Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
I.I

Latar Belakang
Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak,

baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Akhir-akhir ini juga banyak
diberitakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap
anaknya. Dari yang memukul anak, menyiram anak dengan air panas, hingga membakar
anak. Ada juga berita ayah melakukan hubungan sexual dengan anak, atau kakek dengan
anak atau kakak dengan adik, bahkan sampai hamil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh
orang tua maupun pengasuh, antara lain kesal karena anak tidak bisa diberi tahu, anak rewel
terus, kesal pada suami, kesal pada majikan, dsb. Itu adalah fenomena child abuse yang
terjadi di sekitar kita.
Perawat, terkadang merupakan orang yang pertama mengenali adanya child abuse di
masayarakat. Perawat maternitas, perawat anak dan perawat keluarga hendaknya mengamati
adanya tandatanda family abuse sehingga dapat mempersiapkan untuk menangani hal
tersebut secara objektif. Hal ini penting agar korban kekerasan menjadi aman dan agar fungsi
keluarga dapat berjalan dengan baik.
Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan
yang salah.
Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat
curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan
sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia.
Insidennya :
1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun
1992
2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalami penganiayaan
3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan dan pengabaian
4. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anakanak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan keluarga

1 | Askep Child Abuse

Di Indonesia ditemukan 160 kasus penganiyaan fisik,72 kasusu penganiyaan


mental,dan 27 kasus penganiyaan seksual ( diteliti oleh Heddy Shri Ahimsa Putra,Tahun
1999 ). Sedangkan menurut YKAI didapatkan data pada tahun 1994 tercatat 172 kasus, tahun
1995 meningkat menjadi 421 dan tahun 1996 menjadi 476 kasus.
Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung jawab
legal untuk melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan
penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat.
Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat, dokter, dokter gigi, dokter anak,
psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti sebab kematian, dokter, karyawan lembaga penitipan
anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk
melaporkan orang tersebut didenda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan status masingmasing.
Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan jenis dan akibat
pencederaan anak. Kemunculan Undang undang no.23/2002 tentang Perlindungan Anak
menjadi secercah cahaya untuk mengurangi terjadinya child abuse.
I.II

Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas pembuatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Child Abuse, diharapkan mahasiswa memahami tentang Child Abuse.
B. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan tugas asuhan keperawatan pada pasien dengan
Child Abuse, mahasiswa mampu :
a) Memahami definisi Child Abuse
b) Mengetahui etiologi terjadinya Child Abuse
c) Mengetahui patofisiologi terjadinya Child Abuse
d) Mengetahui proses terjadinya Child Abuse
e) Mengetahui manifestasi klinis dari Child Abuse
f) Mengetahui komplikasi dari Child Abuse
g) Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Child Abuse
h) Merumuskan asuhan keperawatan pada anak dengan Child Abuse meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan

2 | Askep Child Abuse

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.I

Definisi
Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak

optimal lagi (David Gill, 1973)


Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan
pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983)
Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak,
dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak.
Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang
dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan
pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1993)
Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium
awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang
paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1998)
II.II

Etiologi
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting

yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu :


1. Karakteristik orangtua dan keluarga
Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain:
a) Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b) Orangtua yang agresif dan impulsif.
c) Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d) Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional
dan ekonomi.
e) Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f) Tidak mempunyai pekerjaan.
g) Jumlah anak yang banyak.
h) Adanya konflik dengan hukum.
i) Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
3 | Askep Child Abuse

j) Kondisi lingkungan yang terlalu padat.


k) Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a) Anak yang tidak diinginkan.
b) Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal,
berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan
yang berkepanjangan.
c) Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d) Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e) Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal.
f) Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap
perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh
orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social
ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan
penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a) Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang
berdesakan).
b) Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
c) Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
d) Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua
tunggal (single parent).
(Hidayat,2008)

4 | Askep Child Abuse

II.III Klasifikasi
Macam macam Child Abuse :
1. Emotional Abuse,
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror,
mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak
merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan. Indikator perilaku kelainan kebiasaan ( menghisap, mengigit, atau
memukul-mukul ).
2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai
anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
Indikator fisik luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang
tercabut, cakaran. Indikator perilaku waspada saat bertemu degan orang dewasa,
berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut
untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi anak,
seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau
meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat
merawatnya.
Indikator fisikkelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya

perhatian,

masalah

kesehatan

yang

tidak

ditangani.

Indikator kebiasaan. Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya


perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani,
pakaian yang kurang memadai ( pada musim dingin ), ditinggalkan.

5 | Askep Child Abuse

4. Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. Indikator fisik ,
kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri
atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital / rektal,
berpenyakit kelamin.
Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual
yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku
permisif / berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah,
gangguan tidur, perilaku regressif ( misal: ngompol ).

6 | Askep Child Abuse

II.IV Patofisiologi
Faktor Sosiokultural
1. Nilai/norma yang ada di masyarakat
2. Hubungan antar manusia
3. Kemajuan zaman

Stres keluarga

Stres berasal dari anak

Stres berasal dari orang tua

Fisik berbeda

Kemiskinan

Rendah diri

Mental berbeda

Pengangguran mobilitas,

Waktu kecil mendapat

Temperamen berbeda

isolasi, perumahan tidak

perlakuan salah

Tingkah laku berbeda

memadai

Depresi

Anak angkat

Hubungan orang tua anak stres

Harapan pada anak yang tidak

prenatal, anak yang tidak

realistis

diharapkan premature, dll

Kelainan karakter/gangguan

Perceraian

jiwa

Situasi Pencetus
Disiplin
Konflik
keluarga/pertengkaran
Masalah keluarga
Sikap/perbuatan yang keliru
Penganiayaan
Keracunan
Teror mental

7 | Askep Child Abuse

II.V

Manifestasi Klinis dari Penganiayaan dan Pengabaian Anak


Akibat pada fisik anak, antara lain : Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar,

patah tulang, perdarahan retina akibat dari adanya subdural hematom dan adanya kerusakan
organ dalam lainnya. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan
saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya. Kematian.
Akibat pada tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:
1. Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan
paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong
dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau
memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu
telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap
penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
2. Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau
dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau nonpenganiayaan.
3. Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang
tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan
trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan
terhadap anak.
1. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar,
bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua

8 | Askep Child Abuse

mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya
penganiayaan.
2. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecilkecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka
bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya
tindakan jahat yang disengaja.
3. Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera
eksternal.
4. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral
atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak
yang tidak terjadi secara kebetulan.
5. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang
tidak mendaapat perlakuan salah.
6. Perkembangan kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu :
a) Kecerdasan

Berbagai

penelitian

melaporkan

terdapat

keterlambatan

dalam

perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan motorik.

Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga


karena malnutrisi.

Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya


stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.

9 | Askep Child Abuse

b) Emosi

Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif,


atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.

Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau


bermusuhan dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik
diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh,
kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.

c) Konsep diri

Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai,
tidak dikehendaki, muram, dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi
aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh diri.

d) Agresif

Anak yang mendapat perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap


teman sebayanya. Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan
orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman
sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.

e) Hubungan social

Pada anak sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau
dengan orang dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman dan suka
mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu atau
perbuatan2 kriminal lainnya.

f) Akibat dari penganiayaan seksual


Tanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:

Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret
vagina, dan perdarahan anus.

Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis,


enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.

Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan
umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan
vulva, himen, dan anus anak.

10 | Askep Child Abuse

II.VI Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada
penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan :
Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
Analisa rambut pubis
2. Radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak, yaitu untuk :
Identifiaksi fokus dari jejas
Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika
ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya
fraktur multiple dengan tingkat penyembuhan adanya penyaniayaan fisik.
3. CT-scan
lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan
pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang
berat.
4. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
Lebih sensitif pada lesi yang subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan
sub arakhnoid.
5. Ultrasonografi
Digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral
6. Pemeriksaan kolposkopi
Untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual

11 | Askep Child Abuse

II.VII Dampak Child Abuse


Moore (dalam Nataliani, 2004) menyebutkan bahwa efek tindakan dari korban
penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi
negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang
tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan
ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore
juga menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga
rusaknya sistem syaraf.
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan menampilkan
perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam Nataliani, 2004)
mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban kekerasan, memiliki
keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child
abuse), antara lain ;
a. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya
akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam
kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang
pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam
Sitohang, 2004) menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada
hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil.
Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik
hingga menyebabkan korban meninggal dunia;
b. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi
orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk
(coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali),
penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obatobatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan
psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang
nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang
tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa
percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari
lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri;
12 | Askep Child Abuse

c. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban
yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan
trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah
menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak
ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual
terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari
yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan
pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut
atau adanya masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991);
d. Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini
adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock
(1990) mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan
berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan
selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
e. Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam mendapatkan
pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian
dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah
untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
II.VIIIMEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien untuk
melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi :Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai

13 | Askep Child Abuse

perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya


tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.

Misalnya

seorang

yang

tertarik

pada

teman

suaminya,

akan

memperlakukan orang tersebut dengan kasar.


5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman
dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perangperangan dengan temannya.
II.IX Pencegahan dan Penanggulangan Penganiayaan dan Kekerasan pada Anak
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan
tanggung jawab semua pihak.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan
pada individu, keluarga dan masyarakat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.
Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat
pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan
bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang
lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.
Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya
emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan
pengabaian perawatan pada anak.

14 | Askep Child Abuse

Penegak Hukum dan Keamanan


Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk
penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anak berhak atas
perlindungan

terhadap

lingkungan

hidup

yang dapat

membahayakan

atau

menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.


Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikelartikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek
maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

15 | Askep Child Abuse

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
III.I

Pengkajian
Psikososial
1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
2) Gagal tumbuh dengan baik
3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial
4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
Muskuloskletal
1) Fraktur
2) Dislokasi
3) Keseleo (sprain)
Genito Urinaria
1) Infeksi saluran kemih
2) Perdarahan per vagina
3) Luka pada vagina/penis
4) Nyeri waktu mikasi
5) Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina & anus
Intergumen
1) Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
2) Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi
3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
4) Trauma yang tidak dijelaskan
5) Bengkak

16 | Askep Child Abuse

III.II Diagnosa Dan Rencana Asuhan Keperawatan


No

Diagnosa Keperawatan

Tidak efektifnya koping keluarga; Mekanisme koping keluarga


kompromi

berhubungan

faktor-faktor
Child Abuse

yang

Tujuan

dengan menjadi efektif

menyebabkan

Intervensi

Rasional

1. Identifikasi faktor-faktor 1.
yang

Dengan

menyebabkan faktor-faktor

rusaknya

mengidentifikasi
yang

dilakukan

mekanisme intervensi yang dibutuhkan dan

koping pada keluarga, usia penyerahan pada pejabat yang


orang tua, anak ke berapa berwenang
dalam
sosial

keluarga,

pelayanan

status kesehatan dan organisasi sosial

ekonomi

perkembangan

pada

terhadap 2. Keluarga dengan Child Abuse


keluarga, & neglect biasanya memerlukan

adanya support system dan kerja sama multi disiplin, support


kejadian lainnya

kelompok

dapat

2. Konsulkan pada pekerja memecahkan


sosial

dan

kesehatan
tepat

membantu,

masalah

yang

pelayanan spesifik.

pribadi

mengenai

yang 3. Dengan mendorong keluar-ga

problem dengan mendiskusikan masalah

keluarga, tawarkan terapi mereka maka dapat dicari jalan


untuk
keluarga

17 | Askep Child Abuse

individu

atau keluar

untuk

perilaku mereka.

memodifikasi

3.

Dorong

anak

keluarga

dan 4. orang tua mungkin mempunyai


untuk harapan

mengungkapkan

yang

tidak

realistis

perasaan tentang pertumbuhan dan perkem-

tentang apa yang mungkin bangan anak


menyebabkan

perilaku

kekerasan.
4.

Ajarkan

orang

tua

tentang perkembangan &


pertum-buhan anak sesuai
tingkat

umur.

kemampuan

Ajarkan
merawat

spesifik dan terapkan tehnik


disiplin
2

Perubahanpertumbuhan
perkembangan

anak

dan Perkembangan
berhubungan anak,

dengan tidak adekuatnya perawatan

kognitif

psikomotor

dan 1. Diskusikan hasil test Orang

psikososial dapat disesuai- kepada orang tua dan anak


kan

dengan

umurnya

tingkatan 2.

Melakukan

tua

dan

anak

akan

menyadari, sehingga mereka dapat

aktivitas merencanakan

tujuan

jangka

(seperti, membaca, bermain panjang dan jangka pendek


sepeda, dll) antara orang tua 2. Kekerasan pada anak akan
dan

18 | Askep Child Abuse

anak

untuk menyebabkan

keterlambatan

meningkatkan

per- perkembangan

kembangan dari penurunan keluarga.


kemampuan
Tentukan

tugas

Aktivitas

kognitif engkoreksi

psikomotor dan psikososial


3.

karena

dapat
masalah

perkembangan

akibat

dari

tahap hubungan yang terganggu

perkembang-an anak seperti 3.

Dengan

menentukan

1 bulan, 2 bulan, 6 bulan perkembangan


dan 1 tahun

anak

membantu perkembangan

tahap
dapat
yang

4. Libatkan keterlambatan diharapkan


per-kembangan

dan 4.

pertumbuhan yang normal

Program

stimulasi

membantu

dapat

meningkatkan

perkembangan

menentukan

intervensi yang tepat


3

Resiko perilaku keke-rasan oleh Perilaku

kekerasan

pada

anggota ke-luarga yang lain ber- keluarga dapat berkurang.

1.

Identifikasi

hubungan dengan kela-kuan yang

kekeras-an,

maladaptive.

menggunakan/

perilaku 1.

Dengan

saat perilaku

mengidentifikasi

kekerasan

dapat

membantu menentukan intervensi

mengkonsumsi alkohol atau yang tepat


obat atau saat menganggur.

2.

Dengan

mengidentifikasi

2. Selidiki faktor yang dapat faktor-faktor yang menye-babkan

19 | Askep Child Abuse

mempengaruhi

perilaku perilaku kekerasan akan lebih

kekerasan seperti

minum memberikan kesadaran akan tipe

alkohol atau obat-obatan


3.

lakukan

kerjasama

situasi

konsuling perilku,

yang

mempengaruhi

membantu

dirinya

multidisiplin, mencegah kekambuhan

termasuk

organisasi 3. konseling dapat membantu

komunitas dan psikolologis

perkembangan

koping

yang

4. Menyarankan keluarga efektif.


kepada

seorang

keluarga yang tepat


5.

Melaporkan

terapi 4. Terapi keluarga menekan dan


memberikan

support

kepada

seluruh seluruh keluarga untuk mencegah

kejadian yang aktual yang kebiasaan yang terdahulu.


mungkin

terjadi

kepada 5. Perawat mempunyai tang-gung

pejabat berwenang

jawab legal untuk melaporkan


semua kasus dan menyimpan
keakuratan data untuk investigasi

Peran

orang

tua

berubah Perilaku orang tua yang

berhubungan dengan ikatan keluarga kasar dapat menjadi lebih 1. Diskusikan ikatan yang 1. Menyadarkan orang tua akan
yang terganggu.

efektif

wajar dan perikatan dengan perikatan


orang tua yang keras

normal

proses

pengikatan akan membantu dalam

2. Berikan model peranan mengembangkan

20 | Askep Child Abuse

dan

keahlian

untuk orang tua

menjadi orang tua yang tepat

3. Dukung pasien untuk 2. Model peranan untuk orang tua,


mendaftarkan dalam kelas memungkinkan orang tua untuk
yang mengajarkan keahlian menciptakan perilaku orang tua
orang tua tepat

yang tepat

4. Arahkan orang tua ke 3. Kelas akan memberikan teladan


pelayanan kesehatan yang &

forum

praktek

untuk

tepat untuk konsultasi dan mengembangkan keahlian orang


intervensi seperlunya

tua yang efektif


4. Kelas akan memberikan teladan
&

forum

praktek

untuk

mengembangkan keahlian orang


tua yang efektif

21 | Askep Child Abuse

III.III Implementasi Sesuai Dengan Perencanaan


III.IV Evaluasi
1. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif
2. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan
tingkatan umurnya
3. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang
4. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif

22 | Askep Child Abuse

BAB IV
KESIMPULAN
Child abuse adalah segala perlakuan buruk yang dilakuakn terhadap anaka atupun
remaja oleh para orang tua,wali atau orang lain yang seharusnya memelihara dan merawat orang
tersebut.
Child abuse ini dapat dibagi dalam 2 jenis,yaitu di dalam keluarga dan diluar keluarga
Diagnosa keperawatan pada child abuse ditegakkan berdasarkan :
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Penganiyaan fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan radiologi
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan hal
serius yang segera harus dilakukan oleh semua pihak, yaitu orang tua/keluarga, pendidik,
penegak hukum, penanggung jawab keamanan, mass media dan pelayanan kesehatan
Mengingat dampak penganiayaan dan kekerasan akan mengganggu proses kehidupan anak yang
panjang hendaknya upaya pencegahan lebih diprioritaskan. Terlebih atas anak adalah masa
depan suatu bangsa.
Diharapkan dengan adanya Undang undang no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak ,maka angka kejadian child abuse bisa berkurang bahakan hilang dari permukaan Negara
Indonesia ini.

23 | Askep Child Abuse

DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, ., Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak, FIK UI, 1998
Ennis Sharon Axton,Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson Education,New
Jersey,2003
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak I, Jakarta, EGC 1999
Whaleys and Wong, Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby Company,1996
Sowden Betz Cicilia, , Keperawatan Pediatric, Jakarta, EGC, 2002
SUMBER :
http://www.researchgate.net/publication/42321513_Asuhan_Keperawatan_Pada_Anak_Child_Abuse

http://dwihandra089.blogspot.com/2012/11/askep-kekerasan-pada-anak.html
http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2013/05/askep-perilaku-kekerasan.html
http://janisarwestri.blogspot.com/2013/07/asuhan-keperawatan-pada-child-abuse_5.html

24 | Askep Child Abuse

Вам также может понравиться