Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Air merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan
manusia. Tanpa air manusia tidak

dapat

menjalani

aktivitas

dan

kehidupannya secara normal. Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan jumlah


penduduk dewasa ini semakin menambah kebutuhan air bersih.
Meningkatnya kebutuhan air bersih cenderung menghasilkan air limbah
yang meningkat pula. Peningkatan jumlah atau volume air limbah baik
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap lingkungan
terutama terhadap tanah dan badan penerima air.
Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang mengalami
pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan
kabupaten lainnya di DIY. Satu diantaranya adalah kecamatan Mlati.
Kecamatan ini relatif padat dengan jumlah penduduk 2.469 jiwa per km2
dan terbagi menjadi lima desa yaitu Tirtoadi, Sumberadi, Tlogoadi,
Sendangadi, dan Sinduadi. Secara administrasi, di sebelah utara berbatasan
dengan kecamatan Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan kota
Yogyakarta dan kecamatan gamping, sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan seyegan dan Godean, dan sebelah timur berbatasan dengan
kecamatan Ngaglik dan Depok.
Aktivitas rumah tangga di kecamatan Mlati menghasilkan air
buangan yang berasal dari kamar mandi, pencucian, dapur dan WC. Air

buangan ini termasuk air buangan domestik yang bersifat organik.


Namun, sampai saat ini kecamatan Mlati belum memiliki saluran air
buangan yang layak. Akibatnya air buangan yang ada langsung dibuang
keselokan atau saluran terbuka sehingga menimbulkan genangan dan bau
tak sedap. Sebagai contoh sistem drainase di Desa Sinduadi. Dilokasi
tersebut selokan Mataram berfungsi sebagai penampung air permukaan,
saluran irigasi dan juga sebagai saluran air limbah. Walaupun potensi
banjir rendah karena daya resap air yang cukup tinggi dan adanya
beberapa sungai namun jaringan drainase yang tidak menerus dan kurang
terawat potensial menimbulkan genangan air tatkala volume air hujan
cukup besar. Jika kondisi ini dibiarkan begitu saja akan berdampak buruk
pada warga sekitar karena :
1.

Membahayakan kesehatan manusia karena merupakan pembawa


penyakit (Water Born Diseases).

2.

Menimbulkan kerugian ekonomi karena akan merusak benda atau


bangunan sekitar.

3.

Dapat merusak dan membunuh kehidupan yang ada dalam air seperti
ikan dan hewan peliharaan lainnya.

4.

Dapat

merusak

keindahan

(estetika)

karena

bau

busuk

dan

pemandangan tak sedap.


Menyadari bahaya yang ditimbulkan dari air buangan diatas, maka
diperlukan usaha usaha preventif

untuk mencegah terjadinya dampak

buruk tersebut. Salah satu alternatif yang digunakan yaitu dengan cara
membuat saluran perpipaan air limbah rumah tangga di kecamatan Mlati.

Rumusan Masalah
Bagaimana mengatasi pencemaran air dan gangguan kesehatan
penduduk akibat pembuangan air limbah rumah tangga di kecamatan Mlati,
kabupaten Sleman

Tujuan Perencanaan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan
perencanaan adalah untuk merencanakan jaringan pipa Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) rumah tangga dikecamatan Mlati kabupaten Sleman
Yogyakarta.

Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan saluran air buangan rumah tangga
untuk melindungi sumber daya air dan
kecamatan Mlati kabupaten Sleman.

adalah

tanah maupun penduduk di

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Sistem Saluran Air Buangan
Sistem adalah gabungan dari komponen atau elemen yang saling
berkaitan dan dirancang atau didesain sebagai suatu kesatuan untuk
mencapai satu atau lebih tujuan tertentu. Dalam hubungannya dengan
penyaluran air buangan rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan, ada dua komponen penting yaitu saluran air buangan dan air
buangan itu sendiri.
Saluran Pipa Air Limbah
Menurut Sugiharto (1987) banyak bahan yang dipergunakan untuk
penyaluran air limbah antara lain tanah liat, beton, asbestos semen, besi serta
jenis plastik dapat dipergunakan untuk saluran air limbah. Pada prakteknya
pipa yang digunakan tidak hanya satu jenis saja, akan tetapi perlu
disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Konstruksi Saluran
Sasongko (1991) mengemukakan bahwa konstruksi saluran terdapat
beberapa cara untuk melaksanakan pembangunan sistem yang sebenarnya,
tergantung pada kondisi tanah yang dijumpai dan peralatan konstruksi yang
tersedia untuk pekerjaan yang bersangkutan. Hal yang terpenting adalah
bahwa saluran yang telah dibangun harus dapat menjalankan fungsinya
dengan biaya pemeliharaan yang minimum.

2.2 Sistem Pengumpulan


Sistem saluran pembuangan ada tiga macam yaitu :
1. Sistem Tercampur (Combined System), yaitu air kotor dan air hujan
dialirkan melalui saluran tertutup yang sama. Pemilihan sistem ini
diaplikasikan pada debit masing masing buangan

yang relatif kecil

sehingga dapat disatukan.


2. Sistem Terpisah (Separate System), yaitu air kotor dan air hujan dialirkan
secara terpisah melalui saluran masing masing. Pemilihan sistem ini
sesuai pada debit masing masing air buangan yang relatif besar. Selain
itu, konstruksi saluran air buangan sedapat mungkin melayani daerah
pemukiman dan saluran tertutup dan saluran air hujan berupa saluran
terbuka.
3. Sistem Kombinasi (Pseudo Separate System), merupakan perpaduan
antara saluran air buangan dan air hujan, dimana pada waktu musim
hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan,
sedangkan sisa air hujan berfungsi sebagai pengencer dan penggelontor.
Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan perpipaan
interceptor.

2.3 Pengaliran Air Buangan


2.3.1 Faktor faktor dalam pengaliran air buangan
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengaliran air buangan antara
lain :

1. Kemiringan saluran ( S )
2. Luas penampang melintang saluran ( A )
3. Kekasaran dari permukaan dalam saluran ( n )
4. Kondisi pengaliran
5. Ada tidaknya rintangan rintangan, belokan dan lain lain
6. Karakterisitik, spesifik gravity, dan viskositas (kekentalan) dari cairan.
2.3.2 Jenis Pengaliran
Dalam penyaluran air buangan dikenal dua jenis aliran yaitu :
1. Pengaliran yang mengalami tekanan, yaitu pengaliran yang terjadi
akibat adanya pemompaan (tekanan hidrolik) dalam saluran tertutup.
2. Pengaliran bersifat terbuka dalam saluran tertutup, yaitu pengaliran
secara gravitasi, karena permukaan air buangan pada saluran
berhubungan dengan udara bebas.
Pada

dasarnya

untuk

perencanaan

penyaluran

air

buangan

mempergunakan pengaliran secara gravitasi, dengan mengikuti kemiringan


tanah yang ada dan meminimalkan penggunaan pompa.

Sistem Perpipaan Saluran Air Buangan


Peletakan saluran air buangan diharapkan dapat memberikan :
1. Proses Self Cleaning yaitu kemampuan untuk membersihkan diri dan
mencegah terjadinya pengendapan partikel.
2. Pengaliran secara gravitasi.
3. Kecepatan aliran minimum dan maksimum sesuai dengan persyaratan.
Pembatasan kecepatan minimum dan maksimum sangat penting
diperhatikan baik pada saat perencanaan maupun

pengoperasian untuk

menghindari kerugian dan saluran air buangan dapat berfungsi dengan baik.
Kecepatan dan Kedalaman Aliran
Kecepatan maksimum ditetapakan sebagai berikut :
1. Kecepatan untuk aliran yang mengadung pasir adalah (2,0 2,4) m/dtk
2. Kecepatan untuk aliran air buangan yang tidak megandung pasir 3,0 m/dtk.
Kecepatan minimum pada Qpeak untuk kepentingan perencanaan saluran
ait buangan adalah :
Vmin = 0,6 m/detik (untuk daerah datar/flat)
Vmin = 0,9 (dianjurkan oleh WHO didaerah panas/tropis).
Kecepatan terbaik dalam pipa air buangan antara 2,4 3 m/dtk.
Sementara untuk kedalaman yang ideal dapat dihitung dengan d/D = (0,6 0,8
) D. Pada penyaluran air buangan umumnya air dalam pipa tidak penuh atau
dikenal dalam keadaan berenang. Kedalaman berenang ini dapat dicapai pada
saat debit minimum maka tidak perlu digelontor. Pada awal pipa kedalaman
aliran sebesar 60 % dari diameter saluran. Pada saat debit puncak kedalam

aliran tidak boleh melebihi 80 % dari diameter pipa. Jika dp/D>80 % maka
diameter pipa diperbesar atau kemiringannya (slope) diperbesar, dimana dp/D
= 60 % dicapai kembali. Dimana :
D = diameter pipa
d = Kedalaman air
Air Buangan
Menurut Tjokrokusumo (1999), air buangan diartikan sebagai kejadian
masuknya dari atau dimasukkannya benda padat, cair, dan gas ke dalam air
dengan sifanya berupa endapan padat, padat tersuspensi, terlarut, sebagai
koloid emulsi yang menyebabkan air dimaksud harus dipisahkan atau dibuang
dengan sebutan air buangan. Kemudian disebut air buangan tercemar secara
fisik, biologi, kimia bahkan radioaktif. Air buangan yang keluar dari sumber
air buangan disebut effluen. Sedangkan air yang masuk ketempat
pengumpulan disebur influen.
Sumber Air Buangan Rumah Tangga
Menurut Sugiharto (1987), sumber utama air buangan rumah tangga
dari masyarakat berasal dari daerah perumahan dan perdagangan. Adapun
sumber lainnya yang tidak kalah penting berasal dari perkantoran atau
lembaga serta daerah fasilitas rekreasi. Untuk daerah tertentu banyaknya air
limbah dapat diukur secara langsung.
Komposisi Air Buangan Rumah Tangga
Sugiharto (1987), menyebutkan bahwa air limbah rumah tangga terdiri
dari kotoran kotoran yang sebagian berbentuk larutan dan sebagian lagi

berbentuk larutan suspensi. Bagian yng terdiri dari bahan padat yang lebih
kasar, misalnya pasir, kotoran kotoran manusia, dan lain lain. Air limbah
mengandung bahan bahan organik dalam keadaaan terlarut atau padat seperti
sisa sisa makanan (putih telur, lemak, karbohidrat), sisa sabun dan detergent,
kotoran manusia dan lain lain.
Karaktersitik Air Buangan Rumah Tangga
Menurut Mahida (1986), karakteristik air buangan rumah tangga
terbagi menjadi tiga yaitu fisik, kimia dan biologi.

Fisik
Karakteristik secara fisik meliputi :
a. Suhu (Temperatur).
Ukuran ukuran suhu berguna dalam memperlihatkan kecenderungan
aktifitas kimiawi dan biologis, pengetalan, tekanan uap, dan nilai nila
penjenuhan pada benda benda padat dangas. Suhu memainkan peranan
penting dalam pertumbuhan dan kematian jasad renik (bakteri) dalam
proses biologis.
b. Kekeruhan
Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat zat yang terapung serta
terurai secara bebas, meliputi zat organik, jasad jasad renik, lumpur
tanah liat dan zat koloid yang serupa atau benda terapung yang tidak
mengendap dengan segera.
c. Warna

Warna air limbah disebabkan oleh adanya unsur unsur yang terlarut
didalamnya seperti zat zat organik tertentu. Air limbah yang masih
baru biasanya bewarna abu abu. Sedangkan air limbah yang sudah
lama atau busuk bewarna gelap.
d. Bau
Bau air limbah mengindikasikan apakah air limbah masih baru atau
sudah membusuk. Bau busuk disebabkan adanya campuran nitrogen,
sulfur, dan fosfor. Selain itu berasal dari pembusukan protein dan
bahan bahan organik lainnya.
Kimia
Menurut Sugiharto (1987), karakteristik secara kimiawi meliputi :
a. Organik
1. Karbohidrat
Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Biasanya
karbohidrat berisikan 6 atau kelipatan 6 dari atom karbon pada
suatu molekul dan hidrogen serta oksigen selalu ada dalam air.
Pada beberapa karbohidrat seperti gula terlarut dalam airsedangkan
kanji tidak larut.

2. Lemak dan Minyak


Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan
yang juga banyak didapatkan didalam air limbah. Lemak dan
minyak membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam

gemuk. Gliserid dan asam gemuk ini berupa cairan pada keadaan
biasa disebut minyak dan apabila dalam bentuk padat dan kental
disebut lemak. Lemak termasuk pada bahan organik yang tetap
dan tidak mudah terurai oleh bakteri.

3. Protein
Protein merupakan komponen utama dari mahluk hidup, termasuk
juga didalamnya hewan dan tumbuhan bersel satu. Protein sangat
kompleks dalam struktur kimiannya dan tidak stabil, serta akan
berubah menjadi bahan lain pada proses dekomposisi. Protein ini
menjadi

penyebab

timbulnya

bau

karena

adanya

proses

pembusukan.
4. Detergen
Detergen

adalah

golongan

dari

molekul

anorganik

yang

dipergunakan sebagai pengganti sabun. Bahan dasar deterjen


adalah minyak nabati atau minyak bumi. Fraksi minyak bumi yang
dipakai adalah senyawa hidrokarbon atau minyak bumi. Didalam
air zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih
tersebut berada diatas permukaan gelembung udara dan biasanya
relatif tetap.

b. Anorganik
1. pH
Kadar PH yang baik adalah kadar yang memungkinkan kehidupan
biologi didalam air berjalan baik. PH yang baik pada air limbah
dan air minum adalah netral atau sama dengan 7. Semakin kecil PH
akan menyebabkan air tersebut asam.
2. Klorida
Kadar klorida dalam air aalami dihasilkan dari rembesan klorida
yang ada dalam batuan dan tanah serta dari daerah pantai dan
rembesan air laut.
3. Kebasaan
Basa adalah hasil dari adanya hidroksi karbonat yang berupa
kalsium, magnesium, sodium, dan amoniak. Komponen utamanya
adalah kalsium dan magnesium bikarbonat.
4. Nitrogen
Nitrogen yang bercampur dengan phospor mampu meningkatkan
pertumbuhan algae dan tumbuhan.air.Nitrogen dalam air dengan
cepat berubah menjadi nitrogrn organik atau amoniak nitrogen.
Biologis
Meliputi mikroorganime yang terdapat dalam air buangan.
Pmeriksaan air limbah untuk mengetahui apakah ada bakteri bakteri
patogen didalamnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur kualitas air

limbah agar aman dan tidak mencemari lingkungan sekitar ketika dibuang
kebadan air.
Parameter Kualitas Air Buangan
Parameter kualitas air buangan meliputi :
1. Suhu
Suhu air sangat mempengaruhi aktivitas kimia dan biologis yang
berlangsung didalamnya. Dalam reaksi biologi, suhu mengatur
pertumbuhan dan kematian jasad renik serta BOD. Proses dekomposisi
pada suhu 20 0C empat kali lebih besar dari pada suhu 8 0C.
2. pH (Derajat Keasaman)
PH suatu larutan merupakan salah satu indikator penting dalam proses
biologis karena aktivitas mikroorganisme akan optimal pada kondisi
PH antara 6,5 sampai 7, 5.
3. BOD (Biological Oxygen Demand).
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikro
organisme aerobik untuk menguraikan semua zat terlarut dan
tersuspensi dalam rekasi biokimiawi. Untuk menyatakan banyaknya
zat organik didalam air dan besarnya tingkat pencemaran biasanya
mengunakan BOD5 yaitu oksidasi bahan organik oleh mikrobia pada
suhu 20 0C selama 5 hari.
4. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
sejumlah zat organik secara sempurna dalam suatu rekasi kimia. Pada

reaksi oksidasi hapir semua zat organik dapat dioksidasi menjadi CO2
dan H2O dalam suasana asam dengan mengunakan dikromat sebagai
sumber oksigennya.
5. SS (Suspendend Solid)
SS atau zat padat tersuspensi adalah sejumlah berat dalam miligram
penyaringan dengan mimbran berukuran 0,45 mikron, dimana filter
membran tersebut mengandung bahan tersuspensi yang dikeringkan
pada suhu 105 0C selama 2 jam.
Dasar Dasar Perencanaan Saluran Air Buangan
Perencanaan saluran air buangan
Perencanaan saluran air buangan adalah pengaturan air buangan dalam
saluran agar pembuangannya dapat dicapai yaitu bertujuan melindungi air
dari kotoran atau pencemaran yang disebabkan oleh air limbah. Karena
perumahan penduduk dikecamatan Mlati sudah terdapat pipa persil, maka
yang akan direncanakan adalah pipa servis, pipa lateral dan pipa cabang yang
bermuara di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon Kabupaten
Bantul.

Kriteria Perencanaan
a. Kecepatan aliran dalam saluran berkisar antara 0,6 2,5 m/dtk dengan
ketentuan :
Vmin = 0,6 m/dtk agar tidak terjadi pengendapan dalam saluran
Vmaks = 2,5 m/dtk untuk saluran yang alirannnya mengandung pasir.

b. Slope untuk jenis pipa


Jenis pipa
Pipa persil

Ukuran pipa (inchi)


4

Slope
0,60

Pipa servis

0,50

Pipa lateral

0,40

Pipa cabang

0,40

Pipa induk

12

0,22

c. Kedalaman air dalam pipa


d minimum = 10 cm (tinggi renang), untuk pipa PVC

d maximum

d
0,8
D

d. Aliran dalam saluran


Untuk suatu aliran, debit aliran yang melalui suatu penampang saluran
dinyatakan berdasarkan persamaan kontinuitas (Babbit, 1960) :
Q = A.V
Dimana

: Debit aliran (m3/dtk)

: Luas penampang melintang aliran (m2)

: Kecepatan rata rata (m/dtk)

Gambaran Umum Kecamatan Mlati


Letak Geografis
Secara geografis Kecamatan Mlati terbentang antara 0704216 0704556
LS dan 11002308 BT. Luas Kecamatan Mlati sebesar 2.852 Ha atau 4,96 %
dari luas Kabupaten Sleman.
Fisiografi
Kecamatan Mlati terletak pada ketinggian tempat (elevasi) 150-200m dpl,
dengan kemiringan lereng rata rata 2,5 %. Dengan demikian Kecamatan Mlati
dapat dikategorikan topografi datar hingga berombak. Secara umum kondisi
iklim di Kecamatan Mlati memiliki sifat tropis, artinya musim kemarau silih
berganti sepanjang tahun secara periodik setiap enam bulan. Curah hujan
Kecamatan Mlati sama dengan curah hujan rata rata wilayah Kabupaten
Sleman yakni berkisar 1900-2334 mm/th.
Karakteristik Geologi
Jenis tanah di Kecamatan Mlati sebagian besar termasuk regosol. Karakteristik
tanah tersebut antara lain bertekstur pasir hingga geluh, berbutir tunggal,
konsistensi lepas lepas, drainase sedang hingga baik, pH netral 6,5-7,
kedalaman tanah 60-90 cm, kandungan bahan organik rendah, permeabilitas
sedang dan kesuburan sedang baik untuk pertanian.

Sumber Daya Air


Kecamatan Mlati dilewati sungai sungai antara lain Sungai Kontheng, Bedog,
Denggung, Winongo, Buntung, Code dan Selokan Mataram. Alirannya dapat
mendukung irigasi untuk pertanian.
Penggunaan Lahan
Dari luas wilayah Kecamatan Mlati sebesar 2.852 Ha, pada tahun 2004 lahan
yang digunakan untuk sawah 1241,45 Ha, Pemukiman 1426,78 Ha, tegalan
70,76 Ha dan lainnya 113 Ha. Pertumbuhan penduduk yang kurang dari 2 %
per tahun tergolong jumlah pertumbuhan yang rendah. Dengan cadangan
lahan sebesar 50,03 % pada tahun 2004 dengan perkiraan kepadatan 27,57
jiwa per Ha pada tahun 2015, ruang yang tersedia masih cukup luas dan
memadai.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek Perencanaan


Objek perencanaan dalam hal ini adalah penempatan jaringan pipa
air limbah rumah tangga dan menentukan jalur yang akan dilalui pipa serta
dimensi pipa air buangan. Lokasi perencanaan meliputi desa desa yang ada
dikecamatan Mlati antara lain : desa Sinduadi, desa Sendangadi, desa
Tlogoadi dan desa Sumberadi. Khusus untuk desa

Tirtoadi dan desa

Sumberadi tidak masuk dalam wilayah perencanaan disebabkan faktor lokasi


yang terlalu jauh dari pipa Induk (lihat lampiran 4).

3.2. Teknik pengumpulan Data


Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari observasi lapangan berupa pengamatan kondisi jalan
dan rumah penduduk

dilokasi perencanaan. Sementara data sekunder

diperoleh dari Instansi terkait meliputi : Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman dan Departemen Pemukiman
Sarana dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) Propinsi DIY serta
didukung dengan studi pustaka yang terkait dengan objek perencanaan pipa
air buangan.

3.3. Tahapan Perencanaan


Tahapan perencanaan jaringan pipa air limbah rumah tangga kecamatan
Mlati meliputi :
1. Menentukan periode perencanaan
Periode perencanaan jaringan pipa air buangan di kecamatan Mlati
direncanakan untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Dasar
pertimbangan dari periode perencanaan mengingat antara lain :
a. Kepadatan penduduk saat ini yang terus meningkat pesat dan
dimasa yang akan datang
b. Perkembangan ekonomi saat ini dan dimasa yang akan datang.
c. Pertimbangan teknis (usia pipa, biaya, konstruksi) dan peralatan
lainnya.
2. Pembagian Blok Pelayanan
Untuk mempermudah perencanaan jaringan pipa air buangan perlu
pembagian blok pada daerah yang dilayani dan besarnya debit air buangan
dari setiap blok ditentukan oleh jenis aktivitas penduduk pada setiap blok
layanan. Pembagian blok blok layanan didasarkan atas beberapa faktor
antara lain : letak geografis, tata guna lahan, jumlah penduduk, dan luas
daerah yang dilayani.
3. Menentukan Sistem Pengumpul
Sistem pengumpulan air buangan untuk kecamatan Mlati menggunakan
sistem terpisah yaitu air buangan rumah tangga dan air hujan dialirkan

secara terpisah melalui saluran masing masing. Pemilihan sistem ini


didasarkan fluktuasi curah hujan yang cukup tinggi di kecamatan Mlati.
4. Menentukan jenis pengaliran
Pengaliran air buangan dilakukan secara gravitasi. Hal ini didasarkan atas
kemiringan tanah dari peta topografi yang dapat mengalirkan air buangan
karena letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi IPAL SEWON.
5. Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk kecamatan Mlati dihitung berdasarkan metode
geometrik sebagai berikut :
1. Proyeksi jumlah penduduk
Pn = Po (1 + r )n
Dimana :
Pn

: Jumlah penduduk pada saat n

Po

: Jumlah penduduk pada saat ini

: Jumlah tahun perencanaan

: Pertumbuhan penduduk rata rata pertahun

Besarnya r dihitung berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 20052025, dengan t = 20.

Pn
r
Po
Rumus :

1/ t

Sebagai dasar perhitungan digunakan data jumlah penduduk kecamatan


Mlati periode 1998-2003 dalam tabel berikut ini :

No.

Tahun

Jumlah penduduk

1.

1998

(jiwa)
64.543

2.

1999

65.757

3.

2000

67.037

4.

2001

68.344

5.

2002

69.508

6.
2003
Sumber : Bappeda Sleman,2005

70.403

6. Drawing
Yaitu

menggambar perencanaan jaringan perpipaan dan blok blok

pelayanan berdasarkan data topografi dan tata guna lahan. Perencanaan pipa
meliputi pipa cabang dan induk. Selain itu dilengkapi dengan ventilasi, dan
lubang pemeriksa (manhole).

Penempatan pipa air buangan dikhususkan

pada daerah pemukiman penduduk dikecamatan Mlati.


3.4. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data mengunakan rumus perhitungan debit (Q) dari pipa
persil, pipa servis, pipa lateral, pipa cabang dan pipa induk adalah sebagai
berikut (Babbit, 1960) :
Pipa cabang dan induk
Qpeak = Qmaks + Qinf.S.A + Qinf Pipa
Dimana :
Qpeak

: Debit puncak pipa cabang/induk (lt/dtk)

: Jumlah penduduk dalam ribuan

Qmaks

: Debit maksimum rata rata

Qinf.S.A : Debit Infiltrasi surface Area (0,2 Qr)


Qinf Pipa : Debit Infiltrasi pipa per 1000 m
L

: Panjang saluran ( m )

Atau dengan persamaan :


Qmaks = 5.Q r / P0,2
Qmin = 5.Qr / P1/6
Dimana :
Qr

: Debit air buangan rata rata

: Jumlah penduduk dalam ribuan

Sedangkan didalam perhitungan dimensi dipakai persamaan dari manning


sebagai berikut :
V = 1/n. R2/3. S1/2
Q = A.V
Dimana

: Kecepatan rata rata aliran (m/dtk)

: Radius hidrolik

: Slope/kemiringan saluran

: Debit aliran (m3/dtk)

: Luas penampang melintang aliran (m2)

: Kecepatan rata rata (m/dtk)

3.5 Analisa Ekonomi


Analisa ekonomi didasarkan pada perhitungan harga tiap unit pipa dan biaya
pekerja yang dibutuhkan dalam perencanaan pipa limbah rumah tangga di
kecamatan Mlati kabupaten Sleman.
a. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan brikeet meliputi :
-

Alat penumbuk

Alat cetak

Cetok

Seng

2. Bahan
Bahan yang digunakan meliputi :
-

Kotoran sapi

Grajen/serbuk geergaji bangkirai

Perekat

b. Teknik Sampel
3.6.1 Lokasi pengambilan Sampel
Sampel grajen diambil dari peternakan pak Slamet dengan alamat Tegal Rejo RT.
13 RW.35 Banguntapan, Bantul Yogyakarta. Sedangkan grajen berasal dari UD.
Gedong Kuning Indah Jl. Gedong Kuning, Banguntapan, Bantul Yogyakarta.

3.6.2 Waktu Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel kotoran sapi dan grajen dilakukan pada sore hari setelah
aktivitas dikedua tempat tersebut selesai dan sampel kotoran sapi sudah kering.

3.6.3 Cara Pengambilan Sampel


Sampel kotoran sapi dan grajen langsung diambil dari lapangan beberapa kali
sesuai dengan kebutuhan penelitian.

c.

Pelaksanaan Penelitian

3.7.1 Tahap Persiapan


a. Peralatan dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih
dahulu.
b. Serbuk gergaji ditumbuk hingga berupa serpihan atau serbuk.
c. Kotoran sapi dikeringkan, kemudian ditumbuk hingga berupa
sepihan atau serbuk..
d. Membuat alat cetak briket yang sudah ditentukan ukurannya.

Adapun variasi model briket terdiri dari empat macam :


- Briket model A

: Kotoran sapi 20 %
Grajen

- Briket model B

: Kotoran sapi 40 %
Grajen

- Briket model C

80%

40%

: Kotoran sapi 60 %

Grajen
- Briket model D

40%

: Kotoran sapi 80 %
Grajen

- Briket model E

20%

: Kotoran sapi 100 %


Grajen

- Briket model F

0%

: Kotoran sapi
Grajen

0%

100 %

Briket E dan F berfungsi sebagai kontrol. Untuk komposisi perekat (tepung kanji)
sebesar 5 % dari berat keseluruhan masing masing briket.
3.7.3. Tahap Pelaksanaan
Tahap persiapan meliputi :
a.

Bahan baku briket yang telah ditimbang sesuai dengan


variasi komposisinya dicampurkan merata dan ditambahkan
perekat.

b.

Campuran bahan tersebut dimasukkan dalam alat cetak


dan dipadatkan dengan tiga variasi tekanan yang telah ditentukan.

c.

Briket hasil cetakan kemudian dijemur pada lembaran


seng selama + 20 menit dengan memanfaatkan sinaar matahari
untuk menghilangkan kadar air.

d.

Setelah briket kering dilaksanakan uji laboratorium


mengenai lama pijar dan panas yang dihasilkan.

d. Pemeriksaan Nilai Kalor Briket


Untuk pengujian lama pijar mengunakan timer. Sedangkan pengujian
temperatur panas mengunakan termometer diatas 100oC. Adapun cara kerja
pengujian lama pijar dan temperatur panas yaitu dengan memasukkan briket
yang telah dicetak berdasarkan ukuran yang telah ditentukan kedalam
tungku pembakaran (lihat lampiran gambar). Penghitungan lama pijar dan
panas dimulai ketika sudah muncul semburan api yang tingginya melebihi
permukaan atas tungku. Penghitungan dihentikan ketika ketinggian
semburan api berada dibawah permukaan atas tungku. Untuk pengukuran
panas dihitung setiap 15 menit.

e. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil uji laboratorium
terhadap lama pijar dan panas yang dihasilkan. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari studi pustaka yang terkait dengan topik penelitian.

3.10 Analisis Data


Untuk mengkaji hipotesis dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan
dianalisis mengunakan uji ANAVA atau Analysis of varians dengan = 0,05
dari CRD (Compeletely Randomized Design) untuk mengetahui pengaruh
berbagai variasi komposisi campuran kotoran sapi dan grajen terhadap lama
pijar dan panas yang dihasilkan dari pembakaran sampel briket. Dilanjutkan
dengan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui beda antar
perlakuan.

Вам также может понравиться