Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Usia
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 27-10-2014
AUTOANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
Berat Badan
: 56 kg
Tinggi Badan
: 162 cm
; Pernafasan : 18 x/menit
Status Generalis
Kepala
: Normochepal
Rambut
Mata
Hidung
Leher
Dada
Inspeksi
inspirasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
dekstra
- Batas kiri jantung pada linea midclavicula
sinistra
- Batas paru jantung setinggi ICS 4
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas Atas
Akral
: Hangat
Edema
: (-)
3
IV.
RCT
: < 2 detik
Ekstremitas Bawah
Akral
: Hangat
Edema
: (-)
RCT
: < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Jam
27
Oktober
Hematologi Rutin
2014
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
12,0
g/dL
4.100
/uL
33,8
%
122.000
/uL
Serologi
Widal
S. Typhosa H
S. Paratyphosa AH
s. Paratyphosa AH
S. Typhosa O
S. Paratyphosa AO
S. Paratyphosa BO
Tanggal
Jam
& Jenis
Hasil
1/80
Neg
Neg
1/80
Neg
1/160
11,3-15,5
4,3-10,4
36-46
150-440
Negatif
Satuan
Nilai Rujukan
Pemeriksaan
28 Okt 2014
Hematologi
Laju
Endap 39
mm/1 jam
0-20
Darah
Hemoglobin
Leukosit
Diffential
Basofil
Eosinofil
Batang
N.Segmen
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Trombosit
V.
11,5
15.500
g/dl
/uL
11,3-15,5
4,3-10,4
0
1
1
79
13
6
32,9
137.000
%
%
%
%
%
%
%
/uL
0-0,3
2-4
1-5
51-67
20-30
2-6
36-46
150-440
RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam 7 hari SMRS. Demam yang dirasakan
timbul mendadak setelah minum obat demam turun, kemudian naik lagi. Pasien
juga mengeluhkan pusing & sakit kepala. Pusing dirasakan seperti terputar-putar.
Sakit kepala dirasakan seperti tertusuk-tusuk terutama bagian depan & belakang.
Seluruh tubuh terasa pegal-pegal. 4 hari SMRS pasien merasakan meriang
(keringat dingin). Nyeri uluhati, mual
VI.
VII.
DAFTAR MASALAH
-
Chikungunya
Varicella
ASSESMENT
Berdasarkan anamnesis yang didapat adalah demam sejak 7 hari SMRS.
Demam bersifat mendadak. Pasien juga merasakan pusing & sakit kepala.
Pusing dirasakan seperti berputar-putar. Seluruh tubuh terasa pegal-pegal. $
5
hari SMRS pasien merasakan keringat dingin. Nyeri ulu hati. Mual (+).
Pemeriksaan fisik TD = 100/80 mmHg, nadi = 78x/menit, RR= 18x/menit,
suhu = 38,2 C. Nyeri tekan epigastrium (+). Dan hasil laboratorium leukosit
4.100/uL dan trombosit 122.000/uL. Sehingga assessment ialah Dengue
Haemorrhagic Fever dan penatalaksaannya adalah cek darah lengkap per 8
jam, cairan RL 22 tpm, Paracetamol 3 x 500mg, Ranitidin 2 x 50 mg (IV).
VIII.
FOLLOW UP
28 Oktober 2014
S : Pasien masih merasa demam, pusing, nyeri ulu hati, mual (-)
O : TD = 110/80mmHg
N = 82x/menit
R = 18x/menit
S = 37,9 C
Nyeri tekan epigastrium (+)
A : Suspek Demam Dengue
P : Cek darah lengkap per 8 jam
Cairan RL 22 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
29 Oktober 2014
S : Demam (-), masih terasa pusing, nyeri ulu hati (+), mual (-)
O : TD = 120/70 mmHg
N = 78 x/menit
R = 22x/menit
S = 36,9 C
Nyeri tekan epigastrium (+)
A : Suspek Demam Dengue
P : Cairan RL 22 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Ranitidin 2 x 50 mg (IV)
30 Oktober 2014
S : Demam (-), masih terasa pusing, nyeri ulu hati (-), mual (-)
O : TD = 120/80 mmHg
N = 82 x/menit
R = 18x/menit
S = 36,5 C
Nyeri tekan epigastrium (-)
A : Suspek Demam Dengue
P : Cairan RL 22 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Ranitidin 2 x 20 mg
Rencana pulang
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit
demam
akut
disertai
manifestasi
perdarahan,
trombositopenia,
dan
hemokonsentrasi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih
menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang berkembang, khususnya Indonesia.
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan dari berbagai negara bervariasi dan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor,
tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dan kondisi
meteorologist.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1970. Sejak itu penyakit tersebut
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia
kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit ini. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah
kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah
yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19
per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun
2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,
disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman
baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya
vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang
bersirkulasi sepanjang tahun.
Berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan vektor telah dilakukan
Departemen Kesehatan, namun berbagai hal menjadi kendala diantaranya adalah :
kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk antar wilayah, tingkat kepadatan nyamuk
Aedes aegypti yang masih tinggi, belum optimalnya upaya pemberantasan sarang nyamuk
dan tingkat kesadaran masyrakat yang masih rendah.
Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus.
Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat
asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien
DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa
bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain
seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan
penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan
pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Haemorragic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut disertai manifestasi perdarahan, trombositopenia, dan hemokonsentrasi
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.
ETIOLOGI
Virus Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN-1, DEN-2, DEN3, dan DEN-4. Virus tersebut termasuk dalam genus flavivirus (grup Arbovirus B),
famili Flaviviridae, berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 C.
Di Indonesia virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 telah diisolasi dari darah
penderita. Dari hasil surveilans virologis pada DBD di Jakarta, Jogjakarta dan
Surabaya pada tahun 1995-1996, virus dengue tipe 3 berhasil diisolasi (48,6%),
disusul oleh berturut-turut virus dengue tipe 2 (28,6%), virus dengue tipe 1 (20%) dan
virus dengue tipe 4 (2,9%).
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
lain.Viremia berakhir 4-5 hari setelah timbulnya panas.
Vektor DBD
Di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes sebagai vektor utama dengue yaitu :
1. Aedes aegypti
Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air disekitar rumah.
Biasanya nyamuk dewasa betina menisap darah pada pagi hari (8.00 10.00)
dan sore hari (15.00-17.00).
10
1. Aedes albopictus
Tempat habitatnya di tempat air jernih. Biasanya disekitar rumah atau pohonpohon, dimana tertampung air hujan yang besih yaitu pohon pisang, pandan,
kaleng bekas, dll.
EPIDEMIOLOGI
Epidemi dengue dilaporkan pertama kali di Batavia oleh David Bylon pada tahun
1779. Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari yang dikenal dengan knee trouble
atau knokkel koortz. Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871-1873 di Zanzibar
kemudian di pantai Arab dan terus menyebar ke Samudera Hindia.
Quintoss dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus DBD di Manila pada anakanak, kemudian disusul negara-negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada
dekade enam puluhan penyakit ini mulai menyebar ke negara-negara Asia Tenggara,
antara lain: Singapura, Malaysia, Srilanka dan Indonesia. Penyakit DBD hingga saat
ini terus menyebar luas di negara-negara tropis dan subtropics.
Sekitar 2,5 milyar orang (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terinfeksi
virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan
demam dengue atau demam berdarah dengue, lebih kurang 500.000 kasus setiap
tahun dirawat di rumah sakit dengan ribuan orang diantaranya meninggal dunia.
Letusan/wabah penyakit ini mempunyai dampak kerugian bidang sosial ekonomi
sebagai dampak dari berkurangnya devisa dari sektor pariwisata.
Di Indonesia kasus demam berdarah pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya
dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang pada tahun 1968. Tahun-tahun
selanjutnya kasus DBD berfluktuasi jumlahnya setiap tahun dan cenderung
meningkat. Demikian juga wilayah yang terjangkit bertambah luas.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan
jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (8695%). Namun, pada wabah-wabah selanjutnya, jumlah penderita yang digolongkan
usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak anak berumur
11
5-11 tahun. Proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun sejak tahun 1984
meningkat.
Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita DBD tetapi
penyebab kematian lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi secara garis
besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan September
sampai Februari yang mencapai puncaknya di bulan Januari. Di daerah urban
berpenduduk padat puncak penderita ialah bulan Juni/Juli bertepatan dengan awal
musim kemarau.
Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/ kematian oleh suatu penyakit menular tertentu yang bermakna secara
epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Khusus pada DBD,
kriteria KLB-DBD bila terjadi peningkatan dua kali atau lebih jumlah kasus DBD
dalam suatu wilayah, dalam kurun waktu 1 minggu/1 bulan yang sama pada tahun
yang lalu.
KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19
per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun
2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Penyebaran DBD di beberapa propinsi di Indonesia dengan jumlah sebagai
berikut :
Tahun 1996 : Jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak
1.234 orang
Tahun 1998 : Jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak
1.414 orang ( terjadi ledakan)
12
Tahun 2004 : sampai tanggal 5 maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai
26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang.
PATOGENESIS
Patogensis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang uat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
renjatan dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
13
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti
lain; mengatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi
di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi Thelper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator
inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamine
yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus antibody
yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
14
15
Tombositopeni
Demam
Anoreksia
Muntah
Hepatomegali
Manifestasi
Perdarahan
Dehidrasi
komplek AgAb
komplemen
permeabilitas
vaskular naik
kebocoran plasma :
Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Efusi plura
Asites
II
Demam dengue
Derajat
Hipovolemia
DIC
syok
Perdarahan saluran
cerna
III
Anoksia
asidosis
IV
meninggal
Demam Berdarah Dengue derajat I-II-III-IV
Patofisiologi infeksi dengue
GAMBARAN KLINIS
Infeksi virus dengue memperlihatkan gambaran klinis yang bervariasi, dari derajat
ringan sampai berat. Infeksi dengue yang paling ringan dapat tidak menimbulkan
16
gejala (silent dengue infection), atau demam tanpa penyebab yang jelas
(undifferentiated febrile illness), diikuti oleh demam dengue (DD), dan demam
berdarah dengue (DBD). Manifestasi klinis DBD dapat berupa demam akut,
perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa
inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa
petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya
membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada
pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin,
sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki,
serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu
demam atau saat demam turun antara hari ke 3 dan hari ke 7 penyakit.
Demam Dengue (DD). Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Myalgia/arthralgia
Ruam kulit
Leukopenia
Dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
17
3. Trombositopenia ( 100.000/mm)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage oleh karena peningkatan
permeabilitas kapiler berikut :
: Demam disertai 2 atau lebih dari tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital,
myalgia, arthralgia. Leukopenia. Trombositopenia tidak ditemukan bukti
kebocoran plasma. Serologis Dengue positif
DBD I
DBD II
Gejala
diatas
ditambah
perdarahan
spontan.
Trombositopenia
: gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta
gelisah). Trombositopenia <100.000/uL bukti ada kebocoran plasma.
DBD IV
: syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur.
Trombositopenia <100.000/uL bukti ada kebocoran plasma.
18
Asimtomatik
Simtomatik
Demam dengue
Tanpa
perdarahan
Demam berdarah
dengue
(kebocoran plasma)
Dengan
perdarahan
DBD tanpa
Syok
Demam dengue
DBD dengan
syok(DSS)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase
Polymerase chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM
maupun IgG lebih banyak.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma
19
biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) ; bila akan diberikan
transfuse darah atau komplemen darah.
Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
NS 1 : Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai
hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% - 93,4% dengan
spesifitas 100% sama tingginya dengan spesifitas gold standard kultur virus.
Hasil negative antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Serologi
20
Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi
fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan atau
lebih). Ada 6 pemeriksaan serologi yang dianggap sebagai dasar yaitu :
Interval
Titer
antibodi
S1-S2*
konvalesen
- Naik 4 X lipat
hari ke 7
1:1280
Interprestasi
Infeksi flavivirus akut,
primer
21
- Naik 4 X lipat
Sembarang
1:2560
spesimen
- Naik 4 X lipat
< hari 7
1:1280
- Tidak ada
Sembarang
>1:2560
Infeksi flavivirus
terakhir, perubahan
spesimen sekunder
- Tidak ada
hari ke 7
1:1280
Bukan dengue
< hari ke 7
1:1280
Tak dapat
perubahan
- Tidak ada
perubahan
- Tak ada
perubahan
diinterprestasikan
Spesimen
tunggal
1:1280
Tak dapat
diinterprestasikan
S2 = Serum konvalesen
22
Interval
Rasio IgM
Spesimen I-II
terhadap IgG
2-14 hari
tinggi
Interprestasi
Infeksi flavivirus
akut,
23
Molar meningkat
primer
rendah
- Fraksi molar
2-14 hari
tinggi
meningkat, tetap
primer
atau menurun
rendah
- Meningkat
spesimen tunggal
tinggi
rendah
Imunokromatografi cepat/panBio
IgM
IgG
Interprestasi
Infeksi primer
Infeksi sekunder
5. Isolasi virus
Bahan pemeriksaan adalah spesimen darah/serum, plasma atau cairan buffy coat,
dari fase akut jaringan-jaringan baik dari pasien hidup (melalui biopsi), maupun
24
fase akut jaringan autopsi dari kasus yang meninggal terutama dari hati, limpa,
timus, dan nyamuk yang dikumpulkan di alam.
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi
apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral decubitus
kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula
dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul
gejala prodromal yang tidak khas seperti ; nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan
perasaan lelah.
DIAGNOSIS BANDING
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri
maupun virus, seperti demam tifoid, malaria dan sebagainya. Pemeriksaan LED
dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan virus. Adanya
trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan antara
DBD dengan penyakit lain.
2. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD
3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan hepatitis akut dan leptospirosis
4. Idiophatic thrombpcytopenic purpurae (ITP)
Pada ITP sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh karena didapatkan
demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari pertama, diagnosis ITP
sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat
menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi, dan pada fase penyembuhan DBD
jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari ITP.
5. Leukemia atau anemia
Pada Leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan tampak
sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas
diagnosis leukemia.
25
Pada anemia aplastik tampak sangat anemik, demam timbul karena infeksi
sekunder.
Pada
pemeriksaan
darah
ditemukan
pansitopenia
(leukosit,
Ensefalopati dengue
Pada
umumnya
ensefalopati
terjadi
sebagai
komplikasi
syok
yang
berkepanjangan karena perdarahan, tetapi dapat pula terjadi pada DBD tanpa
disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdarahan,
dapat
menjadi
penyebab
terjadinya
ensefalopati.
Melihat
26
27
b. Koloid
Koloid diberikan pada DBD derajat III dan IV bila diperlukan. Dosis
10-20ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB. Jenis
koloid :
-
Dekstran 40
Plasma
28
Perdarahan
Tempat tinggal yang jauh dari Rumah Sakit pada fase kritis (berlangsung 2448 jam) sekitar hari ke-3 sampai dengan hari ke-5 perjalanan penyakit.
Umumnya fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh karena
anoreksia atau muntah
29
Hematokrit stabil
Tidak ada distress pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asites)
PROGNOSIS
Mortalitas pada penyakit DBD cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di
Surabaya, Semarang dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan
penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak.
PENCEGAHAN
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat menangkal virus dengue
dengan berbagai serotipe. Satu-satunya usaha pencegahan atau pengendalian
30
dengue adalah dengan memerangi nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai
vektor penularan virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah. Pencegahan dapat dilakukan dengan langkah 3 M
yaitu:
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan adu/ ikan cupang), dan bakteri ( Bt.H-14)
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
Pengasapan/ fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti: gentong air, vas bunga kolam dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas, yang disebut 3 M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
31
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain sesuai kondisi
setempat.
DAFTAR PUSTAKA
32