Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi
salah satu atau kedua tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan
operasi pengendalian internal.
- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka
yang material atau pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa
memutuskan untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal
klien tampaknya dapat mencegah atau mendeteksi salah saji yang material.
Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika laporan
keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka
auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam
ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material.
Pembahasan yang lebih terinci mengenaipengaruh pengendalian
internal terhadap program audit disajikan dalam bab 6.
Jenis Utama Pengujian
Auditor mencapai tujuan pengujian pengendalian dan pengujian substantif dengan
melaksanakan pengujian yang dapat dibagi menjadi 4 kategori utama:
- Pengujian analitis
- Observasi dan tanya jawab
- Pengujian transaksi
- Pengujian saldo
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengendalian apabila
tujuan pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah prosedur
pengendalian internal telah diikuti. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa faktur
penjualan untuk melihat ada tidaknya paraf staf yang bertanggung jawab
mengecek keakuratan matematis. Jika telah diparaf, maka ini merupakan suatu
indikasi bahwa prosedur pengendalian telah dijalankan dengan tepat. Jika tidak ada
paraf, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur pengendalian tidak
dilaksanakan.
Pengujian transaksi akan memenuhi tujuan pengujian substantif apabila tujuan
pemeriksaan auditor adalah untuk menentukan apakah telah terjadi kesalahan
jumlah uang selama pemprosesan transaksi. Auditor bisa memilih sampel faktur
penjualan untuk menentukan apakah faktur tersebut telah dicatat dengan benar
dalam jurnal penjualan dan diposting ke buku besar. Jika pengujian ini
mengungkapkan adanya faktur yang tidak dicatat, maka auditor telah menemukan
kesalahan moneter.
Pengujian substantif atas transaksi dengan pengujian saldo slaing terkait di mana
setiap jenis transaksi mempengaruhi saldo akun terkait. Karena angka-angka dalam
laporan keuangan adalah akumulasi dari transaksi, maka auditor bisa menguji
transaksi yang memasuki akun, saldo akun itu sendiri atau keduanya.
Tujuan auditor secara keseluruhan atas pengujian ini adalah untuk memperoleh
bukti kompeten yang memadai mengenai saldo akhir piutang usaha. Salah
satu cara untuk memperoleh bukti ini adalah dengan menguji transaksi yang
memasuki akun, yaitu debit dan kredit. Auditor bisa memilih sampel transaksi
penjualan dan penerimaan kas yang mempengaruhi piutang usaha dan memeriksa
dokumen pendukung transaksi ini.
Cara lainnya untuk memperoleh bukti adalah dengan mengkonfirmasi sampel saldo
akun pembantu piutang usaha. Pengujian ini melibatkan pemeriksaan langsung atas
saldo akhir tanpa referensi ke masing-masing transaksi yang diakumulasikan ke
akun bersangkutan. Dalam sebagian besar audit, auditor akan melaksanakan kedua
jenis pengujian ini, memilih pengujian yang tepat berdasarkan mutu bukti yang
diperoleh, biaya melaksanakan prosedur tersebut dan bisa tidaknya prosedur
tersebut diterapkan. Beberapa akun dalam laporan keuangan akan sulit diuji
dengan pengujian saldo. Sebagai contoh, akun laporan laba-rugi karena memiliki
sifat seperti itu sehingga saldo akhirnya tidak dapat diuji secara langsung. Untuk itu
akun-akun seperti ini, auditor mengandalkan pada pengujian transaksi atau
pengujian saldo atas akun neraca yang mempengaruhi akun laporan laba-rugi
terkait.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik.
Pemeriksaan ini merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan
atau inspeksi atas aktiva berwujud seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan.
Sewaktu menghitung kas atau inventori atau menginspeksi mesin baru,
auditor menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat diterapkan pada
aktiva yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang
usaha, investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan).
Akan tetapi, teknik ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas
terlibat secara langsung dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu,
auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi
aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian. Asersi
mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk
mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji
melalui pemeriksaan fisik di mana item-item yang dihilangkan dari laporan
keuangan bisa ditemukan. Sebagai contoh, selama pengujian penghitungan
persediaan auditor mungkin menemukan bahwa klien lalai memasukkan beberapa
item dalam penghitungan persediaan.
Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan
kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi
Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan
ulang (reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya,
auditor memperoleh bukti tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas
tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil klien. Karena teknik ini
melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka teknik
ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor
melaksanakan kembali prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan
awal telah dilakukan secara efektif. Sebagai contoh, jika auditor menghitung
kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh klerk klien dan
ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
berfungsi secara tidak memadai.
Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai
contoh, auditor dapat mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai
tingkat kemahiran yang digunakan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur
pengendalian internal hanya dapat diverifikasi dengan obvservasi karena
pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari
pengendalian ini meliputi pemisahan tugas yang tepat dan kompetensi personel.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan eksistensi atau
kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat menemukan item-item
yang tidak dicatat dalam catatan klien. Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi
bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang telah dicatat bank
tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga
dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi
pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan klien.
Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara
ekstensif dalam audit. Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan
atau tulisan. Karena manajemen klien dan pegawai cukup mengetahui operasi dan
pengendalian internal, maka auditor yang paling berpengalaman pun akan
mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.
Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang
item-item yang tidak biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar
piutang usaha untuk menetukan eksistensi setiap pelanggan yang memiliki saldo
kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam
melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk
menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah
informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti menentukan persetujuan
atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa
memenuhi semua asersi laporan keuangan.
Prosedur Analitis
Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu
yang bisa dipilih auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam
bab ini bahwa beberapa jenis pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk
menganalisis hubungan di antara data yang ada. Auditor menggunakan teknik ini
untuk menilai kelayakan data. Sebagai contoh, penghitungan rasio atau
kecenderungan tertentu dari informasi laporan keuangan bisa mengindikasikan
kondisi tidak biasa yang mendorong auditor untuk mencari bukti lebih jauh tentang
item-item tertentu dalam laporan keuangan. Karena hubungan tidak biasa di antara
data itu dapat terjadi dengan beberapa alasan, maka prosedur analitis memenuhi
kelima asersi laporan keuangan.
PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)
1. Pengujian analitik (analytical test)
2. Pengujian pengendalian (test of control)
3. Pengujian substantif (subtantif test)
1. Pengujian Analitik
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap
awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit.
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan
hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses
audit, pengujian analitij dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap
objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan
gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha klien.
2. Pengujian Pengendalian (test of control)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang diterima umum.
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai
akun dalam siklus penjualan dan penagihan . gambar tersebut menunjukkan bahwa
lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penaguhan antara lain :
1.
2.
Penerimaan kas
3.
4.
5.
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi
dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari
dua akun neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak
tertagih. Untuk mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal
yang sama baik untuk penjualan tunai maupun penjualan kredit.
B.
setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh
seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang
usaha yang akhirnya menjadi kas.
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk
Siklus Penjualan dan Penagihan.
Kelas Transaksi
Akun
Fungsi Bisnis
Pemroses
pesanan
pelanggan
Pemberian kredit
Pengiriman
barang
Penjualan
Penjualan
piutang usaha
Penagihan
pelanggan dan
pencatatan
penjualan
Faktur penjualan
File transaksi penjualan
Jurnal penjualan atau
listing
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang
usaha
Laporan bulanan
Remittance advice
Prelisting penerimaan
kas
Penerimaan Kas
Kas di bank
( debet dari
penerimaan
kas ) piutang
usaha
Retur Dan
Pengurangan
Penjualan
Retur dan
pengurangan
penjualan
Pemroses dan
pencatatan
penerimaan kas
Pemroses dan
pencatatan retur
dan
pengurangan
penjualan
File transaksi
penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas
atau listing
Memo kredit
Jurnal retur dan
pengurangan penjualan
Pitang usaha
Piutang Usaha
Penghapusan
Piutang tak
Tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak
tertagih
Penghapusan
piutang usaha
tak tertagih
Formulir otorisasi
piutang tak tertagih
Jurnal umum
Beban piutang
tak tertagih
Beban Piutang
tak Tertagih
Penyisihan untuk
piutang tak
tertagih
Penyediaan
piutang tak
tertagih
Jurnal umum
Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham
fungsi bisnis dan dokumen serta catatan suatu perusahaan.
Pemberian kredit
o Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha
sebagai tak tertagih.
C.
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENJUALAN
2.
Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.
3.
Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan .
4.
Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
c.
Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan.
Konsekuensi potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena
akan menimbulkan lebih saji aktiva dan laba.
Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal
dan memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama
adalah untuk transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang
kedua adalah untuk transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).
b.
c.
D.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien
untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo
kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan
yang pertama adalah matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan
penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur dan
pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi
yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang
usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji
saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah
pada akhir tahun. Secara alami , tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi,
karena tujuan dan metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan
pada intinya sama seperti untuk penjualan, tidak dimasukkan studi yang mendalami
mengenai hal tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan,
harus dapat menerapkan logika yang sma untuk mendapatkan pengendalian,
pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi yang sesuai guna
memverifikasi jumlahnya.
E.
METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANSIF ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas
yang dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti
penerimaan kas ( proof of cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan
kas yang dicatat dalam jumlah penerimaan kas selama suatu periode tertentu,
seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau setoran actual yang
dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan diantara keduanya
mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos pos lainnya, tetapi
jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.
Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk
menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang
F.
Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih
adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus
piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
kejadian ). Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah
otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh
tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh
mengenai alas an pelanggan tidak mampu membayar.
Pengendalian internal tambahan atas saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan
mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan
hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajiannya serta pengungkapan.
Pengaruh hasil pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian
substansif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh
pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi dalam dalam siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beban piutang tak
tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Randol J. ELDER. Alvin A. Arens. Mark S. Beasley 2011. Audit Dan Jasa Assurance
pendekatan terintegritas Jilid 2 , Jakarta : ERLANGGA