Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
menghantarkan
Indonesia
menjadi
negara
keempat
negara
berpenduduk lanjut usia terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat.1 Struktur masyarakat Indonesia akan mengalami transisi demografi
dari masyarakat dengan populasi usia muda (1971) menjadi populasi usia yang
lebih tua pada tahun 2020.2
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 1 yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
seseorang yang telah berumur 60 tahun ke atas. 3 Hal ini tidak berbeda dengan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa seseorang
dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia lebih atau sama dengan 60
terjadi pada demensia harus cukup berat. Secara klinis munculnya demensia
pada lanjut usia sering tak disadari karena perjalanan penyakitnya yang
progresif namun perlahan. Penurunan fungsi kognitif pada awal demensia
sering dianggap wajar karena proses penuaan. Sebagai akibatnya, penurunan
fungsi kognitif terus berlanjut hingga mempengaruhi status fungsional pasien.
Bila gejala penurunan kognitif dapat dikenali lebih awal maka dapat dilakukan
upaya-upaya peningkatan atau paling tidak mempertahankan fungsi kognitif
agar tak jatuh dalam keadaan demensia.9
Hasil beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara diabetes mellitus dengan penurunan fungsi kognitif. Rostam
Seyfaddini (2006) dalam penelitiannya pada penderita diabetes mellitus
berusia 25-65 tahun memperoleh hasil bahwa kejadian penurunan fungsi
kognitif lebih banyak terdapat pada penderita diabetes mellitus.11 Suatu
penelitian lain yang dilakukan oleh Velayudhan, et al (2010) juga telah
memberikan kesimpulan bahwa diabetes mellitus tidak hanya berisiko
terhadap terjadinya kemunduran fungsi kognitif, tetapi juga meningkatkan
progresivitas suatu kemunduran kognitif menjadi demensia.12
Diabetes Mellitus adalah sebuah penyakit kronis yang terjadi ketika
kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi hormon insulin yang cukup, atau
ketika tubuh tidak dapat menggunakan hormon insulin secara efektif.
Penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan metabolisme glukosa
pada tubuhnya dan menyebabkan tingginya konsenterasi glukosa dalam darah
(hiperglikemia).13 Pada suatu penelitian yang dilakukan WHO, Indonesia
paparan
hiperglikemia
yang
berkepanjangan
dapat
Tujuan Khusus
1) Mengetahui hubungan antara usia dengan status kognitif pada
penderita diabetes mellitus type-2 lanjut usia di RSUP Dr. Kariadi
Semarang
2) Mengetahui hubungan antara status pendidikan dengan status
kognitif penderita diabetes mellitus type-2 lanjut usia di RSUP Dr.
Kariadi Semarang
1.5 Orisinalitas
Peneliti
Rostam
Tahun
Judul
2006
Cognitive
Seyfaddini
Velayudhan,
et al
2010
Metode
historical
Hasil
kejadian penurunan fungsi
Functions in kohort
Diabetes
study
Mellitus
Patients
Risk of
longitudinal
%95 CI=2.15-31.4)11
diabetes mellitus tidak hanya
Developing
kohort
Dementia
study
in People
with
progresivitas suatu
Diabetes
and Mild
Cognitive
95% CI 1.1-7.3).12
Impairment
Penelitian yang dilakukan oleh Rostam Seyfaddini hanya didapatkan
hasil bahwa penderita diabetes mellitus mengalami penurunan fungsi kognitif
8 kali lebih banyak dibandingkan orang sehat. Penelitian tersebut dilakukan
pada kelompok pasien diabetes mellitus yang telah terdiagnosa minimal 5
tahun dan kelompok non-diabetes mellitus dengan masing-masing jumlah
sampel 50 orang dengan rentang usia 25 hingga 65 tahun. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Velayudhan, et al, selain menunjukkan perbedaan
secara sosiodemografi antara penderita pemunduran kognitif dengan diabetes
mellitus dan tanpa diabetes mellitus juga menunjukkan hasil bahwa diabetes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plasma vena
Darah kapiler
Bukan DM
<100
<90
Belum pasti DM
100-199
90-199
DM
>200
>200
Plasma Vena
Darah kapiler
<100
<90
100-125
90-99
>126
>100
(mg/dL)
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis diabetes mellitus (mg/dl) 19
Perlu dikenali berbagai faktor risiko dari diabetes mellitus dalam
melakukan uji penyaring, antara lain:19
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Sedangkan dalam melakukan pemeriksaan diagnostik, perlu dikenali gejalagejala klasik diabetes mellitus seperti polifagi, poliuri, polidipsi, serta
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.19
Penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus secara umum dibagi
menjadi terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.20 Paparan
hiperglikemia yang berkepanjangan akibat penatalaksanaan yang buruk
dapat berkontribusi terhadap kemunculan berbagai komplikasi diabetes
mellitus.16 Komplikasi yang dapat terjadi akibat diabetes mellitus, antara
lain
neuropati,
nefropati,
retinopati,
penyakit
jantung,
stroke,
fungsi
kognitif.
Rostam
Seyfaddini
(2006)
dalam
2.1.1
a. kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan
b. kadar fruktosamin serum untuk menggambarkan kualitas pengendalian
selama 2-3 minggu sebelumnya
c. pemeriksaan kadar HbAlC yang dilakukan setiap 3 bulan
Baik
80-100
80-144
<6,5
<200
<100
>45
<150
18,5 - 23
< 130/80
Sedang
100-125
145-179
6,5-8
200-23
9
100-129
150-199
23-25
130-140/80-90
Buruk
>126
> 180
>8
>240
> 130
>200
>25
> 140/90
2.1.2
2.1.3
2.1.4
paling tidak mempertahankan fungsi kognitif agar tak jatuh dalam keadaan
demensia.9
Salah satu alat yang dapat digunakan sebagai skrining adanya
kemunduran kognitif adalah MMSE. MMSE terdiri dari 30 pertanyaan yang
dapat dijawab dalam waktu 30 menit. MMSE ini mudah digunakan dalam
praktek dokter umum sebagai gambaran awal status kognitif pasien yang
ditangani. Skor MMSE kurang dari atau sama dengan 24 menggambarkan
telah terjadinya gangguan kognitif pada orang tersebut.31
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,
DAN HIPOTESIS
UsiaRiwayat trauma kepala dan atau perdarahan otak
Status Kognitif
Status
Pendidikan
Usia
Status Kognitif
Status Pendidikan
3.3 Hipotesis
3.3.1 Hipotesis Umum
Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status kognitif pada
penderita diabetes mellitus tipe-2 lanjut usia
3.3.2
Hipotesis Khusus
1) Terdapat korelasi positif antara usia dengan status kognitif
penderita diabetes mellitus type-2 lanjut usia
2) Terdapat korelasi positif antara status pendidikan dengan status
kognitif penderita diabetes mellitus type-2 lanjut usia
3) Terdapat korelasi positif antara lama menderita dengan status
kognitif diabetes mellitus type-2 yang berbeda pada lanjut usia
4) Terdapat korelasi positif antara status pengendalian gula darah
baik, moderate, dan buruk dengan status kognitif pada pasien
diabetes mellitus type-2 lanjut usia
5) Terdapat korelasi positif antara jenis terapi dengan status kognitif
pada pasien diabetes mellitus type-2 lanjut usia
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2
Skala : ordinal
: 25-30
: 20-25
: 10-20
: 0-10
7) Status Kognitif
Variabel status kognitif diukur dengan melakukan pengujian langsung
kepada pasien dengan menggunakan kuesioner MMSE.
Skala: ordinal
z
n=
n=
a
1 P (1P)
2
d
1,9 x 0,5(10,5)
0,01
n = 49 subyek
Keterangan :
n
Z1-/2
= n1 + (10% x nl)
n2
= 49 + (10% x 49)
= 53,9 = 54 subjek
Jadi, dari hasil perhitungan jumlah subjek di atas didapatkan jumlah subjek
yang dibutuhkan adalah 54 penderita diabetes mellitus lanjut usia.
4.6.2.2 Cara Pengambilan Subjek
Pengambilan subjek menggunakan teknik consecutive sampling.
Pasien diabetes mellitus yang menjalani perawatan di poli rawat jalan
diabetes mellitus RS Dokter Karyadi dilakukan informed consent dan
kemudian dilakukan pemilihan sebagai sampel berdasarkan kriteria inklusi
jiwa,
hipertensi
Memiliki riwayat trauma kepala dan atau perdarahan otak
Memiliki riwayat konsumsi alkohol
kuesioner MMSE.
b) data sekunder melalui penilaian pengendalian gula darah dengan
melihat hasil pengukuran HbAlC terakhir, saat pertama kali
penderita didiagnosis diabetes mellitus, jenis terapi dan penyakit
komplikasi akibat diabetes mellitus yang menyertai yang dapat
diperoleh dari rekam medis.
4.8.2 Langkah kerja
a) Peneliti mendatangi responden dan melakukan informed consent
b) Peneliti memilih dan menetapkan sampel penelitian sesuai prosedur
cara pengambilan sampel yang telah dijelaskan di atas.
c) Peneliti melakukan wawancara dengan responden untuk memperoleh
data sesuai dengan kuesioner serta melakukan pengukuran status
kognitif.
d) Peneliti menilai dan mencari data mengenai status pengendalian gula
darah pada rekam medis, kemudian mengelompokkannya
e) Data yang diperoleh dikelompokan berdasarkan pengelompokannya
dan dilakukan analisa statistik
terlebih
dahulu
responden
diberi
informed
concent
dan
DAFTAR PUSTAKA
INFORMED CONSENT
LEMBAR PERSETUJUAN CALON SUBJEK
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah membaca lembar informasi pasien
penelitian.
Saya telah cukup menerima informasi mengenai tujuan dan jalannya
penelitian.
Saya menerima bahwa data penelitian ini akan dirahasiakan oleh peneliti.
Saya tahu bahwa saya dapat menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa
efek negatif.
Saya mempunyai hak untuk meminta data-data saya sendiri setiap waktu
kepada peneliti.
Saya menyatakan bahwa saya telah jujur menjawab segala hal yang berkaitan
dengan riwayat medis saya dan saya akan mengikuti semua petunjuk dan
peraturan yang dikenakan kepada saya oleh staf penelitian yang namanya
tercantum pada lembar kuesioner.
Nama
Tanda tangan
Tanda tangan
Tanggal
Tanggal
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DIABETES MELLITUS TYPE-2 TERHADAP
STATUS KOGNITIF PADA PENDERITA LANJUT USIA
Tanggal diisi : / /
1.
KODE
2.
Nama pasien :
3.
Alamat
: RTRWDesa/Kel.
Kec
Kota
4.
Jenis kelamin :
1. Pria
2. Wanita
5.
Usia: tahun
a. 60-64 tahun
b. 65-69 tahun
c. 70-74 tahun
d. 75-79 tahun
e. >80 tahun
6.
2. Tidak
7.
Status pernikahan
1. Menikah
2. belum menikah
3. duda/janda
8.
9.
10.
KODE
(
)
11.
12.
13.
Keterangan:
- Jika salah satu pertanyaan ada jawaban "ya", pasien eksklusi
- Kode esklusi = E, sedangkan inkusi = I
- Pertanyaan dapat ditanyakan pada keluarga pasien
DATA LAMA MENDERITA DIABETES MELLITUS
14.
Saat usia berapa pasien didiagnosa/dinyatakan menderita
diabetes mellitus?
................................................ Tahun
KODE
(
)
15.
16.
18.
19.
20.
17.
21.
22.
23.
Trigliserida = .. mg/dl
1. < 150 mg/dl
2. 150-199mg/dl
3. > 200 mg/dl
24.
25.
KODE
(
)
27.
28.
26.
KODE
(
)
30.
31.
KODE
(
)
29.
32.
KETERANGAN PEWAWANCARA
Nama Pewawancara (Surveyor)
:
No Telp Pewawancara (Surveyor) :
Tanggal / Bulan wawancara
:
Hasil Kunjungan :
Lengkap
Selesai sebagian, karena ..
Ditangguhkan, karena ..
5.
6.
7.
8.
KODE
1. Ya 2. Tidak
2) Kerja sama dari responden kurang baik
1. Ya 2. Tidak
3) Wawancara terganggu karena kehadiran pihak ketiga
1. Ya 2. Tidak
4) Daya tangkap responden terhadap pertanyaan kurang
l. Ya 2. Tidak
5) Catatan Lain yang perlu ditambahkan, tulis pada ruangan
ini!
9.
(..)
No
1.
2.
3.
KETERANGAN PEMERIKSA
Nama Pemeriksa Silang
:
Diperiksa Tanggal / bulan
:
Tanda tangan pemeriksa
:
4.
5.
6.
(..)
Nama Supervisor / pengawas surveyor
Diperiksa tanggal / bulan
Tanda tangan supervisor
:
:
:
(..)
MINI-MENTAL STATE EXAMINATION
Nilai Maks
Nilai
Orientasi
(lantai/kamar)
2
1
(
(
)
)
1
1
(
(
)
)
Total Score
Registrasi
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda: 1 detik untuk
setiap benda. Kemudian pasien diminta mengulangi nama
ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap nama objek yang
benar.
Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar: (bola, kursi,
buku)
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah: ...................... kali
Atensi dan Kalkulasi
Pengurangan 100 dengan 7. Niali 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik W A H Y
U (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misal: UYAHW = 2 nilai)
Mengenal Kembali
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi.
Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban benar
Bahasa
Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut: JIKA TIDAK,
DAN ATAU TAPI
PASIEN DISURUH LAKUKAN PERINTAH: Ambil kertas
itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua, dan letakkan di
lantai
Pasien disuruh membaca dan kmudian melakukan perintah
kalimat Pejamkan mata Anda
Pasien disuruh menulis kalimat lengkap spontan (tulis apa saja)
Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini