Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi menimbulkan ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan
baik (Prawirohardjo, 1997). Kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus sekitar
60% bayi aterm dan pada 80 % bayi prematur selama minggu pertama kehidupan.
Ikterus tersebut timbul akibat penimbunan pigmen bilirubin tak terkonjugasi dalam
kulit. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut bersifat neurotoksik bagi bayi pada tingkat
tertentu dan pada berbagai keadaan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan
suatu gejala fisiologis atau patologis. Ikterus fisiologis terdapat pada 25-50%
neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan sebesar 80%.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan
kesehatan yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien.
Misalnya, memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang
dapat membuat penyakit hiperbilirubin yang pasien derita bertambah parah. Oleh
karena itu, kami akan membahas dengan jelas mengenai hiperbilirubin dan asuhan
keperawatan hiperbilirubin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi,fisiologi sistem pencernaan?
2. Apakah definisi dari hiperbilirubin ?
3. Bagaimanakah etiology dari hiperbilirubin ?
4. Bagaimanakah manifestasi klinik hiperbilirubin ?
5. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik hiperbilirubin ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan medis hiperbilirubin ?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada hiperbilirubin ?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan anatomi,fisiologi sistem pencernaan.
2. Mampu menjelaskan definisi dari hiperbilirubin.
3. Mampu menjelaskan etiology dari hiperbilirubin.
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Page 1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Hiperbilirubin
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
Page 2
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu. Untuk anatomi dan fisiologi dari penyakit
hiperbilirubin ada 3 organ yang berpengaruh, yaitu pankreas dan hati dan kandung
empedu.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu : Asini
yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan; Pulau pankreas yang menghasilkan
hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum
dengan cara menetralkan asam lambung.
Page 3
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar didalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah
medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding
usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati
melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan
zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati adalah organ yang
terbesar di dalam badan manusia.
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah
pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak; Berperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol.
Page 4
glucoronosyl
transferase
(UDPG-T).
Bilirubin
ini
kemudian
Page 5
Page 6
tersebut. bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus selanjutnya masuk kembali ke
hati (inilah siklus enterohepatik).
2.2 Definisi Hiperbilirubin
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik (Prawirohardjo, 1997).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan
alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
Hiperlirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah (Wong,
hal 432 ). Peningkatan kadar serum bilirubin disebabkan oleh deposisi pigmen
bilirubin yang terjadi waktu pemecahan sel darah merah.
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin tidak dikendalikan(Mansjoer,2008).
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 50% neonatus
cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA II, 2002).
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis. (Markum, 1991:314).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatukeadaan
dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice
pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus
ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi
Smith, G, 1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
Page 7
(Kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95% menurut Normogram Bhutani)
2.3 Etiology Hiperbilirubin
1. Faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran nya terdapat pada hemolisis
yang meningkat seperti pada ketidakcocokan golongan darah (Rh, ABO antagonis,
dan sebagai nya).
2. Gangguan dalam uptake dan konjugasi hepar di sebabkan imaturitas hepar, kurangnya
substrat untuk konjugasi (mengubah) bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat
asidosis,hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapat enzim glukuronil transferase (G-6PD).
3. Gangguan tranportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian di angkut
oleh hepar. Ikatan ini dapat di pengaruhi oleh obat seperti salisilat dan lain-lain.
Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat pada otak (terjadi krenikterus).
4. Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar atau di luar hepar. Akibat
kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Page 8
Page 9
Page 10
Hemoglobin
Heme
Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin
Zat besi (Fe) + Co
Bilirubin
Terikat ke albumin
Bilirubin terkonjugasi
Page 11
Perut
membuncit dan pembesaran pada hati. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata
berputar-putar. Lemas, kejang, tidak mau menghisap. Dapat tuli, gangguan bicara dan
retardasi mental. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot. Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang
fisiologis dan patologis.
Page 12
1.
Ikterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta
tidak mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena
ikterus. Adapun tanda-tanda sebagai berikut :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
2. Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tandatandanya sebagai berikut :
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5%
pada neonatus kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR, 2009. hlm. 29)
Menurut Kimberly Bilotta (2009) Ikterus muncul ketika kapasitas hati untuk
mengkonversi dan mengekskresikan bilirubin sebagai asam empedu terlampaui. Hal
ini dapat terjadi akibat produksi bilirubin berlebihan dan reduksi kapasitas eliminasi
hati. Bilirubin merupakan produk hasil pecahan heme (dari hemoglobin dan
hemoprotein lainnya). Bilirubin berikatan dengan albumin di plasma, namun saat
memasuki membran hepatosit, bilirubin berdisosiasi dan memasuki hepatosit.
Selanjutnya, bilirubin berkonjugasi, terutama dengan asam glukuronat, dan
diekskresikan sebagai asam empedu.
Ikterus dapat dibagi berdasarkan tiga mekanisne utama (tabel 20.1) menurut
Kimberly Bilotta (2009) :
Prahepatik : peningkatan degradasi heme (karena hemolisis) mengarah pada
konsentrasi heme yang tidak dapat dibersihkan oleh mekanisme konjugasi normal,
yang mengakibatkan dominasi hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi.
Hepatik : kerusakan dan atau inflamasi hati mempengaruhi kemampuan konjugasi
dan ekskresi hati, sehingga muatan bilirubin normal tidak dapat diekskresikan,
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Page 13
Temuan laboratorium
ikterus
Manifestasi
Penyebab umun
klinik
Prahepatik
Darah:
(hemolisis)
hiperbilirubinemia tidak
terkojugasi.
Urin: tidak ditemukan
bilirubin,
Ikterik
Hemolisis
Urin normal
Feses normal
pemingkatan
sindrom
hemolitik
uremikum).
Penyakit
urobilinogen.
dengan
peningkatan
(misalmya
hemolisis
anemia
sel
Darah:
Ikterik
hiperbilirubinemia tidak
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Sering:
hepatitis
akut,
penyakit
hati
yang
Page 14
terkonjugasi
Feses normal
ditemukan
berhubungan
dengan
alkohol, hepatotoksisitas
oleh obat.
Jarang:
sirosis
biller
urobilinogen
bervariasi.
metabolisme
bilirubin
terdapat
pada
5%
populasi,
yang
dapat
karsinoma
metastasis.
Pasca-
Darah:
Ikterik
hepatik
hiperbilirubinemia
(obstruktif / terkonjugasi.
kolestatik)
Urin:
bilirubin
peningkatan
tidak
terdapat
Penyakit
biller
ekstrahepatik
sering
(paling
akibat
empedu
di
ductus
choledochus,
dan
karsinoma
pancreatis:
batu
caput
yang
lebih
choledochus,
pankreas,
Page 15
ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar(Etika
et al, 2006).
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah
dan sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer(1969). Caranya dengan jari
telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan
tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya(Mansjoer et al, 2007). Waktu
timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan
penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan
penyebab ikterus tersebut(Etika et al, 2006).
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan bilirubin. Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus
dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak
sakit atau bayi-bayi yang tergolong resiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab
ikterus antara lain adalah golongan darah dan Coombs test, darah lengkap dan
hapusan darah, hitung retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk. Pemeriksaan
serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya
kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga harus diukur untuk menentukan pilihan
terapi sinar atau transfusi tukar(Etika et al, 2006).
b. Pemeriksaan radiology. Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru
atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau
hepatoma.
c. Ultrasonografi. Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan
ekstra hepatic.
d. Biopsy hati. Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar
seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu
juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
e. Peritoneoskopi. Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto
dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit
ini.
Page 16
2.10
Penatalaksanaan Medis
1. Fototherapi.
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light
spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan
ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu
dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan
peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan
Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan
pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan
kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.
2. Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya
lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus
yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai
lagi.
3. Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin(misalnya
menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk
memperbaiki transportasi bilirubin). Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa
hipoalbuminemia. Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi
bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin plasma
meningkat, tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan
albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi 1g/kgBB.
Page 17
2.10
1. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Hiperbilirubin umumnya banyak menyerang pada bayi baru lahir.
b. Keadaan umum
Klien merasa lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor).
Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh),
sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna
urine dan feses.
a) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit hiperbiliruin
klien biasanya
lemah, lelah, kulit tampak kuning dan mata erwarna kuning (ikterik).
b). Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan hiperbilirubin umumnya
menyerang pada ayi aru lahir, sehingga perlu dikaji adanya tanda-tanda hiperbilirubin
yaitu kulit tampak kuning, mata ikterik dan terlihat lemah.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Page 18
Page 19
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurutNANDA 2012 adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan.
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia (jaundice).
3. Ansietas berhubungan dengan stres.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan.
6. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilakukan menurut NANDA 2012 adalah :
a. Untuk Diagnosis 1 :
1) Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
2) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Page 20
Page 21
BAB III
APLIKASI TEORI
Seorang ibu masuk rumah sakit dengan membawa Bayi Baru Lahir berjenis
kelamin laki-laki, ibu mengatakan bayinya baru lahir 2 hari yang lalu, dengan BB
2000 gram, kulit anaknya kuning, mata kuning, pucat, anak rewel dan tidak mau
menyusu, BAB anaknya mencret . Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak
kuning, skelera ikterik, perut buncit, BB 1Kg, anak letargi, reflek menyusu lemah,
iritabilitas, pemeriksaan labor diperoleh kadar bilirubin 13 gram/dl
a.
Pengkajian
Page 22
Page 23
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah.
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah
Pemeriksaan Labor
Hemoglobin : 17 gram / dl (tinggi)
Bilirubin : 13 gram (tinggi)
2. Analisis Data
No
1
Ds
ibu
Data
Problem
Do
refleks menyusu Kurangnya volume
mengatakan
kurang,
bayinya tidak
mekonium
Etiologi
tidak adekuatnya
cairan
intake cairan
dempul, anak
rewel,
rewel, turgor
kulit jelek.
Ibu
Kulit bayi
Gangguan integritas
Hiperbilirubinemia
mengatakan
tampak ikterik,
kulit
(jaundice)
kulit anaknya
kadar bilirubin
kuning dan
13 gram / dl,
kering serta
skelera
keriput
ikterik,nturgor
kulit jelek, bayi
letargi, reflek
Ibu
menyusu lemah.
BB bayi rendah,
5. Ketidakseimbangan
mengatakan
terlihat tidak
nutrisi
bayinya tidak
mau menyusu
kebutuhan tubuh
kurang
kehilangan nafsu
dari makan.
Page 24
3. Intervensi
No.
NOC (Tujuan)
Dx
1
Setelah dilakukan
Pemantauan
tidakan keperawatan
semacam ini
memungkinkan
cairan tubuh
evaluasi
neonatus adekuat
keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
a. Bayi mampu
intervensi lebih
lanjut
botol
NIC (Tindakan)
Rasional
Perubahan berat
badan dapat
mengindikasikan
perubahan dalam
keseimbangan cairan
akurat
bayi
Tanda dehidrasi
mengindikasikan
perlunya intervensi
segera untuk
mata cekung)
mengatasi
kekurangan cairan
pada anak
Asi merupakan
Page 25
bayi dehidrasi
dengan segera.
2
Setelah dilakukan
Perubahan warna
tindakan
kulit dapat
keperawatan selama
menunjukkan adanya
peningkatan kadar
dipertahankan
Kriteria Hasil :
bayi berkurang
b. Skelera tidak
ikterik
waktu
kering mencegah
kerusakan kulit
akibat kelembapan
dan debris
d. Kadar bilirubin
dalam batas normal
Kadar bilirubin
(< 10 gram/dl)
indirek
indirek
memperlihatkan
adanya peningkatan
bilirubin di bawah
permukaan kulit
sehingga kulit akan
tampak lebih kuning
Pengaturan posisi
secara teratur dapat
meningkatkan
sirkulasi udara pada
daerrah yang tertekan
lama, sehingga dapat
mengurangi
terjadinya keruskan
pada kulit
Setelah dilakukan
Dengan mengetahui
tindakan
khusunya bilirubin
keperawatan selama
dilakukan intervensi
Page 26
mengobati pasien
Pada bayi baru lahir
berhubungan dengan
dengan hiperbilirubin
umumnya memiliki
normal
b. Tingkat energi
yang adekuat
Diskusikan dengan ahli gizi
penting untuk
dalam menentukan
menambah asupan
yang mengalami
guna membantu
ketidakadekuatan asupan
memperkuat daya
protein.
Ajarkan orang tua mengenai
tempat anak
masing-masing tahap
menumbuhkan
perkembangan bayi.
kepercayaan,
sehingga mampu
untuk memberikan
asupan nutrisi yang
seimbang dengan
kebutuhan tubuh.
4. Implementasi
No
Dx
1
21 November
2014
Pukul 08.00
WIB
Evaluasi
Nama&
Tindakan/Respo
Paraf
n klien
Cairan seimbang
Page 27
program
1. menimbang bayi pada waktu
BB 2Kg
Turgor kulit
normal
Bayi menyusui
dengan baik
21 November
2014
Warna kulit
terlihat sedikit
memerah
Pukul 08.30
WIB
1. Mempertahankan kulit agar
tetap bersih dan kering setiap
Kulit Lembab
dan debris
waktu
2. Memantau bilirubin direk dan
indirek
Kadar bilirubin
<10 gram/dl
Sirkulasi udara
baik
21 November
Nilai bilirubin
2014
khusunya bilirubin
Pantau perilaku pasien yang
<10gram/dl
BB 2Kg
Pukul 09.00
berhubungan dengan
WIB
Memperoleh
pengetahuan
Page 28
tentang protein
mengalami ketidakadekuatan
bayi
Orang tua
mengerti tentang
masing-masing tahap
nutrisi bayi
perkembangan bayi.
5. Evaluasi
No.
Dx
1
Tanggal/Jam
23 November 2014
Catatan Perkembangan
Nama
& paraf
23 November 2014
diberikan HE
S: Ibu mengatakan kulit bayi bersih dan
lembab
O: Kadar bilirubin <10 gram/dl
A:Masalah Teratasi
P:Pasien diperbolehkan pulang dan
23 November 2014
diberikan HE
S: Ibu mengatakan bayi sudah mau
menyusu dan BB 2Kg
O: Kadar bilirubin <10 gram/dl
A:Masalah Teratasi
P:Pasien diperbolehkan pulang dan
diberikan HE
Page 29
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi Baru lahir masuk rumah sakit dengan keluhan kulit berwarna kuning,
pucat, dan tidak mau menyusu pada ibunya. Setelah pemeriksaan fisik ditemukan
anak dengan sklera ikterik dan BB 2000 gram dengan kadar bilirubin 13 gram/dl.
Kadar bilirubin yang tinggi menyebabkan kulit klien berwarna kuning dan tampak
pucat. Dimana kulit klien yang berwarna kuning bisa disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran nya
terdapat pada hemolisis yang meningkat seperti pada ketidakcocokan golongan darah
(Rh, ABO antagonis, dan sebagai nya), kemudian adanya gangguan dalam uptake dan
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Page 30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar
bilirubin tidak dikendalikan. Faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran
nya terdapat pada hemolisis yang meningkat seperti pada ketidakcocokan golongan
darah (Rh, ABO antagonis, dan sebagai nya). Gangguan dalam uptake dan konjugasi
hepar di sebabkan imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi (mengubah)
bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis,hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapat enzim glukuronil transferase (G-6-PD). Gangguan tranportasi bilirubin
Tugas Sistem Pencernaan Hiperbilirubin
Page 31
dalam darah terikat oleh albumin kemudian di angkut oleh hepar. Ikatan ini dapat di
pengaruhi oleh obat seperti salisilat dan lain-lain. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat pada
otak (terjadi krenikterus). Gangguan dalam ekskresi akibat sumbatan dalam hepar
atau di luar hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh
penyebab lain.
5.2 Saran
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
benar sehingga klien dengan penyakit hiperbilirubin yang biasa terjadi pada bayi baru
lahir bisa segera ditangani dan diberikan perawatan yang tepat. Perawat juga
diharuskan bekerja secara profesional sehingga meningkatkan pelayanan untuk
membantu kilen dengan penyakit hiperbilirubin
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : InternaPublishing
Taylor, Cynthia M. 2003. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan edisi 10.
Jakarta: EGC.
Bilotta, Kimberly. 2009. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Page 32
Page 33