitu debit dan kredit. Auditor bisa memilih sampel transaksi
penjualan dan penerimaan kas yang mempengaruhi piutang usaha dan memeriksa
dokumen pendukung transaksi ini.
Cara lainnya untuk memperoleh bukti adalah dengan mengkonfirmasi sampel saldo
akun pembantu piutang usaha. Pengujian ini melibatkan pemeriksaan langsung atas
saldo akhir tanpa referensi ke masing-masing transaksi yang diakumulasikan ke
akun bersangkutan. Dalam sebagian besar audit, auditor akan melaksanakan kedua
jenis pengujian ini, memilih pengujian yang tepat berdasarkan mutu bukti yang
diperoleh, biaya melaksanakan prosedur tersebut dan bisa tidaknya prosedur
tersebut diterapkan. Beberapa akun dalam laporan keuangan akan sulit diuji
dengan pengujian saldo. Sebagai contoh, akun laporan laba-rugi karena memiliki
sifat seperti itu sehingga saldo akhirnya tidak dapat diuji secara langsung. Untuk itu
akun-akun seperti ini, auditor mengandalkan pada pengujian transaksi atau
pengujian saldo atas akun neraca yang mempengaruhi akun laporan laba-rugi
terkait.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik.
Pemeriksaan ini merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan
atau inspeksi atas aktiva berwujud seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan.
Sewaktu menghitung kas atau inventori atau menginspeksi mesin baru,
auditor menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat diterapkan pada
aktiva yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang
usaha, investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan).
Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas
terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu,
auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi
aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian. Asersi
mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk
mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji
melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang dihilangkan dari laporan
keuangan bisa ditemukan. Sebagai contoh, selama pengujian penghitungan
persediaan auditor mungkin menemukan bahwa klien lalai memasukkan beberapa
item dalam penghitungan persediaan.
Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan
kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi

kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi


maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali
diuji dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha
pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat
diandalkan mengenai kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan
kesalahan penetapan yang terlalu rendah dalam akun mereka dan karena auditor
biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo tercatat yang lebih besar. Asersi
mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagian diuji melalui
konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan
piutang ragu-ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank,
formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan yang disajikan
atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti tentang
penyajian dan pengungkapan.
Vouching (Pemeriksaan Bukti Pendukung)
Voucing adalah pemeriksaan dokumen yang mendukung suatu transaksi atau
jumlah yang telah tercatat. Karena tujuan teknik vouching adalah untuk
memperoleh bukti mengenai item yang tercatat dalam catatan akuntansi, maka
arah pencarian dokumen pendukung tersebut bersifat krusial. Untuk melakukan
vouching, arah pengujian adalah dari item yang tercatat hingga dokumentasi
pendukung.
Asersi mengenai kelengkapan lebih sulit diuji melalui vouching karena pengujian
kelengkapan mengharuskan auditor untuk mencari bekti item yang tidak tercatat.
Vouching dimulai dengan item yang tercatat. Akan tetapi, auditor dapat memilih
penjualan yang tercatat setelah akhir tahun dan mem-vouching item-item ini ke
faktur penjualan untuk menentukan apakah hal tersebut merupakan penjualan yang
sudah harus dicatat sebelum akhir tahun (yaitu, kelengkapan). Umumnya,
pengujian dokumen untuk item-item yang belum tercatat melibatkan
teknik audit lainnya penelusuran.
Penelusuran
Penelusuran (tracing) adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya
dalam catatatn akuntansi. Seorang auditor melaksanakan prosedur ini dengan
menyeleksi dokumen sumber, seperti faktur penjualan atau laporan pengiriman dan
menelusurinya melalui sistem akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatan
akuntansi, seperti jurnal dan buku besar. Arah pengujian atas penelusuran adalah
kebalikan dari arah pengujian vouching. Karena itu, auditor seringkali menggunakan
penelusuran untuk menguji asersi mengenai kelengkapan. Gambar 5-6
mengilustrasikan perbedaan antara teknik penelusuran dan vouching.
Penelusuran dapat menguji kelengkapan karena auditor mengawalinya dengan
dokumen sumber yang harus bermuara pada transaksi atau jumlah yang tercatat
dalam catatan akuntansi, auditor akan mendapatkan bukti tentang apakah item
telah tercatat atau tidak. Dokumen sumber yang tidak tercatat menunjukkan
kesalahan penyajian asersi mengenai kelengkapan.

Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan
ulang (reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya,
auditor memperoleh bukti tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas
tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil klien. Karena teknik ini
melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka teknik
ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor
melaksanakan kembali prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan
awal telah dilakukan secara efektif. Sebagai contoh, jika auditor menghitung
kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh klerk klien dan
ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
berfungsi secara tidak memadai.
Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai
contoh, auditor dapat mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai
tingkat kemahiran yang digunakan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur
pengendalian internal hanya dapat diverifikasi dengan obvservasi karena
pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari
pengendalian ini meliputi pemisahan tugas yang tepat dan kompetensi personel.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan eksistensi atau
kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat menemukan item-item
yang tidak dicatat dalam catatan klien. Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi
bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank
tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga
dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi
pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan klien.
Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara
ekstensif dalam audit. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan
atau tulisan. Karena manajemen klien dan pegawai cukup mengetahui operasi dan
pengendalian internal, maka auditor yang paling berpengalaman pun akan
mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.
Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang
item-item yang tidak biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar

piutang usaha untuk menetukan eksistensi setiap pelanggan yang memiliki saldo
kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam
melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk
menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah
informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti menentukan persetujuan
atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa
memenuhi semua asersi laporan keuangan.
Prosedur Analitis
Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu
yang bisa dipilih auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam
bab ini bahwa beberapa jenis pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan di antara data yang ada. Auditor menggunakan teknik ini
untuk menilai kelayakan data. Sebagai contoh, penghitungan rasio atau
kecenderungan tertentu dari informasi laporan keuangan bisa mengindikasikan
kondisi tidak biasa yang mendorong auditor untuk mencari bukti lebih jauh tentang
item-item tertentu dalam laporan keuangan. Karena hubungan tidak biasa di antara
data itu dapat terjadi dengan beberapa alasan, maka prosedur analitis memenuhi
kelima asersi laporan keuangan.
PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)
1. Pengujian analitik (analytical test)
2. Pengujian pengendalian (test of control)
3. Pengujian substantif (subtantif test)
1. Pengujian Analitik
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap
awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit.
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitij dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klien.
2. Pengujian Pengendalian (test of control)

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk


memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapatkan informsi mengenai: 1) frekuensi
pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, 2) mutu pelaksanaan aktivitas
pengendalian tersebut dan, 3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian
tersebut. Perancangan program audit untuk pengujian pengendalian di bahas lebih
lanjut dalam bab 8 penaksiran resiko dan desain pengendalian.
Auditor melakukan pengujian dengan cara memilih secara acak surat order
pembelian yang dibuat oleh klien dalam tahun yang diperiksa dan kemudian
melakukan audit mengenai:
1. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian. Dalam pengujian pengendalian,
auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi dari pejabat
yang berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari 150 lembar order
pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor hanya menemukan:
a. 145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
b. 5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang
2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang berwenang
merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi transaksi
pembelian. Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi terjadinya
pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam pengujian
pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian
tersebut. Seringkali dalam melaksanakan suatu aktivitas, karyawan hanya
melaksanakan aktivitas tersebut tanpa mengetahui apa yang hendak dicapai
dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian
dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak
dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan aktivitas
tersebut. Salah satu unsur pengendalian intern terhadap sediaan adalah
dilakukannya secara periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang benar-benar
ada di tangan perusahaan dengan jumlah sediaan yang tercantum dalam catatan
akuntansi. Biasanya aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan
penghitungan fisik sediaan. Dalam pengujian pengendalian auditor menguji apakah
secara periodik klien melaksanakan aktivitas pengendalian terhadap sediaan. Di
samping itu auditor juga melakukan pengujian mengenai karyawan yang
melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3. Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia

d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi


e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan
keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale
revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan:
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan
dalam laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya
2. Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang
tidak berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat
mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan
3. Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam
menyajikan angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan
mengenai akibat perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba
bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya
laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang
disajikan dalam tahun sebelumnya.
4. Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cutoff) transaksi penjualan tidak
tepat atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya.
Misalnya transaksi penjualan tahun 20X1 dicatat oleh klien sebagai pendapatan
penjualan tahun 20X1. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien
menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutoff) untuk
memisahkan transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan
datang, sedangkan dalam tahun sebelumnya klien menggunakan tanggal 31
Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya
kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi.
5. Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka
pendapatan penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical
works). Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi
dari berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi,
mengalikan dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan
memindahkan jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan
menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan
prosedur audit untuk menemukan kesalahan moneter sebagau akibat dari
kesalahan pekerjaan klerikal ini
6. Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora
keuangan salah dalam mengambil keputusan. Misalnya klien mengajikan angka
pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp. 500.000.000,-.
Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa

pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan


informasi bahwa 75 % dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan klien
dari transaksi penjualan produk kepada anak perusahaannya. Karena sebagian
besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi antar pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan induk-anak perusahaan), maka
auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan pengungkapan
(disclosure) mengenai informasi tersebut dalam laporan keuangan.

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN : PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
02/04/2013 by andinurhasanah in auditing
BAB I
PENDAHULUAN
City Finance adalah klien terbesar yang dikelola dari kantor perusahaan Big
Four di Pittsburgh, perusahaan tersebut adalah konglomerat jasa kekuangan yang
memiliki hamper seribu kantor yang tersebar di Amerika Serikat dan Kanada, serta
kantor koresponden diluar negeri. Catatan perusahaan berisi lebih dari sejuta
piutang usaha dan perusahaan ini juga memroses jutaan transkasi penjualan serta
transaksi lainnya setiap tahun. Pusat computer perusahaan berada didalam sebuah
ruangan yang besar dan nyaman yang berisikan beberapa computer mainframe
yang besar serta banyak peralatan pendukung lainnya. Karena kegagalan system
dapat menggangu operasi disemua cabang perusahaan, dipasang dua system
online yang lengkap dimana yag satu berfungsi sebagai cadangan bagi yang
lainnya.
Perusahaan memiliki system checks dan balances yag tidak bias dimana
catatan transaksi kantor cabang direkonsiliasi dengan pengendalian pemrosesan
data harian, yang pada gilirannya, akan direkonsiliasi dengan catatan akun bank
bulanan. Setiap kali proses rekonsiliasi ini menunjukkan kondisi out-of-balance yang
signifikan, prosedur akan segera memecahkan masalah tersebut secepat mungkin.
Sejumlah besar staf audit internal akan mengawasi setiap upaya investigative
khusus ini.
Karena City Finance merupakan sebuah perusahaan public, perusahaan
tersebut harus melaporkan laporan keuangan tahunannya termasuk laporan
manajemen mengenai pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan pada
From 10-K kepada Securities dan Exchange Commissions dalam waktu 60 hari
setelah akhir tahun fiskalnya. Selain itu, perusahaan juga harus mengumumkan
laba tahunan dan menerbitkan laporan tahunannya segera setelah akhir tahun
dengan selayak layaknya. Dalam keadaan tersebut, selalu ada tekanan yang kuat
kepada kantor akuntan public untuk menyelesaikan audit dengan cepat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

AKUN DAN KELAS TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN SERTA PENAGIHAN

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang diterima umum.
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai
akun dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa
lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
1.

Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )

2.

Penerimaan kas

3.

Retur dan pengurangan penjualan

4.

Penghapusan piutang tak tertagih

5.

Estimasi beban piutang tak tertagih

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi
dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari
dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak
tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal
yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.
B.

FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN TERKAIT

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang


diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan

setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh
seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang
usaha yang akhirnya menjadi kas.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk
Siklus Penjualan dan Penagihan.
Kelas Transaksi

Akun

Fungsi Bisnis

Dokumen Dan Catatan


Pesanan pelanggan
Pesanan penjualan
Pesanan pelanggan atau
pesanan penjualan
Dokumen pengiriman

Pemroses
pesanan
pelanggan
Pemberian kredit
Pengiriman
barang

Penjualan

Penjualan
piutang usaha

Penagihan
pelanggan dan
pencatatan
penjualan

Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Jurnal penjualan atau
listing
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang
usaha
Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan
kas

Penerimaan Kas

Kas di bank
( debet dari
penerimaan
kas ) piutang
usaha

Retur Dan
Pengurangan
Penjualan

Retur dan
pengurangan
penjualan

Pemroses dan
pencatatan
penerimaan kas
Pemroses dan
pencatatan retur
dan
pengurangan
penjualan

File transaksi
penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas
atau listing
Memo kredit
Jurnal retur dan
pengurangan penjualan

Pitang usaha
Piutang Usaha
Penghapusan
Piutang tak
Tertagih

Penyisihan untuk
piutang tak
tertagih

Penghapusan
piutang usaha
tak tertagih

Formulir otorisasi
piutang tak tertagih
Jurnal umum

Beban piutang
tak tertagih
Beban Piutang
tak Tertagih

Penyisihan untuk
piutang tak
tertagih

Penyediaan
piutang tak
tertagih

Jurnal umum

Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham
fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan.

Pemroses pesanan pelanggan

o Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh


pelanggan.
o Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi,
kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.

Pemberian kredit

o Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang


menunjukkan deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang
relevan lainnya.
o Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang
antara pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika
barang telah dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang
terkait serta ayat jurnal dalam jurnal penjualan.

Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan

Aspek paling penting dari penagihan yaitu :


Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )

Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )


o Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas
barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
o File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu
periode, seperti sehari, seminggu, atau sebulan.
o Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi
penjualan yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal,
jumlah dan klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
o File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat
penjualan individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi
setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
o Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara
elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang
usahanya.

Pemroses dan pencatatan penerimaan kas

o Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan


biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
o Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh
seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang
usaha, kas dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.
o Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.
o Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk
mencatat retur dan pengurangan penjualan.

Penghapusan piutang usaha tak tertagih

o Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih.

C.
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian


internal untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting
dalam pengendalian ini yaitu :
1.

Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.

2.
Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.
3.
Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan .
4.
Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Pemisahan tugas yang memadai


Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus
menolak akses ke kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan
informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke dalam computer.
Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada
keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat
diandalkan untuk mengurangi resiko pengendalian.
Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas
pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat
penjualan yang terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis
salah saji yang mungkin terjadi :
a.
Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan
b.

Penjualan dicatat lebih dari satu kali

c.

Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan.
Konsekuensi potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena
akan menimbulkan lebih saji aktiva dan laba.
Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal
dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama
adalah untuk transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang
kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).

Penjualan dicatat dengan akurat


Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal hal
berikut :
a.

Mengirimkan jumlah barang yang dipesan

b.

Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim

c.

Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

D.

RETUR DAN PENGURANGAN PENJULAN

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien
untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo
kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan
yang pertama adalah matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan
penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur dan
pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi
yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang
usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji
saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah
pada akhir tahun. Secara alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi,
karena tujuan dan metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan
pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak dimasukkan studi yang mendalami
mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan,
harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan pengendalian,

pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.
E.
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian


pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian ,
pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan
kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan
khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.

Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti


proses berikut ini :
s Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
s Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan
untuk mendukung pengurangan resiko pengendalian
s Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.

Penyiapan Bukti Penerimaan Kas

Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas
yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti
penerimaan kas ( proof of cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan
kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan kas selama suatu periode tertentu,
seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau setoran actual yang
dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara keduanya
mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos pos lainnya, tetapi
jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha

Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk
menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang

menangani penerimaan kas dan kemudian memasukkannya kedalam system


computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas
dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan
penerimaan kas kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan
membandingkan nama, jumlah, dan tanggalyang ditunjukkan pada remmitance
advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoran terkait.

F.

PENGUJIAN AUDIT UNTUK MENGHAPUS PIUTANG TAK TERTAGIH

Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih
adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus
piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
kejadian ). Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah
otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh
tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh
mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.
Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan
mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan
hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajiannya serta pengungkapan.
Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian
substansif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh
pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak
tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian


pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi
dalam siklus penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan kas, retur
dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha tak tertagih, serta beban
piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan
mencakup langkah langkah berikut :

Memahami pengendalian internal

Menilai resiko pengendalian yang direncanakan

Menentukanluas pengujian pengendalian

Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi


untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor
berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata
untuk mengurangi resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi
pengendalan internal, jika ada, untuk setiap tujuan, auditor kemudian menentukan
luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas
transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan
benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga
dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah
perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transkasi bagi
setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor mengorganisasikan prosedur
audit ke dalam program audit format kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Randol J. ELDER. Alvin A. Arens. Mark S. Beasley 2011. Audit Dan Jasa Assurance
pendekatan terintegritas Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA

Вам также может понравиться