Вы находитесь на странице: 1из 6

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES

MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK


INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Eka Mayasari1, Hasnah Nosi2, Syaifuddin Zainal3
1STIKES

Nani Hasanuddin Makassar


Nani Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES

ABSTRAK
Diabetes melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan
oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Ketaatan
kontrol dilakukan seseorang yang menderita penyakit yang membutuhkan kontrol atau cek di rumah
sakit. Jika klien kurang taat kontrol tentu akan mempengaruhi tingkat kadar gula darah klien. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus
dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental sampling dengan jumlah 30 orang responden.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis menggunakan uji chi square dengan tingkat pemaknaan (<0,05). Hasil analisis
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,018), perilaku (p= 0,009), dan
pendidikan (p= 0,001) dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes
melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar adalah
pengetahuan, perilaku, dan pendidikan. Disarankan kepada para peneliti yang akan mengadakan
penelitian serupa hendaknya perlu mengkaji ulang dengan melibatkan sampel yang lebih banyak dan
rancangan penelitian yang lebih baik agar dapat memperoleh kesimpulan yang lebih baik pula.
Kata Kunci : Kepatuhan kontrol, Pengetahuan, Perilaku, Pendidikan, Diabetes Melitus.

PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sudah
sejak lama dikenal, orang Mesir pada tahun
1552 SM sudah mengenal penyakit yang
ditandai dengan sering kencing dalam jumlah
banyak, penurunan berat badan cepat dan
rasa sakit. Pada tahun 400 SM seorang India
Sushrutha, menamai penyakit ini kencing
madu dan 200 SM penyakit ini pertama kali
disebut Diabetes Melitus (diabetes = mengalir
terus, mellitus = manis) (Tarwoto, 2012).
Diabetes adalah suatu penyakit gangguan
pada endokrin yang merupakan hasil dari
proses destruksi sel pankreas sehingga insulin
mengalami kekurangan.Diabetik ketoasidosis
adalah suatu gangguan metabolik karena
adanya keton yang diproduksi secara
berlebihan dan mengancam kehidupan yang
ditandai
dengan
hiperglikemi,
asidosis
metabolik, dehidrasi dan perubahan tingkat
kesadaran (Suriadi & Rita, 2010; 71). Diabetes
Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah
gangguan kesehatan yang berupa kumpulan
gejala yang disebabkan oleh peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah
lama dikenal, terutama di kalangan keluarga,

khususnya
keluarga
berbadan
besar
(kegemukan) bersama dengan gaya hidup
tinggi. Kenyataannya, kemudian, DM menjadi
penyakit masyarakat umum, menjadi beban
kesehatan masyarakat, meluas dan membawa
banyak kematian ( Bustam, 2007; 100).
Kejadian
DM
diawali
dengan
kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dengan
kekungan insulin yang bersifat relatif yang
disebabkan oleh adanya resistensi insulin
(insulin recistance). Keadaan ini ditandai
dengan
ketidakrentanan/ketidakmampuan
organ menggunakan insulin, sehingga insulin
tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur
metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar
glukosa darah meningkat (hiperglikemi)
(Bustam, 2007).
Kebanyakan
penderita
DM
tidak
memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada
keluhan.
Mereka
akan
memeriksakan
kesehatan bila merasa ada gangguan.
Semakin buruk kontrol seseorang terhadap
kadar gula darah, maka semakin muda
seseorang terkena komplikasi (Tandra, 2008).
Dalam jumlah, prevalensi penduduk
dunia dengan DM diperhitungkan mencapai

568
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

125 juta per-tahun, dengan prediksi berlipat


ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun
mendatang
(tahun
2010).
Peningkatan
prevalensi
akan
lebih
menonjol
perkembangannya di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi
DM di Indonesia besarnya 1,2% - 2,3% dari
penduduk usia lebih 15 tahun.
Menurut data WHO, dunia kini didiami
oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan
meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030.
Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah
8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan
mencapai 21.257.000 pada tahun 2030.
Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam
waktu 30 tahun (Bustan, 2007).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk
Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebanyak133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM
sebesar 14,7% pada daerah urbandan 7,2%,
pada daerah rural, maka diperkirakan pada
tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta
penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5
juta didaerah rural. Selanjutnya, berdasarkan
pola pertambahan penduduk, diperkirakan
pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan
dengan asumsi prevalensi DM pada
urban(14,7%) dan rural (7,2%) maka
diperkirakan terdapat 12 juta penyandang
diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di
daerah rural. (Perkeni. 2011. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 DI Indonesia).
Catatan bagian rekam medik RSUD
Labuang Baji Makassar, diperoleh data jumlah
penderita diabetes melitus masih sangat
banyak terjadi. Pata tahu 2010 jumlah kasus
diabetes melitus sebanyak 476 kasus, tahun
2011 sebanyak 672 kasus, dan pada tahun
2012 sebanyak 682 kasus. Dari data tersebut,
jumlah penderita diabetes melitus dari tahun
ke tahun semakin meningkat. (Rekam Medik
RSUD Labuang Baji Makassar).
Penderita DM harus rutin mengontrol
kadar gula darah sesuai dengan jadwal yang
ditentukan, agar diketahui nilai kadar gula
darah untuk mencegah gangguan dan
komplikasi yang mungkin muncul agar ada
penanganan yang cepat dan tepat. Disini
peran perawat sebagai pendidik adalah
memberikan pengetahuan tentang manfaat
dari kepatuhan klien diabetes melitus dalam
menjalankan kepatuhan kontrol, sehingga
diharapkan terjadi perubahan tingkah laku
pasien DM (Tandra, 2008).
Berdasarkan hasil uraian di atas,
mendorong peneliti untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan klien
diabetes melitus dalam mengontrol gula darah

di poliklinik interna RSUD Labuang Baji


Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 14
Juli sampai dengan tanggal 14 Agustus 2013
di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji
Makassar. Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah keseluruhan klien kontrol
diabetes mellitus yang berada di Poliklinik
Interna RSUD Labuang Baji Makassar, maka
jumlah populasinya adalah 30 dengan Besar
sampel 30 responden. Jenis dan metode
penelitian yang digunakan adalah Deskriptif
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Study. Teknik pengambilan sampel dengan
cara Accidental sampling yaitu pada saat
melakukan
penelitian
ditempat
kasus
penderita diabetes melitus. Pada penelitian ini
yang menjadi sampel adalah semua penderita
diabetes melitus di poliklinik interna di RSUD
Labuang Baji Makassar pada saat penelitian
berlangsung. Dengan kriteria inklusi yaitu
Pasien yang dirawat, Pasien yang menderita
diabetes mellitus, dan yang bersedia jadi
responden.
Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Data hasil penelitian diperoleh dengan
mengumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang
dikumpulkan dari klien atau data yang diambil
oleh peneliti langsung dari responden.
Sedangkan data sekunder Untuk data
sekunder dilakukan dengan cara melihat
dokumen pada instansi terkait sesuai dengan
kebutuhan data penelitian.
Dalam
penelitian
ini
digunakan
kuesioner yang disebarkan kepada responden
yang menjadi sampel. Adapun urutan
prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat
kuesioner sebanyak jumlah responden yang
akan ditentukan, membagi kuesioner kepada
responden, mengumpulkan kuesioner yang
telah dibagi, dan mentabulasi data
Setelah data diperoleh dimasukkan
kedalam pengujian statistik untuk memperoleh
kejelasan tentang faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan klien diabetes melitus
dalam mengontrol gula darah di poliklinik
interna rsud labuang baji makassar .
Setelah data tersebut dilakukan editing,
koding, dan tabulasi
Analisis data
1. Analisis
univariat
digunakan
untuk
mengetahui distribusi dan proporsi dari
tiap variabel bebas (tingkat pengetahuan,
pendidikan, dan perilaku pasien) dengan
variabel terikat (frekuensi kepatuhan
mengontrol gula darah).

569
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

2. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat


hubungan tiap-tiap variabel bebas dan
variabel tergantung dengan menggunakan
uji statistic dengan tingkat pemaknaan ()
= 0,05. Uji statistic yang digunakan adalah
Chi square menggunakan computerisasi.
HASIL PENELITIAN
Tabel
1.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur Di Poliklinik Interna
RSUD Labuang Baji Makassar.
Umur
n
%
16 - 25 tahun
1
3,3
26 35 tahun
3
10,0
36 - 45 tahun
6
20,0
45 55 tahun
9
30,0
> 55 tahun
11
36,7
Total
30
100
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa
umur yang terbanyak menjadi responden
adalah umur > 55 tahun yaitu sebanyak 11
responden ( 36,7%), sedangkan yang paling
sedikit adalah umur 16 - 25 tahun sebanyak 1
responden 3,3 %).
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin Di Poliklinik Interna RSUD
Labuang Baji Makassar.
Jenis Kelamin
n
%
Laki laki
18
60,0
Perempuan
12
40,0
Total
30
100,0
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 30
jumlah responden didapatkan jenis kelamin
responden yaitu laki-laki sebanyak 18 orang
(60,0%) dan perempuan sebanyak 12 orang
(40,0%).
Tabel 3 Distribusi Hubungan Pengetahuan
Dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus
Dalam Mengontrol Gula Darah.
Penget
ahuan
Cukup
Kurang
Total

Kepatuhan Mengontrol
Gula Darah
Tidak
Patuh
Patuh
n
%
n
%
1
3.3
11 36,7
10 33,3
8
26,7
11 36,7
19 63,3
Uji chi square = 0,018

Total
n
12
18
30

%
40,0
60,0
100,0

Tabel 3 menunjukan bahwa kepatuhan


mengontrol gula darah yang memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 12
responden (40,0%) dan yang memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 18 responden
(60,0%).
Hasil analisis data dengan uji chi square
diperoleh nilai = 0,018 lebih kecil dari =

0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna


antara pengetahuan dengan kepatuhan klien
diabetes melitus dalam mengontrol gula darah
di poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar.
Tabel 4. Distribusi Hubungan Antara Perilaku
Dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus
Dalam Mengontrol Gula Darah.
Perilaku

Positif
Negatif
Total

Kepatuhan Mengontrol
Gula Darah
Tidak
Patuh
Patuh
n
%
n
%
8
26,7
4
13,3
3
10,0 15 50,0
11 36,7 19 63,3
Uji chi square = 0,009

Total
n
12
18
30

%
40,0
60,0
100,0

Tabel 4 menunjukan bahwa sebanyak 8


responden (26,7%) dari 12 responden (40,0%)
dengan perilaku positif terhadap kepatuhan
mengontrol gula darah yang patuh dalam
mengontrol gula darah dan selebihnya 4
responden
(13,3%)
dengan
kepatuhan
mengontrol gula darah yang tidak patuh dalam
mengontrol gula darah. Sementara 3
responden (10,0%) dari 18 responden (60,0%)
dengan perilaku negatif terhadap kepatuhan
mengontro gula darah yang patuh dalam
mengontrol gula darah dan selebihnya 15
responden
(50,0%)
dengan
kepatuhan
mengontrol gula darah yang tidak patuh dalam
mengontrol gula darah.
Hasil analisis data dengan uji chi square
diperoleh nilai = 0,009 lebih kecil dari =
0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna
antara perilaku dengan kepatuhan klien
diabetes melitus dalam mengontrol gula darah
di poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar.
Tabel 5. Distribusi Hubungan Antara
Pendidikan Dengan Kepatuhan Klien Diabetes
Melitus Dalam Mengontrol Gula Darah.
Pendidi
kan

Tinggi
Rendah
Total

Kepatuhan Mengontrol
Gula Darah
Patuh
Tidak
Patuh
n
%
n
%
3
10,0 17 56,7
8
26,7
2
6,7
11 36,7 19 63,3
Uji chi square = 0,001

Total

n
20
10
30

%
66,7
33,3
100,0

Tabel 5 menunjukan bahwa dari 20


responden (66,7%) dengan pendidikan tinggi
terhadap kepatuhan mengontrol gula darah
yang patuh sebanyak 3 responden (10,0%)
dan selebihnya 17 responden (56,7%) yang
tidak patuh dalam mengontrol gula darah.
Sementara dari 10 responden (3,3%) dengan

570
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

pendidikan rendah terhadap kepatuhan


mengontrol gula darah yang patuh sebanyak 8
responden (26,7%) darah dan selebihnya 2
responden (6,7%) yang tidak patuh dalam
mengontrol gula darah.
Hasil analisis data dengan uji chi square
diperoleh nilai =0,001 lebih kecil dari =
0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna
antara pendidikan dengan kepatuhan klien
diabetes melitus dalam mengontrol gula darah
di poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar.
PEMBAHASAN
1. Hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan klien diabetes melitus dalam
mengontrol gula darah.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa dari 30 jumlah responden dengan
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3,3%
patuh dengan kontrol gula darahnya,
responden dengan tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 26,7% tidak patuh dalam
mengontrol gula darahnya. Hal ini
disebabkan karena responden yang
memiliki pengetahuan yang baik tetapi
tidak
menggunakan
pengetahuannya
tersebut dengan baik karena faktor
kemalasan atau kesibukannya.
Setelah dilakukan hasil analisis data
dengan uji chi square diperoleh nilai =
0,018 lebih kecil dari = 0,05. Sehingga
dapat
disimpulkan
ada
hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan
kepatuhan klien diabetes melitus dalam
mengontrol gula darah di poliklinik interna
RSUD Labuang Baji Makassar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rusimah
(2011) Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet
pada
Penderita
Diabetes
Mellitus
(Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD DR
H Moch Ansari Saleh Banjarmasin
didapatkan hasil uji Fishers Exact
menunjukkan
ada
hubungan
yang
bermakna antara pengetahuan gizi dengan
kepatuhan diet,dimana nilai = 0,009
(<0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo yang menyatakan
bahwa perilaku baru terutama pada orang
dewasa dimulai pada domain kognitif
dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi
objek diluarnya menimbulkan respon batin
dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan
yakni objek yang telah diketahui dan
disadari
sepenuhnya
tersebut
akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus atau
objek. Pengetahuan merupakan langkah

awal dari seseorang untuk menentukan


sikap dan perilakunya. Jadi tingkat
pengetahuan akan sangat berpengaruh
terhadap penerimaan suatu program
(Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan
penelitian
ini
menunjukkan bahwa pengetahuan klien
merupakan salah satu faktor yang kuat
dalam
mempengaruhi
kepatuhan
mengontrol gula darah pada diabetisi di
poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar. Olehnya itu perawat sebagai
pendidik memberikan informasi atau
pengetahuan yang mendalam tentang
manfaat dari kepatuhan mengontrol gula
darah,
sehingga
diharapkan
terjadi
perubahan tingkah laku pasien DM.
2. Hubungan
antara
perilaku
dengan
kepatuhan klien diabetes melitus dalam
mengontrol gula darah.
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
bahwa dari 30 jumlah responden
didapatkan perilaku responden yang positif
sebanyak
12
responden
(40,0%),
sedangkan perilaku responden yang
negatif sebanyak 18 responden (60,0%).
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
untuk melakukan kontrol gula darah masih
kurang. Dalam mengontrol gula darah
hendaknya rutin dilakukan klien Diabetes
melitus karena untuk mengetahui adanya
keluhan-keluhan
yang
mengarah
kekomplikasi Diabetes melitus sehingga
dapat dideteksi dan diatasi secara dini.
Setelah dilakukan hasil analisis data
dengan uji chi square diperoleh nilai
=0,009 lebih kecil dari = 0,05. Hal ini
berarti ada hubungan bermakna antara
perilaku dengan kepatuhan klien diabetes
melitus dalam mengontrol gula darah di
poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitilan sebelumnya yang dilakukan oleh
Desila
Atikawati,
2009.
Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien
Diabetes Melitus di Rumah Sakit Immanuel
Bandung dengan Terkontrolnya Kadar
Glukosa Darah di dapatkan hasil uji ChiSquare test menunjukkan bahwa ada
hubungan antara sikap dan perilaku
dengan terkontrolnya kadar glukosa darah.
Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sri Anani (2012) dalam
penelitianya yang berjudul hubungan
antara perilaku pengendalian diabetes dan
kadar glukosa darah pasien rawat jalan
diabetes mellitus di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon dimana perilaku
pengendalian diabetes mellitus yang baik
dapat mengontrol kadar gula darah dalam

571
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

batas normal. Mendukung penelitian


sebelumnya yang di lakukan oleh Winny
Rundengan (2012) dengan judul faktor
faktor
yang
berhubungan
dengan
pengendalian gula darah pada penderita
diabetes mellitus tipe II di poliklinik
Endokrin BLU RSUP Prof. DR. R.D Kandou
Manado
yang
mengatakan
dimana
pengendalian gula darah pada penderita
diabetes mellitus adalah salah satu faktor
yang menentukan normal tidaknya kadar
gula darah satu responden.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003)
yang
menyatakan bahwa Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah,
menulis,
membaca,
dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.
Menurut Rifki (2005) mengatakan
bahwa untuk penatalaksanaan suatu
penyakit diperlukan adanya kerja sama
atau pendekatan yang baik antara petugas
kesehatan dengan individu atau kelompok
masyarakat.
Petugas
kesehatan
diharapkan dapat membantu mereka
mengikuti tahap-tahap pengenalan dan
pemecahan masalah yang dihadapi secara
rasional.
Menurut asumsi peneliti bahwa
perilaku klien sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan mengontrol gula darah. Dengan
demikian, semakin baik perilaku klien maka
klien semakin patuh dalam mengontrol gula
darah dan semakin kurang baik perilaku
klien tidak patuh dalam mengontrol gula
darah.
3. Hubungan antara pendidikan dengan
kepatuhan klien diabetes melitus dalam
mengontrol gula darah.
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
bahwa dari 30 jumlah responden sebagian
besar 63,3% responden mempunyai
pendidikan dengan kategori tinggi (SLTA
sampai Perguruan Tinggi) sedangkan
responden berpendidikan rendah (Tidak
Sekolah sampai SLTP) sebesar 36,7%. Hal
ini menggambarkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka semakin besar
pula persentase responden yang patuh
terhadap kontrol gula darahnya.
Setelah dilakukan hasil analisis data
dengan uji chi square diperoleh nilai
=0,004 lebih kecil dari = 0,05. Hal ini
berarti ada hubungan bermakna antara

pendidikan dengan kepatuhan klien


diabetes melitus dalam mengontrol gula
darah di poliklinik interna RSUD Labuang
Baji Makassar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rusimah
(2011) Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet
pada
Penderita
Diabetes
Mellitus
(Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD DR
H Moch Ansari Saleh Banjarmasin
didapatkan
hasil
uji
Chi-Square
menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan
dengan kepatuhan diet pada diabetisi di
ruang rawat inap RSUD Dr H Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2010,dimana
nilai = 0,002 (<0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat dari Notoatmodjo (20013), yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha menanamkan pengertian dan
tujuan agar pada diri manusia (masyarakat)
tumbuh pengertian, sikap dan perbuatan
positif. Pada dasarnya usaha pendidikan
adalah perubahan sikap dan perilaku pada
diri manusia menuju arah positif dengan
mengurangi factor-faktor perilaku dan
social budaya negative.
Tingkat
pendidikan
sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap
dan perilaku hidup sehat. Tingkat
pendidikan yang rendah akan mempersulit
seseorang atau masyarakat menerima dan
mengerti pesan-pesan kesehatan yang
disampaikan sedangkan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang
atau
masyarakat
untuk
menyerap
informasi
dan
menimplementasikannya dalam perilaku
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi.
Pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam memberikan
penilaian,
termasuk
mengartikan
pentingnya patuh terhadap jadwal kontrol,
semakin tinggi tingkat pendidikan pasien
maka dapat meningkatkan kepatuhan,
selama pendidikan tersebut yang aktif,
misalnya membaca berbagai buku dan
mendapatkan pendidikan kesehatan atau
penyuluhan dari petugas kesehatan.
(Sugiarto, 2012).
Berdasarkan penelitian ini bahwa
tingkat pendidikan sangat berpengaruh
terhadap kepatuhan klien diabetes melitus
dalam mengontrol gula darah di Poliklinik
Interna RSUD Labuang Baji Makassar.
Tingkat pendidikan yang rendah akan
mempersulit seseorang atau masyarakat
menerima dan mengerti pesan-pesan
kesehatan yang disampaikan sedangkan

572
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan


memudahkan seseorang atau masyarakat
untuk
menyerap
informasi
dan
menimplementasikannya dalam perilaku
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam mengontrol gula darah.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara pengetahuan klien
dengan kepatuhan mengontrol gula darah
pada klien diabetes melitus di poliklinik
interna RSUD Labuang Baji Makassar.
2. Ada hubungan antara perilaku klien
dengan dengan kepatuhan mengontrol
gula darah pada klien diabetes melitus di
poliklinik interna RSUD Labuang Baji
Makassar.
3. Ada hubungan antara pendidikan klien
dengan kepatuhan mengontrol gula darah

pada klien diabetes melitus di poliklinik


interna RSUD Labuang Baji Makassar.
SARAN
1. Bagi penderita diabetes melitus diharapkan
agar melakukan kontrol tepat waktu dan
teratur.
2. Keluarga klien lebih termotivasi untuk
meningkatkan dukungan yang diberikan
kepada klien diabetes melitus dalam
melaksanakan
kontrol
gula
darah,
sehingga kepatuhan mengontrol gula darah
dapat ditingkatkan.
3. Perawat diharapkan lebih termotivasi untuk
meningkatkan pengetahuan klien diabetes
melitus
dengan
cara
memberikan
penyuluhan kesehatan tentang jadwal
kontrol, diet, aktivitas yang disarankan bagi
klien diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta : Jakarta.
Dewi Purnama Rosita, 2013. Faktor Risiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal Keehatan Masyarakat 2013,
Volume 2, Nomor 1. (online). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm di akses 18 Maret 2013.
Isniati, 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Dengan Keterkendalian Gula Darah Di
Poliklinik RS Perjan Dr. M. Djamil Padang Tahun 2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat. (online). Diakses
22 Maret 2013.
Mihardja Laurentia, 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes
Melitus di Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum : 59, Nomor: 9. (online). Diakses 18 Maret 2013.
Mona Eva, dkk. 2012. Hubungan Frekuensi Pemberian Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diet Serta Kadar Gula
Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarng volume 1 nomor 1. http://jurnal.unimus.ac.id diakses 18 Maret 2013.
Notoatmodjo Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika :
Jakarta.
Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 DI Indonesia.
Renowati, dkk, 2011, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, FKUI : Jakarta.
Smelzter, Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Sugiarto Bellawati Rosana & Prihatin, 2012. Kepatuhan Kontrol Dengan Tingkat Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal Stikes volume 5, No.2. (online). Diakses 16 Maret
2013.
Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2010.
Sutanto, 2010, CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern, Edisi 1, CV. Andi Offset : Yogyakarta.
Tarwoto, dkk, 2012, Keperawatan Medikal Bedah dengan Gangguan Sistem Endokrin, CV. Trans Info Media :
Jakarta.

573
Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721

Вам также может понравиться