Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ASFIKSIA
DI RUANG PERINATAL (BOUGENFILLE) RSUD SUNAN
KALIJAGA DEMAK

Disusun oleh :

Dwi Ruli Purwadi


1408027

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
JANUARI, 2015

LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktorfaktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejalagejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawiroharjo, 2008).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai
dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan
asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera
setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi
uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta
seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri.
( Hidayat, 2005).
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia Berat (APGAR Skor 0-3)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik
sama asfiksia berat.
b. Asfiksia Sedang (APGAR Skor 4-6)

Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari


100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.
c. Asfiksia Ringan (APGAR Skor 7-10)
Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
3. ETIOLOGI
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
Cacat bawaan
a.
Preeklampsia dan eklampsia
b.
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c.
Partus lama atau partus macet
d.
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e.
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
f.
Hipoventilasi selama anastesi
g.
Penyakit jantung sianosis
h.
Gagal bernafas
i.
Keracunan CO2
j.
Tekanan darah rendah
k.
Gangguan kontraksi uterus
l.
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
m.
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Prematur
e. Gemeli
f. Kelainan congential
g. Pemakaian obat anestesi
h. Trauma yang terjadi akibat persalinan
i. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
j. kelainan bawaan (kongenital)
k. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4. Faktor Plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta

5. Faktor persalinan
a. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
b. Partus lama
c. Partus tindakan
4. MANIFESTASI KLINIS
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang
cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan
tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-agsur berkurang dari bayi
memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain
meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskuler
5. PATOFISIOLOGI
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat
CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk
kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli
akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol
paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara
memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan
meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan
(janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai

memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai
mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin
akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang
beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan
menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal
(pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat
proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler
dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan
pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna
(memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada
keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh
karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan
gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas
yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi
kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan,
asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh
obat-obat anestesi pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya
udara kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni
sirkulasi dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut
antara lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan
perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan
oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun
dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan Duktus
Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh
tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau
menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun
kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan
pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis
respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi
metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang
terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan
mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan
sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada

penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya


kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya
sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang
biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada
bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa
pasca neonatus.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut,
bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
perioode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
6. PATHWAYS

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Pemeriksaan pH Darah Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya (Wiknjosastro, 2007).
2. Analisa Gas Darah

3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.

Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya


asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan
tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi (Muttaqin,
2008).
Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan
garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya.
Timbul asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi.
Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein.
Gula Darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan glukosa. Penderita asfiksia umumnya mengalami
hipoglikemi.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG), Computed
Tomography Scan (CT-Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis
USG ( Kepala )
Penilaian APGAR score
Pemeriksaan EGC dan CT- Scan
Foto polos dada

8. TERAPI DAN PENGOBATAN


1. Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan
seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di
bawah alat/ lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu
hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pula agar
tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.
2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas,
Breathing/ mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/
memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/ memberikan obat)
A. Memastikan saluran nafas terbuka
1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.
2. Menghisap mulut, hidung dan trakhea.
3. Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
B. Memulai pernafasan
1. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.

2. Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan
balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
C. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres
pada daerah dada
D. Pemberian obat-obatan
1. Epineprin
Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di bawah 80
x/mnt walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP
adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada atau frekuensi
jantung. Dosis 0,1 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara
pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa
endotrakheal.
Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi
jantung
2. Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%,
NaCl, RL).
Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian
atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda
hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg. Cara pemberian IV dengan
kecepatan pemberian selama waktu 5-10 menit.
Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis
metabolik.
3. Natrium Bikarbonat
Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak
memberikan respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP
sudah dilakukan.
Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph
darah apabila ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan
volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik.
4. Nalakson hidroklorid/ narcan
Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat pemberian
narkotik pada Ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.
Efek : antagonis narkotik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai

keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan


keperawatan kepada klien
a. Identitas Pasien
Mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll.
b. Keluhan Utama
Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi
ditandai dengan sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis
metabolik
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) Intranatal
Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan O2 sebab
partus lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat
dari kepala anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat,
pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta,
persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir
3) Postnatal
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis
metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi
organ.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi
hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas
minimal atau tidak ada, perubahan fungsi janutng, kegagalan
system multi organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik
atau tidak menangis.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
3) Mata
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan
refleksi terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100
x/menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tandatanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus

Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar


serta warna dari faeces.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d post asfiksia berat.
e. Resiko terjadinya hipotermia .b.d proses persalinan yang lama
f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d reflek menghisap
lemah.
g. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d respon imun yang terganggu.
3. Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
Kriteria Hasil : - Tidak menunjukkan demam.
- Tidak menunjukkan cemas.
- Rata-rata repirasi dalam batas normal.
- Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
- Tidak ada suara nafas tambahan.
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi napas,dan catat adanya bunyi napas tambahan
Rasional :obstrusi jalan napas dapat dimanifestasikan dengan
adanya bunyi tambahan misal ronki
2) Kaji / pantau frekuensi pernapasan
Rasional : pada takipnea biasanya ditemukan pernapasan dapat
melambat dan frekuensi espirasi memanjang dibanding inspirasi.
3) Catat adanya dispnea
Rasional: disfungsi pernapasan adalah variable biasanya
disebabkan oleh adanya infeksi atau reaksi alergi.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil : - Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.


- Ekspansi dada simetris.
- Tidak ada bunyi nafas tambahan.
- Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pertahankan kebersihan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lendir.
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan
ventilasi
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan
pemakaian alat bantu nafas
5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil : - Tidak sesak nafas
- Fungsi paru dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi
sputum.
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d post asfiksia berat


Tujuan: Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria hasil : - Pernafasan normal 40-60 kali permenit
- Pernafasan teratur
- Tidak sianosis
- Wajah dan seluruh tubuh warna kemerahan
- Gas darah normal.
Intervensi:
1) Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus,
dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional: Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
2) Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional: Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3) Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda sianosis tiap 4 jam.

Rasional: Deteksi dini adanya kelainan.


4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional: Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama
untuk jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2
menunjukkan hipoventilasi.
e. Resiko terjadinya hipotermi b.d proses persalinan yang
Tujuan: Tidak terjadi hipotermia.
Kriteria hasil: - Suhu tubuh 36,5 37,5C
- Akral hangat; Warna seluruh tubuh kemerahan.
Intervensi:
1) Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).
Rasional:Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.
2) Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh,
letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
Rasional:Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
3) Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional:Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat
hipotermia
4) Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa
5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional:Mencegah terjadinya hipoglikemia.
f. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d reflek menghisap
lemah.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: - Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik
- Berat badan tidak turun lebih dari 10%
- Retensi tidak ada.
Intervensi:
1) Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta
konsistensi.
Rasional: Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera
mendapat tindakan keperawatan
2) Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional: Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa
mulut.
3) Monitor intake dan out put
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).
4) Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Rasional; Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
5) Lakukan control berat badan setiap hari.

Rasional: Penambahan dan penurunan berat badan dapat di


monitor.
g. Resiko terjadinya infeksi b.d respon imun yang terganggu.
Tujuan: Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
Kriteria hasil: - Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
Intervensi:
1) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan
keperawatan
Rasional: Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya
kurang/rendah.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional: Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
3) Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi).
Rasional: Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
4) Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat
pengeringan tali pusat karena mengandung anti biotik, anti
jamur, desinfektan.
5) Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
Rasional: Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
6) Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal.
Rasional: Deteksi dini adanya kelainan.
7) Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
Rasional: Mencegah terjadinya penularan infeksi.
8) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antibiotik.
Rasional: Mencegah infeksi dari pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,A.Aziz. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta:


Salemba Medika.
Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem. Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Asuhan Persalinan Normal. 2007. JPHIEGO
Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta :EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. J a k a r t a : Yay a s a n B i n a
Pustaka
Wiknjosastro, Gulardi H ,dkk.2008. Asuhan Persalinan Normal:Jakarta:USAID

Вам также может понравиться

  • Laporan Pendahuluan Pada Bayi Dengan Asfiksia
    Laporan Pendahuluan Pada Bayi Dengan Asfiksia
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan Pada Bayi Dengan Asfiksia
    Iman Firmansyah
    80% (5)
  • LK Asfiksia
    LK Asfiksia
    Документ16 страниц
    LK Asfiksia
    Enny Setya Wibowo
    Оценок пока нет
  • LP Gangguan Pola Tidur
    LP Gangguan Pola Tidur
    Документ14 страниц
    LP Gangguan Pola Tidur
    Murandari Djequeline
    75% (4)
  • LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    Документ2 страницы
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • 5 Babiv Pu
    5 Babiv Pu
    Документ53 страницы
    5 Babiv Pu
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LP Hernia
    LP Hernia
    Документ6 страниц
    LP Hernia
    Yitno
    Оценок пока нет
  • LP Dan Askep Hernia Lukman New
    LP Dan Askep Hernia Lukman New
    Документ17 страниц
    LP Dan Askep Hernia Lukman New
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • SAP Nutrisi Ibu Menyusui
    SAP Nutrisi Ibu Menyusui
    Документ11 страниц
    SAP Nutrisi Ibu Menyusui
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • GGK 1
    GGK 1
    Документ32 страницы
    GGK 1
    Nur Fitryanti Lubis
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan SH
    Laporan Pendahuluan SH
    Документ21 страница
    Laporan Pendahuluan SH
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    Документ2 страницы
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    Документ2 страницы
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LP Asfiksia Ewic
    LP Asfiksia Ewic
    Документ15 страниц
    LP Asfiksia Ewic
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Asfiksi
    Asfiksi
    Документ16 страниц
    Asfiksi
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    Документ2 страницы
    LEAFLEAT NUTRISI IBU MENYUSUI New
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • CHF Putu
    CHF Putu
    Документ16 страниц
    CHF Putu
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Jurnal
    Jurnal
    Документ10 страниц
    Jurnal
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Kontrak Belajar SH
    Kontrak Belajar SH
    Документ5 страниц
    Kontrak Belajar SH
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan SH
    Laporan Pendahuluan SH
    Документ21 страница
    Laporan Pendahuluan SH
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Kontrak Belajar Asfiksia
    Kontrak Belajar Asfiksia
    Документ5 страниц
    Kontrak Belajar Asfiksia
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Kontrak Belajar DHF
    Kontrak Belajar DHF
    Документ5 страниц
    Kontrak Belajar DHF
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Kontrak Belajar Thypoid
    Kontrak Belajar Thypoid
    Документ5 страниц
    Kontrak Belajar Thypoid
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LP DHF
    LP DHF
    Документ16 страниц
    LP DHF
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • LP DHF
    LP DHF
    Документ16 страниц
    LP DHF
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • tERAPI bERMAIN
    tERAPI bERMAIN
    Документ7 страниц
    tERAPI bERMAIN
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • Siti Halimah
    Siti Halimah
    Документ183 страницы
    Siti Halimah
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • NORMADEWI
    NORMADEWI
    Документ55 страниц
    NORMADEWI
    RuLiiyy De'angeLo Tsii MonzteRjackerz
    Оценок пока нет
  • By Yanuar, Se., MM.: Kofisien Korelasi Rank Spearman: R
    By Yanuar, Se., MM.: Kofisien Korelasi Rank Spearman: R
    Документ15 страниц
    By Yanuar, Se., MM.: Kofisien Korelasi Rank Spearman: R
    Aarahmatillahaziz Rahmatillahazizaa
    Оценок пока нет
  • Korelasi Dan Regresi
    Korelasi Dan Regresi
    Документ9 страниц
    Korelasi Dan Regresi
    Adi Febriansyah
    Оценок пока нет