Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
Bernanda Andrilyus Pelafu 462007039
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA
Disetujui di Semarang,
11 Maret 2010
I.
Latar Belakang
II.
Tujuan
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
C. Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri
penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan
berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa
anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur
dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi
aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah
yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga
dapat terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur
otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau
ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini
sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme
pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh
hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula lunak akhirnya
akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat
membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka
bekuan darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah
beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan diganti oleh astrosit dan
kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan desekitar rongga tadi.
Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang mengalami
proliferasi (Sylvia & Lorraine 2006). Perdarahan subaraknoid sering
dikaitkan dengan pecahnya aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai
sirkulus wilisi.
Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan
terjadinya ruptur, dan sering terdapat lebih dari satu aneurisma. Gangguan
neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan. Pembuluh yang
mengalami gangguan biasanya arteri yang menembus otak seperti cabang
lentikulostriata dari arteri serebri media yang memperdarahi sebagian dari 3
ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna. Timbulnya penyakit ini
mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung beberapa
menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering
terjadi antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah,
penurunan kesadaran, dan kejang. 90% menunjukkan adanya darah dalam
cairan serebrospinal (bila perdarahan
besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75%
akan meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena
meluasnya perdarahan sampai ke system ventrikel, herniasi lobus temporalis,
dan penekanan mesensefalon, atau mungkin disebabkan karena perembasan
darah ke pusat-pusat yang vital (Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005).
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer
serebri masih dapat ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis
yang nyata. Sedangkan adanya bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5
ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian. Bila perdarahan serebri akibat
aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 % mempunyai
lebih dari satu aneurisma (Black & Hawk, 2005).
D. Pohon masalah
Hipertensi/ terjadi perdarahan
aneurisma
Rupture arteri serebri
Ekstravasasi darah di otak
Vasospasme arteri
Menyebar ke hemisfer otak
TIK
Perdarahan serebri
Nyeri
Hipertensi/ terjadi
perdarahan
Tekanan /perfusi serebral
Iskemia
anoksia
Metabolisme anaerob
Metabolit asam
Acidosis lokal
Edema intrasel
Edema Ekstrasel
Lesi Korteks
Lesi di Kapsul
Lesi batang
otak
Kerusakan Nerves
Gangguan
I-XII
bicara/penglihatan,
Nekrosis jaringan dan
edema
Kesulitan mengunyah &
menelan, refleks batuk
Gangguan persepsi
sensori
Gangguan komunikasi
Resiko gangguan
verbal
nutrisi
Resiko ketidakefektifan jalan
nafas
Lesi di Med.
Spinalis
Lesi upper &
lower motor
neuron
Gangguan eliminasi
urin
Defisit perawatan
diri
Gangguan
mobilisasi
Tirah baring lama
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada klien SH seperti:
mengandung
darah
menujukan
adanya
hemoragi
suaraknoid
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian data keperawatan
a. Identitas klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama: Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah
badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
c. Riwayat penyakit sekarang: Serangan stroke hemoragik seringkali
berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000).
d. Riwayat penyakit dahulu: Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995).
e. Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000).
f. Riwayat psikososial: Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal.
Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
10
g. Pola-pola fungsi kesehatan: a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral. b) Pola nutrisi dan metabolisme , adanya keluhan
kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. c)
Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. d)
Pola aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah, e)
Pola tidur dan istirahat biasanya klien mengalami kesukaran untuk
istirahat karena kejang otot/nyeri otot, f) Pola hubungan dan peran:
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. g) Pola persepsi
dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif. h) Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori
klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan, perabaan/
sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir. i) Pola
reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi,
antagonis histamin. j) Pola penanggulangan stress: Klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
berpikir dan kesulitan berkomunikasi. k) Pola tata nilai dan kepercayaan:
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara :
kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara/afasia: tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Pemeriksaan integument:
11
a) Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
3) Pemeriksaan kepala dan leher:
a) Kepala: bentuk normocephalik
b) Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
c) Leher: kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998).
4) Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
5) Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat
bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia
atau retensio urine.
7) Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi:
a) Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central.
b) Pemeriksaan motorik:Hampir selalu
terjadi
kelumpuhan/
12
e) 2. Analisa Data
f)
g)
o
k)
.
l)
1.
DATA
h)
PROB
i)
ETIOL
Subyektif (S) :
n)
LEM
Gangg
o)
OGI
Peningk
uan rasa
atan TIK
nyaman; nyeri
j)
p)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman;
P,Q,R,S,T.
m)
1.
2.
q)
.
Obyektif (O) :
1.
t)
x)
.
1.
Gangg
uan perfusi
s)
1.
2.
3.
u)
v)
Perdara
han intracerebral
jaringan otak
w)
Obyektif (O) :
Penurunan kesadaran
Kelemahan/kelumpuhan.
Hasil tes diagnostik
y)
Subyektif (S) :
ab)
uan mobilitas
mampu
fisik
Gangg
ac)
Hemipar
ese/hemiplagia
ad)
berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia
bergerak/menggerakan
ekstermitas.
z)
aa)
Obyektif (O) :
13
1.
2.
tidur.
Aktivitas dibantu
ae)
.
af)
1.
ak)
.
al)
au)
av)
aw)
6.
ax)
ai)
Penurun
aj)
an sensori,
melihat tulisan/kata-kata
sensori.
penurunan
Obyektif (O) :.
an)
Obyektif (O):
1. Bicara pelo/afasia
2. Verbalisasi tidak sesuai
3. Bicara gagap
1.
ay)
Subyektif (S):
Perubahan sensasi rasa
az)
Obyektif (O):
Kesulitan/ tidak mamapu
1.
1.
be)
Gangg
uan persepsi
1.
1.
ah)
1.
2.
Subyektif (S) :
penglihatan
ao)
Gangg
ap)
penurun
at)
uan komunikasi
an sirkulasi darah
verbal
otak
bb)
Resiko
ar)
as)
bc)
Kelema
bd)
gangguan
han otot
nutrisi
mengunyah dan
menelan
bh)
Kuran
gnya
pemenuhan
bi)
hemipar
ese/hemiplegi
bj)
Kurangnya pemenuhan
perawatan diri
14
2.
3.
rapih
Tidak mampu melakukan
ADL
bk)
1.
bl)
Subyektif (S):
Klien mengatakan sulit
menggerakan anggota
bn)
Resiko
gangguan
bo)
Tirah
baring lama
integritas kulit
bp)
tubuhnya
bm)
Obyektif (O):
1. Klien hanya berada di tempat
2.
bq)
1.
1.
2.
bw)
10.
tidur.
Tidak mampu mobilisasi
br)
Suyektif (S):
Klien mengatakan sulit
menelan
bs)
Obyektif (O):
Batuk inefektif
Tirah baring lama
bx)
Subyektif (S):
1.
by)
Obyektif (O):
1.
bt)
Resiko
bu)
Penurun
bv)
Resiko ketidakefektifan
ketidakefektifa
an refleks batuk
n bersihan jalan
dan menelan
nafas
bz)
ca)
Lesi
cb)
uan eliminasi
uri
neuron
(inkontinensia
motor neuron
urin)
cc)
cd)
ce)
cf)
O
3. Intervensi Keperawatan
cg)
DIAGNOSA
ch)
INTERVENSI
ci)
RASIONAL
KEPERAWATAN
15
DAN TUJUAN
Gangguan
cj)
ck)
1.
yang berhubungan
dengan perdarahan
intracerebral.
cl)
Tujuan: setelah
melakukan tindakan
1.
2.
dengan:
Klien tidak gelisah
Tidak ada keluhan nyeri
3.
4.
5.
cp)
.
(+)
Tanda-tanda vital normal
cq)
Diagnos
a Keperawatan :
cr)
Gangguan rasa
penyembuhan.
cm)
2. Untuk mencegah perdarahan ulang.
cn)
3. Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien
akibatnya.
Anjurkan kepada klien untuk bed rest
3.
total
Observasi dan catat tanda-tanda vital dan
4.
5.
6.
7.
batasi pengunjung
Kolaborasi dengan tim dokter dalam
2.
keperawatan selama
3X24 jam perfusi
1.
1.
2.
pasien.
Berikan posisi yang nyaman,
2.
pasien.
Untuk mendukung mengurangi rasa nyeri.
berhubungan dengan
dengan peningkatan TIK
nyaman Nyeri
nyeri berhubungan
3.
tenang.
Alihkan perhatian pasien dari rasa
nyeri.
cv)
cw)
3.
16
.
cs)
4.
Tujuan: Rasa
4.
nyaman pasien
terpenuhi.
ct)
Kriteria hasil :
cu)
Nyeri
cx)
.
1.
2.
hemiparese/hemiplagia.
da)
Tujuan: setelah
melakukan tindakan
3.
sakit.
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas
4.
yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
mobilitas fisik
berhubungan dengan
keperawatan Klien
mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya
1.
2.
3.
dc)
.
mobilitas.
dd)
Diagnosa
Keperawatan:
17
de)
Gangguan
persepsi sensori
baerhubungan dengan
perubahan persepsi.
3. Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan
telaten dan seksama.
4. Observasi respon perilaku klien, seperti
penurunan sensori
penurunan penglihatan.
Tujuan: setelah
melakukan tindakan
keperawatan selama
2X24 jam terjadi
peningkatan persepsi
sensorik secara optimal
1.
2.
dk)
.
1.
2.
kemampuan klien.
2. Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang
3.
berkomunikasi.
Bicaralah dengan klien secara pelan
lain.
3. Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada saat
komunikasi.
dn)
4. Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan
Keperawaratan:
Gangguan
komunikasi verbal
berhubungan
dengan penurunan
sirkulasi darah
otak.
4.
18
dm)
Tujuan:
5.
6.
berkomunikasi.
Kolaborasi dengan fisioterapis untuk
Setelah melakukan
tindakan
keperawatan selam
melakukan komunikasi.
6. Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik
dan benar.
latihan wicara.
hasil:
Terciptanya suatu
komunikasi dimana
kebutuhan klien dapat
2.
dipenuhi.
Klien mampu merespon
setiap berkomunikasi
secara verbal maupun
do)
.
isarat.
dp)
Diagnosa
Keperawatan:
dq)
Kurangny
a perawatan diri
berhubungan
dengan
hemiparese/hemipl
melakukan
aktivitas
dan
beri
dapat
dilakukan
klien
terus-menerus.
du)
3. Melatih kemandirian klien untuk memepertahankan
harga diri dan meningkatkan pemulihan.
19
egi.
dr)
setelah melakukan
tindakan
keperawatan
selama 1X24 jam
Kebutuhan
sesuai kebutuhan.
4. Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasihan.
5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi/okupasi.
dv)
dw)
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian
serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu.
dx)
5. Memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan.
perawatan diri
klien terpenuhi
dengan kriteria
hasil:
1. Klien dapat melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai dengan
dy)
.
kemampuan klien.
ds)
dz)
Diagnosa
Keperawatan:
Resiko gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan kelemahan
otot mengunyah
dan menelan.
pada klien.
2. Klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi.
eb)
3. Menjaga intake nutrisi tetap adekuat.
ec)
ed)
4. Membantu dalam melatih kembali sensori dan
20
ea)
Tujuan:
meminum cairan.
setelah melakukan
tindakan
keperawatan
selama 3X24 jam
tidak terjadi
gangguan nutrisi,
dengan kriteria
hasil:
1. Berat badan dapat
dipertahankan/ditingkatk
an.
2. Hb dan albumin dalam
ef)
.
batas normal.
eg)
Diagnosa
Keperawatan:
eh)
Resiko
terjadinya
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas berhubungan
dengan
menurunnya
refleks batuk dan
menelan,
21
imobilisasi.
ei)
Tujuan:
Setelah melakukan
tindakan
keperawatan
selama 3X24 jam
Jalan nafas tetap
efektif ditandai
dengan:
1. Klien tidak sesak nafas.
2. Tidak terdapat ronchi,
wheezing
ataupun
Tujuan:
setelah melakukan
22
tindakan
keperawaran
mampu
mempertahankan
keutuhan kulit
ey)
ez)
6. Mempertahankan keutuhan kulit.
merubah posisi.
6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin
hindari trauma, panas terhadap kulit.
dengan kriteria
hasil:
1. Klien mau
berpartisipasi terhadap
pencegahan luka.
2. Klien mengetahui
penyebab dan cara
pencegahan luka.
3. Tidak ada tanda-tanda
fa)
0.
Keperawatan:
fc)
Gangguan
eliminasi urin
mencegah enuresis.
3. Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung
(incontinensia uri)
berhubungan
dengan kehilangan
tonus kandung
kemih, kehilangan
kemih.
4. Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga memerlukanuntuk
lebih sering berkemih.
fg)
23
kontrol sfingter,
hilangnya isarat
berkemih.
fd)
Tujuan:
setelah melakukan
tingdakan
fh)
5. Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi
saluran perkemihan dan batu ginjal.
keperawatan
selama 3X24 jam
Klien mampu
mengontrol
eliminasi urinya
dengan kriteria
Klien
hasil:
akan melaporkan
penurunan
atau
hilangnya inkontinensia.
Tidak ada distensi bladder.
fe)
fi)
fj)
fk)
24
fl)
Referensi
fm)
fn) Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical
management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
fo)
fp)
Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta:
EGC
fq)
fr) D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company,
Philadelphia
fs)
ft) Doenges, Marilynn E. dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan, EGC; Jakarta
fu)
fv) Price, S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit;
alih bahasa, Brahm U. Pendit..[et. al]. Edisi 6. Jakarta: ECG.
fw)
fx) Rasyid,M. 2001. Unit Stroke; manajemen stroke komprehensif. Jakarta: Balai
penerbit FKUI
fy)
fz) Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat
Bedah Saraf Indonesia, Surabaya.
ga)
gb) Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
gc)
gd) Smeltzer, S. C et.al (2005), Brunner&Suddarths: Textbook of Medical Surgical
Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott
ge)
gf) Soepardjo. 2009. Sekilas Tentang Stroke. Yayasan stroke Indonesia. Edisi
November 2009.
gg)
gh) Sudoyo, A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.
FK-UI. Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI.
gi)
gj) Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan
Stroke, Suatu Pendekatan Baru Millenium III, Bangkalan.
gk)
gl) Utami, I. M. 2004. Gambaran Faktor - Faktor Risiko Yang Terdapat Pada
Penderita Stroke Di Rsud Kabupaten Kudus Tahun 2002. (http: //skripsi
fkm.undip.ac.id/index.php)
25
gm)
26