Вы находитесь на странице: 1из 23

E-FAKTUR

SEMINAR PERPAJAKAN

KELOMPOK 6:
ARI BUDIYONO (04)
BAYU PRABOWO (06)
DONY KATRA LUBIS (11)
SEPTI WAHYUNINGTYAS (25)
USTI NUGRAENI (28)

KELAS X-C D IV KHUSUS


STAN 2014

I. PENDAHULUAN
E-Faktur Pajak merupakan faktur pajak sebagai bukti pungutan PPN yang
dibuat oleh PKP. Secara elektronik yang tata caranya diatur dalam peraturan
Direktur Jenderal Pajak. Bentuk e-faktur pajak berupa dokumen elektronik
yang dapat dicetak dalam bentuk kerta satau dalam bentuk file pdf.
Selanjutnya DJP membangun channeling e-faktur pajak dalam beberapa
tahap, yaitu: (1) tahap pertama berupa client application. PKP membuat
faktur pajak melalui aplikasi yang diberikan DJP dan di install di PC milik PKP,
dimana datanya akan disinkronkan ke sistem yang ada di DJP, (2) tahap
kedua berupa website application. PKP membuat faktur pajak dengan masuk
ke website DJP dan mengisi faktur pajak di website tersebut, (3) tahap ketiga
berupa host to host system. PKP membuat faktur pajak melalui
sistem/aplikasi yang dimiliki PKP, kemudian data tersebut dikirimkan ke
sistem DJP dengan menggunakan protocol atau messaging standard yang
disepakati bersama.

Latar Belakang e Faktur


e-Faktur Pajak merupakan kelanjutan pembenahan sistem sejak tahun 2011
untuk memudahkan administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sebelumnya,
Ditjen Pajak telah melakukan pembenahan dengan melakukan registrasi ulang
PKP, batasan pengukuhan PKP, pengembangan aplikasi pengawasan PKP,
penunjukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemungut PPN hingga
penomoran faktur pajak secara elektronik (e-Nomor Faktur/ e-NoFa). Tahun 2014
pembenahan dilanjutkan dengan peluncuran e-Faktur Pajak bagi wajib pajak
tertentu. Peluncuran e-Faktur diatur dalam Per Dirjen Pajak Nomor PER16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik.
Secara umum, munculnya e-faktur dilatarbelakangi oleh:

E-FAKTUR

II. DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN


A. Dasar Hukum
Dasar hukum penggunaan Faktur Pajak Elektornik (e-Faktur) adalah:
a.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
b.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan;
c.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak;
d.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik;
e.
Peraturan
Direktur
Jenderal
Pajak
Nomor PER-17/PJ/2014 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER
24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau
Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak;
f.
Nomor SE-21/PJ/2014 Tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik;
g.
Nomor SE-20/PJ/2014 Tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan
Password, Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat
Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, Dan Pengawasan Nomor Seri
Faktur Pajak;
h.
PER-16/PJ/2014 (berlaku sejak 1 Juli 2014) tentang Tata Cara Pembuatan
dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik; dan
i.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang
Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik.
B. Faktur Pajak Elektronik (E-Faktur)
Faktur Pajak yang berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-Faktur,
adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud sebelumnya dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan aplikasi atau
2

E-FAKTUR

sistem elektronik tersebut.


e-Faktur wajib dibuat PKP untuk setiap transaksi di bawah ini:
penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
dan/atau Pasal 16D UU PPN; dan/atau
penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU
PPN.
Sedangkan kewajiban pembuatan e-Faktur dikecualikan atas penyerahan BKP
dan/atau JKP berikut ini:
yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
PP 1 TAHUN 2012;
yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor
luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E UU PPN; dan (free duty
shop)
yang bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (6) UU PPN seperti resi telkom, resi PPLN, dan tiket pesawat.
Saat pembuatan e-Faktur diatur dalam Pasal 3 PER-16/PJ/2014, yaitu e-Faktur
wajib dibuat oleh PKP pada:
saat penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
dan/atau Pasal 16D UU PPN;
saat penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
UU PPN;
saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP;
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau
saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
Dikecualikan dari ketentuan diatas*), Pengusaha Kena Pajak dapat membuat
1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama
1 (satu) bulan kalender. Faktur Pajak tersebut harus dibuat paling lama pada
akhir bulan penyerahan. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PKP setelah
jangka waktu 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, dianggap
tidak menerbitkan Faktur Pajak.
Contoh:
Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
kepada pengusaha B pada tanggal 1, 5, 10, 11, 12, 20, 25, 28, dan 31 Juli
2010, tetapi sampai dengan tanggal 31 Juli 2010 sama sekali belum ada
pembayaran atas penyerahan tersebut, Pengusaha Kena Pajak A
diperkenankan membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Juli, yaitu paling lama tanggal
31 Juli 2010.
Keterangan yang harus ada pada e-Faktur tentang penyerahan BKP dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak paling sedikit harus memuat:
Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan
harga;
3

E-FAKTUR

PPN yang dipungut;


PPnBM yang dipungut;
Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. (Tanda
tangan ini berupa tanda tangan elektronik.)
Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi secara lengkap, jelas,
dan benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas atau
persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Setiap Faktur Pajak harus menggunakan Kode dan Seri Faktur Pajak yang
telah ditentukan di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak, yaitu :
1. kode Faktur Pajak terdiri dari :
a. 2 (dua) digit Kode Transaksi;
b. 1 (satu) digit Kode Status; dan
c. 3 (tiga) digit Kode Cabang.
2. nomor seri Faktur Pajak terdiri dari :
a. 2 (dua) digit Tahun Penerbitan; dan
b. (delapan) digit Nomor Urut.
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak disesuaikan dengan kepentingan
Pengusaha Kena Pajak dan dalam hal diperlukan dapat ditambahkan keterangan
lain selain keterangan sebagaimana dimaksud dalam butir a di atas. Pengadaan
formulir Faktur Pajak dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu :
1. lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP atau Penerima JKP sebagai bukti Pajak
Masukan.
2. lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai
bukti Pajak Keluaran.
Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari rangkap dua, maka harus dinyatakan
secara jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan.
Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak
ditandatangani termasuk kesalahan dalam pengisian kode dan nomor seri
merupakan Faktur Pajak cacat. Dan dalam hal rincian BKP atau JKP yang
diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu Faktur Pajak, maka PKP dapat
membuat Faktur Pajak dengan cara :
1. dibuat lebih dari satu Faktur Pajak yang masing-masing menggunakan
kode dan nomor seri Faktur Pajak yang sama,ditandatangani setiap
lembarnya, dan khusus untuk pengisian baris Harga Jual/ Penggantian/
Uang Muka/ Termijn, Potongan Harga, Uang Muka yang telah diterima,
Dasar Pengenaan Pajak, dan PPN cukup diisi pada lembar Faktur Pajak
terakhir; atau
2. dibuat satu Faktur Pajak asalkan menunjuk nomor dan tanggal Faktur
Penjualan yang bersangkutan dan faktur penjualan tersebut merupakan
lampiran Faktur Pajak yang tidak terpisahkan.
PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat (dapat
lebih dari 1 orang termasuk yang diberikan kuasa) yang berhak menandatangani
Faktur Pajak disertai contoh tandatangannya kepada Kepala KPP di tempat PKP
dikukuhkan paling lambat pada saat pejabat yang berhak menandatangani mulai
menandatangani Faktur Pajak. Faktur Penjualan yang memuat keterangan dan
yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan pada huruf a di atas dapat
dipersamakan sebagai Faktur Pajak.

E-FAKTUR

Atas Faktur Pajak yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau
penulisan, atau yang hilang, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut dapat
membuat Faktur Pajak Pengganti.
Tata cara penerbitan faktur pajak standar, seperti berikut.
1. Kode transaksi.
2. Kode status 0 normal, 1 penggantian.
3. Kode cabang.
4. Tahun penerbitan 07 untuk tahun 2007 atau 08 untuk 2008.
5. Nomor urut 8 digit.
6. Penandatanganan.
Kode transaksi dua digit pertama, seperti berikut.
1. 01 -penyerahan kepada selain pemungut PPN atau kepada sesama PKP.
2. 02 -penyerahan kepada pemungut bendaharawan atau kepada KPPN
(Kantor Pelayanan Pembendarahan Nasional).
3. 03 -penyerahan kepada pemungut PPN lainnya atau kontraktor Kontrak
Karya atau Kantor Bagi Hasil bidang Minyak Gas Bumi.
4. 04 -penyerahan yang menggunakan DPP nilai lain kepada selain pemungut
PPN. Misalnya atas pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma
5. 05 -penyerahan yang PM-nya di deemedkepada selain pemungut PPN
yang menggunakan pedomanpengkreditan pajak masukan.
6. 06 -penyerahan lainnya kepada selain pemungut PPN yang menggunakan
tarifkhusus misalnya dibidang pertambangan, Bulog/Dolog.
7. 07 -penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut kepada selain pemungut
PPN; (salah satu fasilitas PPN yang PM-nya dapat dikreditkan).
8. 08 -penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN kepada selain
pemungut PPN. (fasilitas PPN yang PPN-nya tidak dapat dikreditkan
9. 09 -penyerahan aktiva Pasal 16 D kepada selain pemungut PPN.
Mengenai kode cabang adalah sebagai berikut.
1. Bagi PKP tertentu (PKP yang dipusatkan secara jabatan di KPP modern
yang belum penerbitan FP standar): (a) ditentukan sendiri KP.000, Kcab
mulai 001; (b) dapat ditambah dan atau dihentikan penggunaannya; (c)
tidak boleh diubah peruntukkannya dan yang sudah dihenti-kan
penggunaannya, tidak boleh digunakan lagi.
2. Selain PKP tertentu, kode cabang di isi angka [000].
3. Bagi PKP biasa, kode cabang diisi angka [000] berarti dia tidak punya
cabang
Mengenai pengisian nomor urut adalah sebagai berikut.
1. Penulisan sesuai banyaknya digit.
2. Urut tanpa membedakan kode transaksi , kode status, dan mata uang
yang digunakan.
3. Dimulai dari 1 tiap awal tahun takwim (termasuk bagi PKP tertentu di KP
dan Kcab-nya) kecuali bagi PKP yang baru dikukuhkan.
4. Apabila sebelum awal tahun takwim berikutnya nomor urut telah habis,
PKP dapat mulai dari 1 (termasuk bagi PKP tertentu di KP dan Kcab-nya)
dan memberitahukan ke KPP pada awal tahun takwim berikutnya, nomor
urut dimulai dari 1 kembali.
Mengenai ketentuan penandatanganan, sebagai berikut.
1. PKP memberitahukan pejabat yang ditunjuk (dapat lebih dari 1) dan
contoh tanda tangannya paling lambat sebelum menandatangani.
2. PKP memberitahukan bila ada perubahan.

E-FAKTUR

3. PKP orang pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi yang faktur
pajaknya ditandatangani oleh kuasa, wajib memberitahu-kan dan surat
kuasa.
4. Pejabat yang ditunjuk termasuk pejabat di cabang yang menandatangani
fakur pajak yang diterbitkan secara online.
e-Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah, dan untuk
penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang menggunakan mata uang selain
Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan
pada saat pembuatan e-Faktur.
Atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan,
sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha
Kena Pajak yang membuat e-Faktur tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti
melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan
Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang e-Fakturnya telah dibuat, PKP yang membuat e-Faktur
harus melakukan pembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik
yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Pembatalan eFaktur harus didukung dengan bukti atau dokumen yang membuktikan telah
terjadi pembatalan transaksi (pembatalan kontrak atau dokumen lain. Dalam hal
PKP Penjual yang melakukan pembatalan faktur, PKP penjual harus memiliki
bukti dari PKP pembeli yang menyatakan bahwa transaksi dibatalkan
Tata cara pembatalan FP standar, seperti berikut.
1. Pembatalan harus didukung oleh bukti atau dokumen.
2. PKP penjual harus memiliki bukti dari PKP pembeli yang menyatakan
bahwa transaksi dibatalkan.
3. PKP penjual harus mengirimkan surat pemberitahuan dan dari FP standar
yang dibatalkan ke KPP penjual dan KPP pembeli.
4. Dalam hal PKP penjual belum melaporkan FP standar yang di-batalkan di
dalam SPT Masa PPN maka PKP harus tetap melapor-kan dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP. PPN, atau PPN dan PPnBM.
5. Dalam hal PKP penjual telah melaporkan FP standar tersebut dalam SPT
Masa PPN sebagai FP keluaran maka PKP penjual harus melakukan
pembetulan SPT Masa PPN.
6. Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan FP standar yang dibatalkan
tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai FP masukan maka PKP pembeli
harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan.
Ketentuan-ketentuan penting adalah sebagai berikut.
1. Penerbitan FP standar pengganti atau pembatalan FP standar hanya dapat
dilakukan paling lambat 2 tahun sejak diterbitkan sepanjang belum
dilakukan pemeriksaan dan belum dibebankan sebagai biaya.
2. Sebagai konsekwensi, PKP penjual harus melakukan pembetulan terhadap
SPT Masa PPN di mana FP standar yang diganti atau dibatalkan tersebut
dilaporkan.
3. Pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang telah melakukan pengkreditan
pajak masukan atas PPN pada FP standar yang diganti atau dibatalkan
oleh PKP penjual harus melakukan pem-betulan SPT Masa PPN di mana FP
standar yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan, sepanjang
belum melakukan pemeriksaan dan belum dibebani sebagai biaya.
6

E-FAKTUR

4. Bentuk dan ukuran FP standar disesuaikan keperluan PKP dan dapat


ditambah keterangan lain, pengadaan dilakukan oleh PKP dalam rangkap 2
atau lebih asalkan dinyatakan secara jelas peruntukkannya dalam lembar
FP standar yang bersangkutan, tata cara pengisian FP standar sesuai
ketentuan Pasal 13 Ayat 5 UU PPN 1984.
5. FP standar ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk atau kuasa yang
PKP-nya tidak atau terlambat memberitahukan sampai dengan
diterimanya pemberitahuan. Untuk pertama kali, jangka waktu
penyampaian pemberitahuan penggunaan kode cabang dan atau pejabat
atau kuasa yang ditunjuk adalah tanggal 20 Januari 2007.
6. PKP menerbitkan FP standar setelah lewat jangka waktu 3 bulan sejak saat
FP seharusnya dibuat, dianggap tidak menerbitkan FP standar.
Konsekwensi bagi PKP pembeli, pajak masukan tidak dapat dikreditkan.
7. Tata cara penggantian FP standar yang cd cat rusak, salah dalam
pengisian/penulisan, tata cara pengganti FP standar yang hilang, dan tata
cara pembatalan FP standar diatur dalam Lampiran VIII huruf A, B, dan C.
DJP N0. Per. 159/PJ/2006 tanggal 31 Oktober 2006.
Ketentuan peralihan adalah sebagai berikut.
1. Atas penyerahan sebelum berlakunya peraturan Dirjen yang FP
standarnya belum diterbitkan maka penerbitannya menggunakan kode
dan nomor seri yang baru.
2. Atas perolehan sebelum berlakunya peraturan Dirjen yang masih
menggunakan kode dan nomor seri yang lama, namun FP standar-nya
diterima/dilaporkan sesudah berlakunya peraturan Dirjen maka PKP
pembeli tetap dapat mengkreditkan sepanjang sesuai dengan ketentuan.
3. Penerbitan FP standar pengganti atas FP standar yang telah di-terbitkan
sebelum peraturan Dirjen berlaku, wajib menggunakan kode dan nomor
seri FP standar yang baru.
4. Bagi FP yang melakukan pemusatan tempat pajak terutang (sukarela) dan
keputusan pemusatannya diberikan sebelum peraturan Dirjen berlaku,
namun sistem penerbitan FP standarnya belum online antara kantor pusat
dan kantor cabangnya dan atau kantor pusat dan atau kantor cabangnya
ada yang ditetapkan sebagai PKB (Pengusaha Kawasan Berikat) dan atau
PDKB (Pengusaha Kawasan Berikat) dan/atau berada di pulau Batam dan
atau mendapat fasilitas KITE (Kawasan Industri Tujuan Eksport) maka tata
cara pengisian kode cabangnya sama dengan tata cara pengisian kode
cabang yang dipusatkan secara jabatan di KPP modern sampai dengan
berakhir-nya masa berlaku pemusatan sepanjang sesuai dengan
ketentuan.
Atas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang, PKP yang membuat e-Faktur
dapat melakukan cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Atas data e-Faktur
yang rusak atau hilang, PKP dapat mengajukan permintaan data e-Faktur ke
Direktorat Jenderal Pajak melalui KPP tempat PKP dikukuhkan dengan
menyampaikan surat Permintaan data e-Faktur sebagaimana diatur dalam
Lampiran PER-16/PJ/2014. Permintaan data e-Faktur ini terbatas pada data eFaktur yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan telah
memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal PKP diwakili
atau menunjuk kuasa, Petugas Khusus menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
7

E-FAKTUR

Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat
membuat e-Faktur, PKP diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak berbentuk
kertas (hardcopy). Keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat
membuat e-Faktur ini adalah keadaan yang disebabkan oleh peperangan,
kerusuhan, revolusi, bencana alam, pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di
luar kuasa PKP, yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Setelah keadaan
tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak telah berakhir, data Faktur
Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang dibuat dalam keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal
Pajak oleh PKP melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang
merupakan hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, dan e-Faktur tidak
diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy). Di bawah ini
merupakan contoh tampilan PDF/cetakan kertas e-Faktur:

E-FAKTUR

Gambar 1: Contoh tampilan e-Faktur

Apabila e-Faktur dicetak di atas kertas yang disediakan secara khusus oleh
Pengusaha Kena Pajak, misalnya kertas yang telah dicetak logo perusahaan,
alamat, atau informasi lainnya, maka e-Faktur yang dicetak di atas kertas
tersebut tetap berfungsi sebagai Faktur Pajak.
E-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke Direktorat Jenderal Pajak dengan cara
diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak. Pelaporan e-Faktur ini dilakukan dengan menggunakan
aplikasi atau sistem elektronik yang telah ditentukan dan/atau disediakan
Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan
9

E-FAKTUR

untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah (upload) sepanjang Nomor Seri Faktur
Pajak yang digunakan untuk penomoran e-Faktur tersebut adalah Nomor Seri
Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada PKP yang
membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e-Faktur yang tidak
memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan merupakan Faktur
Pajak.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014
tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur
Pajak Berbentuk Elektronik ada 3 gelombang penerapan e-Faktur bagi WP PKP,
yaitu:
1 PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2014 ada 45 WP PKP yang ditetapkan melalui
KEP-136/PJ/2014, yaitu sebagai berikut:
No

NPWP

NAMA

01.338.618.0-091.000 PT Pama Persada Nusantara

01.002.075.8-092.000 PT Goodyear Indonesia Tbk

01.445.062.1-092.000 PT Ramajaya Pramukti

01.001.663.2-051.000 PT Aneka Tambang

01.000.011.5-051.000 PT Bukit Asam (Persero) Tbk

01.000.013.1-093.000 PT Telekomunikasi Indonesia

01.718.327.8-093.000 PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel)

01.300.992.3-093.000 PT Sucofindo

02.239.283.1-093.000 PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia

10

01.000.120.4-052.000 PT Monier

11

01.069.162.4-052.000 PT Misung Indonesia

12

01.061.554.0-052.000 PT Kurita Indonesia

13

02.026.485.9-052.000 PT Foseco Indonesia

14

02.593.932.3-052.000 PT Patra SK

15

01.070.909.5-052.000 PT BP Petrochemicals Indonesia

16

01.824.407.9-055.000 PT Sanken Indonesia

17

01.000.147.7-055.000 PT Sanyo Jaya Components Indonesia

18

02.519.842.5-055.000 PT Akashi Wahana Indonesia

19

01.060.616.8-055.000 PT Akebono Brake Astra Indonesia

20

01.070.743.8-055.000 PT NS Bluescope Indonesia

21

01.707.574.8-056.000 PT Sony Indonesia

22

01.305.436.6-056.000 PT Penta Valent

23

01.001.773.9-057.000 PT Elegant Textile Industry

24

01.068.034.6-057.000 PT DongII Indonesia

25

01.061.736.3-058.000 PT Du Pont Indonesia

26

01.070.870.9-058.000 PT Yokogawa Indonesia

27

01.869.736.7-058.000 PT Erm Indonesia

28

01.070.939.2-058.000 PT Kuala Pelabuhan Indonesia

29

01.070.680.2-059.000 PT ISS Indonesia

10

E-FAKTUR

30

02.005.464.9-059.000 PT Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia

31

01.348.430.8-059.000 PT Mulia Intipelangi

32

01.610.717.9-059.000 PT Manggala Gelora Perkasa

33

01.001.680.6-054.000 PT IndoRama Synthetics Tbk

34

01.303.912.8-054.000 PT Fortune Indonesia Tbk

35

01.139.219.8-054.000 PT Tunas Baru Lampung Tbk

36

01.001.475.1-053.000 Shimizu Corporation

37

01.002.804.1-053.000 Nippon Koei Co Ltd

38

01.061.608.4-081.000 PT Dowell Anadrill Schlumberger

39

01.061.617.5-081.000 PT Schlumberger Geophysics Nusantara

40

01.371.814.3-081.000 PT Radiant Utama Interinsco Tbk

41

02.435.712.1-073.000 PT Trans Power Marine Tbk

42

01.060.617.6-007.000 PT Inti Ganda Perdana

43

01.735.097.6-007.000 PT Royal Sutan Agung

44

01.772.284.4-038.000 PT Halim Sakti Pratama

45 01.303.009.3-038.000 PT Lea Sanent


2 PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2015 adalah WP PKP di Jawa & Bali.
3 PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2016 adalah WP PKP seluruh Indonesia.
Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya Dipersamakan Dengan Faktur
Pajak
Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak. *) Dokumen tertentu yang
diperlakukan sebagai Faktur Pajak paling sedikit harus memuat :
1. nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan;
2. nama pembeli BKP atau penerima JKP;
3. jumlah satuan barang apabila ada;
4. Dasar Pengenaan Pajak; dan
5. jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak
adalah :
1. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan
ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
2. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
Bulog/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
3. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh
PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan
Bakar Minyak;
4. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
5. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
6. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa
kepelabuhanan;
7. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
11

E-FAKTUR

8. Pemberitahuan Ekspor Jasa Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang


dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud;
9. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti
pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor
Barang Kena Pajak; dan
10.Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari
luar daerah Pabean.
*) Ketentuan ini diperlukan, antara lain, karena:
a. faktur penjualan yang digunakan oleh pengusaha telah dikenal oleh
masyarakat luas, seperti kuitansi pembayaran telepon dan tiket pesawat
udara;
b. untuk adanya bukti pungutan pajak harus ada Faktur Pajak, sedangkan
pihak yang seharusnya membuat Faktur Pajak, yaitu pihak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, berada di luar
Daerah Pabean, misalnya, dalam hal pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean, Surat Setoran Pajak dapat ditetapkan sebagai Faktur
Pajak; dan
c. terdapat dokumen tertentu yang digunakan dalam hal impor atau ekspor
Barang Kena Pajak Berwujud.
Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak memenuhi persyaratan material apabila berisi keterangan
yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang
Kena Pajak, atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
Dengan demikian, walaupun Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sudah memenuhi ketentuan
formal dan sudah dibayar Pajak Pertambahan Nilainya, apabila keterangan yang
tercantum dalam Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, Faktur Pajak atau dokumen tertentu
yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak tersebut tidak
memenuhi syarat material.
Orang Pribadi atau Badan yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dilarang membuat Faktur Pajak.
A. Sanksi atas Pelanggaran Syarat Formal Faktur Pajak (Pasal 13 (5) jo Pasal
14 (1) e UU KUP)

12

E-FAKTUR

Sanksi Pasal 14 Ayat 4 KUP sebesar 2% x Dasar Penggunaan Pajak dikenakan


kepada
1. PKP yang menerbitkan FP standar yang rusak atau cacat;
2. FP standar yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 13 Ayat 5 UU PPN
1984.
Termasuk di Dalamnya
1. FP standar yang PKP-nya (PKP tertentu) terlibat atau tidak memberitahukan penggunaan kode cabang (termasuk bila ada penambahan
atau penghentian penggunaan kode cabang) sampai dengan
diterimanya pemberitahuan.
2. FP standar yang PKP-nya (selain PKP tertentu) yang mengguna-kan kode
cabang selain 000.
3. FP standar nomor urut 1 tidak di awal tahun takwim yang PKP-nya tidak
atau terlambat memberitahukan sampai dengan masa pajak Desember
2006 atau diterimanya pemberitahuan.
PKP tidak dikenai sanksi apabila menerbitkan Faktur Pajak yang tidak memuat:
1. Identitas pembeli; atau
2. Identitas pembeli, serta nama dan tanda tangan untuk FP yang diterbitkan
oleh pedagang eceran.
FP tersebut tidak dikategorikan sebagai FP cacat, namun Faktur Pajaknya
sendiri tidak dapat dikreditkan oleh pembelinya
Ketentuan yang Dicabut
1. Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.549/PJ/2000 sebagaimana telah
beberapa kali dirubah terakhir dengan PER-59/PJ/2005.
2. Keputusan Dirjen Pajak No.KEP.424/PJ/2002 tentang penerbit-an dan
pengkreditan FP yang dibuat tidak tepat waktu.
3. Surat
Edaran
Dirjen
Pajak
No.
SE.01/PJ.9/1995
tentang
penggantian/pemberitahuan kode seri faktur pajak.

Mekanisme/Gambaran Umum Pembuatan e-Faktur

1. PKP menutup kontrak/kesepakatan penyerahan, membuat Faktur Pajak ,


dan melakukan pencatatan baik secara manual/dengan sistem
2. PKP memasukan data faktur pajak secara manual atau dengan impor data
ke aplikasi e-Faktur
3. PKP melaporkan FP ke DJP via e-faktur + online
4. DJP memberikan persetujuan/approval FP
5. PKP membuat SPT PPN dalam aplikasi e-Faktur
6. PKP melaporkan SPT PPN langsung ke KPP atau via e-filling
7. KPP membuat tanda terima SPT Masa PPN
8. DJP melakukan pengelolaan data e-faktur untuk pelayanan dan
pengawasan

C. Elektronik Nomor Faktur Pajak (E-NOVA)


Dalam penggunaan e-Faktur, salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan
adalah adanya nomor faktur pajak elektronik atau sering disebut dengan
Elektronik Nomor Faktur Pajak (e-NOFA). Elektronik Nomor Faktur Pajak
merupakan kebijakan baru yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak yang
tertuang dalam
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER/24/PJ/2012
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER - 17/PJ/2014
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian

13

E-FAKTUR

Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara


Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak.
Dalam menggunakan Elektronik Nomor Faktur Pajak ini, PKP harus membuat
faktur pajak dengan menggunakan kode dan nomor seri faktur pajak sesuai
dengan PER - 17/PJ/2014 yang terdiri dari 16 (enam belas) digit dengan
rincian:
a. 2 (dua) digit kode transaksi
b. 1 (satu) digit kode status
c. 13 (tiga belas) digit nomor seri faktur pajak yang ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
Untuk mendapatkan nomor seri faktur pajak pada poin di atas PKP harus
mendapatkan Kode Aktivasi dan Password e-NOFA terlebih dahulu kepada
Direktorat Jenderal Pajak yang caranya diatur dalam PER - 17/PJ/2014. Setelah
mendapatkan Kode Aktivasi dan Password e-NOFA, selanjutnya PKP dapat
meminta nomor seri faktur pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Untuk meningkatkan keamanan e-NOFA, Direktorat Jenderal Pajak
memberikan sertifikat elektronik kepada PKP yang berfungsi sebagai otentifikasi
pengguna layanan perpajakan secara elektronik yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang berupa:
1. layanan permintaan Nomor Seri Faktur Pajak melalui laman (website) yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak; dan
2. penggunaan aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk pembuatan Faktur Pajak
berbentuk elektronik,

D. Perbedaan Efaktur Dengan Faktur Kertas Biasa


1. Dalam hal format; faktur pajak kertas tidak ditentukan formatnya
sedangkan e-faktur telah ditentukan dan disediakan format dan
aplikasinya oleh DJP.
2. Dalam hal tanda tangan; faktur pajak kertas harus mencantumkan tanda
tangan basah, sedangkan e-faktur menggunkana tanda tangan elektronik/
digital signature berbentuk QR Code.
3. Dalam hal bentuk dan jumlah faktur pajak; faktur pajak kertas berbentuk
lembaran kertas di mana jumlah lembarnya diatur, sedangkan e-faktur
tidak wajib dicetak.
4. Dalam hal PKP pembuat faktur pajak; faktur pajak kertas dibuat oleh
seluruh PKP terdaftar, sedangkan e-faktur dibuat hanya oleh PKP yang
telah ditetapkan oleh DJP.
5. Dalam hal Jenis transaksi; faktur pajak kertas digunakan pada seluruh
jenis transaksi, sedangkan e-faktur hanya digunakan pada transaksi
penyerahan BKP dan/atau JKP saja.
6. Dalam hal prosedur pelaporan/unggah dan persetujuan DJP; faktur pajak
kertas tidak memerlukan persetujuan DJP, sedangkan e-faktur diunggah
untuk mendapatkan persetujuan dari DJP terlebih dahulu.
7. Dalam hal pelaporan SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN); SPT Masa PPN
dilaporkan dengan aplikasi tersendiri, sedangkan e-faktur menggunakan
aplikasi yang sama dengan aplikasi pembuatan e-faktur.

14

E-FAKTUR

III. MANFAAT E-FAKTUR


Yang mendasari DJP membuat aplikasi ini adalah karena memperhatikan
masih terdapat penyalahgunaan faktur pajak, diantaranya wajib pajak non PKP
yang menerbitkan faktur pajak padahal tidak berhak menerbitkan faktur pajak,
faktur pajak yang terlambat diterbitkan, faktur pajak fiktif, atau faktur pajak
ganda. Juga karena beban administrasi yang begitu besar bagi pihak DJP.
Berikut beberapa keuntungan penggunaan faktur pajak secara elektronik baik
bagi PKP maupun bagi institusi pajak:
1. Tidak perlu tandatangan, hal ini sangat membantu PKP yang mengeluarkan
banyak faktur pajak dalam sebulan. Tanda tangan basah akan digantikan oleh
tanda tangan elektronik. Hal ini mempermudah PKP dalam membuat faktur
pajak.
2. Paperless- Dengan menggunakan metode secured network, faktur pajak yang
dibuat tidak memerlukan kertas. Sangat cocok untuk mendukung gerakan go
green dan meminimalisasi beban adminsitrasi (biaya kertas). Hal ini akan
mengurangi biaya cetak kertas dan biaya pembelian kertas.
3. Saving space- Semua PKP dapat menyimpan ribuan faktur pajaknya tanpa
perlu khawatir mengenai tempat penyimpanan. Semua dapat disimpan dalam
bentuk softcopy dalam media penyimpanan yang ada.
4. Secure and easy to trace- Semua faktur pajak yang tersimpan akan jauh lebih
aman dan mudah ditelusuri kapanpun.
5. Easy to control- Semua transaksi akan tersimpan dalam database institusi
pajak sehingga mudah dilakukan pengawasan guna intensifikasi perpajakan.
6. Aplikasi efaktur pajak akan terintegrasi dengan eSPT sehingga akan
mempermudah pelaporan SPT masa PPN
7. Permintaan nomor seri faktur pajak dilakukan secara online sehingga PKP
tidak perlu repot untuk datang ke KPP
8. Dari segi validitas, DJP akan dipermudah karena seluruh data keterangan
faktur pajak akan masuk ke dalam sistem DJP yang nantinya akan
mendapatkan persetujuan dari DJP. Hal ini mengecilkan risiko faktur fiktif.
9. Selain itu juga mempermudah pelayanan karena akan mempercepat proses
pemeriksaan, pelaporan, dan pemberian nomor seri faktur pajak karena
proses klarifikasi faktur pajak akan lebih mudah dan cepat.
IV. PELUANG PENERAPAN E-TAX INVOICE DI INDONESIA.
Jika dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh institusi pajak Indonesia dalam
satu tahun ke belakang, sebenarnya penggunaan e-tax invoice dapat terealisasi
dalam waktu dekat. Institusi tersebut telah menyusun sebuah roadmapyang
mana finish-nya adalah e-tax invoice.
1. Jalan pertama yang telah mereka lakukan adalah dengan menerbitkan
peraturan PER-05/PJ/2012 sebagaimana telah diubah dengan PER-20/PJ/2012
tentang Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012. Tujuan utama
dari pelaksanaan Registrasi Ulang PKP tersebut adalah mendapatkan suatu
ketertiban administrasi tentang seluruh data PKP terdaftar. Dalam program
registrasi ulang ini, seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Indonesia akan
meneliti
kembali mengenai
keberadaan
alamat pengusaha yang
15

E-FAKTUR

bersangkutan maupun kebenaran dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh


pengusaha tersebut. Untuk itu, kepada seluruh pengusaha yang telah
terdaftar sebagai PKP dihimbau untuk mempersiapkan data dan dokumen
terkait dengan keberadaan alamat dan kegiatan usahanya. Apabila dari hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa pengusaha yang bersangkutan sudah
tutup atau sudah tidak aktif/tidak berusaha lagi, maka status pengukuhannya
sebagai PKP akan dicabut. Dengan dicabutnya status pengukuhan PKP bagi
pengusaha yang bersangkutan, maka Faktur Pajak yang telah diterbitkan atas
penjualan barang dan/atau jasa oleh pengusaha tersebut, tidak dapat
dikreditkan oleh pihak yang membeli. Berdasarkan data per Desember 2011,
jumlah pengusaha yang terdaftar sebagai PKP dalam administrasi Direktorat
Jenderal Pajak adalah sekitar 870 ribu pengusaha. Namun demikian dari
jumlah tersebut hanya sekitar 450 ribu pengusaha saja yang berstatus aktif
dan secara rutin setiap bulan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) PPNnya. Sedangkan 420 ribu sisanya kemungkinan sudah tutup atau sudah tidak
aktif lagi.
2. Jalan kedua dan ketiga yang sekarang masih sedang berlangsung adalah
penggunaan e-nomor faktur pajak (e-nofa) dan kewajiban penyampaian SPT
Masa PPN menggunakan e-SPT. Berbeda dengan ketentuan lama bahwa PKP
diberi kewenangan penuh membuat nomor faktur pajak sesuai urutan,
dengan adanya peraturan e-nofa seluruh maka PKP tidak lagi diberi
kewenangan tersebut. KPP terdaftar secara terpusat akan memberi jatah
nomor faktur pada setiap PKP yang melakukan permohonan. Sementara
melalui e-SPT, mulai Juni 2013 seluruh PKP wajib melaporkan kewajiban
pajaknya melalui e-SPT bukan SPT kertas lagi. Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak melakukan pembenahan administrasi terhadap wajib pajak. Salah satu
pembenahan yang dilakukan adalah penomoran faktur pajak atau elektronik
nomor faktur (E-Nofa). E-Nofa yang merupakan salah satu aplikasi andalan
Ditjen Pajak ini diterapkan mulai 1 Juni 2013 lalu. Seluruh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) diharapkan bisa menggunakan E-Nofa. Pembuatan E-nofa ini
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi wajib pajak
dalam melakukan pencatatan transaksi pajak. Sementara bagi Ditjen Pajak, ENofa ini berfungsi sebagai pengawasan nomor faktur pajak dan mencegah
penomoran faktur pajak fiktif yang marak beredar di masyarakat. Salah satu
proses yang dilakukan Ditjen Pajak untuk implementasi E-nofa dilakukan
melalui Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan (TIP). Di Direktorat TIP ini,
pengguna layanan atau wajib pajak akan mengisi formulir yang kemudian
akan ditandatangani oleh pimpinan unit kerja pengguna layanan. Proses
penggunaan aplikasi E-Nofa ini diharapkan akan membuat aplikasi ini menjadi
aplikasi moderen yang dikeluarkan Ditjen Pajak, demi mewujudkan layanan
terbaik kepada para wajib pajak dan menjamin keamanan dalam proses
administrasi pajak.
Secara garis besar, kita dapat melihat rencana penerapan e-Faktur pajak PPN
di Indonesia berdasarkan roadmap sebagai berikut:

16

E-FAKTUR

Sumber: Materi sosialisasi Per-24/2012 tentang faktur pajak-DJP)


Untuk
penomoran
Faktur
Pajak,
sejak
Maret
2013
DJP
telah
mengimplementasikan aplikasi e-Nova melalui jaringan intranet di DJP.
Selanjutnya pengembangan ini akan diarahkan ke media online malalui internet,
sehingga wajib pajak dapat mendapatkan faktur pajak tanpa harus datang ke
KPP dimana Wajib Pajak terdaftar.
Sedangkan pengembangan aplikasi atas e-faktur dibagi kedalam 3 fase, yaitu
fase development Client Aplication yang dimulai Juli 2013, lalu dilanjutkan
dengan web aplication pada Juli 2014 dan diharapkan implementasi ERP/ASP
akan dimujlai pada 2015 sehingga bisa siap menangani lalu lintas data e-faktur
dari seluruh Wajib Pajak di Indonesia.
Sesuai dengan KEP-136/PJ/2014, sebagai pilot project pengembangan e-faktur
ini, maka sejak 1 Juli 2014 telah ditunjuk 45 Wajib Pajak untuk mulai
melaksanakan penggunaan e-faktur ini, dan ke depannya secara bertahap pada
1 Juli 2015 maka seluruh PKP di Jawa-Bali dan PKP terdaftar pada KPP LTO, KPP
Khusus dan KPP Madya sudah wajib menggunakan e-faktur, dan akhirnya pada 1
Juli 2016 serluruh PKP sudah wajib menggunakan e-faktur dalam penggunaan
dan pelaporan SPT PPN nya.

V. PRAKTIK E-FAKTUR DI NEGARA LAIN


A. Elektronik Faktur Pajak di Inggris
Elektronik faktur pajak di Inggris diatur dengan Pemberitahuan 700/63 April
2014. Ini membatalkan dan menggantikan Pemberitahuan 700/63 Juni 2007.
Diperbarui untuk mencerminkan perubahan dalam peraturan faktur 2013. Hal ini
17

E-FAKTUR

juga berisi konten revisi untuk mencerminkan kemajuan teknologi sejak versi
sebelumnya.
Pemberitahuan lain yang terkait:
700 The VAT Guide
700/21 Keeping VAT records
700/62 Self-billing
725 The single market
Apa itu faktur elektronik?
Faktur elektronik adalah transmisi dan/atau menyimpan faktur, dalam format
elektronik tanpa pengiriman dokumen kertas. Format elektronik dapat
terstruktur dalam Format seperti XML atau format yang tidak terstruktur seperti
PDF.
Apa manfaat dari faktur elektronik?
Faktur elektronik menawarkan banyak keuntungan dibandingkan faktur kertas
tradisional. Transmisi dokumen elektronik secara cepat dalam lingkungan yang
aman bermanfaat untuk:
Data terstruktur untuk audit
meningkatkan ketertelusuran pesanan
penurunan ketergantungan pada kertas mengurangi penyimpanan dan
penanganan biaya
Akses cepat / pengambilan
peningkatan arus kas
keamanan / penanganan sengketa mudah
Daftar ini tidak lengkap tetapi tidak menunjukkan beberapa manfaat
utama.
Hukum PPN di Inggris tidak memaksa untuk menggunakan faktur elektronik.
Terserah wajib pajak apakah akan mengeluarkan faktur kertas atau faktur PPN
elektronik.
Dapatkah menggunakan kedua kertas dan PPN elektronik faktur pada
saat yang sama?
Jika Wajib pajak adalah ingni menggunakan kedua faktur baik elektronik dan
kertas untuk persediaan yang sama, atau dengan mitra dagang yang sama,
Wajib pajak akan menjalankan apa yang dikenal sebagai sistem ganda. Wajib
pajak hanya dapat melakukan ini jika Wajib pajak menjalankan uji coba terkontrol
sistem faktur elektronik. Setelah sidang selesai Wajib pajak harus berhenti
menjalankan sistem ganda. Faktur elektronik kemudian menjadi dokumen hukum
untuk tujuan PPN.
Jika Wajib pajak memiliki kebutuhan bisnis yang spesifik untuk menjalankan
sistem gwajib pajak, Wajib pajak harus menghubungi Helpline PPN yang akan
melihat rincian yang Wajib pajak berikan dan memutuskan apakah pengecualian
dapat dibuat dalam kasus Wajib pajak.
Apakah harus melapor apabila berniat untuk menerbitkan faktur
elektronik?
Tidak Asalkan Wajib pajak yakin bahwa sistem wajib pajak untuk penerbitan,
penerimaan dan / atau menyimpan faktur elektronik sesuai dengan persyaratan
kami.

18

E-FAKTUR

Jika Wajib pajak memiliki pertanyaan tentang metode faktur elektronik Wajib
pajak memilih maka Wajib pajak harus menghubungi Helpline PPN. Rincian dapat
ditemukan di www.hmrc.gov.uk.
Informasi apa harus ada pada faktur elektronik
Faktur elektronik harus berisi informasi yang sama seperti faktur kertas.
Informasi umum pada faktur PPN dapat ditemukan dalam bagian 16 dari
Pemberitahuan - Panduan PPN 700. Ayat 3.2 di bawah ini mencantumkan
persyaratan faktur minimum.
Informasi
Keterangan
Nomor identifikasi
Sejumlah nomor berurutan berdasarkan
pada satu atau lebih seri yang unik
mengidentifikasi dokumen.
Tanggal pasokan ini
adalah 'titik pajak' dan didasarkan pada
tanggal barang yang diberikan, layanan
selesai, atau pembayaran diterima jika
pembayaran terjadi sebelum pasokan
fisik dibuat atau faktur dikeluarkan.
Tanggal isu dokumen Tagihan
Tanggal pengiriman atau tanggal faktur
dibuat tersedia untuk penerima.
Nama, alamat dan nomor registrasi dari Untuk
impor
persediaan
nomor
pemasok
pendaftaran harus didahului dengan
huruf 'GB'.
Nama dan alamat dari orang kepada untuk
impor
persediaan,
nomor
siapa barang atau jasa yang disediakan
registrasi PPN pelanggwajib pajakn
negara pengenal harus ditunjukkan
Penjelasan
yang
cukup
untuk Untuk penyediaan barang diijinkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa yang menggunakan
kode
untuk
diberikan; dan untuk setiap deskripsi mengidentifikasi produk; kode tersebut
sebagai berikut:
dapat mudah di cek
misalnya lewat
katalog.
Jumlah barang atau layanan
Tarif PPN
Jumlah yang harus dibayarkan, tidak
termasuk PPN, dinyatakan dalam mata
uang apapun
Diskon
Jumlah total PPN dinyatakan dalam Ringkasan PPN terutang pada faktur
sterling Ringkasan PPN terutang pada dengan tingkat PPN atau pembebasan
faktur
dengan
tingkat
PPN
atau
pembebasan.
Kapan bisa menggunakan faktur elektronik?
Wajib pajak dapat menggunakan faktur elektronik apabila keaslian asal,
integritas data faktur, dan keterbacaan konten faktur dapat dipastikan, dan
penerima faktur setuju untuk menerima faktur elektronik.
'Keaslian asal' berarti jaminan identitas pemasok atau penerbit faktur
'Integritas konten' berarti bahwa kandungan isi faktur tidak diubah
'Keterbacaan' dari faktur berarti bahwa faktur dapat dengan mudah dibaca
19

E-FAKTUR

Bisnis bebas untuk memilih metode apapun yang menjamin keaslian,


integritas, dan keterbacaan yang sesuai dengan metode operasi mereka. Contoh
pendekatan untuk memastikan keaslian dan integritas meliputi:
Tanda tangan elektronik canggih atau 'memenuhi syarat'
electronic data interchange (EDI)
kontrol bisnis yang menciptakan jejak audit handal antara faktur dan
penyediaan barang atau jasa.
Apakah yang dimaksud tanda tangan elektronik ?
Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan digital yaitu:
unik terkait dengan penandatangan
mampu mengidentifikasi penandatangan
dibuat menggunakan cara yang penandatangan dapat mempertahankan
dibawah kendali tunggal, dan
terkait dengan data yang berkaitan sedemikian rupa bahwa setiap
perubahan setelah data dapat terdeteksi
tandatangan pajak elektronik yang memenuhi syarat adalah tanda tangan
elektronik yang canggih dengan atribut tambahan yang berbasis pada sertifikat
berkualitas dan dibuat dengan cara perangkat pembuatan tanda tangan pajak
aman
Format apa yang bisa saya gunakan untuk faktur elektronik?
Beberapa format yang relevan antara lain:
Standar EDI tradisional seperti UN / EDIFACT, Odette dan TRADACOMS
Standar berbasis XML
koma-delimited ASCII, PDF

B. Perkembangan Terakhir dari E-Faktur Pajak di Korea Selatan

1. e-Tax Invoice Early Warning System & Early Verification System


Dalam rangka meningkatkan transparansi dalam transaksi, e-Tax Invoice
Early Warning System diadopsi pada Oktober 2010. Sistem ini selalu memantau
transaksi penyampaian SPT PPN sebelumnya (yaitu, "Pre-filing Early Warning
System) dan setelah (yaitu, "Post-filing Early Verification System).
Pre-filing Early Warning System memantau faktur segera setelah setiap EFaktur Pajak dikeluarkan/ditransmisikan dan mendeteksi penipuan faktur secara
real-time.
Post-filing Early Verification System melacak orang-orang yang melakukan
pemalsuan PPN masukan kredit dengan menganalisis berbagai data (misalnya,
pembelian dan catatan penjualan) segera setelah SPT PPN dilaporkan. Pada
Oktober 2012, NTS telah diaudit 374 perusahaan, dan mendetekdi transaksi
penipuan senilai 50,3 Milyar, dan mengumpulkan 373,6 juta dalam bentuk
pajak yang belum dibayar, dan mengenakan denda kepada 288 wajib pajak
untuk kesalahan penggunaan.

20

E-FAKTUR

2. Issuance of e-Tax Invoice via Mobile Phones


e-Faktur Pajak sebelumnya dikeluarkan melalui PC dengan akses internet atau
layanan telepon AVRS. Namun, pemilik usaha mulai mengeluarkan E-Faktur
Pajak dengan ponsel mulai Januari 2013 Januari. Hal ini akan memungkinkan
kepemilikan tunggal untuk mengeluarkan E-Faktur Pajak dengan mudah.
Perseorangan harus login ke sistem eSero menggunakan Sertifikat
Terakreditasi atau Kartu Keamanan untuk mengeluarkan E-Faktur Pajak.
Download "NTS Mobile Integrated Application" dan pilih "Issuance Service"
pada eSero Mobile Homepage

3. Key Outcomes
Sistem E-Faktur Pajak memungkinkan lebih cepat dan lebih nyaman dalam
pembukuan, persiapan, penyimpanan, dan pengajuan E-Faktur Pajak, sehingga
mengurangi biaya kepatuhan secara signifikan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Korea Institute of Public Finance pada tahun 2011, sistem mampu
mengurangi sekitar 900 miliar biaya kepatuhan.
21

E-FAKTUR

Pada bulan April 2012, telah dilakukan survei di situs E-Faktur Pajak. Dari
63.000 orang yang disurvei, 74% dari responden berpikir Sistem E-Faktur Pajak
nyaman, dan 75% mengatakan perlu untuk membuat E-Faktur Pajak wajib untuk
semua usaha perseorangan.
Sebagai perbandingan, di Korea Selatan faktur pajak elektronik telah
diimplementasikan sejak tanggal 1 Januari 2001 dan pada tahun 2011 seluruh
wajib pajak badan di Korea Selatan diwajibkan menggunakan faktur pajak
elektronik. Menurut penelitian, penerapan faktur pajak elektronik di Korea
Selatan mampu mengurangi sekitar 900 miliar biaya kepatuhan. Berdasarkan
survey, 74% dari responden berpikir Sistem E-Faktur Pajak nyaman, dan 75%
mengatakan perlu untuk membuat E-Faktur Pajak wajib untuk semua usaha
perseorangan.

22

E-FAKTUR

Вам также может понравиться