Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada
tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama.
Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu
pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal
pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan
adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan
komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara
berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan
dini dan pengobatan yang tepat.
Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa
depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi.
Oleh sebab itu, asfiksia memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk
meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127 institusi pada 16
negarabaik negara maju ataupun berkembangmenunjukkan bahwa sarana
resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil
dalam resusitasi bayi. Sebuah penelitian di 8 negara.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan asfiksia
neonaturum
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien asfiksia
neonaturum
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien asfiksia neonaturum.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien asfiksia neonaturum.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan pada klien asfiksia neonaturum.
P a g e 1 | 17
BAB II
LANDASAN TEORI
P a g e 2 | 17
P a g e 3 | 17
P a g e 4 | 17
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan
tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir dan lain-lain.
d. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian
obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada
persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada
bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.
3. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat
CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk
kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli
akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol
paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat
P a g e 5 | 17
yang
mulai
mengembang
DA
akan
tetap
tertutup
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
P a g e 7 | 17
P a g e 9 | 17
3. Rencana keperawatan
No
Dianogsa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
P a g e 10 | 17
1.
Pola
napas
Jalan
Napas
lasi.
Batasan
karakteristik :
Status
Bernapas
Ventilasi (0403) :
menggunakan
napas tambahan.
-
Dispnea
Napas pendek
Frekwensi
Respirasi
otot Pernapasan
bayi
: memaksimalkan
untuk
ventilasi
dan
mengurangi dispnea
pasien
303. Auskultasi
60X/menit.
suara
napas,
catat
Pengembangan
dada
4. Identifikasi
simetris.
bayi
perlunya
napas
buatan
bernapas
Inspirasi
6. Monitor
dalam
ditemukan
Saat
dan
ststus
bernapas
memakai
respirasi
otot
tambahan
tidak
1. Monitor
kecepatan,
irama,
Bernapas mudah tidak ada dada, retraksi dada dan alat bantu
suara napas tambahan
pernapasan
3. Monitor adanya cuping hidung
4. Monitor
pada
pernapasan:
bradipnea,
takipnea,
dan
ketidakadanya
2.
Hipotermi
b.d
keperawatan selamaX 24
1. Bersihkan box / incubator setelah
jam bayi diharapkan terhin- dipakai bayi lain
3. Batasi pengunjung
RR : 30-60X/menit
4. Instruksikan
pada
pengunjung
Suhu 36-370 C
sesudah berkunjung
dalam
5. Gunakan
sabun
antimikrobia
tindakan
keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju
sebagai pelindung
P a g e 12 | 17
dan
dressing
sesuai
ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Beri antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi (6550)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining
pengunjung terhadap
penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik pada
bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan teknik
isolasi
6. Beri perawatan kulit pada area
eritema
7. Inspeksi
mukosa
kulit
dan
terhadap
membran
kemerahan,
Pola
tidak
makan
efektif
kegagalan
neurologik
efektif
Batasan
OGT
Cek peristaltic usus
P a g e 13 | 17
karakteristik :
Tidak mampu dalam
menghisap, menelan
Monitor
dan bernafas
distensi abdomen
memulai
pemberian enteral
atau
terhadap
muntah
menunjang
penghisapan efektif
4.
Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan.
Implementasi adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana rencana
keperwatan dilaksanakan, melaksanakan / aktivitas yang lebih ditentukan.
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetetapkan ntk melihat keberhasilannya.
(suprajitno,2004).
Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir pada proses keperawatan. Evaluasi
adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria yang dibuat pada tahap
intervensi (Dongoes, Marillyn, 2001). Bayi akan kembali ke dalam sistem atau proses
keperawatan jika masalah keperawatan belum selesai atau akan keluar dari proses
keperawatan jika masalah keperawatan bayi telah berakhir.
Tahapan evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu kriteria
hasil, keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan perbaikan rencana asuhan
keperawatan. Kerangka pembuatan kriteria hasil dibuat dalam bentuk SOAP
(Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning).
Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :
a. S (subyektif), yaitu keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan klien,
keluarga klien dan orang terdekat klien).
P a g e 14 | 17
b. O (obyektif), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dan diukur
oleh perawat.
c. A (analisis), yaitu suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat tentang
kondisi klien.
d. P (planning), yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien
selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif
karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat
janin di uterus hipoksia.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan
lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode
appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan
usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan
berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang
P a g e 15 | 17
perubahan
klinis
juga
terjadi
gangguan
metabolisme
dan
keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang
berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung
berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan
gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yamh tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di
otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala
B.
C.V.
(1998). Memahami
Proses
Keperawatan
dan
Diagnosa
Keperawatan.EGC. Jakarta
Arif. M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. FKUI. Jakarta
Brunner and Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
EGC. Jakarta
Carpenito. J.L. (2001). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengoes. M.E. (2001). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. EGC. Jakarta
Dorland. (2002). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. EGC. Jakarta
P a g e 16 | 17
Hidayat.
A.A.A.
(2005). Pengantar
Ilmu
Keperawatan
Anak
I. Salemba
Media. Jakarta
Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta
Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk
perawat dan bidan). Salemba Medika: Jakarta
Pearce. E.C. (1979). Iktisar Penyakit Anak. Binarupa Aksara. Jakarta
Rusepno. H. dkk. (1985). Ilmu kesehatan anak. FKUI. Jakarta
Setiadi. S.F.A. (2001). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta
Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suprajitno. (2004). Askep Keluarga. EGC. Jakarta
Syaifudin. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. EGC. Jakarta
Wiknjosastro. H. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
P a g e 17 | 17