Вы находитесь на странице: 1из 64

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hernia adalah suatu tonjolan (Protrusion) dari organ dan sebagian organ
intra abdominal yang keluar dari kavum abdomen melalui lakus minoris (Facial
defek) dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum. (Monica, E, 2002 : hal
22). Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap
tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia yang paling banyak
dijumpai pria dan wanita.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis
medialis dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7
kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus. Peningkatan angka kejadian penyakit hernia inguinalis lateralis di
Indoneisa khusunya Provinsi Jawa Tengah diperkirakan karena ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin berkembang pesat. Sejalan dengan hal tersebut, maka
permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan
ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha
memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi
pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat
yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh
(Sugeng & Weni, 2010, hal 151).
Salah satu penyebab penyakit hernia yaitu akibat bekerja berat seperti
mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang serat, yang
dapat menyebabkan konstipasi sehingga terjadi aktivitas mengejan saat defekasi.
Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga berpengaruh dalam meningkatkan tekanan
intra abdominal sehingga terjadi kelemahan otot otot abdomen yang dapat
1

menimbulkan terjadinya hernia inguinalis, yang selanjutnya dapat menjadi hernia


scrotalis bila kantong hernia inguinalis mencapai scrotum.
Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap
tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang
mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta kelelahan dari berbagai
organ tubuh, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Post Operatif Hernia Inguinalis
Lateralis di Ruang Medang Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2013.
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu
memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hernia inguinalis lateralis secara komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian baik melalui anamnesa maupun
pemeriksaan fisik dengan tepat pada pasien hernia inguinalis lateralis.
2) Mampu mengelompokan dan menganalisa data pada pasien Tn. A
dengan hernia inguinalis lateralis.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Tn. A dengan hernia inguinalis lateralis di ruang Medang RSUD
Sekayu.
4) Mampu menyusun rencana keperawatan dan membuat rasional sesuai
dengan intervensi yang diberikan dan sesuai dengan diagnosa yang
ditemukan pada pasien hernia inguinalis lateralis.
5) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. A sesuai
dengan rencana keperawatan terhadap pasien hernia inguinalis
lateralis.

6) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan terhadap pasien hernia


inguinalis lateralis.
7) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
hernia inguinalis lateralis.
1.3.Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
1) Sebagai masukan, tambahan wacana pengetahuan, dan menambah
wacana bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang khususnya
jurusan keperawatan
2) Sebagai bahan referensi di perpustakaan, sehingga menambah bahan
pustaka guna meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan
khususnya tentang hernia inguinalis lateralis.
1.3.2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya, dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien
dengan hernia inguinalis lateralis sehingga dapat mengurangi terjadinya
komplikasi.
1.3.3. Bagi Masyarakat
Penulis berharap hasil makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi
yang berkaitan dengan penanganan kasus hernia inguinalis lateralis bagi
masyarakat.
1.3.4. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya
mengenai penanganan kasus hernia inguinalis lateralis.

1.4.Pengorganisasian Seminar
Ketua

: Wahyu Dwi Ari Wibowo

Wakil Ketua

: Khairunnisa

Sekretaris

: Nora Dwi Purwanti

Notulen

: Winda Wulandari

Moderator

: Uccy Nopitriana sari

Tim Askep

:
1. Nopi Pahrunisa
2. Hasanah Eka Wahyu Ningsih
3. Yuli Intan Permata Sari
4. Surya Atika
5. Tandry Angka
6. Novita Sari Narto

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi
Hernia adalah suatu Protrusion atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004). Hernia adalah suatu
protrusion/penonjolan abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui
struktur yang secara normal berisi bagian yang lemah (Black, 2006).
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus (Sjamsuhidayat,
2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus
(Mansjoer, 2002).
2.2.Anatomi Fisiologi
2.2.1. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulotranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi
oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di
dasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga
hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari

anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

2.2.2. Fisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun
dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).
2.3.Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
6

1) Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu
hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran
spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).
2) Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu
hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang
mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui
kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).
2.4.Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002) dalam Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :
1) Kelemahan otot dinding abdomen.
a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
c. Trauma
2) Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan (Konstipasi)
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3) Faktor resiko : Kelainan congenital

2.5.Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan


tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah, sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut mengalami kelemahan,
jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren
(Oswari, E. 2000).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang
disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

Pathways :

2.6.Manifestasi Klinis
1) Penonjolan di daerah inguinal
2) Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3) Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kram dan distensi abdomen.
4) Terdengar bising usus pada benjolan
5) Kembung
6) Perubahan pola eliminasi BAB
7) Gelisah
8) Dehidrasi
9) Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat
pasien berdiri atau mendorong.
2.7.Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif

a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Gunakan celana penyangga
d. Istirahat (tirah baring)
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman
beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2) Pembedahan (Operatif)
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus
dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2.8.Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah

10

putih (Leukosit : >10.00018.000/mm3) dan ketidakseimbangan


elektrolit.
2.9.Komplikasi
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2) Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3) Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
4) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
6) Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7) Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8) Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9) Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
2.10.

Proses Keperawatan

2.10.1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dan keperawatan

11

Riwayat kesehatan dan keperawatan digunakan untuk mengumpulkan data


tentang kebiasaan kebiasaan pasien yang mencerminkan kebiasaan sehari
hari.
b. Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan data tentang cara hidup pasien, latar belakang
pendidikan, sumber sumber ekonomi, agama, kebudayaan dan etnik pada
pasien hernia.

c. Riwayat psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan konprehensif. Perawat dapat mengidentifikasi stress maupun sumber
sumber mengatasi stress ( koping ) untuk mengatasi penyakit dan perubahan
yang ada.
d. Data Dasar
1. Aktifitas / istirahat
Gejala

Riwayat pekerjaan yang perlu dikaji. Jangan mengangkat benda

Tanda

berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.


Atrofi otot pada bagian yang terkena, gangguan dalam berjalan
dan keterbatasan dalam mobilisasi.

2. Eliminasi
Gejala

Konstifasi,

mengalami

kesulitan

dalam

defekasi,

adanya

inkontinensia / retensi urine.

3. Integritas ego
Gejala

Ketakutan dalam timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan

Tanda

dan financial keluarga.


Tanda cemas, depresi, menghindar dari keluarga / orang terdekat.

4. Neurosensori
12

Gejala
Tanda

Kesemutan, kelemahan dari tangan dan kaki.


Penurunan refleks tendon dan kelemahan otot, adanya persepsi
nyeri.

5. Kenyaman / nyeri
Gejala

Nyeri seperti ditusuk pisau, akan semakin memburuk dengan


adanya batuk, bersin, depekasi, nyeri yang tidak ada hentinya
secara intermiten, nyeri dapat menjalar, ke kaki, lengan, bokong

Tanda

dan kaku pada leher, keterbatasan mobilisasi.


dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan
cara berjalan berbeda seperti biasanya, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada daerah luka operasi.

6. Keamanan
Pada luka operasi akan ditemukan adanya tanda nyeri, kemerahan,
bengkak, demam dan penurunan fungsi.
7. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
Rencana pemulangan
Pertimbangan

Gaya hidup monoton dan hiperaktif


Memerlukan perawatan luka
Lama perawatan 7 14 hari

3.1.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Post Operasi
hernia inguinalis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pembedahan post op herniotomi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan
daerah operasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
4. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma, dan akibat
anastesi selama pembedahan abdomen bawah

13

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan efek
anastesi
7. Kurangnya

pengetahuan

tentang

proses

perawatan

post

operasi

berhubungan dengan kurangnya informasi


3.2.Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan post op
herniotomi.
Tujuan

: Setelah dilakukkan perawatan 3 x 24 jam nyeri bisa berkurang

hingga hilang
Kriteria Hasil :
a) Klien memperlihatkan rasa nyaman
b) Skala nyeri klien 1-3
c) Klien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi
Kaji tingkat nyeri

Rasional
Untuk mengetahui skala nyeri yang

Jelaskan penyebab nyeri

terjadi pada pasien


Denagn menjelaskan penyebab nyeri
diharapkan dapat mengurangi stress dan
klien dapat mengerti tentang keadaan

dirinya
Ciptakan lingkungan yang terapeutik
Agar pasien merasa tenang dan nyaman
Kolaborasi dalam pemberian analgesic Mengurangi nyeri dan mencegah
dan antibiotic

terjadinya infeksi pada daerah insisi

14

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi


pembedahan daerah operasi
Tujuan

: Setelah dilakukkan perawatan 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi
b) TTV klien dalam keadaan normal
c) Luka mengering
Intervensi
Periksa luka jahitan setiap hari

Rasional
Luka basah akan memungkinkan terjadi

Bersihkan luka dengan tehnik steril


Ganti perban setiap hari
Ukur vital sign setiap hari

infeksi
Menghindari terjadinya kontaminasi
Mengurangi resiko terjadinya infeksi
Adanya demam sebagai tanda adanya

Kolaborasi

dengan

dokter

infeksi
dalam Mencegah terjadinya infeksi

pemberian antibiotic
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
Tujuan

: Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan

perawatan selama 3 x 24 jam.


Kriteria hasil :
a) Penyembuhan luka sesuai waktu
b) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
c) Tidak terjadi pendarahan

Intervensi
Kaji ulang integritas luka dan observasi

Rasional
Untuk mengetahui tingkat kerusakan

terhadap tanda infeksi atau drainage

integritas kulit dan derajat keparahan.

15

Monitor tanda-tanda vital dan suhu

Tanda-tanda vital untuk memonitor

tubuh pasien

keadaan dan perubahan status

Lakukan perawatan pada luka operasi

kesehatan klien
Mencegah keparahan dan memperbaiki

sesuai dengan jadwal


Lakukan alih posisi dengan sering

jaringan kulit yang rusak


Menghindari dekubitus

pertahankan kesejajaran tubuh


Pertahankan sprei tempat tidut tetap

Menghindari adanya decubitus pada

kering dan bebas kerutan


Gunakan tempat tidur busa atau kasut

klien
Menghindari adanya decubitus pada

udara sesuai indikasi


Kolaborasi pemberian antibiotic

klien
Mempercepat proses penyembuhan
luka operasi dan decubitus.

4. Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma, dan akibat


anastesi selama pembedahan abdomen bawah
Tujuan

: Setelah dilakukkan perawatan 1 x 24 jam Pasien dapat berkemih

tanpa kesulitan
Kriteria Hasil :
a) Dalam 8-10 jam pasca pembedahan pasien berkemih tanpa kesulitan
b) Klien mengeluarkan urin sebanyak =100 ml setiap perkemihan.

Kaji

dan

Intervensi
dokumentasikan

Rasional
distensi Temuan ini dapat memberikan tanda

suprapubik atau laporan pasien tentang bila ada kerusakan jaringan lanjut dan
tidak dapat berkemih

perlu pemeriksaan lebih lanjut

Pantau haluan urine, dokumentasikan Untuk

mengidentifikasi

indikasi

dan laporkan berkemih sering < 100 ml

kemajuan / penyimpangan dari hasil

Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

yang diharapkan
Untuk mengatasi dan mencegah infeksi

16

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan

: Klien dapat tidur dengan nyaman

Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
b) Klien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
c) Kualitas dan kuantitas tidur normal.
Intervensi
Berikan kesempatan untuk beristirahat /

Rasional
Karena aktivitas fisik dan mental yang

tidur sejenak, anjurkan latihan pada

lama mengakibatkan kelelahan yang

siang hari, turunkan aktivitas mental /

dapat

fisik pada sore hari.

aktivitas

mengakibatkan

stimulasi

yang

kebingungan,

terprogram
berlebihan

tanpa
yang

Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai

meningkatkan waktu tidur


Peningkatan kebingungan, disorientasi

perkembangan hari demi hari.

dan tingkah laku yang tidak kooperatif


(sindrom sundowner) dapat melanggar

pola tidur yang mencapai tidur pulas


Berikan makanan kecil sore hari, susu Meningkatkan relaksasi dengan perasan
hangat, mandi dan masase punggung
Berikan terapi analgetik sesuai indikasi

mengantuk
Menghilangkan nyeri post operasi

6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri post


operasi
Tujuan

: Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan

tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
a) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
b) Mempertahankan posisi fungsional

17

c) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit


d) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi
Pertahankan tirah baring dalam posisi Tirah

Rasional
baring
mengistirahatkan

yang diprogramkan

muskuloskelektal

sehingga

aktivitas

Tinggikan ekstrimitas yang sakit

bertahap tidak kelelahan


Sebagai relaksasi mmengurangi rasa

nyeri dan kenyamanan mobilitas fisik


Instruksi klien/bantu dalam latihan Latihan
secara
bertahap
dapat
rentang gerak pada ekstremitas yang meningkatkan kemandirian klien dalam
sakit dan tak sakit.
beraktivitas.
Jelaskan pandangan dan keterbatasan Keterbatasan gerak dapat dimanfaatkan
dalam aktivitas

untuk istirahat dan kenyamanan klien


dan

latihan

bertahap

dapat

meningkatkan kemampuan klien dalam


beraktivitas.
Berikan dorongan pada pasien untuk Untuk meningkatkan kemandirian klien
melakukan aktifitas dalam lingkup dalam

beraktivitas

dan

mobilisasi,

keterbatasan dan beri bantuan sesuai latihan secara bertahap menghindari


kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi kelelahan dan injury
dengan melakukan aktivitas
Ubah posisi secara periodic tiap 2 jam

Meningkatkan
keamanan

klien

kenyamanan
dan

dan

mencegah

dekubitus.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses perawatan post operasi
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan

: Setelah dilakukkan perawatan 1 x 24 jam klien mengetahui

perawatan lanjutan setelah pembedahan (operatif)


Kriteria Hasil :
a) Memperlihatkan rasa tenang dan nyaman

18

b) Klien mengetahui tentang proses penyakitnya


c) Klien mengetahui perawatan lanjutan penyakitnya

Terangkan

Intervensi
tentang penyakit

pengobatan
Beri motivasi pada pasien
Beri informasi tentang pengobatan

Rasional
dan Pasien mengerti dan mau bekerja sama
Agar pasien tidak cemas
Agar pasien mengetahui

tentang

pengobatan penyakitnya.

BAB III
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
3.1.Pendahuluan
Seiring dengan upaya mewujudkan visi dan misi Kabupaten Musi
Banyuasin

PERMATA

MUBA

2017,

Pemerintah

Republik

Indonesia

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 2005,


tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(BLU), Rumah Sakit Umum Daerah sekayu mengalami perubahan status institusi
dari Unit Pelaksana Teknisi Daerah (UPTD) Kabupaten Musi Banyuasin ke Badan
Layanan Umum Daerah Musi Banyuasin berdasarkan Surat Keputusan Bupati

19

Musi Banyuasin No. 451 tahun 2008 pada tanggal 31 Maret 2008, tentang
penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang menetapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
Tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin mengubah status
kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) adalah memberikan kewenangan dalam pengelolaan
keuangan dan tetap sebagai Badan Layanan Umum nirlaba dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatannya
BLUD berfungsi sosial, profesional, dan etis dengan pengelolaan yang ekonomis
serta tidak semata-mata mencari keuntungan.
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu dalam upaya menjadikan pelayanan
RSUD Sekayu sebagai Rumah Sakit Daerah yang berstandar Internasional,
merupakan rumah sakit rujukan dari 2 (dua) buah rumah sakit (RSUD Bayung
Lincir dan RSUD Sungai Lilin), 25 (dua puluh lima) unit Puskesmas, 103 (seratus
tiga) Puskesmas Pembantu, 142 (seratus empat puluh dua) Poliklinik Desa dan 22
(dua puluh dua) unit Puskesmas keliling serta sebagai lahan praktek bagi Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Institusi Pendidikan
Kesehatan lainnya yang berada di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain melayani masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin dengan
Jamkesmas Muba Semesta (bagi penduduk MUBA), juga melayanai masyarakat
luar kabupaten baik dengan jamkessos Sumsel Semesta, maupun Jamkesmas
Nasional, sehingga RSUD Sekayu mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Muba dan sekitarnya, dengan
pelayanan unggulan di bidang Penyakit Dalam khususnya Diabetes dan Klinikklinik Rawat Jalan.
3.2.VISI dan MISI
VISI RSUD SEKAYU

20

Mewujudkan Pelayanan Rumah Sakit yang prima dalam rangka


menyukseskan PERMATA MUBA tahun 2017 menuju Rumah Sakit Kelas
Dunia (World Class Hospital)
MISI RSUD SEKAYU
1. Mengembangkan Education Medical Hospital
2. Menyelenggarakan Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di
Sumatera Selatan
3.3.Budaya RSUD Sekayu
Memberikan pelayanan efektif, berkualitas dikenal dengan PRIMA, yaitu:
P

Profesional, dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas RSUD Sekayu


harus profesional, tanpa memandang pangkat, jabatan, strata ekonomi,
hubungan keluarga dan suku budaya melayani sama kedudukannya
sebagai makhluk Allah SWT yang berorientasi hanya kepada kepuasan
pelanggan

Ramah, semua petugas rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada


seluruh masyarakat harus bersikap ramah tamah dengan menunjukkan
wajah yang jernih dan antusias

Ikhlas, dalam melaksanakan tugasnya seluruh petugas rumah sakit harus


dilandasi dengan keikhlasan, sehingga akan terpancar antusiasme dalam
bekerja dan menyadari bahwa bekerja adalah salah satu ibadah

Memuaskan, semua yang diberikan kepada pasien/pelanggan (eksternal


maupun internal) rumah sakit diberikan seoptimal dan semaksimal
mungkin dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan/masyarakat

Andalan, upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum


Daerah

Sekayu

dilaksanakan

secara

berkesinambungan

sehingga

pelayanan yang diberikan dapat diandalkan dan dipercaya oleh seluruh


penduduk Musi Banyuasin

21

3.4.Motto RSUD Sekayu


F. A. C. E. With S. M. I. L. E
(Fast, Accurate, Caring, Efficient with Spirit, Moralities, Intelligent,
Loyalities, Excelent)
3.5.Maksud dan Tujuan Badan Layanan Umum
1. Meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat

dan

senantiasa

berorientasi kepada kepentingan masyarakat


2. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas internasional sesuai standar
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, berkualitas dan
bermoral tinggi
4. Menyelenggarakan kerja sama yang baik dengan pihak terkait, baik
internal maupun eksternal
5. Meningkatkan

fungsi

sistem

rujukanyang

responsif

dan

berkesinambungan

3.6.Lingkungan RSUD Sekayu


Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, yang terletak di jalan Kolonel Wahid
Udin Lingkungan 1 Kayuara, Sekayu (Sebelah RSUD Sekayu gedung lama),
mempunyai fasilitas untuk menyelenggarakan berbagai jenis pelayanan spesialis
dan sub spesialis serta menjadi pusat rujukan di wilayah Kabupaten Musi
Banyuasin dan sekitarnya. RSUD Sekayu terdiri dari gedung A, B, C, D masingmasing 2 lantai dengan uraian sebagai berikut:
1. Gedung A
1) Poli klinik

22

2) Farmasi
3) IGD
4) Radiologi
5) Ruang rapat staf
6) Aula
7) Ruang komite medik
8) Administrasi
9) Kantin
10) Bank Sumsel
11) Ruang verifikator jaminan pelayanan
12) Rehabilitasi medik
13) Klinik bungur (VCT)
14) Ruang humas
15) ICU/ICCU/NICU
16) Kebidanan (VK dan neonatus)
17) Kamar Bedah
18) Hemodialisa
19) Rekam medik

2. Gedung B
1) Ruang perawatan rawat inap
a. Kelas III noneinfeksi diberi nama Ruang Sungkai
b. Kelas III Infeksi diberi nama Ruang Medang
c. Kelas II diberi nama Ruang Meranti (kelas II dan III bangsal
kebidanan dan rawat gabung)
d. Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
e. Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
2) Ruang bidang keperawatan RSUD Sekayu
3. Gedung C

23

1) Ruang gizi
2) Laundry
3) Mushollah
4) Ruang bermain anak (penitipan anak)
5) Ruang makan karyawan
6) Sekretariat Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)
7) Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim (TPA)
8) Hemodialisa
4. Gedung D
1) IPSRS
2) Bengkel
3) Genset
4) Kamar jenazah
5) Instalasi gas medis
Rumah sakit semakin memantapkan diri dengan melengkapi fasilitas dan
sarana penunjang dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, dengan
kapasitas 165 tempat tidur, dengan perincian sebagai berikut:
No
Uraian
1
Kelas utama VIP (Petanang)
2
Kelas I (Tembesu)
3
Kelas II (Meranti)
4
Kelas II Bangsal kebidanan
5
Kelas III noninfeksi (Sungkai)
6
Kelas III infeksi (Medang)
7
ICU
8
NICU
9
Neonatus
TOTAL
3.7.Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu

24

Jumlah
10
20
20
22
40
40
4
4
5
165 tempat tidur

Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu mengacu pada


Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dimana ada 1 (satu) Kepala Bagian
dan 3 Kepala Bidang yang membantu Direktur dalam menyelenggarakan
operasional RSUD Sekayu ini. Selain itu dibantu juga dengan Komite Medik,
Komite Keperawatan, dan Staf Medik Fungsional. Setiap bagian dan bidang
dibantu oleh 2 (dua) oarang penjaga structural yang disebut kepala seksi.
Adapun susunan organisassi RSUD Sekayu pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
1. Direktur RSUD Sekayu (Plt)

: Dr. H. Azmi Dariumansyah

2. Kepala Bagian Tata Usaha

: Hapzih, SST, SKM, MM

a. Kasubbag Administrasi dan umum

: Hj. Solehatun Robiah, SKM

b. Kasubbag Diklat dan Litbang

: Fazilah, SKM

c. Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM


3. Kepala Bidang Keperawatan

: Yulisa rabiati, SH, M. Kes

a. Kepala Seksi Adm Keperawatan

: H. Asmapit, S. Kep, SKM, M. Kes

b. Kepala Seksi Layanan Rawat

: Mursidah, Am. Keb

4. Kepala Bidang Pelayanan

: Dr. Ira Puspita M

a. Kepala Seksi Pelayanan Medis

: Zalmah, HY, SE

b. Kepala Penunjang Medis

: H. Achmadi, SKM, M. Si

5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Plh. Elliya, SE


a. Kepala Seksi Keuangan dan Program : Elliya, SE
b. Kepala Seksi Akuntansi

: Padul Arpa, S. Sos, M. Si

6. Kepala Instalasi
a. Instalasi Rawat Jalan

: Dr. Tien Suparmi

b. Instalasi Rawat Inap

: Dr. Lita Haryati

c. Instalasi Gawat Darurat

: Dr. Ernaliya

25

d. Instalasi Bedah Sentral

: Dr. Febriyanto K, Sp. B

e. Instalasi ICU

: Dr. Joko

f. Instalasi Farmasi

: Dra. Hanifdar, Apt

g. Instalasi Laboratorium

: Dr. Asep Zainuddin, SpPK

h. Instalasi Radiologi

: Dr. Agus Perwira, Sp. Rad

i. Instalasi Rehabilitasi Medik

: Dr. Jalalin, SpRM

j. Instalasi Gizi

: Farida SKM

k. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS

: Fauziah, SKM

l. Instalasi Ambulance

: M. Firanha, Amd

7. Kepala Ruang Perawatan Pasien


a. Kepala Ruang ICU

: Sumartono, AmK

b. Kepala Ruang OK

: Rohimi, SKM

c. Kepala Ruang IGD

: Marni Elyzah, Am. Kep

d. Kepala Ruang Sungkai

: Ratna Dewinta, AmK

e. Kepala Ruang Medang

: Farida Yazid, Am. Kep

f. Kepala Ruang Meranti

: Yulia Sylvianti, Am. Kep

g. Kepala Ruang Patanang/Tembesu

: Irma Subriani, Am. Kep

h. Kepala Ruang Zaal Kebidanan

: Nirwana, Am. Keb

i. Kepala Ruang VK Kebidanan

: Zuryati, Am. Keb

j. Kepala Ruang NICU

: Suaibatul AM, Am. Kep

k. Kepala Ruang Neonatus

: Sri Mulyani, Am. Keb

8. Kepala Ruang Penunjang Medis


a. Kepala Ruang Farmasi

: Lukman Afriadiansyah, Apt

b. Kepala Ruang Sanitasi

: Fauziah, Am. KL, SKM

c. Kepala Ruang IPSRS

: Nirwan Gautama

d. Kepala Ruang CSSD

: Leni Marlina, SKM

e. Kepala Ruang Laboratorium

: Edy Sumantri, SKM

f. Kepala Ruang Radiologi

: Nurhidayat Arifisnto, SKM

g. Kepala Ruang Rehabilitasi Medik

: Sri Suryani, Am. Ft

26

9. Supervisor RSUD Sekayu


a. Supervisor Administrasi
1) H. Asmapit, S. Kep, SKM, M. Kes
2) Taufik, S.Pd
3) Tendy Yosef, Am. Kep
4) Fadlawati, SE
5) Yulrizal, SKM
6) Irman Madani
b. Supervisor Keperawatan
1) Yulia Sylvianti, Am. Kep
2) Suaibatul Aslamiah Mair, Am. Kep
3) Nirwana, Am. Kep
4) Sumartono, Am. Kep
5) R. A Nurhidaya Oktaria, Am. Keb, SKM
6) Marni Elyzah, Am. Kep
7) Bambang Supriatin, SKM
8) Rohimi, SKM

27

BAB IV
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Post Operatif Hernia Inguinalis
Lateralis di Ruang Medang RSUD Sekayu

4.1.

Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Nama

: Tn. A

Umur

: 83 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

28

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SD

Status

: Kawin

Alamat

: Desa Pinang Banjar Rt 05 Rw 01

Tanggal MRS

: 28 Oktober 2013, Pukul 11:59 WIB

Tanggal Pengkajian

: 31 Oktober 2013, Pukul 08:15 WIB

No Registrasi

: 16-24-63

Diagnosa Medis

: Hernia Inguinalis

Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Tn. S

Umur

: 32 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Pendidikan

: SMP

Status

: Kawin

Alamat

: Desa Pinang Banjar Rt 05 Rw 01

Hubungan dengan pasien : Anak Kandung


2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Nyeri luka operasi
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
Klien dilakukan operasi pada tanggal 31 Oktober 2013, pukul 08:00 WIB.
Setelah operasi klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi

29

herniotomi pada abdomen sinistra bagian bawah, skala nyeri 5 (nyeri


sedang), durasi 2 menit, frekuensi hilang timbul.
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama
sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya klien dirawat di rumah sakit.
Riwayat batuk klien (+), sakit jantung (-), dan darah tinggi (-)
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama dengan klien.
5) Riwayat Pengobatan dan Alergi
a. Riwayat pengobatan : Klien mengatakan bahwa ia belum pernah
berobat sebelumnya
b. Riwayat alergi

: Klien tidak mempunyai riwayat alergi

3. ADL (Activity Daily Living)

30

No
1

Pola Kebiasaan
Pola Nutrisi dan Cairan

Frekuensi
Tanggal 31 Oktober 2013
Klien hanya menghabiskan 1/4 bagian
porsi dari makanannya.
Keluarga klien mengatakan minum 3
gelas/hari.
Tanggal 1 November 2013
Klien menghabiskan 1/2 bagian porsi
dari makanannya.
Keluarga klien mengatakan klien
minum 5 gelas/hari.
Tanggal 2 November 2013
Klien mampu menghabiskan 1 porsi
makanannya.
Keluarga klien mengatakan klien

Pola Eliminasi BAB

minum 7 gelas/hari.
Tanggal 31 Oktober 2013
Klien mengatakan belum BAB selama
seharian post operasi.
Tanggal 1 November 2013
Klien mengatakan sudah 1x BAB/hari
tapi masih sedikit dan konsistensi
keras.
Tanggal 2 November 2013
Klien mengatakan 1xBAB/hari dan

Pola Eliminasi BAK

konsistensi sudah lunak.


Tanggal 31 Oktober 2013
Klien terpasang selang kateter dengan
volume 450 cc pada urin bag, warna
kuning pekat, bau khas dan tidak
terdapat endapan darah.
Tanggal 1 November 2013
Klien
terpasang selang kateter dengan
31
volume 400 cc pada urin bag, warna
kuning, bau khas dan tidak terdapat

4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran
E4V5M6 = 15

Compos mentis

b. Tanda-tanda Vital :
N

Hari/Tanggal

o
1

Hasil Pemeriksaan

Kamis

Tekanan darah

: 120/80 mmhg.

31 Oktober 2013

Nadi

: 84 x/menit.

Respirasi

: 20 x/menit

Jumat

Suhu axila
Tekanan darah

: 37,1 oC.
: 120/70 mmhg.

01 November 2013

Nadi

: 80 x/menit.

Respirasi

: 18 x/menit

Sabtu

Suhu axila
Tekanan darah

: 36,9 oC.
: 120/80 mmhg.

02 November 2013

Nadi

: 82 x/menit.

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu axila

: 36,4 oC.

c. Skala nyeri

: Sedang (5)

d. Status gizi

: Normal (BB Ideal)

e. Sikap

: Tenang

f. Personal higiene

Mandi

: 2 x/hari

Kuku

: Bersih

Rambut

: Bersih

Kulit

: Bersih

2. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)

32

a) Kepala

Simetris, rambut bersih, berwarna hitam, tidak ada


kelainan

b) Mata

Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil


bulat isokor kiri = kanan, refleks cahaya +/+
normal.
Tidak ada kelainan

c) Leher

Kelenjar getah bening tidak membesar, tidak ada


kelainan

d) Thoraks

Pergerakan nafas simetris kiri = kanan, suara napas


normal, tidak ada kelainan

e) Abdomen
a. Inspeksi

: Warna kulit kemerahan, keadaan kulit


kurang baik, terdapat insisi operasi lokasi
di daerah bawah perut sebelah kiri,
tepatnya di selangkangan kiri sepanjang 7
cm. Kondisi luka masih basah dan tertutup
kassa steril.

b. Auskultasi

: Bising usus (+) normal

c. Palpasi

: Lemas, nyeri tekan (-)

d. Perkusi

: Timpani, pekak hepar (+)

f) Inguinalis
Inspeksi

: Benjolan (-), Warna kulit sama dengan


sekitar

g) Tulang belakang

: Tak ada kelainan

h) Extremitas
a. Superior et Inferior : Tak ada kelainan
b. Terpasang IVFD RL di tangan kiri
i) Genitalia

: Terpasang kateter

5. Data Psikososial dan Spiritual

33

5.1.Data Psikologis
1) Perasaan klien setelah mengalami masalah ini: Klien merasa
sedih terhadap penyakit yang dialaminya saat ini
2) Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien berdoa kepada Allah
SWT agar diberikan kesembuhan atas penyakitnya
3) Rencana klien setelah masalahnya teratasi : Klien ingin segera
pulang ke rumah, berkumpul bersama keluarganya
4) Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan
bahwa ia mersa bingung terhadap prosedur perawatan yang
akan dijalaninya

5.2.Data Sosial
1) Aktivitas dan peran klien di masyarakat: Klien dapat
beraktivitas dan berperan baik dalam lingkungan masyarakat
tempat ia tinggal
2) Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : Tidak ada
5.3.Data Spiritual
1) Nilai dan kepercayaan : Klien mengatakan bahwa ia beragama
islam
2) Kegiatan Ibadah : Selama di rumah sakit klien tidak
menjalankan ibadah, karena mengeluh nyeri pada bagian bawah
perut sebelah kiri
6. Pemeriksaan Penunjang

34

No
1

Hari/Tanggal

Jenis

Hasil

Nilai Normal

Pemeriksaan
Hematologi

Senin
28 Oktober

1. Hb

12,6 g/dL

14 18 g/dL

2013

2. Leukosit

6.500 /mm3

4800-10.800 /mm3

3. Trombosit

135.000 / mm3

150.000-450.000/mm3

4. CT

7 menit

6 14 menit

2 menit

1 6 menit

1. Ureum

30 mg/dL

20 40 mg/dL

2. Glukosa

93 mg/dL

5. BT
Kimia klinik

140 mg/dL

sewaktu

7. Terapi Medis
No

Hari/Tanggal

Jenis Terapi

Dosis

Cara
Pemberia

Kamis

a) IVFD RL gtt 20 x/menit

500 cc

n
IV

31 Oktober

b) Cefepime

2 x 1 gr

IV

2013

c) Metronidazole Fls

3 x 100 ml

IV

d) Keterolac

3 x 1 amp

IV

Jumat

e) Ranitidin
a) IVFD RL gtt 20 x/menit

2 x 1 amp
500 cc

IV
IV

01

b) Cefepime

2 x 1 gr

IV

November

c) Metronidazole Fls

3 x 100 ml

IV

2013

d) Keterolac

3 x 1 amp

IV

Sabtu

e) Ranitidin
a) IVFD RL gtt 20 x/menit

2 x 1 amp
500 cc

IV
IV

02

b) Cefepime

2 x 1 gr

IV

35

4.2.

November

c) Metronidazole Fls

3 x 100 ml

IV

2013

d) Keterolac

3 x 1 amp

IV

e) Ranitidin

2 x 1 amp

IV

Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
No
1. DS :

Data

Etiologi
Tindakan

Klien mengatakan bahwa ia

Problem
Nyeri

Pembedahan herniotomi

merasakan nyeri luka operasi


pada abdomen sinistra bagian

dibagian abdomen

bawah,

sinistra bagian bawah

DO :

Adanya insisi bedah

Klien

tampak

meringis
Merangsang

menahan nyeri

Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)

Durasi : 2 menit

Frekuensi : hilang timbul

neurotransmitter nyeri di
SSP
Mengeluarkan zat
prostaglandin, bradihinin
dan histamin
Nyeri

2.

DS :

Tindakan
Klien

mengatakan

terdapat

Pembedahan

luka insisi bedah herniotomi di


abdomen sinistra bagian bawah
Adanya insisi bedah

DO :

36

Kerusakan integritas
kulit

Terdapat luka insisi

Terdapat jahitan di perut

DS :

Kerusakan integritas
kulit

Panjang luka 7 cm

Tindakan
Klien mengatakan luka belum

Resiko tinggi infeksi

Pembedahan

kering.
Adanya insisi bedah

DO :

Panjang luka 7 cm.

Luka

tampak

masih

Luka terbuka

kemerahan.

Luka tampak masih basah.

DS :

Tingkat pendidikan
Klien / keluarga mengatakan

rendah

dan cara perawatan setelah

post operasi
Kurangnya informasi

Klien tidak mengetahui tentang


Kurang pengetahauan
tentang perawatan post

DO :
Klien

dan

keluarga tampak

bingung

saat

ditanya

komplikasi,

cara

perawatan

serta tanda dan gejala dan dari


hernia

pengetahauan
tentang

perawatan lanjutan

Kurang

tidak mengetahui komplikasi


proses pembedahan

Resiko tinggi infeksi

Klien dan keluarga tampak


banyak bertanya tentang proses
penyakitnya

37

operasi

perawatan

Berdasarkan analisa data di atas maka diagnosa keperawatan yang muncul


adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan post op
herniotomi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi pembedahan
daerah operasi.
4. Kurangnya

pengetahuan

tentang

proses

perawatan

post

operasi

berhubungan dengan kurangnya informasi.


4.3.Intervensi Keperawatan
4.4.
4.5.

4.6.

Diagnosa

4.7.

Tujuan

4.8.

Intervens

N
4.10. 4.11.
1

Nyeri berhubungan

4.17.

pembedahan post op

perawatan 3 x 24

4.18.

herniotomi.

jam nyeri bisa

DS :

Klien mengatakan bahwa ia


pada abdomen sinistra bagian

4.13.
Klien

4.19.

hilang

4.20.

4.15.

Kriteria

Hasil :
memperlihatkan

DO :
tampak

meringis

rasa nyaman
b) Skala nyeri klien

menahan nyeri
Skala nyeri : 5 (nyeri sedang)

38

2. Jelaskan penyebab nye

berkurang hingga

a) Klien

bawah,

1. Kaji tingkat nyeri

dilakukkan

merasakan nyeri luka operasi

Setelah

dengan adanya luka insisi

4.12.

4.14.

1-3

4.21.
4.22.
4.23.
4.24.
3. Ciptakan lingkungan
yang terpeutik
4. Kolaborasi dalam

Durasi : 2 menit

Frekuensi : hilang timbul

c) Klien dapat

pemberian analgesic d

istirahat dengan

antibiotic

tenang
4.25. 4.26.

Kerusakan

berhubungan

kulit
trauma

jaringan

integritas
dengan
sekunder

akibat pembedahan
4.27.

Kerusakan

integritas

DS :

kulit

dapat

diatasi

setelah

tindakan

perawatan selama

Klien mengatakan terdapat


luka insisi bedah herniotomi
di abdomen sinistra bagian

3 x 24 jam.
4.30.
hasil

Kriteria
:

Terdapat luka insisi

Terdapat jahitan di perut

Panjang luka 7 cm

b) Tidak

luka dan observasi


terhadap tanda infeksi
atau drainage
2. Monitor tanda-tanda
pasien
4.33.

ada

laserasi, integritas
kulit baik
c) Tidak

Kaji ulang integritas

4.32.

luka sesuai waktu

DO :

1.

vital dan suhu tubuh

a) Penyembuhan

bawah
4.28.

4.16.
4.29.

3. Lakukan perawatan pa
luka operasi sesuai
dengan jadwal
4.34.

terjadi

pendarahan
4.31.

4. Lakukan alih posisi


dengan sering

pertahankan kesejajara
tubuh

5. Pertahankan sprei tem


tidut tetap kering dan
bebas kerutan
6. Gunakan tempat tidur
busa atau kasut udara
sesuai indikasi.

7. Kolaborasi pemberian
antibiotic
4.41. 4.42.

Resiko tinggi infeksi

39

4.47.

Setelah

4.35.
1. Periksa

luka

jahi

berhubungan dengan adanya

dilakukkan

setiap hari

luka

perawatan 3 x 24

4.50.

insisi

pembedahan

daerah operasi
4.43.

jam tidak terjadi

DS :

infeksi

Klien mengatakan luka belum

Panjang luka 7 cm.

Luka

tampak

tanda infeksi
masih

c) Luka mengering

Luka tampak masih basah.

4.49.

4.45.

Kurangnya

4.59.

perawatan post operasi

perawatan 1 x 24

berhubungan dengan

jam klien

kurangnya informasi

mengetahui

4. Ukur vital sign set


hari
4.52.
5. Kolaborasi

1. Terangkan tentang

penyakit dan pengobat


2. Beri motivasi pada
pasien

3. Beri informasi tentang

Klien / keluarga mengatakan

lanjutan setelah

4.62.

tidak mengetahui komplikasi

pembedahan

dan cara perawatan setelah

(operatif)
4.60.

a) Memperlihatkan
rasa tenang dan

4.56.
4.57.

Kriteria

Hasil :

Klien tidak mengetahui

nyaman

DO :

Klien dan keluarga tampak

b) Klien mengetahui

bingung saat ditanya

tentang proses

komplikasi, cara perawatan

penyakitnya
c) Klien mengetahui

40

deng

dokter dalam pember

pengobatan

tentang perawatan lanjutan

4.51.

perawatan

proses pembedahan

Setelah

dilakukkan

DS :

3. Ganti perban setiap ha

antibiotic

pengetahuan tentang proses

4.55.

b) TTV klien dalam


keadaan normal

kemerahan.

4.46.
4.53. 4.54.

Kriteria

a) Tidak ada tanda-

DO :

tehnik steril.

Hasil :

kering
4.44.

4.48.

2. Bersihkan luka deng

serta tanda dan gejala dan

perawatan

dari hernia

lanjutan

Klien dan keluarga tampak

penyakitnya
4.61.

banyak bertanya tentang


proses penyakitnya
4.4.

4.58.
Implementasi dan Evaluasi
4.5.
4.6.

Nama Klien

: Tn A

Ruang

Tanggal

Medang
4.7.

No. Register : 16-24-63

31

Oktober 2013
4.8.
4.9.

4.10.

No.

Tanggal/

D
x
4.13.
1

4.11.

Implementasi

4.12.

Evaluasi

Jam
4.14.

4.32.

31

4.33.

01 November

4.34.

2013

Okto
ber
2013
4.15.
4.16.
15.15
WIB
4.17.
4.18.

4.39.

1. Mengkaji tingkat nyeri


4.35.

4.40.

Hasil: tingkat

Pukul

15.15 WIB

nyeri pasien dikaji dan

4.41.

didapatkan skala nyeri 5.

2. Menjelaskan penyebab

S:

Klien mengatakan
bahwa ia merasa

nyeri
4.36.

Tanggal

nyeri di area
Hasil :

sekitar

penyebab nyeri yang

pembedahan

dirasakan pasien adalah

4.42.

dari luka insisi

KU klien sedang

pembedahan post op

Klien tampak

41

O:

4.19.

herniotomi

lemah

3. Menciptakan lingkungan
4.20.

yang nyaman

15.30

4.37.

WIB
4.21.

Hasil : pasien

4.23.

Terdapat luka
insisi

TTV klien :

diberikan posisi

4.43.

semifowler.

120/80 mmhg.

4. Berkolaborasi dalam
4.22.

4.44.

TD :
N : 84

pemberian analgesic dan

x/menit.

antibiotic

4.45.

4.38.

Hasil : pasien di

injeksikan katerolak (IV)


4.24.

RR : 20

x/menit
4.46.

T:

37,1 oC.
4.47.

4.25.

A:

Masalah belum
teratasi

4.26.

4.48.

P :

Intervensi
4.27.

dilanjutkan

15.45

4.49.

WIB
4.28.
4.29.
4.30.
4.31.
17.00
4.50.
2

WIB
4.51.

4.94.

31

4.95.

4.108.

Tanggal

01 November

42

Okto

4.96.

ber

4.97.

2013
4.52.
4.53.

2013
4.109.

1. Mengkaji ulang integritas

15.15 WIB

luka dan observasi

4.110.

terhadap tanda infeksi.

4.111.

4.98.

Hasil :

Pukul

S:

Klien mengatakan

integritas luka dikaji dan

lukanya belum

4.54.

didapatkan hasil panjang

sembuh-sembuh.

15. 20

luka 7cm, luka terlihat

4.112.

masih basah, kulit terlihat

WIB
4.55.

kemerahan.

4.57.

masih basah dan

vital dan suhu tubuh

tertutup kassa

pasien.

steril, kulit

4.99.

Hasil : TTV

terlihat

dilakukan kepada pasien


4.58.

dan didapatkan hasil TTV


klien :

4.59.

4.100.

4.61.

TD : 120/80
N : 84 x/menit.

4.102.

RR : 20 x/menit
o

T : 37,1 C.

3. Melakukan perawatan
4.62.

pada luka operasi sesuai

17.15

dengan jadwal

WIB
4.63.

4.104.

Hasil :

dilakukan perawatan luka


operasi dengan NaCl dan

4.64.

TTV :
120/80 mmhg,
4.114. N : 84

4.101.
4.103.

kemerahan.

4.113. TD :

mmhg.
4.60.

Panjang luka
7cm, terlihat

2. Memonitor tanda-tanda
4.56.

O:

kassa steril. Luka cukup


bersih.

43

x/menit, RR : 20
x/menit,
4.115. T :
37,1 oC.
4.116.

A:

Masalah belum
teratasi.
4.117.

P:

Intervensi
dilanjutkan.

4.65.

4. Melakukan alih posisi


dengan sering

4.66.

pertahankan kesejajaran
tubuh

4.67.

4.105.

Hasil : pasien di

anjurkan untuk miring


4.68.

kanan dan miring kiri.


5. Mempertahankan sprei

4.69.

tempat tidur tetap kering


dan bebas kerutan

4.70.

4.106.

Hasil : tempat

tidur dan sprei pasien


4.71.

bebas dari kerutan.


6. Berkolaborasi pemberian

4.72.

antibiotic
4.107.

Hasil : pasien

4.73.

diberikan metronidazole

15.20

fls dan diinjeksikan

WIB

cefepime melalui IV.

4.74.
4.75.
4.76.
4.77.
4.78.
4.79.

44

4.80.
16.00
WIB
4.81.
4.82.
4.83.
4.84.
4.85.
4.86.
4.87.
16.10
WIB
4.88.
4.89.
4.90.
4.91.
4.92.
4.93.
17.00
WIB

45

4.118.
3

4.119.

4.152.

31

4.153.

01 November

4.154.

2013

Okto
ber
2013
4.120.

4.164.

1. Memeriksa luka jahitan

4.165.

setiap hari

Pukul

15.15 WIB

Hasil : luka

4.166.

jahitan post operasi di

4.167.

4.121.

periksa dan didapatkan

15.15

hasil masih terlihat basah

lukanya masih

dan kulit kemerahan,

basah dan belum

panjang 7cm.

kering

WIB
4.122.
4.123.
4.124.
4.125.

4.155.

Tanggal

4.168.

dengan tehnik steril.

4.169.

4.156.

menggunakan larutan

kemerahan

NaCl dan kassa steril


3. Mengganti perban setiap
4.157.

Hasil : perban

4.128.

dengan menggunakan

15.20

kassa steril.

4.129.

4. Mengukur vital sign


setiap hari
4.158.

4.130.

Hasil : tanda

tanda vital pasien diukur


dan didapatkan hasil TTV

4.131.

klien :
4.159.

4.170.

TD : 120/80

46

A :

Masalah belum
teratasi
4.171.

di ganti setiap pagi

WIB

Luka tampak
masih basah, kulit

hari.
4.127.

O:

dibersihkan dengan

kemudian diberi betadine.


4.126.

Klien mengatakan

2. Membersihkan luka
Hasil : luka

S:

P :

Intervensi
dilanjutkan

4.132.
4.133.
4.134.

mmhg.
4.160.

N : 84 x/menit.

4.161.

RR : 20 x/menit

4.162.

T : 37,1 oC.

5. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian

4.135.

antibiotic

15.25

4.163.

WIB
4.136.

Hasil : pasien

diberikan metronidazole
fls dan diinjeksikan
cefepime melalui IV

4.137.
4.138.
4.139.
4.140.
17.15
WIB
4.141.
4.142.
4.143.
4.144.
4.145.
4.146.

47

4.147.
4.148.
4.149.
4.150.
17.00
WIB
4.151.
4.172.
4

4.173.

4.181.

31

4.182.

01 November

4.183.

2013

Okto
ber
2013
4.174.

4.186.

1. Menerangkan tentang
penyakit dan pengobatan
4.184.

Hasil:

Menjelaskan tentang
4.175.
15.25
WIB
4.176.
4.177.

4.187.

Pukul

15.15 WIB
4.188.

penyakit dan pengobatan.

S:

Klien mengatakan
mengerti tentang

2. Memberi motivasi pada

proses perawatan

pasien
4.185.

Tanggal

post operasi yang


Hasil : berikan

akan dialaminya

semangat utuk

4.189.

kesembuhan pasien.

O:

Klien tampak
tenang

4.178.

KU klien baik

4.190.
4.179.

A:

Masalah teratasi
4.191.

4.180.

Intervensi

48

15.40

dihentikan

WIB
4.192.
4.193.
4.194.

Nama Klien

: Tn A

Ruang

Tanggal

Medang
4.195.

No. Register : 16-24-63

November 2013
4.196.
4.197.

4.198.

No.

Tanggal/

D
x
4.201.
1

4.199.

Implementasi

4.200.

Evaluasi

Jam
4.202.

4.215.

4.216.
Nov
emb

4.221.

November 2013

4.217.

4.222.

1. Mengkaji tingkat nyeri

er

4.218.

2013

nyeri pasien dikaji dan

4.203.

Tanggal 2

Hasil : tingkat

Pukul

08.30 WIB
4.223.

didapatkan skala nyeri 3.

S:

Klien
mengatakan

2. Menciptakan lingkungan

bahwa nyeri di

4.204.

yang nyaman

area sekitar

08.30

4.219.

pembedahan

WIB
4.205.

Hasil : pasien

diberikan posisi
semifowler.
3. Memberikan terapi

4.206.

analgesic dan antibiotic


4.220.

4.207.

4.224.

berikan mtronidazole fls,


melalui IV

49

O:

KU klien sedang

Terdapat luka

Hasil: pasien di

katerolac dan cefepime


4.208.

mulai berkurang

insisi

TTV klien
4.225. TD :
120/70 mmHg

08.45

4.226. N : 80

WIB

x/menit

4.209.

4.227. RR : 18
x/menit

4.210.

4.228. T : 36,9

4.229.

4.211.

A:

Masalah teratasi
sebagian

4.212.

4.230.

12.00

P :

Intervensi

WIB

dilanjutkan

4.213.

4.231.
4.214.
4.232.
2

4.233.

4.275.

4.276.
Nov
emb

4.289.

November 2013

4.277.

4.290.

1. Mengkaji ulang integritas


luka dan observasi

4.291.

2013

terhadap tanda infeksi.

4.292.

4.278.

Hasil :

Pukul

08.30 WIB

er
4.234.

Tanggal 2

S:

Klien

integritas luka dikaji dan

mengatakan

4.235.

didapatkan hasil panjang

lukanya mulai

08.30

luka 7cm, luka terlihat

kering.

WIB
4.236.

sudah mulai kering, kulit

4.293.

terlihat kemerahan.

2. Memonitor tanda-tanda
4.237.

vital dan suhu tubuh


4.279.

Panjang luka 7
cm,

pasien.
4.238.

Luka tampak
kering

Hasil : TTV

50

O:

TTV :

4.239.
4.240.
4.241.
4.242.

dilakukan kepada pasien

4.294. TD :

dan didapatkan hasil

120/70 mmHg,

4.280.

4.295. N: 80

TD : 120/70

mmHg

x/menit,

4.281.

N : 80 x/menit

4.296. RR : 18

4.282.

RR : 18 x/menit

x/menit,

4.283.

T : 36,9

4.297. T :

36,9 oC.

3. Melakukan perawatan
4.243.

4.298.

A:

pada luka operasi sesuai

Masalah teratasi

dengan jadwal

sebagian.

4.244.

4.284.

11.30

dilakukan perawatan luka

Intervensi

operasi dengan NaCl dan

dilanjutkan.

WIB
4.245.

Hasil :

kassa steril. Luka cukup


bersih.

4.246.

4. Melakukan alih posisi


dengan sering

4.247.

pertahankan kesejajaran
tubuh

4.248.

4.285.

Hasil : pasien di

anjurkan untuk miring


4.249.

kanan dan miring kiri.


5. Mempertahankan sprei

4.250.

tempat tidur tetap kering


dan bebas kerutan

4.251.

4.286.

Hasil : tempat

tidur dan sprei pasien


4.252.

bebas dari kerutan.


6. Memberikan terapi

4.253.

antibiotic

51

4.299.

P:

4.287.

Hasil : pasien di

4.254.

injeksikan cefepime

10.00

melalui IV.

WIB

4.288.

4.255.
4.256.
4.257.
4.258.
4.259.
4.260.
4.261.
09.00
WIB
4.262.
4.263.
4.264.
4.265.
4.266.
4.267.

52

4.268.
09.10
WIB
4.269.
4.270.
4.271.
4.272.
4.273.
4.274.
11.00
4.300.
3

WIB
4.301.

4.332.

4.333.
Nov
emb

4.345.

1. Mengobservasi luka
jahitan

2013

4.335.

Tanggal 2

November 2013

4.334.

er
4.302.

4.344.

4.346.

Pukul

09.55 WIB
Hasil : luka

4.347.

jahitan post operasi di

4.348.

periksa dan didapatkan

S:

Klien

4.303.

hasil sudah mulai kering

mengatakan

09.55

dan kulit kemerahan,

lukanya mulai

panjang 7 cm.

kering

WIB
4.304.

2. Membersihkan luka
dengan tehnik steril.

4.305.

4.336.

4.349.

Hasil : luka

dibersihkan dengan

53

O:

Luka tampak
kering,

Tidak ada odema

4.306.

menggunakan larutan
NaCl dan kassa steril

4.307.

kemudian diberi betadine.


3. Mengganti perban setiap

4.308.

hari.
4.337.

4.309.
4.310.
10.00
WIB
4.311.

Hasil : perban

di ganti setiap pagi

4.314.

A :

sebagian.
4.351.

P :

dilanjutkan

4. Mengukur vital sign


setiap hari
4.338.

Hasil : tanda

dan didapatkan hasil


TD : 120/70

mmHg,
4.340.

N: 80 x/menit,

4.341.

RR : 18

4.342.

T : 36,9 oC.

antibiotik
4.343.

Hasil : pasien

4.317.

diberikan metronidazole

10.10

fls dan diinjeksikan

WIB

4.350.

kassa steril.

5. Memberikan terapi
4.316.

kemerahan

Intervensi

x/menit,
4.315.

Warna kulit

dengan menggunakan

4.339.
4.313.

Masalah teratasi

tanda vital pasien diukur


4.312.

pada luka

cefepime melalui IV

4.318.
4.319.
4.320.

54

4.321.
4.322.
11.30
WIB
4.323.
4.324.
4.325.
4.326.
4.327.
4.328.
4.329.
4.330.
4.331.
11.00
WIB
4.352.
4.353.
4.354.

Nama Klien

: Tn A

Ruang

Tanggal

:2

Medang
4.355.

No. Register : 16-24-63

November 2013

55

4.356.
4.357.
No.
D
x
4.361.
1

4.358.
Tgl/Jam

4.359.

4.362.

4.376.

4.377.
Nove
mber
2013

4.363.
4.364.
08.45
WIB
4.365.

Implementasi

4.382.

4.378.

4.383.

1. Mengkaji tingkat nyeri


4.379.

Hasil :

Tanggal 4
Pukul

08.45 WIB
4.384.

tingkat nyeri pasien

4.385.

dikaji dan didapatkan

skala nyeri 0

S:

Klien mengatakan
bahwa nyeri

2. Menciptakan lingkungan

hilang

yang nyaman

4.386.

4.380.

KU klien baik

Klien tampak

Hasil : pasien

semifowler.
3. Memberikan terapi

4.367.

Evaluasi

November 2013

diberikan posisi
4.366.

4.360.

analgesic dan antibiotic


4.381.

Hasil : pasien

4.368.

di injeksikan katerolak

09.55

dan cefepime (IV)

WIB

O:

tenang

Luka insisi klien


kering

TTV klien
4.387. TD :
120/80 mmHg
4.388. N : 82

4.369.

x/menit
4.389. RR : 20

4.370.

x/menit
4.390. T : 37

4.371.

4.391.

4.372.

A:

Masalah teratasi
56

12.00

4.392.

WIB

P :

Intervensi

4.373.

dihentikan.
4.393.

4.374.

(Pasien Pulang)

4.375.
4.394.
2

4.395.

4.438.

4.439.
Nove
mber
2013

4.396.

4.451.

Tanggal 4

November 2013

4.440.

4.452.

1. Mengkaji ulang

Pukul

08.30 WIB

integritas luka dan

4.453.

observasi terhadap

4.454.

tanda infeksi.

Klien mengatakan

4.397.

4.441.

08.30

integritas luka dikaji

sembuh tapi

dan didapatkan hasil

sudah mulai

panjang luka 7cm, luka

mengering dan

tampak kering,

tidak lembab lagi.

WIB
4.398.
4.399.

Hasil :

S:

2. Memonitor tanda-tanda
vital dan suhu tubuh

4.400.

Hasil : TTV

hasil
TD : 120/80

mmHg,
4.444.

4.404.

dilakukan kepada

4.443.
4.403.

O:

Panjang luka 7
cm

pasien dan didapatkan


4.402.

4.455.

pasien.
4.442.

4.401.

lukanya belum

N:

82x/menit,

57

Luka tampak
kering

TTV :
4.456. TD :
120/80 mmhg,
4.457. N: 82
x/menit,
4.458. RR : 20

4.445.

RR : 20

4.405.

x/menit

11.15

4.446.

WIB
4.406.

4.459. T :
T : 36,4 oC.

3. Melakukan perawatan
pada luka operasi
sesuai dengan jadwal

4.407.

4.447.

Hasil :

dilakukan perawatan
4.408.

luka operasi dengan


NaCl dan kassa steril.

4.409.

Luka cukup bersih.


4. Melakukan alih posisi

4.410.

dengan sering
pertahankan

4.411.

kesejajaran tubuh
4.448.

4.412.

Hasil : pasien

di anjurkan untuk
miring kanan dan

4.413.

miring kiri.
5. Mempertahankan sprei

4.414.

tempat tidur tetap


kering dan bebas

4.415.

kerutan

10.00

4.449.

WIB
4.416.

Hasil :

tempat tidur dan sprei


pasien bebas dari
kerutan.

4.417.

6. Memberikan terapi
antibiotic

4.418.

4.450.

Hasil : pasien

diinjeksikan cefepime

58

x/menit
36,4 oC.
4.460.

A:

Masalah teratasi.
4.461.

P:

Intervensi
dihentikan.
4.462.
Pulang)

(Pasien

4.419.

melalui IV.

4.420.
4.421.
4.422.
4.423.
09.15
WIB
4.424.
4.425.
4.426.
4.427.
4.428.
4.429.
4.430.
09.20
WIB
4.431.
4.432.
4.433.

59

4.434.
4.435.
4.436.
4.437.
11.00
4.463.
3

WIB
4.464.

4.496.

4.497.
Nove
mber
2013

4.465.

4.508.

Tanggal 3

November 2013

4.498.

4.509.

1. Memeriksa luka jahitan

09.50 WIB

setiap hari

4.510.

4.499.

4.511.

Hasil : luka

jahitan post operasi di

Pukul

S:

Klien mengatakan

4.466.

periksa dan didapatkan

lukanya sudah

09.50

hasil luka sudah kering

kering

WIB
4.467.

2. Membersihkan luka
dengan tehnik steril.
4.500.

4.468.

4.512.

Hasil : luka

dibersihkan dengan
NaCl dan kassa steril
kemudian diberi

4.470.

betadine.
3. Mengganti perban

4.471.

setiap hari.
4.501.

4.472.

Hasil :

perban di ganti setiap

60

Luka tampak
kering

menggunakan larutan
4.469.

O:

Tidak ada tandatanda infeksi

Tidak ada odema


pada luka

TTV :
4.513. TD :
120/80 mmHg,
4.514. N :
82x/menit,

10.00
WIB
4.473.

pagi dengan

4.515. RR : 20

menggunakan kassa

x/menit

steril.

4.516. T :

4. Mengukur vital sign


4.474.

setiap hari
4.502.

4.475.
4.476.

Hasil : tanda

tanda vital pasien

TD : 120/80

mmhg,
N: 82

x/menit,
RR : 20

10.15

4.506.

T : 36,4 oC.

5. Memberikan terapi
antibiotic
4.507.

Hasil : pasien

diberikan
metronidazole dan

4.482.

P :

4.519.
(Pasien Pulang)

x/menit

4.481.

4.518.

dihentikan

4.479.

4.480.

Masalah teratasi

hasil

4.505.

WIB

A:

Intervensi

4.504.
4.478.

4.517.

diukur dan didapatkan


4.503.
4.477.

36,4 oC.

diinjeksikan cefepime
melalui IV

4.483.
4.484.
4.485.
11.15
WIB
4.486.

61

4.487.
4.488.
4.489.
4.490.
4.491.
4.492.
4.493.
4.494.
11.00
WIB
4.495.
4.520.
4.521.
4.522.
4.523.

BAB VI

4.524.

PENUTUP

4.525.
5.1.Kesimpulan
4.526.
4.527. Tn A yang berumur 83 tahun, dirawat di ruang medang RSUD
Sekayu dengan diagnosa medis hernia inguinalis lateralis. Satu hari sebelum
pengkajian klien menjalani operasi herniotomi, pada bagian bawah perut sebelah

62

kiri. Sehari setelah menjalani operasi klien mengatakan nyeri pada daerah luka
operasi herniotomi pada abdomen sinistra bagian bawah, skala nyeri 5 (nyeri
sedang), durasi 2 menit, frekuensi hilang timbul
4.528. Setelah

dilakukan

anamnese

dan

pemeriksaan

fisik

serta

pemeriksaan laboratorium penulis mendapatkan 4 masalah keperawatan yang


dialami klien, kemudian melakukan implementasi keperawatan terhadap klien
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Setelah 3 hari perawatan klien
menunjukkan perbaikan dan diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab
klien.
4.529.
5.2.Saran
4.530.
4.531. Berdasakan simpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai bahan pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah hernia.
Adapun saran yang penulis sampaikan adalah diharapkan agar pembaca melatih
penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga berat badan normal, sehat
secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat sehingga dapat
mencegah hernia. Diagnosa awal hernia sangat membantu dalam pencegahan
penyakit ini. Namun, setelah hernia terjadi, individu harus mencari perhatian
medis dan menghindari mengangkat benda yang derat, yang berkontribusi pada
terjadinya hernia.
4.532.
4.533.
4.534.
4.535.

4.536.

DAFTAR PUSTAKA

4.537.
4.538. Doenges, Marilynn, E., et. al.. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan:

Pedoman

untuk

Perencanaan

dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :


EGC
4.539.

Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.

63

4.540.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC.

4.541.

Dermawan, Rahmat. 2012. Asuhan Keperawtan Post Op Herniotomi.


(Online

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-

muhamadmal-6751-2-babii.pdf) Diakses tanggal 28 Oktober 2013


4.542.

Sartono,

et

al.

2010.

Buku

Bedah

Umum.

(Online

http://yumizone.files.wordpress.com/2008/12/buku-bedah-umum.pdf)
Diakses tanggal 01 November 2013
4.543. Yulianti, Maria. 2011. Askep Hernia Inguinalis Lateralis. (Online :

http://id.scribd.com/doc/137781049/Askep-Hernia-3#download) Diakses
tanggal 02 November 2013

64

Вам также может понравиться