Вы находитесь на странице: 1из 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
Angka Kematian Ibu (AKI). WHO menyebutkan, lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahun akibat persalinan. AKI di Indonesia saat
ini masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003
AKI di Indonesia terdata 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
perinatal adalah 351/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun
2005 mencapai 262/100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 mencapai
255/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai 248/100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2006/2007).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas
faktorfaktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan
sosialekonomi. Menurut SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun
2005, penyebab obstetrik langsung terdiri dari perdarahan (28%) eklampsia
(24%) dan infeksi (11%). Penyebab tak langsung kematian ibu berupa kondisi
kesehatan yang dideritanya misalnya, Kurang Energi Kronis (KEK) 37%,
anemia (Hb<11 gr/dl) 40% dan penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2005).

Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu


63,5% sedang di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang
terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi zat besi di
Indonesia (Saifuddin, 2006). Menurut WHO kejadian anemia kehamilan
berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai
dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8 %
pada trimester 1,13% trimester II < dan 24,8 % pada trimester III
(Sarwono,2002).
Kejadian anemia dalam kehamilan di Kota Bengkulu pada tahun 2009
ibu anemia sebanyak 441 dari total ibu hamil 8.640 orang dan pada tahun
2010 terdapat 231 ibu hamil anemia dari jumlah total ibu hamil 6.867 orang
(data terlampir), yang tersebar di seluruh Puskesmas yang ada di Kota
Bengkulu dan Puskesmas Sukamerindu memiliki jumlah ibu hamil anemia
terbesar dibandingkan 18 Puskesmas lainnya sebesar 70 orang ibu hamil
anemia (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas/SP2TP, 2010).
Anemia yang terjadi saat hamil dapat mengakibatkan abortus,
prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR), atonia uteri, retensio placenta, dan
gangguan involusio uteri sampai kematian. Pada pengamatan lebih lanjut
menunjukkan bahwa kebanyakan anemia pada kehamilan adalah karena
kekurangan zat besi yang diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan
peningkatan gizi (Sarwono,2002).

Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Faktor status ekonomi yang rendah juga memegang
peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil (Depkes,
2008). Hasil penelitian Setyowati (2003) yang dikutip oleh Gusti (2009)
menyebutkan masalah sosial ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak
terpenuhinya kebutuhan zat besi.
Kurangnya

kebutuhan

fisik

saat

hamil

dapat

mengakibatkan

meningkatnya angka anemia pada ibu, faktor yang mendasar adalah status
ekonomi (Sucipto, 2003). Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau
keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan (Kartono, 2006).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Sukamerindu,
diperoleh informasi bahwa status ekonomi ibu hamil yang ada di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukamerindu didominasi oleh status ekonomi menengah dan
bawah yang dikelompokkan atas dasar penghasilan dan kriteria lainnya.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2010),
sebanyak 70 ibu hamil memiliki kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 g/dl
terdapat di Kecamatan Sungai Serut dengan Puskesmas Sukamerindu yang
merupakan jumlah tertinggi dari kecamatan lainnya yang ada di Kota
Bengkulu. Keadaan anemia pada ibu hamil tersebut dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin.

Metode pemeriksaan hemoglobin yang dianjurkan oleh International


Committe

For

Standardization

In

Hematology

(ICSH)

adalah

Sianmethemoglobin karena cara ini mudah dilakukan dan mempunyai standar


yang stabil (Dharma, 2007).
Berdasarkan data latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan Kadar Hemoglobin (Hb) pada
Ibu Hamil Trimester III Kelompok Status Ekonomi Menengah dan Bawah di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana perbedaan kadar Hb pada ibu hamil trimester
III kelompok status ekonomi menengah dan bawah?
1.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan kadar Hb pada ibu hamil trimester III kelompok
status ekonomi menengah dan bawah.
H1 : Ada perbedaan kadar Hb pada ibu hamil trimester III kelompok status
ekonomi menengah dan bawah
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan kadar Hb pada ibu hamil trimester III
kelompok status ekonomi menengah dan bawah.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan
1. Memberikan informasi kepada ibu hamil tentang pencegahan anemia
pada masa kehamilannya dengan asupan nutrisi yang seimbang dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan.
2. Hasil pemeriksaan dapat memberikan gambaran tentang perbedaan
hasil kadar Hb pada ibu hamil trimester III kelompok status ekonomi
menengah dan bawah.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan untuk bahan referensi dalam bidang
hematologi yang diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih
lanjut.
1.5.3 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana belajar untuk
meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang khususnya
berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Darah
2.1.1.1 Pengertian

Darah adalah jaringan cairan yang mengandung elektrolit yang


fungsinya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi
dalam tubuh dan lingkungan luar. Komposisi darah terdiri dari bagian
cairan yang disebut plasma darah (55%) dan elemen yang berbentuk
padat yaitu sel-sel darah (45%). Plasma merupakan bagian dari ekstra
sel tubuh. Plasma darah terdiri dari 90% air, 8% terdiri dari protein,
0,9% mineral dan 0,1% berupa zat-zat organik, Bila plasma darah
diendapkan, maka tersisa cairan berwarna kuning jernih yang disebut
serum. Volum darah pada manusia dalam kondisi normal biasanya
kurang lebih 8% dari berat badannya (Sylvia, dkk., 2002).
2.1.1.2 Susunan Darah
Sel-sel darah (bagian padat) terdiri atas eritrosit atau sel darah
merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit atau platelet.
Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Leukosit atau sel darah putih berfungsi untuk membunuh bibit
penyakit, yang terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil, limposit, dan
monosit. Trombosit berfungsi untuk pembekuan darah.
Ada tiga jenis sel-sel darah yang digambarkan menurut
penampilannya dalam keadaan segar, tanpa pulasan yaitu sel darah
6 (leukosit) dan bentuk yang lain dalam
merah (eritrosit), sel darah putih
2.1.2

darah yaitu keping-keping darah atau trombosit (Helmenstine, 2002).


Hemoglobin (Hb)
2.1.2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang


mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan
mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru
untuk dibuang ke udara bebas yang terdiri dari Haem dan Globin,
dimana haem adalah yang memberi warna merah pada darah dan
globin adalah protein darah. hemoglobin ini pada manusia
konsentrasinya berbeda-beda tergantung pada umur, jenis kelamin,
faktor makanan, dan lain-lain. Nilai normal hemoglobin adalah
sebagai berikut :
Anak-anak
Lelaki dewasa
Wanita dewasa

11 13 gr/dl
14 18 gr/dl
12 16 gr/dl

Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia.


Penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan
abnormalitas hemoglobin bawaan dan apabila nilai kadar hemoglobin
tinggi yang dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran
tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru,
tumor dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar
hemoglobin. Kelebihan kadar hemoglobin juga dapat mengakibatkan
polinemis.. (Anonim. Wikipedia. 2011).
2.1.2.2 Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk
sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah
ini, maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi

kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa


kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Fungsi hemoglobin
dalam darah adalah :
a. Mengikat oksigen dari paru-paru kemudian mengangkutnya
ke seluruh jaringan tubuh.
b. Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.
2.1.2.3 Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal
dengan porifin yang menahan satu atom besi. Atom besi ini
merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang mengandung besi
disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin. Globin sebagai istilah generik untuk protein globural.
Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin
adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari. Pada
manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara
struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat
molekul 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya
menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung
satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki
kapasitas empat molekul oksigen. (Harjeono, 2003 )

Gambar 2.1, Struktur Hemoglobin


(Sumber : Hoffbrand, 2002)
Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar
hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang
berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara
sianmethemoglobin atau hemeglobinsianida.
Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin
diubah

menjadi

hematin

asam

misalnya

karboksihemoglobin,

methemoglobin dan sulfhemoglobin. Cara sianmethemoglobin adalah


cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di
laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil
dan mudah diperoleh. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai 2%
(Dharma, 2007).

10

2.1.2.4 Sintesa Hemoglobin


Sintesa hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian
dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit
meninggalkan sumsum tulan dan masuk kedalam aliran darah, maka
retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari
berikutnya. Tahap dasar kimiawi pembentukan hemoglobin, pertama
siksinil- KoA yang dibentuk dalam siklus Kerbs berkaitan dengan
glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian empat pirol
bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian
bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya
setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang,
yang disebut globin, yang disintesa ribosom, membentuk suatu
subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin (Gyuton, 2002).

2.1.3 Anemia dalam Kehamilan


2.1.3.1 Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin.
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yakni trimester I dimulai dari
pembuahan sampai minggu ke-12, trimester II dari minggu ke-13
sampai minggu ke-28, dan trimester III dimulai dari minggu ke-28
sampai ke-40 (Nugraheny, 2009).

11

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb)


dalam darahnya kurang dari 12 gr/dl (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan
anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 gr/dl (Saifuddin, 2002). Darah akan bertambah banyak
dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya

plasma

sehingga

terjadi

pengenceran

darah.

Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18% dan


hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai
sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan
adanya kehamilan (Sarwono, 2002).
Kebanyakan anemia dalam

kehamilan

disebabkan

oleh

defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya


saling berinteraksi.
Penyebab anemia

pada

umumnya

adalah

kurang

gizi

(malnutrisi), kurang zat besi, malabsorpsi, kehilangan darah banyak


seperti persalinan yang lalu, haid dan penyakit-penyakit kronik. Gejala
anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan lain-lain (Nugraheny,
2009).
2.1.3.2 Klasifikasi Anemia

12

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Sarwono


(2002), adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi merupakan anemia dalam kehamilan
yang paling sering dijumpai hal ini disebabkan kekurangan
zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
resorpsi, atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari,
misalnya pada perdarahan. Hasil pemeriksaan Hb dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr/dl : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr/dl : Anemia ringan
3. Hb 78 gr/dl: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr/dl : Anemia berat
b. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan
karena

defisiensi asam folik. Hal ini erat hubungannya

dengan defisiensi makanan.


c. Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh
sumsum tulang kurang mampu membentuk sel darah merah
baru.
d. Anemia

hemolitik

adalah

anemia

yang

disebabkan

penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih


cepat dari pembuatannya.
2.1.3.3 Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa
embrio atau fetus ke dalam tubuhnya. Dalam masyarakat usia
kehamilan dibagi menjadi tiga periode trimester, sebagai cara
memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Trimester

13

pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian embrio


atau janin).
Trimester kedua perkembangan janin dapat dimonitor dan
didiagnosa. Trimester tiga menandakan awal viabilitas, yang
berarti janin deapat tetap hidup bila kelahiran awal alami atau
kelahiran dipaksakan.

Beberapa substansi yang diperlukan ibu hamil :


1. Protein
Sebagai alat pembangun, protein yang tersedia dalam tubuh
dapat berperan dengan baik bagi pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. Protein bertugas sangat penting bagi semua tingkatan
kehidupan sejak anak-anak bahkan semasa dalam kandungan sampai
menjadi remaja, dewasa dan tua (Kartasaputra, 2002).
Kebutuhan protein biasanya tidak meningkat jika terjadi
peningkatan aktivitas fisik, tetapi pertumbuhan termasuk kehamilan,
laktasi, infeksi dan penyakit lainnya meningkatkan kebutuhan protein
(Khomsan, 2003). Kekurangan protein dalam kehamilan dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan berat otak janin sampai
mencapai 13% dan sesudah lahir dapat mempengaruhi perkembangan
otak. Selain itu, kekurangan protein juga dapat mengakibatkan
mielinisasi yaitu proses pembentukan mielin yang berfungsi sebagai
penghantar impuls berkurang (Khomsan, 2003).
2. Zat Besi
Besi terdapat dalam makanan sebagai ferri hidroksida, kompleks
ferri-protein, dan kompleks haem-protein. Kandungan besi dan

14

proporsi besi yang diserap berbeda dari makanan satu kemakanan


yang lain, pada umumnya daging dan pada khususnya hati adalah
sumber yang lebih baik dari sayur-sayuran, telur atau makan dari susu.
Proporsi dapat ditingkatkan sampai 20-30% pada defisiensi besi atau
kehamilan.
Contoh makanan dari nabati yang banyak mengandung zat besi
ada pada sayur-sayuran seperti labu, ubi rambat, kacang merah, tahu,
tempe, brokoli, biji-bijian (kacang -kacangan), serta sayuran hijau
seperti daun ubi, bayam, kangkung, sawi, daun katuk, selada air,
kentang dan roti gandum. Jenis makanan dari hewani zat besi dapat di
temukan pada hati, jantung, ginjal, daging hewan tanpa lemak, buah
pinggang, ayam, itik, kuning telur, dan jenis makanan dari laut seperti
ikan, kerang, tiram, rebon dan udang. Sedang buah-buahan yang
mengandung zat besi terdapat pada apel, pisang, pepaya, leci, buah
prune dan kurma. Jumlah besi yang dibutuhkan setiap hari bervariasi
pada umur dan jenis kehamilan. Kebutuhan zat besi meningkat pada
kehamilan dan pada wanita menstruasi. Oleh karena itu golongan ini
cenderung menderita defisiensi besi (Sita, 2009).
Bila defisensi berkembang, cadangan RE (haemosederin dan
ferritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia terjadi. Pada
stadium dini pasien mungkin mengalami gejala dan tanda umum
anemia dan juga memperlihatkan glositis (radang lidah) yang tidak
nyeri, stomatitis angularis, dan nafsu makan yang tidak biasa (pica).

15

Sebab-sebab defisiensi besi yaitu :


a) Kehilangan darah
b) Kebutuhan meningkat : prematuritas, pertumbuhan, kehamilan
(pada kehamilan), lebih banyak besi dibutuhkan untuk
bertambahnya massa sel darah merah ibu sekitar 35 %,
pemindahan 300mg besi ke janin.
c) Malasorbsi, misalnya : penyakit coeliac.
d) Diet buruk : faktor yang memperberat pada banyak negara
tetapi jarang merupakan satu-satunya penyebab (Ganong,
2001).
3. Vitamin
Beberapa vitamin yang dibutuhkan ibu hamil :
a) Vitamin B6 (Piridoxin atau Edermin)
Piridoxin terdapat dalam sistem enzimatik yang berperan
dalam metabolisme asam amino, dengan demikian diperlukan
dalam metabolisme protein (Kartasaputra, 2002).
Vitamin B6 sangat berguna dalam :
-

Pembuatan sel darah, dan


Proses pertumbuhan dan pekerjaan urat syaraf.
Defisiensi vitamin B6 dapat menimbulkan gejala pelagra,

anemia dan gejala sukar buang air besar.

b) Asam Folat
Asam folat adalah zat yang berwarna kuning, stabil dan
larut dalam air, dan merupakan vitamin yang sangat penting

16

sebelum dan ketika masa kehamilan. Asam folat merupakan


suplemen tambahan dalam makanan ibu hamil. Kebutuhannya
kira-kira sebesar 200mg perhari.
Ketika ibu hamil atau menyusui, simpanan asam folat dalam
tubuhnya akan dimanfaatkan secara maksimal. Pada kondisi ini
ibu memerlukan asam folat lebih banyak daripada biasanya untuk
tumbuh kembang janin (Moore, 2004).
Asam folat sangat berguna sebagai zat dalam pertumbuhan
sel darah merah dan mencegah pernisiosa.
Defisiensi ini sering disebabkan asupan folat yang buruk
ataupun

dalam

kombinasi

dengan

keadaan

peningkatan

pemakaian folat atau malabsorbsi. Kehamilan merupakan


penyebab tersering meningkatnya kebutuhan asam folat (Pearce,
2000).
Ibu hamil yang menderita kekurangan asam folat akan
meningkatkan resiko bayinya menderita cacat tabung syaraf.
Asam folat diperlukan baik dalam pembentukan sel darah merah
ibu maupun sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta.
Menginjak usia kehamilan trimester kedua sampai ketiga terjadi
pertambahan sel darah merah sampai 35%.
Pertambahan sel darah merah ini karena meningkatnyan
kebutuhan oksigen oleh janin yang harus diangkut. Oleh karena
itu, kebutuhan gizi juga meningkat pesat.

17

c) Vitamin B12 (Sianokobalamin)


Vitamin ini terdiri atas gugus senyawa kecil, kobalamin.
Vitamin B12 ditemukan dalam makanan berasal dari hewan seperti
hewan, ikan dan susu tetapi tidak terdapat dalam buah, gandum
dan sayur-sayuran. Vitamin ini sangat berguna bagi koenzim
penting dalam metabolisme asam amino dan berperan dalam
merangsang pembentukan eritrosit.
Defisiensi ini biasanya menyebabkan anemia pernisiosa.
Veganisme yang jauh lebih jarang dimana diit kurang dari vitamin
B12, gastrektomi atau usus halus bisa menyebabkan defisiensi
(Ganong, 2001).
d) Vitamin C
Vitamin C dikenal sebagai senyawa utam tubuh yang
dibutuhkan dalam berbagai proses penting. Macam-macam bahan
makanan yang menjadi sumbernya yaitu hati, ginjal, sayursayuran dan buah-buahan segar.
Sayuran yang mengandung vitamin C antara lain sayur
bayam, kangkung, sawi hijau, brokoli, kentang, daun singkong,
wortel, cabai, tomat, mentimum, terung, labu siam. Pada buahbuahan antara lain melon, jambu biji, lengkeng, pepaya, jambu
monyet, jeruk, stroberry, tomat, mangga, rambutan, belimbing,
salak, jambu bol, nanas, sawo, pokat, jambu air.
Vitamin C sangat berguna bagi :

18

1. Aktivator macam-macam senyawa perombak protein dan


lemak.
2. Zat yang penting dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel.
3. Zat yang dapat mempengaruhi kerja anak ginjal dan,
4. Zat yang penting dalam pembentukan trombosit.
Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan kerusakan pada
sel-sel endotel, selain itu pembuluh kapiler kurang permeabel
sehingga menimbulkan perdarahan dalam sumsum tulang dan
kerusakan tulang (Moore, 2001).

2.1.3.4 Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan


Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin
dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius
bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat
mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama,
perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi
intrapartum maupun postpartum. Sedangkan komplikasi dapat
terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian
perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi
kurang (Sarwono, 2005)
2.1.4 Status Ekonomi
2.1.4.1 Pengertian
Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, status sosial ekonomi merupakan gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial

19

ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan


sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk
gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat
dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok
(Kartono, 2006).
2.1.4.2 Pembagian Status Ekonomi
Menurut Friedman (2004) status ekonomi seseorang dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu Penghasilan tipe kelas atas (>Rp1.000.000),
Penghasilan tipe kelas menengah (Rp500.000Rp1.000.000) dan
Penghasilan tipe kelas bawah (<Rp500.000).
Data dari Badan Pusat Statistik Bengkulu (2011), Daerah Propinsi
Bengkulu memiliki Upah Minimun Provinsi (UMP), Upah Minimum
Regional (UMR) per hari adalah Rp.31.200,-.
Angka Perkapita (seluruh pendapatan

jumlah

Propinsi

Bengkulu/jumlah penduduk Propinsi Bengkulu) yakni pada tahun 2006


= Rp. 4.153.945,-, tahun 2007 = 4.353.043,-, tahun 2008 = 4.497.189,dan tahun 2009 = 4.608.548,-.
2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Ekonomi
Menurut Friedman (2004) faktor yang mempengaruhi status
ekonomi seseorang yaitu:

20

a.

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang


terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita
tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin
mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak
pula penghasilan yang diperoleh.

b.

Pekerjaan merupakan simbol status seseorang dimasyarakat.


Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat
pelayanan kesehatan yang diinginkan.

c.

Latar belakang budaya, cultur universal adalah unsur kebudayaan


yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia,
seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan
sosial, adat-istiadat, penilaian umum.

d.

Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang
telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup
seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi
atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang
mewah misalnya lebih konsumtif karena mereka mampu untuk
membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan
keluarga yang kelas ekonominya kebawah.

2.2 Kerangka Konsep


Pengisian Kuisioner

21

Pengambilan Sampel

Pemeriksaan Hb Pada Ibu


Hamil TM III Kelompok
Status Ekonomi Menengah

Pemeriksaan Hb Pada Ibu


Hamil TM III Kelompok
Status Ekonomi Bawah

Hasil

Uji Statistik

HO/H1

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan Juli
2011 di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu. Sampel yang diperoleh

22

kemudian dibawa dan diperiksa di Laboratorium Hematologi Akademi Analis


Kesehatan Harapan Bangsa.
3.2 Sumber Data
3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan semua
ibu hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu baik
kunjungan ke Puskesmas maupun Posyandu.
3.2.2

3.2.3

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah diambil dari seluruh jumlah
populasi yang ada.
Teknik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total
sampling yaitu sampel yang diambil dari seluruh jumlah populasi.

3.3 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini digunakan metode deskriptif observasi yaitu
23
melalui pengamatan langsung.
3.4 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel-variabel yang
dapat di defenisikan sebagai berikut :
1. Kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu hamil trimester III kelompok status
ekonomi menengah adalah hasil pemeriksaan kadar Hb dengan
menggunakan sampel dari darah vena pada ibu hamil trimester III
kelompok status ekonomi menengah yang ditambah larutan EDTA
a. Cara Ukur : Dengan metode Siantmethemoglobin
b. Alat Ukur : Fotometer
c. Hasil Ukur : Rendah = < 11gr/dl
Normal = 11 gr/dl
d. Skala Ukur : Nominal

23

2. Kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu hamil trimester III kelompok status
ekonomi bawah adalah hasil pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan
sampel dari darah vena pada ibu hamil trimester III kelompok status
ekonomi bawah yang ditambah larutan EDTA.
a. Cara Ukur : Dengan metode Siantmethemoglobin
b. Alat Ukur : Fotometer
c. Hasil Ukur : Rendah = < 11gr/dl
Normal = 11 gr/dl
d. Skala Ukur : Nominal
3. Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat
berdasarkan pendapatan per bulan.
a. Cara Ukur : Wawancara
b. Alat Ukur : Kuisioner
c.Hasil Ukur : Menengah, bila pendapatan/bulan = Rp 612.000
Rp1.000.000
Bawah bila pendapatan/bulan = < Rp612.000
d. Skala Ukur : Ordinal
4. Kadar Hemoglobin (Hb) adalah suatu struktur protein yang merupakan
bagian dari sel dari darah merah yang menyebabkan warna merah
mengikat oksigen dari paru-paru dan membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh.
3.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Spuit, Kapas, Alkohol
70%, Tabung Reaksi, Rak Tabung Reaksi, Fotometer, Stuing, EDTA dan
bahan yang digunakan : Darah Vena EDTA serta reagen : Drabkin.

24

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1 Pengambilan Sampel
Penentuan kelompok ibu hamil status ekonomi menengah dengan
bawah dengan memberikan kuisioner (terlampir) yang telah disiapkan
sebelum mengambil darah. Adapun sampel darah yang digunakan untuk
pemeriksaan Hb ini berupa darah vena. Sampel darah tersebut lalu
dimasukan ke dalam tabung vacutainer yang berisi EDTA. Fungsi dari
EDTA tersebut supaya darah tidak membeku. Pemeriksaan dengan memakai
darah EDTA sebaiknya dilakukan segera. Untuk membuat sediaan apus
darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam.
Pada umumnya darah EDTA dapat disimpan paling lama 24 jam didalam
lemari es. Cara pengambilan darah vena:
1. Pasien dipersilahkan untuk duduk dan beritahu bahwa akan dilakukan
2.
3.
4.
5.

pengambilan darah vena.


Pasien diminta untuk meletakan satu tangannya di atas meja.
Tabung vacutainer EDTA diberi label terlebih dahulu.
Periksa atau lihat tempat pembuluh darah vena yang akan diambil.
Torniquet dipasang 3 jari dari atas lipatan siku agar pembuluh vena

terlihat jelas dan pasien diminta untuk mengepalkan genggamannya.


6. Daerah pengambilan darah vena dibersihkan atau didesinfektan dengan
alkohol 70%.
7. Pembuluh darah vena ditusuk dengan spuit kemudian darah diisap
sebanyak yang dibutuhkan sambil minta pada pasien untuk membuka
genggamannya secara perlahan-lahan.
8. Torniquet dilepaskan kemudian spuit ditarik atau dilepaskan dengan
hati-hati, lalu pasien diminta untuk menekan bekas tusukan tadi dengan
kapas kering selama 3-4 menit kemudian diplester.

25

9. Darah yang sudah didapatkan dimasukan ke dalam tabung vacutainer


EDTA kemudian dibolak-balikkan sebanyak 5-10 kali.
10. Spuit yang sudah dipakai tadi dibuang ke tempat yang telah
disediakan.
11. Sampel darah EDTA siap untuk diperiksa (Gandasoebrata, 2007).
3.6.2 Pemeriksaan Sampel
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kadar hemoglobin metode Siantmethemoglobin
b. Prinsip : Darah dalam larutan mengandung KCN dan {K3Fe(CN)6}
mengubah Hb methemoglobin yang akan berikatan dg KCN
pigmen stabil sianmethemoglobin, absorbansi warna berbanding lurus
dengan konsentrasi Hb.
c. Reaksi :
Hemoglobin Kalium ferricyanide methemoglobin

Methemoglobin Kalium sianida Cyanomethymoglobin


d. Menghitung Kadar Hemoglobin, dengan cara :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.
3. Dengan pipet mikro diambil darah kapiler EDTA sebanyak
20ul kemudian masukkan kedalam tabung yang sudah berisi
5,0 ml larutan Drabkin tadi.
4. Homogenkan, baca pada fotometer pada gelombang 540 nm.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari objek penelitian, dengan melakukan pemeriksaan Hb pada ibu
hamil trimester III kelompok status ekonomi menengah dan bawah, kemudian
dilakukan pembagian kuisioner secara langsung pada responden dan data

26

sekunder yakni data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa data
Laporan Dinas kesehatan Kota Bengkulu dan literatur lainnya.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data pada pengukuran hemoglobin dilakukan secara statistik
dengan mempergunakan rumus uji t dengan tingkat kepercayaan 1 %
(Rianto,A, 2009), dengan rumus sebagai berikut:

X1 X 2
1 1

S
n1 n2

Keterangan:
X1

X2

: Rata-rata sampel kelompok 1

: Rata-rata sampel kelompok 2

n1

: Jumlah sampel kelompok 1

n2

: Jumlah sampel kelompok 2

: Standar Deviasi

27

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Perbedaan Kadar
Hemoglobin (Hb) pada Ibu Hamil Trimester III Kelompok Status Ekonomi
Menengah dengan Kelompok Status Ekonomi Bawah di Puskesmas
Sukamerindu Kota Bengkulu, diperoleh hasil sebagai berikut:

28

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Ibu Hamil
Trimester III Kelompok Status Ekonomi Menengah dan
Status Ekonomi Bawah di Puskesmas Sukamerindu Kota
Bengkulu.
No

Kode Sampel
Status Ek.
Menengah
1
M.01
2
M.02
3
M.03
4
M.04
5
M.05
6
M.06
7
M.07
8
M.08
9
M.09
10
M.10
11
M.11
12
M.12
13
M.13
Jumlah
Rata-rata
Varian
Simpangan baku

Kadar Hb
(gr/dl)
12,0
11,3
11,0
8,4
11,5
9,5
9,6
7,8
10,7
8,7
8,5
9,3
10,6
128,9
9,9
1,828076923
1,352063949

Kode Sampel
Status
Ek. Bawah
B.01
B.02
B.03
B.04
B.05
B.06
B.07
B.08
B.09
B.10
B.11
B.12
B.13
Jumlah
Rata-rata
Varian
Simpangan baku

Kadar Hb
(gr/dl)
6,1
8,6
9,3
7,3
7,6
8,0
8,8
6,4
10,2
8,7
8,0
8,2
5,7
102,9
7,9
1,67307692
1,2934747
5

30 bahwa ada perbedaan rata-rata kadar


Dari tabel diatas dapat dilihat
hemoglobin pada kelompok ibu hamil status ekonomi menengah yakni 9,9
gr/dl sedangkan pada ibu hamil status ekonomi bawah yakni 7,9 gr/dl, dimana
terdapat selisih 2,0 gr/dl dan dari hasil pengolahan data yang dilakukan secara
statistik menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 99% dan probabilitas
pada taraf 1% (0,01) diperoleh nilai t hitung 5,450 sedangkan nilai t tabel
(2,797), yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara kadar Hb ibu

29

hamil status ekonomi menengah dan status ekonomi bawah sehingga H1


diterima.
4.2

Pembahasan
Penelitian ini dilakukan terhadap 26 sampel ibu hamil Trimester III
yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni 13 orang pada kelompok status
ekonomi menengah, diperoleh kadar Hb tertinggi sebesar 12,0 gr/dl dan
terendah sebesar 7,8 gr/dl dan 13 orang pada kelompok status ekonomi
bawah, diperoleh kadar Hb tertinggi 10,2 gr/dl, dan kadar Hb terendah 5,7
gr/dl, serta diperoleh selisih nilai rata-rata kedua kelompok sebesar 2,0 gr/dl.
Hasil analisa statistik dengan uji t pada taraf 1% diperoleh nilai t
hitung 5,450 sedangkan nilai t tabel (2,797), yang artinya ada perbedaan yang
bermakna antara kadar Hb ibu hamil status ekonomi menengah dan status
ekonomi bawah sehingga H1 diterima.
Pada ibu hamil Trimester III kadar Hb ibu normal adalah 11 gr/dl.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia
atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan
dengan

bertambahnya

plasma

sehingga

terjadi

pengenceran

darah.

Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin
19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36
minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan
(Sarwono, 2002). Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi. Penyebab anemia pada umumnya adalah kurang gizi

30

(malnutrisi), kurang zat besi, malabsorpsi, kehilangan darah banyak seperti


persalinan yang lalu, haid dan penyakit-penyakit kronik (Nugraheny, 2009).
Faktor status ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting
kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil (Depkes, 2008). Hasil
penelitian Setyowati (2003) dalam Gusti (2009) menyebutkan masalah sosial
ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan zat
besi.

Kurangnya kebutuhan fisik saat hamil dapat mengakibatkan

meningkatnya angka anemia pada ibu, faktor yang mendasar adalah status
ekonomi (Sucipto, 2003). Anemia dalam kehamilan sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan abortus, prematur, perdarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia, Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR),
atonia uteri, retensio placenta, dan gangguan involusio uteri sampai kematian.
Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia pada
kehamilan adalah karena kekurangan zat besi yang diatasi melalui pemberian
zat besi seperti tablet Fe secara teratur dan peningkatan gizi (Sarwono,2002).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan yang nyata antara kadar hemoglobin (Hb) pada ibu
hamil trimester III kelompok status ekonomi menengah dan kadar
hemoglobin (Hb) pada ibu hamil trimester III status ekonomi bawah di
Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

31

2. Hasil pemeriksaan rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil Trimester III
kelompok status ekonomi menengah yakni 9,9 gr/dl sedangkan pada ibu
hamil kelompok status ekonomi bawah yakni 7,9 gr/dl,.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang dapat peneliti simpulkan, diperoleh saran
sebagai berikut :
5.2.1 Bagi masyarakat memberikan informasi kepada ibu hamil tentang
pencegahan anemia pada masa kehamilannya dengan asupan nutrisi
5.2.2

yang seimbang dan pentingnya pemeriksaan kehamilan.


Untuk peneliti lain agar lebih mengembangkan penelitian ini dengan
variabel yang berbeda misalnya usia, keteraturan mengkonsumsi tablet
Fe dan lain-lain serta menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.

33

Вам также может понравиться