Вы находитесь на странице: 1из 113

PAJAK

INTERNASIONAL
Presented by:

Iji Samaji, S.E., M.Si., Ak., CA., BKP.


081 357 822 744
0819- 13200 364
(Home) 022-8888 6851
08888299629
022-61567822
08889438080
iji_sam@yahoo.co.id
kkpisam_cmh@yahoo.co.id

Lecturer n Chartered Accountant


Tax Instructor / Accounting Trainer
Registered Tax Consultants / Tax Adviser

Accounting Service & Management


Advisory
Writer Instructor Lecturer

TRANSFER PRICING
DALAM PERPAJAKAN

Oleh:
Iji Samaji, S.E, M.Si., Ak, CA., BKP.

Tax Accounting Advisory

Outline
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
(Arms Length Principle)
Konsep Hubungan Istimewa
Penerapan Arms Length Principle
a. Jenis transaksi
b. Transfer Pricing Methods
c. Harga Wajar/Laba Wajar

Kewajiban Menyusun TP Documentation


Kewenangan Direktur Jenderal Pajak
Hak Wajib Pajak (MAP dan APA)

Definisi Transfer Pricing

Umum

Pajak

Pengalokasian laba untuk tujuan perpajakan dan


tujuan-tujuan lainnya antar bagian-bagian grup
perusahaan afiliasi atau multinasional.

Menurut PER-43/PJ/2010 dan PER-32/PJ/2011 :


Transfer Pricing adalah Penentuan harga dalam
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa

Kepentingan DJP
Wajib Pajak tidak menggunakan Penetapan
Harga Transfer (transfer pricing) sebagai sarana
untuk menghindari pengenaan pajak di
Indonesia
Wajib Pajak menggunakan prinsip kewajaran
(arms length principle), yang merupakan
konsensus internasional, dalam penetapan harga
transfer (transfer pricing) transaksi afiliasinya

Wajib Pajak tidak terindikasi


melakukan TP abuse
1. WP menerapkan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha (arms length principle) dalam
penetapan harga transfer (transfer pricing)
2. WP memiliki dan dapat menunjukkan proses
dan dokumentasi dari proses penetapan harga
transfer yang mengaplikasikan prinsip
kewajaran
3. Melaporkan transaksi afiliasinya dalam SPT
Tahunan PPh

1996 & prior

1997/ 1998

1999/ 2000

2001/ 2002

2003/2004
Hungary
Colombia
Malaysia

First level
Second level
Third level
Fourth level

Thailand

Thailand

Portugal

Portugal

Poland

Poland

Peru

Peru

India

India

Netherlands

Netherlands

Germany

Germany

Germany

Kazakhstan

Kazakhstan

Kazakhstan

Russia

Russia

Russia

Denmark

Denmark

Denmark

Belgium

Belgium

Belgium

Venezuela

Venezuela

Venezuela

Argentina

Argentina

Argentina

Canada

Canada

Canada

UK

UK

UK

China

China

China

China

Slovakia

Slovakia

Slovakia

Slovakia

Brazil

Brazil

Brazil

Brazil

Italy

Italy

Italy

Italy

Italy

New Zealand

New Zealand

New Zealand

New Zealand

New Zealand

Mexico

Mexico

Mexico

Mexico

Mexico

Korea

Korea

Korea

Korea

Korea

France

France

France

France

France

Czech Republic

Czech Republic

Czech Republic

Czech Republic

Czech Republic

Spain

Spain

Spain

Spain

Spain

Australia

Australia

Australia

Australia

Australia

South Africa

South Africa

South Africa

South Africa

South Africa

USA

USA

USA

USA

USA

Arms Length Principle

Kewajaran dan Kelaziman Usaha


Arms Length Principle (PER-43/PJ/2010, Pasal 1 ayat (6))
prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam
transaksi yang dilakukan antara:
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
sama atau sebanding dengan
kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang menjadi
pembanding,

maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan


antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
harus sama dengan atau berada dalam rentang harga
atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihakpihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang
menjadi pembanding .

Kewajaran dan Kelaziman Usaha


Update PER-32/PJ/2011 pasal 3 ayat (3)
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arms
Length Principle/ALP) mendasarkan pada norma
bahwa harga atau laba atas transaksi yang dilakukan
oleh pihak-piihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga
transaksi tersebut mencerminkan harga pasar yang
wajar (Fair Market Value/FMV)

ARMS LENGTH PRINCIPLE


Harga dan laba sama
dengan harga dan laba
transaksi independen
(untuk kondisi dan transaksi
sejenis);

Nilai transaksi
antar Wajib Pajak
yang mempunyai
hubungan
Harga dan laba berbeda,
istimewa disebut
dan nilai dari beda harga
dan laba sama dengan nilai
wajar bila:
dari beda kondisi (untuk
kondisi dan transaksi yang
tidak sejenis)

Kelaziman Usaha (1)


Penilaian atas kelaziman usaha suatu transaksi
dilakukan berdasarkan tinjauan ekonomis
mengenai kondisi dan syarat dari suatu
transaksi dan kondisi WP yang melakukan
transaksi dibandingkan dengan kondisi dan
syarat ekonomis dari sektor usaha WP yang di
dalamnya tidak terdapat transaksi dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, terkait
cara WP melakukan kegiatan usaha dan hasil
dari melakukan kegiatan usahanya.

Kelaziman Usaha (2)


Suatu transaksi disebut dengan transaksi yang
dilakukan dengan kondisi dan syarat yang lazim
serta dengan nilai yang lazim apabila the PLI and
the conditions of the related party transaction,
economically realistic dibandingkan dengan PLI dan
kondisi sektor usahanya
Dalam praktek internasional, prinsip kelaziman
usaha digunakan sebagai salah satu faktor untuk
menentukan kasus yang akan diteliti (review)
dan/atau diperiksa kewajarannya.

Konsep Hubungan Istimewa

Pasal 18 ayat (3) UU PPh


Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya
sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha
yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa
dengan menggunakan metode perbandingan harga
antara pihak yang independen, metode harga
penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode
lainnya.

Menurut PER-43/PJ/2010

Hubungan Istimewa (1)


Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh
Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan modal
langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada
Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua
Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua
Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
WP menguasai WP lainnya atau dua atau lebih WP
berada di bawah penguasaan yang sama baik
langsung maupun tidak langsung; atau
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat.

Menurut PER-43/PJ/2010

Hubungan Istimewa (2)


Pasal 2 Undang-Undang PPN
(1) Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga
pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak itu dilakukan.
(2) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dianggap
ada apabila :
a) dua atau lebih Pengusaha, langsung atau tidak langsung berada
dibawah pemilikan atau penguasaan Pengusaha yang sama, atau
b) Pengusaha yang satu menyertakan modal 25% (dua puluh lima
persen) atau lebih dari jumlah modal pada pengusaha yang lain,
atau hubungan antara Pengusaha yang menyertakan modalnya
sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pihak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih
yang disebut terakhir.

HUBUNGAN ISTIMEWA (1)


PT A

Penyertaan 25%
atau Lebih

PT B
Hubungan antara A dan B merupakan hubungan istimewa.

HUBUNGAN ISTIMEWA (2)


PT A

Penyertaan 50% atau Lebih

PT B

PT C

Penyertaan 50% atau Lebih

PT D

Hubungan antara A, B, C, dan D adalah hubungan


Istimewa

HUBUNGAN ISTIMEWA (3)


PT K

Penguasaan melalui management atau teknologi

PT L

PT M

Hubungan antara K, L, dan M merupakan hubungan istimewa

Penguasaan melalui management; satu pihak dikuasai (tergantung)


oleh pihak lain dalam hal management

Penguasaan melalui teknologi; satu pihak dikuasai (tergantung)


oleh pihak lain dalam hal teknologi

Hubungan Darah atau Perkawinan :


Yaitu hubungan istimewa karena terdapat hubungan keluarga baik sedarah
maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu
derajad.
Sedarah lurus satu derajad adalah ; ayah, ibu, dan anak.
Sedarah kesamping satu derajad ; saudara (kandung, seayah, atau seibu).
Semenda lurus satu derajad ; mertua dengan menantu atau orang tua
dengan anak tiri.
Semenda ke samping satu derajad ; ipar.
Apabila antara suami dan istri dilakukan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan, maka antara suami istri tersebut terdapat hubungan istimewa.

Penerapan
Arms Length Principle

Langkah-langkah Penerapan Arms ALP


(PER-43/PJ/2010, Pasal 3 ayat (2))

Melakukan analisa kesebandingan dan menentukan


harga pembanding
Menentukan metode penentuan harga transfer (TP
Method) yang tepat
Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
berdasarkan hasil analisa kesebandingan dan metode
penentuan harga WP dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan
harga wajar atau laba wajar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan pajak yang berlaku

Transaksi TP yang didokumentasikan


PER-43/PJ/2011 pasal 2 ayat (1)
Ruang lingkup Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini
adalah transaksi yang dilakukan Wajib Pajak dengan
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa .
PER-32/PJ/2011 pasal 2 ayat (1)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku untuk
Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing) atas
transaksi yang dilakukan Wajib Pajak Dalam Negeri
atau Bentuk Usaha Tetap di Indonesia dengan Wajib
Pajak Luar Negeri diluar Indonesia

Transaksi TP yang didokumentasikan


(PER-43/PJ/2010, Pasal 2 ayat (2))
1. penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan
barang berwujud maupun barang tidak berwujud;
2. sewa, royalti, atau imbalan lain yang timbul akibat
penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun
harta tidak berwujud ;
3. penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan
penyerahan atau pemanfaatan jasa;
4. alokasi biaya ; dan
5. penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk
instrumen keuangan, dan penghasilan atau
pengeluaran yang timbul akibat penyerahan atau
perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan
dimaksud

Transaksi TP yang didokumentasikan


(PER-32/PJ/2011, Pasal 2 ayat (2))
Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan pihakpihak yang mempunyai Hubungan Istimewa yang merupakan
Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini hanya
berlaku untuk transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
untuk memanfaatkan perbedaan tarif pajak yang disebabkan
antara lain:
a. perlakuan pengenaan Pajak Penghasilan final atau tidak final
pada sektor usaha tertentu;
b. perlakuan pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
atau
c. transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor
Kontrak Kerja Sama Miga

Transaksi TP yang didokumentasikan


(PER-43/PJ/2010, Pasal 3 ayat (3))

Transaksi yang nilainya lebih dari Rp 10 juta (pasal 3


ayat (3))
Hal ini merupakan penerapan konsep safe harbour
a statutory provision that applies to a given category
of taxpayers and that relieves eligible taxpayers from
certain obligations compliance relief, certainty,
administrative simplicity
Update nilai yang diuji berdasarkan PER-32/PJ/2011
Transaksi yang nilai seluruh transaksi untuk setiap
lawan transaksi Rp 10 milyar (pasal 3 ayat (4))

Analisa Kesebandingan (1)


analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat
Jenderal Pajak atas kondisi dalam transaksi yang
dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa untuk diperbandingkan
dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa,
dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi
dalam kedua jenis transaksi dimaksud .

Analisa Kesebandingan (2)


(Pasal 4)
a. Pengertian sebanding (comparable):
1) tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan
yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang
diperbandingkan; atau
2) terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan
penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material
atau signifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga
atau laba;
b. dalam hal tersedia Data Pembanding Internal (internal comparable)
dan Data Pembanding Eksternal (external comparable) dengan
tingkat kesebandingan (comparability) yang sama, maka Wajib Pajak
wajib menggunakan Data Pembanding Internal untuk penentuan
Harga Wajar atau Laba Wajar

Analisa Kesebandingan (3)


Pasal 4 ayat 1 huruf c update PER-32/PJ/2011
c. dalam hal Data Pembanding Internal yang tersedia sebagaimana
dimaksud pada huruf b bersifat insidental, maka Data Pembanding
Internal dimaksud hanya dapat dipergunakan dalam transaksi yang
bersifat insidental antara Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa

Analisa Kesebandingan (4)


update PER-32/PJ/2011 Pasal 4A
Data Pembanding

Data Pembanding Internal dan Data Pembanding


Eksternal harus memenuhi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kesebandingan;
Dalam hal Data Pembanding Internal telah memenuhi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kesebandingan, maka Data Pembanding Eksternal tidak
diperlukan;
Data Pembanding Eksternal dapat diperoleh dari
database komersial maupun database lainnya;

Analisa Kesebandingan (5)


(Pasal 5)
Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan:
a. Karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta
tidak berwujud yang diperjualbelikan, termasuk jasa;
b. Fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi:
c. Ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian;
d. Keadaan ekonomi;
e. Strategi usaha.

Analisis atas karakteristik barang/jasa


(Pasal 6)
Menganalisis karakteristik barang berwujud:
a. Ciri-ciri fisik barang
b. Kualitas barang
c. Daya tahan barang
d. Tingkat ketersediaan barang, dan
e. Jumlah penawaran barang

Analisis atas karakteristik barang/jasa


(Pasal 6)
Analisis karakteristik barang tidak berwujud:
a. Jenis transaksi
b. Jenis barang tidak berwujud yang diserahkan
c. Jangka waktu dan tingkat perlindungan yang
diberikan, dan
d. Potensi manfaat yang dapat diperoleh dari
penggunaan barang tidak berwujud tersebut

Analisis atas karakteristik jasa


Analisis karakteristik jasa (Pasal 6):
a. sifat dan jenis jasa ; dan
b. cakupan pemberian jasa
Menilai kewajaran dan kelaziman transaksi jasa:
a. Existence / penyerahan atau perolehan jasa benarbenar terjadi;
b. Economic benefit / terdapat manfaat ekonomis atau
komersial dari perolehan jasa; dan
c. Arms length value / nilai transaksi jasa antara pihakpihak yang mempunyai mempunyai Hubungan Istimewa
sama dengan nilai transaksi jasa yang dilakukan antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
yang mempunyai kondisi yang sebanding, atau yang
dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak untuk keperluannya

Analisis fungsi
pasal 7 (update PER-32/PJ/2011)
Melakukan analisis fungsi:
a.

b.

c.
d.

struktur organisasi dan posisi perusahaan yang diuji dalam


kelompok usaha serta manajemen mata rantai (industry value
chain) kelompok usaha
fungsi-fungsi utama yang dijalankan oleh suatu perusahaan
seperti desain, pengolahan, perakitan, penelitian, pengembangan,
pelayanan, pembelian, distribusi, pemasaran, promosi,
transportasi, keuangan, dan manajemen serta karakteristik utama
perusahaan seperti jasa maklon (toll manufacturing), manufaktur
dengan fungsi dan risiko terbatas (contract manufacturing), dan
manufaktur dengan fungsi dan risiko penuh (fully fledge
manufacturing)
jenis aktiva yang digunakan atau akan digunakan seperti tanah,
bangunan, peralatan, dan harta tidak berwujud, serta sifat dari
aktiva tersebut seperti umur, harga pasar, dan lokasi
risiko yang mungkin timbul dan harus ditanggung oleh masingmasing pihak yang melakukan transaksi seperti risiko pasar, risiko
kerugian investasi, dan risiko keuangan

Analisis ketentuan dalam kontrak/perjanjian


pasal 8 (update PER-32/PJ/2011)
Dalam melakukan penilaian dan analisis atas ketentuanketentuan dalam kontrak/perjanjian harus dilakukan
analisis terhadap tingkat tanggung jawab, risiko, dan
keuntungan yang dibagi antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa untuk dibandingkan
dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa, yang meliputi ketentuan tertulis dan
tidak tertulis.
Dalam hal tidak terdapat dokumen tertulis, hubungan
kontrak para pihak dapat ditentukan dari peran/perilaku
para pihak atau prinsip ekonomi, yang umumnya
mengatur hubungan para pihak tersebut

Analisis keadaan ekonomi


Pasal 9 (update PER/32/PJ/2011)
Analisis keadaan ekonomi diperlukan untuk
memperoleh tingkat kesebandingan dalam
pasar tempat beroperasinya para pihak yang
melakukan transaksi.

Analisis keadaan ekonomi


Pasal 9 (update PER/32/PJ/2011)
Keadaan ekonomi yang diharuskan diidentifikasi
untuk menentukan tingkat kesebandingan pasar
mencakup:
a. Lokasi geografis
b. Luas pasar
c. Tingkat persaingan dalam pasar serta posisi
antara penjual dan pembeli
d. Ketersediaan barang atau jasa pengganti
e. Tingkat permintaan dan penawaran dalam pasar
baik secara keseluruhan maupun regional

Analisis keadaan ekonomi


Pasal 9 (update PER/32/PJ/2011)
Keadaan ekonomi yang diharuskan diidentifikasi
untuk menentukan tingkat kesebandingan pasar
mencakup:
f. Daya beli konsumen
g. Sifat dan cakupan pemerintah dalam pasar
h. Biaya produksi termasuk biaya tanah, upah
tenaga kerja, dan modal; biaya transportasi; dan
tingkatan pasar
i. tanggal dan waktu transaksi; dan sebagainya

Analisis atas strategi usaha


(Pasal 10)
Penilaian dan analisis atas strategi usaha harus
dilakukan antara lain dengan mengidentifikasi
inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat
diversifikasi barang/jasa, tingkat penetrasi
pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya,
yang terjadi pada pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dan pihak-pihak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa .

Comparability Analysis Matrix


No

Factors

Related Party
Transactions

Tax
Payer
1

Characteristics of goods and


services

Functions, Assets and Risks

Contractual Terms

Economic Circumstances

Business Strategies

Related
Party

Non Related Party


Transactions

Tax
Payer

Non
Related
Party

Pembanding
Transaksi antar pihak independen
atau
Pihak independen yang melakukan transaksi
dengan pihak lain yang independen, yang
sebanding dengan pihak yang melakukan
transaksi afiliasi

CONTOH PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN


(Dalam Transaksi Penjualan Barang Berwujud)
Independent Customer

USA

PO + L/C

Invoice and other monetary terms


documents, usually send by post
FOB

190

Goods and non


monetary terms
documents

FOB
200

Low Tax Rate Country


B

Sales/Marketing Company
shareholders/sister Company of A

FOB
PO + Bank Transfer TT
150

Invoice and other monetary terms


documents, usually send by post

A
Manufacturing Company Subsidiary/Sister
Company of B

INDONESIA

COGS = 140

Permasalahan: Berapa harga pasar wajar untuk penyerahan barang dari A to B

HARGA PASAR WAJAR


UNTUK TRANSAKSI A B
Penentuan apakah harga transfer pada transaksi A-> B
merupakan harga yang wajar dibandingkan degan A->D
akan dipengaruhi hasil comparability analysis antara
transaksi A->B dengan transaksi A->D.

2 (DUA) KEMUNGKINAN PENDAPAT


Berdasarkan prinsip kewajaran dan sebagai aplikasi
metode comparable uncontrolled price, terdapat 2
(dua) kemungkinan pendapat:
Pendapat (1)
Bila
kondisi
transaksi
penjualan A->B sama dengan
kondisi transaksi penjualan A>D, sedangkan harga kedua
transaksi tersebut berbeda,
maka dapat disebutkan bahwa
harga transaksi A->B tidak
wajar.

Pendapat (2)
Bila kondisi transaksi penjualan
A->B tidak sama dengan kondisi
transaksi
penjualan
A->D,
sedangkan
harga
kedua
transaksi tersebut berbeda,
maka terdapat kemungkinan
bahwa harga transaksi A->B
adalah harga wajar, sepanjang
dapat ditunjukkan bahwa nilai
dari beda kondisi transaksi
tersebut setara dengan beda
nilai harga jual kedua transaksi.

FAKTOR-FAKTOR KESEBANDINGAN
Karakteristik dari produk yang ditransaksikan
Hasil analisis mengenai fungsi yang dilakukan, asset
yang digunakan dan resiko bisnis yang melekat pada
masing-masing pihak yang terlibat dalam transaksi

Ketentuan kontrak antara A->B dan A->D

Strategi bisnis perusahaan A dalam transaksi A->B dan


A->D
Keadaan ekonomi di mana A,B, C, dan D berdomisili

OECD Transfer Pricing Guidelines

HUBUNGAN PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN


DENGAN HASIL ANALISIS FUNGSIONAL
No
.

Fungsi yang Dilakukan A

A->D
Transaksi
Independen

A->B
Transaksi
Hubungan
Istimewa

1.

Product development and


ownership of trade marks and
names

2.

Material purchasing

3.

Manufacturing

4.

Storage and dispatch

5.

Collection of payment

6.

Marketing

7.

Selling and distribution

8.

Warranty

HUBUNGAN PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN


DENGAN HASIL ANALISIS FUNGSIONAL
No.

Fungsi yang Dilakukan A

A->D
Transaksi
Independen

A->B
Transaksi
Hubungan
Istimewa

1.

Product development and


ownership of trade marks and
names

2.

Material purchasing

3.

Manufacturing

4.

Storage and dispatch

5.

Collection of payment

6.

Marketing

7.

Selling and distribution

8.

Warranty

X
Sales price $190

Beda fungsi
yg dilakukan
A

Sales price $150

PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN


BERDASARKAN HASIL ANALISIS KEWAJARAN

Bila nilai dari beda fungsi A dalam transaksi A->B


dan A->D, setara dengan USD 40/unit, maka transaksi A>B disebut wajar dibandingkan dengan A->D,

Sebaliknya, bila nilai dari beda fungsi tidak setara


dengan USD 40/unit, maka transaksi A->B disebut tidak
wajar dibandingkan dengan A->D.

METODE TRANSFER PRICING

Metode Transfer Pricing


update PER-32/PJ/2011 pasal 11
Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar wajib
dilakukan kajian untuk menentukan metode Penentuan Harga
Transfer yang paling sesuai (The Most Appropriate Method)
Metode Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang dapat diterapkan adalah:
a. metode perbandingan harga antara pihak yang tidak
mempunyai hubungan istimewa (comparable uncontrolled
price/CUP);
b. metode harga penjualan kembali (resale price
method/RPM);
c. metode biaya-plus (cost plus method/CPM);
d. metode pembagian laba (profit split method/PSM); atau
e. metode laba bersih transaksional (transactional net margin
method/TNMM)

Comparable Uncontrolled Price (CUP)

Melakukan perbandingan pada tingkat harga secara


langsung.
Jika kondisinya sebanding, maka harga kepada
hubungan istimewa harus sama dengan harga pada
pihak ketiga
Syarat:
barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki
karakteristik yang identik
kondisi transaksi yang dilakukan sebanding atau
dapat dilakukan penyesuaian sehingga kondisinya
menjadi sebanding
Contoh Kasus

CUP Method
PT A dan B Ltd. ada hubungan istimewa:
PT A

Barang/Jasa X

B Ltd.

Harga Rp 2 Juta (fob destination)

PT A dan C, Inc. tidak ada hubungan


istimewa;
PT A

Barang/Jasa X

C Inc.

Harga Rp 2 Juta (fob shipping point)


Jika diketahui bahwa biaya transportasi dan asuransi dari PT A ke B Ltd
sebesar Rp 250.000, maka harga wajar dari PT A ke B Ltd (fob
destination) adalah Rp 2.250.000.

Resale Price Method


Melakukan perbandingan dengan cara mengurangkan harga
terhadap gross margin yang kemudian dibandingkan terhadap
perusahaan lain pada industri sejenis
Biasanya dilakukan pada barang yang diberikan nilai tambah
yang tidak signifikan
Kondisi:
Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi yang
dibandingkan, khususnya mengenai fungsi, meskipun
barang/jasa yang diperjual belikan berbeda.
Biasanya dilakukan pada perusahaan distribusi (yang tidak
melakukan nilai tambah secara signifikan terhadap barang).
Perusahaan yang diuji biasanya melakukan pembelian semua
atau sebagian besar kepada hubungan istimewanya dan
melakukan penjualan kepada pihak ketiga.

Contoh Kasus

Resale Price Method


A Ltd. dan PT A ada hubungan istimewa;
A Ltd.

Barang X

PT A

Harga Rp 8 Jt per unit

PT A dan PT B tidak ada hubungan


istimewa;
Barang X
PT A

PT B

Harga Rp 10 Jt per unit

Jika diketahui bahwa norma keuntungan kotor untuk usaha yang sama
dengan PT A adalah 25%, maka harga jual wajar dari A Ltd. ke PT A atas
barang X adalah Rp 7,5 Jt per unit.

Cost Plus Method

Melakukan perbandingan pada gross margin yang


didapatkan (yang dibandingkan adalah penambahan
dari costnya, apakah wajar atau tidak)
Dilakukan pada barang yang mempunyai struktur
biaya yang sama atau dapat diketahui harga bahan
penyusunnya

Kondisi:
Biasanya diaplikasikan pada barang setengah jadi, di
mana terdapat perjanjian joint-facility dan perjanjian
pembelian dan penjualan jangka panjang
Transaksi ini secara normal dapat diaplikasikan pada
perspektif penyediaan jasa
Contoh Kasus

Profit Split Method

Mengidentifikasi total profit yang didapatkan dari seluruh


grup dari value chain perusahaan
Membagi total profit tersebut sesuai dengan kontribusi dan
nilai ekonomis dari masing-masing perusahaan asosiasi
yang terkait
Kondisi:
Diaplikasikan untuk perusahaan yang memiliki rantai usaha
atau dalam satu group rantai usaha
Transaksi antara related parties sangat terkait satu sama
lain sehingga tidak dimungkinkan untuk kajian secara
terpisah.
Terdapat intangible property yang unik antara related parties
sehingga sulit untuk menemukan pembanding.
Contoh Kasus

Transactional Net Margin Method (TNMM)

TNMM mengidentifikasi net profit margin yang


dibandingkan dengan dasar nilai tertentu (biaya,
penjualan, atau aset)
Misalnya dengan menggunakan return on sales atau
berry ratio (rasio gross margin dibagi dengan
operating expense)

Kondisi:
Dapat digunakan jika perusahaan pembanding
memiliki FAR (function performed, asset used, dan
risk assumed) yang sama dengan perusahaan yang
diuji
Contoh Kasus

DIRECT vs INDIRECT
TRANSFER PRICING METHODOLOGY
P&L STATEMENT

TP METHOD

DESCRIPTION OF TP
METHODOLOGY

Sales (=Price)

Most Direct

Langsung menetapkan harga, tanpa


dipengaruhi unsur P&L lain

Direct Method

Penetapan harga wajar dilakukan


berdasarkan gross margin wajar,
sehingga dalam penerapannya perlu
memperhatikan unsur COGS

Indirect Method

Penetapan harga wajar dilakukan


berdasarkan operating margin wajar,
sehingga dalam penerapannya perlu
memperhatikan unsur COGS dan
Operating Expenses

Cost of Sales
Gross Margin

Operating Expenses
Operating Income

Konsep Single Price (1)


Konsep Harga atau Laba tunggal digunakan jika
Pembanding yang digunakan hanya berupa satu
data tunggal
Transaksi dianggap wajar apabila harga /
margin dari transaksi hubungan istimewa sama
dengan atau lebih besar dibandingkan dengan
transaksi dengan pihak independen, faktor lain
dianggap telah sama (ceteris paribus)
Pasal 13 ayat 1 PER-43/PJ/2010:
Penerapan Prinsip Kewajaran dan dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa

Konsep Single Price (2)


PT A menjual barang kepada PT B (hubungan
istimewa) sebesar USD 100
Data pembanding: PT A menjual barang kepada
PT C (pihak independen) sebesar USD 110
Maka penjualan PT A kepada pihak hubungan
istimewanya dianggap tidak wajar karena:
harga transfer kepada pihak hubungan istimewa
< harga transfer kepada pihak independen

Konsep Arms Length Range (1)


Konsep rentang harga atau laba wajar digunakan bila
terdapat beberapa data pembanding yang dipakai:
Yang diterima sebagai arms length range adalah
rentangan antara kuartil pertama dan ketiga
Harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. transaksi atau data pembanding yang digunakan
dapat diandalkan dan sebanding
b. didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang
memadai bahwa penetapan harga atau laba tunggal
tidak dapat dilakukan
Pasal 13 ayat 1 PER-43/PJ/2010:
Penerapan Prinsip Kewajaran dan dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara WP dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa

Konsep Arms Length Range (2)


No

Comparable Companies

1
2
3
4
5
6
7

PT A
PT B
PT C
PT D
PT E
PT F
PT G
Tested Company

Weighted
Average
3 years
(%)
0.04
4.81
5.82
3.38
0.70
2.27
6.89
4.77

2009
(%)

2008
(%)

2007
(%)

0.70
4.35
5.32
4.56
2.12
2.61
3.09
5.17

-2.18
4.70
7.06
2.11
-0.86
2.47
6.51
6.10

1.36
5.58
4.80
3.70
1.06
1.31
10.03
2.99

Maximum

6.89

5.32

7.06

10.03

Upper Quartile (Q3)

5.31

4.46

5.60

5.19

Median (Q2)

3.38

3.09

2.47

3.70

Lower Quartile (Q1)

1.48

2.37

0.63

1.33

Minimum

0.04

0.70

-2.18

1.06

Harga Wajar/Laba Wajar


(Pasal 13)
Harga Wajar atau Laba Wajar berdasarkan metodemetode Penentuan Harga Transfer dapat ditentukan
dalam bentuk harga atau laba tunggal (single price) atau
dalam bentuk Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar
(arm's length range/ALR) .
Rentang Harga Wajar atau Laba Wajar merupakan
rentangan antara kuartil pertama dan ketiga yang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat


diandalkan; dan
didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai
bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak dapat
dilakukan.

HARGA WAJAR
Harga
wajar
transaksi
hubungan
istimewa

Harga
transaksi
=
independen

()
atau
(+)

Nilai Beda
Kondisi
Transaksi

LABA WAJAR

Laba
bersih
operasi
wajar

Laba bersih
operasi
transaksi
independen

()
atau
(+)

Nilai Beda Kondisi


Transaksi yang
mempengaruhi
laba bersih
operasi

FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB PERBEDAAN HARGA
Dalam membandingkan harga harus memperhatkan kondisi yang
menyebabkan perbedaan harga, antara lain:
Pasar-pasar
yang berbeda
secara geografis

Mata rantai
penjualan dari
produsen ke
konsumen

Potongan harga
dan potongan
kuantitas (diskon
dan rabat)

Kualitas barang

Biaya
transportasi

Asuransi

WEWENANG DIRJEN PAJAK


MELAKUKAN KOREKSI HARGA
Terdapat
hubungan
istimewa

Harga Tidak
Wajar

Harga Wajar

Tidak terdapat
hubungan
istimewa

Harga Tidak
Wajar

Harga Wajar

DJP
berwenang
melakukan
koreksi harga

DJP tidak
berwenang
melakukan
koreksi harga

Kewajiban Menyusun TP
Documentation

Kewajiban penyusunan
TP Documentation
Pasal 18 ayat (1)
Wajib Pajak wajib menyelenggarakan dan menyimpan
buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP dan
peraturan pelaksanaannya.
Pasal 18 ayat (2)
Termasuk dalam pengertian dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen yang menjadi
dasar penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha pada transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.

Kewajiban penyusunan TP Documentation


update PER-32/PJ/2011
Pasal 18 ayat (3)
Wajib Pajak wajib menyampaikan dokumentasi dalam
melaporkan transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), yang terdiri dari satu set dokumen induk dan satu
set lampiran dari dokumen induk.
Pasal 18 ayat (4)
Wajib Pajak dapat menentukan sendiri jenis dan bentuk
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
harus diselenggarakan disesuaikan dengan bidang
usahanya sepanjang dokumen tersebut mendukung
penggunaan metode penentuan Harga Wajar atau Laba
Wajar yang dipilih.

Dokumentasi TP
(update PER-32/PJ/2011, Pasal 18 ayat (5))
Dokumen penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar yang harus disediakan
oleh Wajib Pajak sekurang-kurangnya mencakup :
a. gambaran perusahaan secara rinci seperti struktur kelompok usaha,
struktur kepemilikan, struktur organisasi, aspek-aspek operasional
kegiatan usaha, daftar pesaing usaha, dan gambaran Iingkungan
usaha;
b. kebijakan penetapan harga dan/atau penetapan alokasi biaya;
c. hasil Analisis Kesebandingan atas karakteristik produk yang
diperjualbelikan, hasil analisis fungsional, kondisi ekonomi, ketentuanketentuan dalam kontrak/perjanjian, dan strategi usaha;
d. pembanding yang terpilih; dan
e. catatan mengenai penerapan metode penentuan Harga Wajar atau
Laba Wajar yang dipilih oleh Wajib Pajak serta alasan penolakan
metode yang tidak dipilih.

Kewenangan
Direktur Jendral Pajak

KEWENANGAN DIRJEN PAJAK (1)


Pasal 20 ayat (1):
Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan
kembali besarnya penghasilan dan pengurangan
untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak pada transaksi yang dilakukan antara pihakpihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
Pasal 20 ayat (2):
Penghitungan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan metode dan
dokumen penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar
yang diterapkan oleh Wajib Pajak

KEWENANGAN DIRJEN PAJAK (2)


Pasal 20 ayat (3):
Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memberikan
penjelasan yang memadai dan/atau menunjukkan
dokumen pendukung penerapan Prinsip Kewajaran
dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud
dalam peraturan ini, maka Direktur Jenderal Pajak
berwenang menetapkan Harga Wajar atau Laba
Wajar berdasarkan data atau dokumen lain dan
metode penentuan Harga Wajar atau Laba Wajar
yang dinilai tepat oleh Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan kewenangan berdasarkan Pasal 13
ayat (1) Undang-Undang KUP.

Manfaat Penyusunan Transfer Pricing


Documentation
Pasal 20 ayat (4)
Kewenangan Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan apabila Wajib Pajak telah memenuhi
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam
transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak
yang memiliki Hubungan Istimewa

Penyesuaian oleh Dirjen Pajak


Update PER-32/PJ/2011 - Pasal 21
(1) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyesuaian
(correlative adjustment) terhadap penghitungan Penghasilan
Kena Pajak Wajib Pajak sebagai tindak lanjut atas suatu
penyesuaian (primary adjustment) yang dilakukan oleh :
a. Direktur Jenderal Pajak atas penghitungan penghasilan
dan pengurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dalam negeri lainnya termasuk BUT yang menjadi
lawan transaksi Wajib Pajak ; atau
b. otoritas pajak negara lain atas penghitungan
penghasilan dan pengurangan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak negara tersebut yang menjadi lawan
transaksi Wajib Pajak dalam negeri termasuk BUT di
Indonesia .
(2) Atas penyesuaian yang dilakukan oleh otoritas pajak negara
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Wajib
Pajak tidak diperkenankan untuk melakukan sendiri
penyesuaian penghitungan pajaknya.

Hak-hak Wajib Pajak

HAK-HAK WAJIB PAJAK


WP dapat mengajukan permohonan MAP
(Pasal 22)
WP dapat mengajukan permohonan APA
(Pasal 23)

MAP
Pasal 22
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedure/MAP) kepada Direktur Jenderal Pajak
sesuai ketentuan dalam P3B untuk menyelesaikan
sengketa perpajakan yang menyangkut penerapan
ketentuan dalam P3B sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, termasuk dalam hal Wajib Pajak tidak
menyetujui penyesuaian yang dilakukan oleh
otoritas pajak di negara mitra P3B terhadap Wajib
Pajak yang menjadi lawan transaksinya.

APA (1)
Pasal 18 (3a) UU PPh
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
perjanjian dengan wajib pajak dan bekerja sama
dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk
menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama
suatu periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegoisasi
setelah periode tertentu tersebut berakhir

APA (2)
update PER-32/PJ/2011 pasal 23
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement/APA) kepada Direktur Jenderal Pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, sebagai upaya
menghindari permasalahan yang mungkin timbul dalam
transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan
pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa.
Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement/APA) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah perjanjian tertulis antara Direktur Jenderal Pajak
dengan Wajib Pajak atau antara Direktur Jenderal Pajak
dengan otoritas perpajakan negara lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3a) Undang-Undang PPh

APA (3)
Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian
hukum dan kemudahan penghitungan pajak, Fiskus
tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual dan
keuntungan produk yang dijual Wajib Pajak kepada
perusahaan dalam grup yang sama
APA dapat bersifat unilateral, yaitu merupakan
kesepakatan antara Direktur Jenderal Pajak dengan
Wajib Pajak, atau
APA dapat bersifat bilateral, yaitu kesepakan Direktur
Jenderal Pajak dan otoritas perpajakan negara lain yang
menyangkut Wajib Pajak yang berada di wilayah
yuridiksinya

Case Study

CUP Method
RP Method
Cost Plus Method
Profit Split Method
TNM Method

CUP Method
PT XYZ sells to ABC of India (unrelated) and to
MNO of UK (related) its CD players. The product is
identical.
The terms are one-year warranty for India and 6
months warranty for UK.
The cost of one-year services is estimated as Rp
500/ per piece in India and UK.
Sales to ABC is CIF and to MNO is FOB. (estimated
CIF per piece to MNO is Rp 250)
As the products are identical, warranty and
insurance and freight will have to be normalised for
comparison of both the prices.
We have to determine the ALP on CUP basis for
sales from XYZ to MNO.

CUP Method
Calculation:
Particulars
Selling Price
Less: Cost of service
Add: Insurance &freight (actual)
Normal comparable price
Arms Length Price
Transfer price charged to MNO
Shortage TP charged per piece
No. of pieces purchased by MNO
Total shortage income of MNO under CUP method

XYZ to ABC
XYZ to MNO
(unrelated)
(related)
5.000
4.000
500
250
4.500
3.750
Nil
250
4.500
4.000
4.500
4.000
500
100.000
50.000.000

Resale Price Method


PT A merupakan distributor obat yang mempunyai
lisensi penjualan obat tertentu di Indonesia. PT A
membeli obat dari related party Rp 11.000 per unit
dan menjualnya ke unrelated party.
Harga jual obat ke unrelated party adalah Rp
14.000 per unit.
Margin untuk obat tersebut didapat dari data pihak
ketiga adalah sebesar 40% dari harga jual.
Tentukan harga beli yang wajar obat PT A ke
related party-nya?

Resale Price Method

Harga beli wajar = x


% margin wajar = (14.000 x) / 14.000
40% = (14.000 x) / 14.000
5.600 = 14.000 - x
x = 14.000 5.600
x = 8.400
Harga beli wajar = 8.400
Harga beli transaksi yang terjadi = 11.000
Koreksi atas harga beli = 2.600

Cost Plus Method


Arms Length Price under Cost Plus Methodmanufacturing
Arms Length Price = Total cost of production +
Adjusted Gross Profit Mark-up.

Cost Plus Method


ABC merupakan perusahaan manufacturing yang
menjual finished goods-nya kepada XYZ (related) dan
MN (unrelated)
Berikut detail struktur biaya pembuatan finished goods
per unit untuk barang yang dijual kepada XYZ dan MN:
Selling Price
Direct Material
Direct Wages
Direct Expenses
Factory Overheads
Administrative Overheads
Gross Profit Mark-up
Selling costs
Distribution costs

XYZ Ltd.
51.60
10.00
15.00
10.00
5.00
3.00
20%
Nil
4.20

MN Ltd.
60.20
10.00
15.00
10.00
5.00
3.00
40%
1.40
2.00

Hitung harga
penjualan wajar
kepada XYZ?

Illustration:
ABC Ltd. transfers goods to
Cost of Production / unit
Direct Material
Direct Wages
Direct Expenses
Prime Cost
Factory Overheads
Administrative Overheads
Cost of Production
Gross Profit Mark-up (@20%; @40%)
Selling Price
Gross Profit Mark-up %
Gross Profit Mark-up
Less: Selling costs
Less: Distribution costs
Adjusted GP Margin
Adjusted GP Margin % on cost

XYZ Ltd.
MN Ltd.
(Related party) (Comparable transaction)
10.00
15.00
10.00
35.00
5.00
3.00
43.00
8.60
51.60
20%
8.60
Nil
4.20
4.40
10.23%

10.00
15.00
10.00
35.00
5.00
3.00
43.00
17.20
60.20
40%
17.20
1.40
2.00
13.80
32.09%

Adjusted GP Margin (comparable independent)


Adjusted GP Margin (actual)
Difference in GP Margin
Actual cost of production per unit
Increased GP per unit (21,86% x 43,00)
Actual selling price
Arms Length Price per unit
Actual revenue booked for XYZ Ltd. (50.000 x 51.60)
Sales at ALP (50.000 x 61.00)
Increased income as per ALP under Cost Plus Method

32,09%
10,23%
21,86%
43,00
9,40
51,60
61,00
2.580.000
3.050.000
470.000

Case untuk Profit Split Method


Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
memperkirakan pembagian profit:
Residual profit split approach
Melalui dua tahap, yaitu: diproporsikan berdasarkan
fungsi dasar yang dilakukan oleh hubungan
istimewa, sisanya dialokasikan kembali dari sisa
laba/rugi sesuai dengan benchmark yang ada.

Contribution analysis approach


Pendekatan yang dilakukan berdasarkan nilai relatif
dari fungsi (misalnya: besarnya kontribusi yang
disumbangkan) yang dilakukan oleh masing-masing
pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang
terkait dengan transaksi yang sedang diuji

Contoh Kasus Penerapan


Profit Split Method (1)
X, Y, dan Z merupakan perusahaan yang ada di
negara yang berbeda-beda.
X mendesain dan melakukan proses manufaktur
untuk komponen utama dari produk elektronik
berkualitas tinggi
X menjualnya ke subsidiary-nya, Y
Y melakukan proses lanjutan, mengembangkan dan
melakukan proses manufaktur sehingga produk
elektronik tersebut menjadi produk jadi
Y kemudian mengekspornya ke Z, sebuah
perusahaan distributor independen

Contoh Kasus Penerapan


Profit Split Method (2)
X
Manufactures
major component

Y
Manufactures
final product

The trading accounts of X and Y are as


follows

Z
Distributor
independen
X

Sales

100

300

Purchases

15

100

Manufacturing cost

20

35

Gross Profit

65

165

R&D

20

15

Other operating expenses

15

10

Net Profit

30

140

Contoh Kasus Penerapan


Profit Split Method (3)
Produk final dari transaksi tersebut merupakan
produk yang unik sehingga tidak ditemukan data
pembanding
Namun, data riset yang dirilis pihak ketiga
menemukan beberapa perusahaan yang memiliki
fungsi sama dengan X dan Y, memproduksi produk
setengah jadi dan produk final
Rata-rata mark-up untuk perusahaan independen
yang memiliki transaksi sama dengan X dan Y
adalah masing-masing 30% dan 20%
Bagaimana pengujian transaksi tersebut?

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (1)
Pada transaksi ini, CUP method tidak dapat
digunakan karena adanya keunikan produk final
tersebut (tidak ada produk yang memiliki
karakteristik data yang sama atau mirip)
Asumsinya, tidak ada data yang cukup untuk
menggunakan cost plus method
Resale price method juga tidak tepat diterapkan
karena produk mengalami proses manufaktur yang
signifikan pada perusahaan Y (Resale price method
biasanya diterapkan pada perusahaan distribusi)

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (2)
Penerapan profit split method menggunakan
residual approach
Step 1: residual analysis of the group profit
Calculation of total profit
Total Sales

300

Cost of goods sold (X)

35

Cost of goods sold (Y) excluding


purchases

35

Gross profit

230

R&D

35

Other operating expenses

25

Net Profit

170

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (3)
Calculation of basic return:
Mark up yang berasal dari benchmark data eksternal, kita guankan
untuk melakukan perhitungan basic returns dari X dan Y

Basic return to X = 30% dari (COGS + Other operating


expenses)
= 30% x (35+15)
= 30% x 50
= 15

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (4)
ii.

ii

The calculation of basic return to Y has to take into account that COGS
for the comparable independent companies have included the purchase
price of the semi-finished product.
Since that is the transfer price for Y, the basic return for Y will be a function
of the transfer price, i.e.
= 20% of [(COGS purchase price) + other operating
expenses
+ arms length price]
= 20% (35 + 10 + TP)

= 9 + 0.2TP

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (5)
Step 2: residual profit split:
Calculation of residual profit
Residual profit = net profit [(Return to X) + (Return to Y)]
= 170 (15 + 9 + 0.2TP)
= 146 0.2TP

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (6)
Kita asumsikan dalam kasus ini, R&D merupakan indikator
yang reliable untuk menilai kontribusi dari intangible asset,
metode residual profit akan dibagi berdasarkan
pengeluaran R&D yang dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
X

R&D

20

15

Total R&D

35

35

57%

43%

R&D expenditure ratio


Calculation of residual profit split

For X = 57% of (146 0.2 TP) = 83.22 0.114 TP


For Y = 43% of (146 0.2 TP) = 62.78 0.086 TP

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (7)
Net Profit for X
Basic return to X

= 15

Residual return to X = 83.22 0.144 TP


Total net profit for X = 98.22 0.114TP
Net Profit for Y
Basic return to Y

= 9 + 0.2 TP

Residual return to Y = 62.78 0.086 TP


Total net profit for Y = 71.78 + 0.114 TP

Aplikasi Penerapan
Profit Split Method (8)
Adjustment for transfer price between X and Y
Sales price if X makes no profit = 100 30 = 70
Adjusted sales price (i.e. TP) = 70 + Adjusted net profit for X

= 70 + 98.22 0.114 TP = 168.22 0.114 TP


TP = 168.22/1.114 = 151

Aplikasi
Penerapan
Profit Split Method
(9)

Sales
Arms length
adjustment
Adjusted sales
Purchases

100

300

51
151
15

Adjustment

51

Adjusted purchases

Adjusted Net
Profit

100
151

Manufacturing cost

20

35

Gross profit

65

165

116

114

R&D

20

15

Other operating
expenses

15

10

Net Profit

30

140

Adjusted net profit

81

89

Adjusted gross profit

TNM Method
PT ADC merupakan perusahaan manufaktur
pembuatan bahan kimia yang sangat spesifik.
Untuk mendukung kesuksesan usahanya, PT
ADC memperoleh banyak intragroup service
dari related party-nya, Z Corp di Jepang.
Intragroup service antara lain: technical service,
tehnical assistance, management fee, IT service
yang sangat spesifik dan tidak ditemukan data
pembandingnya, baik internal comparable
maupun external comparable.

Berikut income statement dari PT ADC:


TNM Method
Income Statement

IDR

Sales

12,000,0000

COGS

70,000,000

Gross Profit

50,000,000

Operating expense

20,000,000

Operating profit

30,000,000

PT BDE Tbk merupakan perusahaan yang kebetulan memiliki


karakteristik dan industri yang sama dengan PT ADC. Namun, PT
BDE Tbk memiliki produk unik dan berbeda dengan PT ADC.
Karena merupakan perusahaan listed, PT BDE Tbk dapat diakses
laporan keuangannnya. Dari data laporan keuangan tersebut, dapat
diketahui bahwa Operating Margin dari PT BDE Tbk adalah 22%.
Lakukan pengujian dengan TNM Method untuk PT ADC!

Operating margin:

TNM Method
Operating Margin PT ADC

25%

Operating Margin PT BDE,


Tbk

22%

Adjustment

Operating margin PT ADC berada di


atas benchmark
(PT BDE, Tbk)
in the arms length value

Dalam praktek tidak cukup dengan satu pembanding. Pencarian


pembanding dapat menggunakan database, misalnya Oriana, Osiris,
dll.

Penyajian TNMM
No

Comparable Companies

1
2
3
4
5
6
7

PT A
PT B
PT C
PT D
PT E
PT F
PT G
Tested Company

Weighted
Average
3 years
(%)
0.04
4.81
5.82
3.38
0.70
2.27
6.89
4.77

2009
(%)

2008
(%)

2007
(%)

0.70
4.35
5.32
4.56
2.12
2.61
3.09
5.17

-2.18
4.70
7.06
2.11
-0.86
2.47
6.51
6.10

1.36
5.58
4.80
3.70
1.06
1.31
10.03
2.99

Maximum

6.89

5.32

7.06

10.03

Upper Quartile (Q3)

5.31

4.46

5.60

5.19

Median (Q2)

3.38

3.09

2.47

3.70

Lower Quartile (Q1)

1.48

2.37

0.63

1.33

Minimum

0.04

0.70

-2.18

1.06

Semoga Sukses

111

Terima kasih
atas perhatiannya
Iji Samaji, S.E, M.Si., Ak., CA., BKP.
Ilmu Pajak terus berkembang mengikuti
perkembangan perekonomian global..............
terus belajar dan mengikuti perkembangannya
adalah kunci untuk memahaminya
112

112

Terima Kasih

Вам также может понравиться