Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama Kelompok :
1
2
3
4
5
6
Ani Mubayyinah
Liza Fairuz
Nurul Faridah
Awalia Annisafira
Fatimah A. Maulidiyah
Elly Febry
(112210101047)
(112210101055)
(112210101064)
(112210101065)
(112210101067)
(112210101071)
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2014
36;2009;p.241)
Kontraindikasi : (martindale 36;2009;p.240)
-
kloramfenikol
Tidak boleh diberikan secara sistemik untuk infeksi ringan atau
untuk profilaksis
Program pengobatan berulang dan berkepanjangan
Seharusnya tidak digunakan pada pasien dengan depresi sumsum
a. Kelarutan : 1:400 dalam air, 1: 2,5 dalam etanol 95% P, sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P, 1:7 dalam propilen glikol P, Praktis
tidak larut dalam petrolatum dan minyak nabati (Martindale: 1136).
b. Stabilitas
- Terhadap cahaya: tidak stabil
Pemaparan kloramfenikol (eye drops 10 mg mg/L, dapar fosfat PH 7,0)
-
e. Cara penggunaan
Dosis umum untuk infeksi ocular, optalmik, kloramfenikol 0,5% dosis 1-2tetes
tiap 2 jam untuk 48 jam pemakaian pertama, tiap 4 jam untuk pemakaian
setelahnya
II. FORMULASI
1. Permasalahan dan penyelesaian
PH sediaan harus dibuat mendekati PH fisiologis untuk mencegah iritasi
Harga PH mata sama dengan PH darah yaitu 7,4 (Lukas, 2006). Harga PH
tetes mata kloramfenikol antara 7-7,5 pada larutan dapar (FI IV, 1995).
Sehingga pada sediaan tetes mata ditambahkan buffer borat yang memiliki
rentang PH 6,8-9,1 (Lukas, 2006) agar dihasilkan PH sesuai cairan
fisiologis mata.
bentuk terlarut.
Water for injection
Aq pro injeksi ditambahkan ad 15 ml
Vol yang tertera pada sediaan = 10 ml kelebihan 0,5 ml (FI IV, 1995). Jadi
sediaan yang dimasukkan pada botol adalah 10,5 ml.
Nama alat
Jumlah
Kaca arloji
Beaker glass
Pinset
Batang pengaduk
Gelas ukur
Wadah tetes
2
1
1
1
1
1
Ukuran
5 cm
Sterilisasi
Waktu
0
Oven 180 C
Oven 1800C
Oven 1800C
Oven 1800C
Autoklaf - 121C
30 menit
30 menit
30 menit
30 menit
15 menit
Pencucian alumunium
Mendidihkan alat alumunium dalam tepol 1% selama 10 menit
Merendam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit
Membilas dengan aqua panas mengalir
Mendidihkan dengan air 15 menit kemudian dibilas
Mendidihkan dengan aquadet 15 menit
Membilas dengan aquadest sebanyak 3 x
= menit
= menit
= 30 menit
= menit
= menit
= menit
Sterilisasi alat dengan metode panas basah menggunakan autoklaf pada suhu
2.
= menit
= menit
= menit
= menit
= 15 menit
= menit
= menit
= menit
= menit
b. Label
c. Etiket
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dibuat sediaan tetes mata dengan bahan aktif kloramfenikol.
Sediaan tetes mata yaitu sediaan steril yang bebas dari partikel asing dan mikroorganisme,
dibuat dengan cara yang sesuai serta dikemas untuk digunakan pada mata. Struktur
penyusun organ mata sangat sensitive sehingga mudah terluka dan terinfeksi partikel asing
dan bakteri. Mata juga dilindungi oleh cairan yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan
oleh air mata. Cairan mata juga merupakan cairan steril yang secara terus menerus
membilas mata dari partikel asing, bakteri,dll sehingga sediaan tetes mata harus steril.
Kloramfenikol digunakan sebagai antibiotik bersifat bakteriostatik dan mempunyai
spektrum luas. Kloramfenikol efektif terhadap riketsia dan konjungtivitis akut yang
disebabkan oleh mikoroorganisme, termasuk Pseudomonas sp kecuali Pseudomonas
aeruginosa. Senyawa ini juga efektif untuk pengobatan infeksi berat yang disebabkan oleh
bakteri gram positif dan gram negative (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan
pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat
sintesis proteindengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50S yang merupakan langkah
penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob
gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif.Kloramfenikol berkhasiat untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Salmonella thypi, Salmonella parathypi,
Haemophilus
influenzae,
Neisseria
meningitidis,
Salmonella,
Proteus
mirabilis,
Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis,
Brucella dan Shigella.Namun demikian, kloramfenikol tidak aktif terhadap virus, jamur,
dan protozoa.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling
stabil dalam segala pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas yang sangat baik
padasuhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6.
Pada suhu 25oC dan pH 6, memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi
penyebabutama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan
hidrolitikpada lingkaran amida. Laju reaksinya berlangsung di bawah orde pertama dan
tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1992).
Berlangsungnya hidrolisis kloramfenikol terkatalisis asam umum/basa umum,
tetapi pada kisaran pH 2 sampai 7, laju reaksinya tidak tergantung pH. Spesies
pengkatalisasi adalah asam umum atau basa umum yang terdapat pada larutan dapar
yangdigunakan; khususnya pada ion monohidrogen fosfat, asam asetat tidak terdisosiasi,
sertaion asam monohidrogen dan dihidrogen sitrat dapat mengkatalisis proses degradasi.
Dibawah pH 2, hidrolisis terkatalisis ion hidrogen spesifik memegang peranan besar
padaterjadinya degradasi kloramfenikol. Obat ini sangat tidak stabil dalam suasana basa,
danreaksinya terlihat terkatalisis baik asam maupun basa spesifik (Connors, 1992).
Mekanisme Kerja Kloramfenikol adalah sebagai berikut.
1. Bekerja menghambat sintesis protein bakteri
2. Obat dengan mudah masuk ke dalam sel melalui proses difusi terfasilitasi
3. Obat mengikat secara reversible unit ribosom 50S, sehingga mencegah ikatan asam
amino yang mengandung ujung aminoasil t-RNA dengan salah satu tempat
berikatannya di ribosom
4. Pembentukan ikatan peptida dihambat selama obat berikatan dengan ribosom
5. Kloramfenikol juga dapat menghambat sistesis protein mitokondria sel mamalia
karena ribosom mitokondria mirip dengan ribosom bakteri
Efek utama dari kloramphenikol pada sediaan tetes mata sebagai antibiotik
spektrum luas dengan cara mengganggu sintesis protein dan bersifat bakteriostatik. Pada
penyakit mata digunakan untuk mengobati konjuntivis konjungtivitas. Efek samping
retikolopenia, anemia aplasia, gangguan penglihatan, ruam, demam, angio derma (sweet
man,2009). Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sedikit larut dalam
kloroform, mudah larut dalam propilenglikol, aseton dan etil asetat.(Depkes RI,1995)
Stabilitas kloramfenikol
-
yang terlindung dari cahaya, steril, dan kedap udara. (british pharmacopeia)
Terhadap suhu: tidak stabil
Dalam air akan terhidrolisis 4% (pemanasan 100C 30 menit) dan 10% (pemanasan
115C, 30 menit). Pada PH 7,2 lebih cepat terdegradasi daripada PH 4,8 (pemanasan
100C/120C)
Terhadap PH: PH larutan jenuh 4,5-7,5
PH stabilitas optimum 6,0 (FI IV,1995). Stabil terhadap larutan netral dan asam, cepat
rusakoleh larutan alkali (Remington). Stabil pada PH yang luas untuk larutan air (PH 2-
7)
Terhadap oksigen: tidak stabil.
Berlangsungnya
hidrolisis
kloramfenikol
terkatalisis
asam
pada
ion
monohidrogen
fosfat,
asam
asetat
tidak
lewat
dehalogenasi
tidak
menjadi
bagian
yang
Kloramfenikol
H
OH
+ H2O
Dihidrolisis menjadi
Cl2 merupakan
leaving grup yang
baik
O2N
NHCOCOH2
H
+ HCl
C
CH2OH
C
H
OH
2. Hidrolisis amida
memuaskan dan efektif. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang
ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas.
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan
cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara sterilisasi
panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme oleh
panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering,
kematian mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di bawah tekanan
paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121 C dalam jaringan tekanan.
Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf adalah homepreasure cooker.
Namun kehilangan kloramfenikol (dengan hidrolisis) meningkat dengan
pemanasan sekitar 4% hilang dari larutan berair pada pemanasan 100 C selama 30 menit
dan 10% pada suhu 115 C selama 30 menit. Oleh karena itu cara sterilisasi ini kurang
efektif jika digunakan pada sediaan tetes mata kloramfenikol dibandingkan dengan metode
filtrasi.
SOAL PERHITUNGAN
1. Penimbangan bahan-bahan untuk membuat larutan dapar sitrat pH 7,0 dengan kapasitas
dapar 0,01 sebanyak 15 mL, hitung asam sitrat dan Na fosfat yang dibutuhkan!
Diketahui:
pKa asam sitrat: pKa1: 3,15; pKa2: 4,78; pKa3: 6,40
BM: Na2HSitrat = 254; Asam Sitrat= 210,14; NaH2Sitrat = 232; Na3Sitrat = 276; Na3PO4=
164
Jawab :
[gara m]
[asam]
[garam]
= 6,40 + log
[ asam]
pH = pKa + log
7
log
[garam]
[asam]
= 0,6
2,303.C . Ka .
0,01 =
C=
= 0,0213
C = [garam] + [asam]
0,0213 = [garam] + [asam]
Dari reaksi di atas kita bisa menghitung penimbangan bahan jika yang tersedia :
a. H3Sitrat dan Na3PO4
H3Sitrat : M =
g =
g
Mr
1000
V
0,0213 x 210,4 x 15
1000
g = 0,06722 gram
= 67,22 mg
Na3PO4 : M =
g =
g
Mr
1000
V
0,0596 x 164 x 15
1000
g = 0,14661 gram
= 146,61 mg
2. Hitung tonisitas sediaan tetes mata kloramfenikol 0,5% dalam dapar asam sitrat-Na
fosfat dengan metode NaCl ekivalensi!
Diketahui:
R/
Kloramfenikol
0,075
(E= 0,14)
Asam sitrat
0,06722
(E= 0,18)
Na fosfat
0,14661
(E=0,53)
= 0,0105
Asam sitrat
= 0,06722 gr x 0,18
= 0,012
Na Fosfat
= 0,14661 gr x 0,53
= 0,0777
Jadi total nilai kesetaraan NaCl dalam sediaan = 0,0105 + 0,012 + 0,0777 = 0,1002 gram
Sehingga agar isotonis: 0,135 gr 0,1002 gr = 0,0348 gram NaCl yang harus ditambahkan
agar sediaan menjadi isotonis.
Berarti dapat disimpulkan bahwa sediaan tetes mata kloramfenikol 0,5% dalam
dapar sitrat-Na fosfat adalah hipotonis terhadap sel tubuh karena jumlah nilai NaCl (0,135
gram) lebih besar dibandingkan dengan total nilai kesetaraan dalam sediaan (0,1002 gram).
Sehingga perlu ditambahkan NaCl sebanyak 0,0348 gram agar sediaan menjadi isotonis.
Keadaan hipotonis yaitu ketika sel darah tercampur dengan sediaan yang
konsentrasinya lebih kecil. Sehingga air memasuki sel-sel darah dan menyebabkan sel
tersebut membengkak dan akhirnya meledak dengan membebaskan hemoglobin.
Fenomena ini dikenal sebagai hemolisis dan sediaan tersebut dikatakan hipotonis dengan
darah.
Konsentrasi
Inkompatibilitas
Keterangan
Senyawa
0,004-0,02%
Sabun,
amonium
(biasanya
kuartener:
0,01 %)
fluoresecin natrium.
Efektivitasnya
Benzalkonium
dengan
klorida
0,02%
Efektif
ditingkat-kan
penambahan
dalam
dosis
EDTA
kecil,
Senyawa
merkur nitrat:
Fenil
0,01-0,005
fenilmerkuri asetat
merkuri %
nitrat
0,005 %
Thiomersal
Parahidroksi
Nipagin
benzoat:
0,18%
Nipagin,
Nipasol
Nipasol
0,02%
Klorida
Diadsorpsi oleh makro- Jarang
digunakan,
banyak
pertumbuhan
jamur,
dalam
yang
lemah,
Stabilitasnya
0,5-0,7 %
depen-dent;
aktivitasnya
di mata.
pH Akan
berdifusi
kemasan
polietilen
melalui
low-
fenilraksa
(II)
nitrat
(PMN):
0,0020,004%
(II)
fenilraksa
asetat
(PMA):
berpenetrasi
pada
wadah
plastik.
Efektivitas
tinggi
pada
0,005-0,02%
Feniletilalkoho
tiomersal:
0,01%
0,5%
Aktivitasnya
lemah,
mudah
Pengawet yang biasa digunakan untuk tetes mata Kloramfenikol adalah Nipagin,
Benzalkonium Klorida, dan Fenil Merkuri Nitrat. Berikut adalah beberapa pertimbangan
untuk pemilihan perngawet tersebut:
Garam fenil merkuri aktif pada rentang pH yang luas terhadap bakteri dan jamur
dan biasanya digunakan dalam pH netral untuk larutan alkali, meskipun juga telah
digunakan secara efektif pada sedikit asam, sehingga penggunaannya sebagai
pengawet. Dengan demikian, pengawet ini cocok unruk sediaan tetes mata
kloramfenikol yang memang berfungsi sebagai bakteriostatik spektrum luas
Sehingga pengawet yang digunakan untuk sediaan tetes mata Kloramfenikol adalah
Fenil Merkuri Nitrat.
VII. KESIMPULAN
1. Sediaan tetes mata kloramfenikol dibuat pada PH mendekati fisiologis (7,4) untuk
mencegah iritasi
2. Dapar borax digunakan untuk membantu kelarutan dan sebagai alkalizing agent
3. Fenil merkuri nitrat merupakan bakterisida yang aktif pada rentang PH yang luas
4. Pengemasan sediaan dilakukan pada wadah yang tidak tembus cahaya
DAFTAR PUSTAKA
Ansel.
H.,
1989,
PengantarBentukSediaanFarmasi,
edisikeempat,
M.
dan
Sedayu,
Implementation Of
B.B.
2002.
The
Possibility
Zero
Level
Of Chloramphenicol
Of
In
LAMPIRAN