Вы находитесь на странице: 1из 18

Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Bentuk lahan vulkanis adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang
tersusun dari bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun
yang membeku dalam permukaan bumi (instrusi). Bentuk lahan vulkanis secara sederhana
terbagi atas dia yaitu :
a.
Bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone)
b. Bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya)
yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan
kadang sampai kaki lereng.
Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang
dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan
membentuk kaldera yang besar.
B. Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma
dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentuklahan yang
cenderung positif.
Proses geomorfologi yang terjadi pada tubuh gunungapi memberikan karakteristik lahan
yang berbeda baik dalam bentuk relief morfologi, tipe batuan, tanah, kondisi hidrologi,
vegetasi dan penggunaan lahan. Verstappen (1964) dan Widiyanto (1999) membagi tubuh
gunungapi secara umum menjadi 9 satuan bentuklahan dan menjelaskan karakteristiknya
sebagai berikut :
1. Kawah merupakan cekungan pada puncak atau bagian lereng gunungapi yang
merupakan tempat keluarnya magma ke permukaan. Neck akan menghubungkan
kawah dengan dapur magma yang terdapat di dalam bumi. Bentuk cekung pada
kawah menyebabkan air hujan dapat tertampung dalam kawah sehingga akan
terbentuk danau kawah.
2. Kaldera merupakan kawah yang besar. Kaldera terbentuk dari kawah yang runtuh
akibat erupsi gas yang kuat. Pada saat erupsi gas, material di dalam kawah tersebut
tersembur keluar sehingga bagian dalam kawah menjadi kosong. Kekosongan
material dalam kawah ini mengakibatkan dinding kawah menjadi labil. Akibat
goncangan dan gaya berat maka dinding kawah akan runtuh sehingga terbentuk
kaldera.
3. Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung
mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut
gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga
gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat
lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang

masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas
pengangkutan dan longsor lahan.
4. Lereng gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut
gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif
dan oleh tenaga air. Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi yang
berlangsung secara bertahap. Kemiringan lereng di satuan bentuklahan ini bervariasi
dari curam sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan pengangkutan oleh
air. Ciri lain yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian,
permukiman, peternakan, perkebunan dan pariwisata. Biasanya lereng gunungapi ini
memiliki bentuk yang belum teratur dengan lembah-lembah yang dalam.
5. Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki
gunungapi didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui
lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan
materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh
kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai
lemah.
6. Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan
terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada
lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang
memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya
bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai
berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses
erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi
yang tampak adalah dari erosi lembar sampai erosi alur.
7. Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan
terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi
lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian
atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih
berkembang.
8. Medan lava dan medan lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu
lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini
berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi
curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt.
Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik
yang muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.

Berdasarkan klasifikasi dari Escher (Bammelen, 1949) terdapat tujuh tipe gunugapi
berdasarkan pada tekanan gas, derajat, kecairaan lava, dan kedalaman dapur magma, yaitu :
tipe hawai, stromboli, volcano, merapi, pelle, vincent, dan tipe plinian.
TIPE GUNUNGAPI

1.Menurut tipe erupsi:


- Icelandic
- Hawaiian
- Strombolian
- Vulcanian
- Vesuvian
- Plinian
- Pelean
2.Menurut tipe lavanya:
- Gunungapi dengan basis
- Gunungapi dengan lava menengah
- Gunungapi dengan lava asam
TIPE GUNUNGAPI BASALTIK
1.Lava shield
2.Lava dome
3.Lava cone
4.Lava mound
5.Lava disc
GUNUNGAPI LAVA ASAM
1.Cumulo-dome = mamelon
2.Tholoid
3.Plug dome

II
VULKANISME
1. LATAR BELAKANG
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Gerakan
magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk
menekan batuan yang ada di sekitarnya.
Lalu apa yang disebut magma? Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di
dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma terjadi
akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan
tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan
menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma
tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan

mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan
gunung api atau disebut juga vulkan.
Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil
intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi
magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa
pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacammacam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:

1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan
batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan
atasnya tetap rata. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di
antara lapisan batuan.
3. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer
dengan bentuk pipih atau lempeng.
4. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
5. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.

Tentunya Anda masih ingat bahwa jika aktivitas magma mencapai ke permukaan bumi, maka gerakan
ini dinamakan ekstrusi magma. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan
bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya
terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar
lautan.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang
sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan
deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma
keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National
Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan
membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius,
dan lain-lain.
Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu:

1. Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma
yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini
berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan
Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2. Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang
dikeluarkan relatif sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api
ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya
seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah
danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.
3. Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif
yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis dan
terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lainlain.

GUNUNG BERAPI

Gunung berapi Mahameru atau Semeru di belakang. Latar depan adalah kaldera Bromo, Jawa
Timur, Indonesia.
Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk terhadap margasatwa lokal, dan juga manusia.
Meskipun memang agak susah untuk mendefinisikan apa itu gunung berapi atau gunung api, namun
secara umum istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluidapanas (batuan
dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada
saat dia meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung
api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api
lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu,Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat sekitar menyebut
fenomena di Kuwu tersebut dengan istilah Bledug Kuwu
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah
gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin
Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi
yang aktif mungkin bertukar menjadi separuh aktif, menjadi padam, sebelum akhirnya menjadi tidak
aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu menjadi padam dalam waktu 610 tahun
sebelum bertukar menjadi aktif semula. Oleh itu, sukar untuk menentukan keadaan sebenarnya
sesuatu gunung berapi itu, apakah sesebuah gunung berapi itu berada dalam keadaan padam atau
telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah
gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava,
kemusnahan oleh gunung berapi disebabkan melalui pelbagai cara seperti berikut:
1. Aliran lava.
2. Letusan gunung berapi.
3. Aliran lumpur.
4. Abu.
5. Kebakaran hutan.
6. Gas beracun.
7. Gelombang tsunami.
8. Gempa bumi

TINGKAT ISYARAT GUNUNG BERAPI DI INDONESIA


Status

Makna

Tindakan

AWAS

Menandakan gunung berapi yang segera


atau sedang meletus atau ada keadaan
kritis yang menimbulkan bencana Letusan
pembukaan dimulai dengan abu dan asap
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu
24 jam

Wilayah yang terancam


bahaya direkomendasikan
untuk dikosongkan
Koordinasi dilakukan secara
harian Piket penuh

SIAGA

Menandakan gunung berapi yang sedang


bergerak
ke
arah
letusan
atau
menimbulkan
bencana
Peningkatan
intensif kegiatan seismic Semua data
menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau menuju pada
keadaan yang dapat menimbulkan bencana
Jika tren peningkatan berlanjut, letusan
dapat terjadi dalam waktu 2 minggu

Sosialisasi
di
wilayah
terancam
Penyiapan sarana darurat
Koordinasi harian
Piket penuh

WASPADA Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat


kenaikan aktivitas di atas level normal
Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian
vulkanis lainnya Sedikit perubahan

Penyuluhan/sosialisasi
Penilaian bahaya
Pengecekan sarana
Pelaksanaan piket terbatas

aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas


magma, tektonik dan hidrotermal
NORMAL

Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma


Level aktivitas dasar

Pengamatan rutin
Survei dan penyelidikan

KLASIFIKASI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA


Tipe A
Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah
tahun 1600.
Tipe B
Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih
memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
Tipe C
Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tandatanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
VULKANISME DAN GUNUNGAPI

Vulkanisme menyuburkan tanah Pernahkah Anda berfikir kenapa penduduk Indonesia sebagian
besar berada di pulau Jawa? Salah satu alasannya adalah pulau Jawa tanahnya subur. Kesuburan
tanah ini diakibatkan oleh banyaknya gunung api yang terdapat di pulau Jawa. Ini barangkali salah
satu manfaat kegiatan vulkanisme. Kenapa gunung api bisa menyuburkan tanah
Ketika gunung meletus banyak mengeluarkan abu. Abu vulkanik ini pada awalnya menutupi daerah
pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu setahun atau dua tahun saja,
tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan lama bahkan bisa puluhan tahun.
Selain itu tanah hancuran bahan vulkanik sangat banyak mengandung unsur hara yang menyuburkan
tanah. Galian Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan gunung api. Pada saat gunung
api masih aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung, dan
sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat dihasilkan bahan tambang
seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan malihan
akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan mineral baru
yang lebih berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas.

JENIS GUNUNG BERAPI


1. Stratovolcano
Gunung berapi jenis ini umumnya tinggi dan terdiri atas lapisan lava mengeras serta abu vulkanik.
Gunung terdiri atas lapisan-lapisan. Gunung Merapi merupakan jenis ini.

2. Perisai
Gunung berapi jenis ini bentuknya landai dan sedikit menggelembung. Terbentuk dari lava yang
mengalir lancar.
3. Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling
gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya
di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
4. Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung
sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
MEKANISME LETUSAN GUNUNGAPI
SEBARAN GUNUNGAPI
Indonesia terletak pada jalur gunungapi tersebut dan merupakan negara dengan jumlah gunungapi
terbanyak. Pola penyebaran gunungapi menunjukkan jalur yang hampir mirip dengan pola
penyebaran fokus gempa dan tipe aktivitas kegunungapiannya tergantung pada batas lempengnya.
Hubungan ini menunjukkan bahwa volkanismamerupakan salah satu produk penting sistem tektonik.
Suatu jalur aktivitas volkanik terdapat di sepanjang batas lempeng divergen yang sebagian besar
terdapat di bawah. Secara setempat-setempat lava diekstrusikan melalui zona ini membentuk pulau
vulkanik di atas muka laut. Eslandia merupakan contoh terbaik yang dibangun secara keseluruh oleh
sistem ini dan terus aktif sampai sekarang. Contoh lain terdapat di Afrika dan berhubungan erat
dengan lembah regangan Afrika Timur (East African rift valeys). Asal magma di sepanjang batas
lempeng divergen dihasilkan oleh kesetimbangan temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga
peleburan itu terjadi. Titik lebur ini berada pada litosfera dengan kedalaman 100 - 200 km.
Pengamatan langsung lantai samudera di Mid-Atlantic Ridges membuktikan bahwa kerak samudera
sedang dalam proses pull apart (pemekaran), karena merupakan suatu pusat pemekaran yang aktif.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya struktur rekahan-rekahan terbuka di sepanjang pematang tengah
samudra. Plato basalt dianggap mewakili proses awal pemisahan benua dan memberikan bukti
langsung. Sifat aktifitas volkanik yang terjadi di sepanjang batas lempeng divergen. Plato basalt di
Brasil selatan merupakan salah satu contoh terbaik. Di sini lebih dari 1 juta m2 diekstrusikan dalam
waktu singkat.
Jalur aktivitas volkanik paling menonjol terdapat di batas lempeng konvergen, terutama di sepanjang
zona subduksi. Jalur gunungapi spektakuler dikenal sebagai jalur Cincin Api, atau Circum Pacific,
yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Distribusi gunungapi ini dikontrol oleh zona-zona
subduksi tiga lempeng utama yang menyusun cekungan Samudera Pasifik dan lempeng-lempeng lain
yang lebih kecil seperti Lempeng Filipina dan Lempeng Karibia. Jalur aktivitas volkanik lainnya adalah
Circum Mediterania yang mengikuti batas konvergen Lempeng Afrika. Magma pada zona subduksi
umunya bersifat andesitik hasil partial melting batuan basaltis dan sedimen pada kerak samudera

ketika menyusup kebersama lempeng ke bagian astenosfer. Sesuai dengan invers deret Bowen,
material pertama yang melebur adalah lapisan sedimen kaya silika, diikuti oleh Na-plagioklas,ampibol
dan akhirnya piroksen.
Aktivitas volkanisma lain terdapat di tengah-tengah lempeng tektonik, dan kebanyakan terdapat di
tengah-tengah Samudra Pasifik. Erupsi di tengah-tengah lempeng ini merupakan ekspresi permukaan
dari variasi termal lokal, atau hot spot di dalam mantel. Kepulauan Hawai merupakan contoh terbaik.
Aktivitas magmatik di paparan kontinen relatif jarang. Umunya berupa ekstrusi-ektrusi terpencar yang
diperkirakan merupakan hasil mantle plume, yakni naiknya masa material mantel yang panas, yang
boleh jadi berupakan bagian dari arus konveksi mantel besar.
Secara lebih rinci aktivitas volkanik moderen dapat diklasifikasikan menurut tatanan tektoniknya
sebagai Mid ocean spreading volcanism, Marginal sea spreading volcanism, Intra-plate oceanic
volcanism, Intra-plate continental volcanism,Continental rift volcanism, Young island volcanism, Microcontinental arc volcanism, dan Continental margin arc volcanism
KIMIA MAGMA
Senyawa-senyawa non volatil terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH4, CO2, HCl, H2S, SO2, NH3,
H2O. komponen ini akan mempengaruhi magma salam banyak hal. Kandungan volatil, khususnya
H2O akan menyebabkan pecahnya ikatan Si-O-Si. Apabila nilai viskositas rendah, maka difusi akan
bertambah dan pertumbuhan kristal terjadi dengan baik. Kandungan H2O juga mempengaruhi suhu
kristalisasi dalam magma. Volatil dalammagma menentukan besarnya tekanan selama
proseskenaikan magma tersebut ke permukaan. Unsur tersbut juga mempengaruhi pembentukan
piroklastika, awan panas dan sebagainya, selain pengaruh lazim pada betuk kristal dan lubang gas.
Senyawa-senyawa non volatil merupakan unsur-unsur oksida dalam magma, yang terdiri dari SiO2,
Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5. Jumlahnya yang mencapai 99% ini
disebut sebagai major element. Komposisi kimia, terutama SiO2 sangat berpengaruh terhadap
viskositas magma. Bila SiO2 bertambah, maka viskositas bertambah. Magma asal yang mempunyai
Al akan relatif lebih kental dan mempunyai suhu rendah. Sedangkan magma kaya Mg, Fe dan Ca
akan bersifat mudah mengalir dan [anas. Jika magma toleitik dan fonolitik maka magma andesit dan
riolitik lebih kental lagi.
Menurut Green (1980), berdasarkan unsur utama, unsur jarang dan unsur tanah langka produk
magmatisme daerah subduksi mempunyai ciri-ciri: Kadar TiO2 rendah, yaitu < 1,2% pada batuan
mafik dan < 3% pada batuan silicic. Kadar Al2O3 yang tinggi sekitar 16%-19% pada batuan mafikintermedier. Pada palung menuju busur vulkanik terdapat peningkatan yang teratur kadae K2O, pada
SiO2 yang sama, dan berhubungan dengan kedalaman zona Benioff. Rasio (K2O)+Na2O)/CaO
mempunyai harga tinggi pada batuan yang terbentuk paling jauh dari palung dan paling muda
umurnya. Pada seri toleit busur kepulauan dijumpai kecenderungan pengayaan Fe dengan dominasi
terjadi pada Andesit. Pada seri alkali busur kepulauan terdapat sedikit sampai tidak ada pengayaaan
Fe, dan didominasi andesit. Pada seri silisik terdapat sedikit sampai tidak dijumpai pengayaan Fe.
Kelimpahan unsur-unsur inkompatibel mendekati seri kalak-alkali.
Unsur jarang (trace element) di daerah penunjaman mempunyai hubungan positif dan negatif dengan
SiO2 . Secara umum unsur LIL (large-ion lithopile) yang bersifat incompatible seperti Rb, Ba, Sr dan

Pb memperlihatkan variasi yang besar dari arah palung menuju busur vulkanik, serta dari batuanumur
tua ke muda. Variasi ini sesuai dengan kadar K2O dari batuan toleit hingga shosonitik. Unsur HFS
(high fields strengt elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana unsur-unsur LIL umumnya
memperlihatkan adanyavariasi kelimpahan dalam batuan yang teratur dari arah palung menuju busur
vulkanik.
Unsur HFS (high field strenght elements) seperti Ti, Hf, Zr, Nb dan Ta sebagaimana unsur LIL
umumnya memperlihatkan adanya variasi kelimpahan dalam batuan yang teratur dari palung benuju
busur vulkanik. Berbeda dengan unsur LIL, dibandingkan dengan batuan basalt pada MOR maka
kelimpahan unsur HFS di jalur tunjaman tidak menunjukkan adanya pengayaan, namun menunjukkan
adanya penurunan. Ini terutama terjadi pada unsur Nb (Wilson, 1989)
Pada unsur-unsur compatible seperti Ni, V dan Cr dari batuan volkanik daerah penunjaman
menunjukkan adanya penurunan dari toleit ke sosonit. Dalam satu seri batuan unsur-unsur tersebut
memperlihatkan penurunan akibat proses deferensiasi, atau dengan kata lain ada hubungan korelasi
negatif antara unsur-unsur tersebut terhadap SiO2. Kelimpahan unsur tersebut lebih rendah
dibanding basal MOR, sehingga mengindikasikan bahwa pembentuk batuan vulkanik tersebut bukan
merupakan magma primitif.
Kandungan total unsur tanah langka (rare earth element, REE) pada batuan produk penunjaman
umumnya rendah, di bawah 100 ppm. Batuan toleit mempunyai pola REE yang lebih primitif, yang
berbeda dengan pola REE basal MOR. Pola REE pda batuan alkali kapur dan sosonitik
memperlihatkan adanya pengayaan unsur tanah langka ringan (LREE), terutama pada seri sosonit.
Basalt daerah pemekaran secara umum mirip dengan basal MOR dengan tekstur khas dari basalt di
lingkungan sub marine. Komposisi plagioklas bervariasi dari An67 sampai An 90 dengan fase masa
dasar lebih asam dari fenokrisnya.
Unsur utama pembentuk magma dalam deskripsi geokimia MOR dan magma seri Boninit yang
mewakili hasil vulkanisma pemekaran terdiri dari SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O,
K2O dan P2O5.. Boninit merupakan lava dengan SiO2 > 55% dan MgO > 9%, serta dicirikan dengan
kehadiran tinggi unsur jarang harmonis, Ni sampai 450 ppm, Cr sampai 1800 ppm, serta kandungan
Ti yang rendah, < 0,3%. Magma seri Boninit ini bukan merupakan magma hasil fraksinasi tetapi
cenderung sebagai sebuah magma primer hasil partial melting.
Unsur jejak di daerah pemekaran cenderung menunjukkkan pengayaan kation bervalensi rendah K,
Rb, Ba dan Sr. Di luar MOR pengayaan penting terjadi pada K dan Sr. Unsur jejak pada MOR
menunjukkan rasio k/Rb, K/Ba, Rb/Sr dan Zr/Nb lebih tinggi dibanding dengan lava di daerah
pemekaran lainnya, misalnya pada marginal sea spreading volcanism.
KESEIMBANGAN MAGMA
Letusan gunungapi merupakan proses pergeseran energi dari energi potensial dominan dan panas
menjadi energi kinetik dominan dan panas. Letusan gunungapi terjadi karena adanya gaya yang
berasal dari dalam bumi akibat terganggunya sistem keseimbangan magma dan dan sistem
keseimbangan geologi. Keseimbangan magma akan terganggu apabila (1) magma yang membeku
mulai kehilangan panas. Ketidakseimbangan dipicu oleh hilangnya gas dalam magma karena

penurunan temperatur, (2) adanya perbedaan suhu akibat pendinginan magma yang tidak homogen
sehingga menimbulkan arus konveksi yang mengganggu keseimbangan hidrostatis, (3) Epimagma
turun ke kedalaman tertentu pada kondisi tidak seimbang. Sebagai pencarian keseimbangan baru
terjadi difusi gas sehingga di permukaan terjadi perubahan epimagma menjadi hipomagma atau
piromagma, dan (4) terjadi pergerakan gas dalam piromagma ke arah permukaan permukaan bumi
karena tekanan dalam piromagma lebih besar dari tekanan beban luar.
Keseimbangan magma di dalam waduk akan terjaga apabila tekanan hidrostatik magma sama
dengan tekanan beban yang berada di atas waduk. Karena setiap proses apapun akan menyebabkan
hilang atau lepasnya gas dari magma, maka faktor terpenting dalam letusan gunungapi adalah
tercapai atau tidaknya keseimbangan antara tekanan hidrostatik di dalam waduk dan tekanan di luar
waduk.
Berdasarkan mekanismenya dikenal beberapa macam letusan gunungapi, antara lain letusan pusat,
letusan rekahan, letusan pundan tersebumbat, letusan freatik, letusan celah, letusan hidrotermal dan
sebagainya.
Letusan gunung api tidak akan terjadi selama tekanan dalam waduk magma lebih kecil dibanding
kekuatan tahanan atap waduk. Tetapi ketika pendinginan magma terjadi, maka akan terjadi difusi
pengumpulan gas di bagian permukaan waduk. Apabila tahanan atap berkurang, sementara tekanan
gas terus bertambah, maka letusan akan terjadi. Letusan ini disebut letusan pusat. Diagram
mekanisma letusan pada pipa terbuka dan hubungan antara kandungan gas dan viskositas magma
dengan jenis kegiatan letusan pusat (Rittman, 1962) digambarkan seperti pada gambar 1.
Magma basa yang pada umumnya akan menghasilkan lava cair yang bersusunan basal olivin yang
merupakan piromagma. Mekanisma letusan celah terjadi apabila magma tersebut ke atas sepanjang
rekahan abisal. Hipomagma yang ada selama proses kristalisasi akan menghasilkan piromagma.
Unsur-unsur yang mudah menguap akan mudah menyebabkan terjadinya semburan. Akumulasi lava
basal yang luas akibat letusan celah yang besar disebut dengan plateu basalt atau flood basalt.
Apabila kandungan gas berkurang, permukaan lava akan turun dan terjadi pembekuan yang dimulai
dari atas ke bawah, hingga akhirnya membentuk korok.
Mekanisme letusan kepundan tersumbat terjadi apabila terdapat magma yang membeku pada lubang
kepundan gunnungapi yang menyebabkan terjadinya pengumpulan tenaga di bawah sumbat. Apabila
tenaga telah cukup untuk menghancurkan sumbat maka akan terjadi letusan sangat kuat. Letusan ini
disertai dengan gempa gunungapi, guruh dan gumpalan awan debu sampai akhirnya suatu ledakan
keras dan hamburan batu apung menutupi kawasan tersebut. Contoh letusan ini adalah erupsi
gunungapi Krakatau (1883) dan Tambora (1815).
Mekanisme letusan freatik terjasi apabila air hujan jatuh ke permukaan tanah dan bersentuhan
dengan magma atau tubuh batuan panas lainnya. Air yang terpanaskan akan terbentuk akumulasi
uap bertekanan tinggi. Tekanan yang terus bertambah akan menghancurkan lapisan penutupnya.
Letusan freatik juga dapat terjadi pada lava yang mesuk ke dalam tubuh air, rawa maupun laut.
Mekanisme letusan hidrotermal hampir sama dengan mekanismepada letusan freatik. Perbedaannya
terletak pada pembentukan sistem. Apabila uap bertekanan tinggi tersebut sempat membentuk sistem
panas bumi, sementara batuan penutup mulai kehilangan daya tahannya, maka ketika tekanan uap

semakin besar akan terjadi letrusan hidrotermal. Penuruan daya tahan batuan penutup dapat
disebabkan oleh proses pelapukan, berkurangnya nilai kohesi batuan atau karena gempabumi.
KUBAH LAVA
Istilah lava diperuntukkan bagi bagma yang telah bencapai permukaan bumi. Hirokawa (1980)
mendifinisikan lava sebagai suatu massa cair yang dikeluarkan dari dalam bumi, maupun batuan
yang berasal dari pembekuannya. Lava basalan mempunyai suhu antaran 1.100 1.200 oC, lebih
tinggi dari lava andesitan yang bersuhu antara 900 1000 oC. Viskositas lava yang menyertai letusan
gunungapi, khususnya lava basalan sekitar 102 103 poise.
Proses pembentukan lava yang bersifat cair akan berjalan lambat. Lava akan mengalir di alur
gunungapi sebagai lava flow atau coulee. Jarak jangkauan aliran lava bervariasi, namun umumnya
berkisar antara 3 25 km. Jarak jangkauan aliran tergantung pada kekentalan dan jumlah lava yang
dikeluarkan. Pada gunungapi dengan magma yang cukup kental lava akan membentuk lava block.
Dalam posisi tertentu, ketika proses keluarnya lava berjalan lambat maka akan terbentuk kubah lava
atau lava dome. Dengan demikian bisa dipahami bahwa kubah lava merupakan salah satu proses
aliran lava. Lava yang sangat kental, keluar dengan perlahan dan membeku di permukaan akan
dapat membentuk sumbat lava.
Pada tubuh aliran lava sering dijumpai lubang yang beragam bentuk dan ukuran. Lubang-lubang
tersebut merupakan jejak gas yang terlarut dalam lava yang menguap saat pembekuan. Lubang ini
akan berkembang di permukan dan semakin berkurang ke arah dalam. Struktur vesikular ini akan
membantu dalam menentukan batas aliran lava.
Sesuai dengan komposisinya, aliran lava akan membentuk struktur permukaan yang khas. Lava
basalan yang mempunyai kenampakan permukaan terkeratkan disbut lava aa. Lava berbentuk seperti
tali disebut ropy lava. Sedang lava pahoehoe adalah lava basal yang mempunyai permukaan
bergelombang halus dan gelasan. Lava andesitan yang mempunyai kenampakan permukaan
berbongkah menyudut disebut lava bongkah. Dalam aliran bongkah di bagian tengah akan terbentuk
kekar berlembar (platty joint, platty strusture, linear flow structure, planar flow atructure) yang sejajar
dengan permukaan aliran. Jenis kekar lain yang sering dijumpai dalam aliran lava adalah kekar
mengolom (columnar joint, columnar structure, prismatic joint, prismatic structure) yang akan
memecah batuan menjadi kolom-kolomprismatik segi enam.
AWANPANAS
Istilah awanpanas dipakai untuk menyebut aliran suspensi dari batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu
masa gas vulkanik panas yang keluar dari gunungapi dan mengikuti lerengnya. Kecepatan aliran
dapat mencapai 100 km/jam dengan jarak jangkau yang dapat menjapai puluhan kilometer. Dari
kejauhan aliran itu seperti awan bergulung menuruni gunungapi.
Secara internasional awan panas diperkenalkan pertama kali dengan istilah nuee ardente oleh La
Croix pada tahun 1904 untuk melukiskan kejadian awanpanas yang terjadi di Mt Pelee. Istilah nuee
(awan) dan ardente (bara) melukiskan ada awan yang membara saat gunung itu meletus. Istilah
awanpanas dalam bahasa inggris disebut glowing cloud. Sebagaimana nuee ardente, istilah glowing
cloud memberi diskripsi kenampakan proses awanpanas. Seacara geologis saat ini dikenal sebagai
pyroclastic flow.
Dari sudut pandang kejadian pembentukannya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu awanpanas
letusan dan awanpanas guguran. Awanpanas letusan terjadi karena hancuran magma oleh letusan.
Partikel-partikel akan terlempar secara vertikal maupun horizontal. Kekuatan penghancuran magma
saat letusan ditentukan oleh kandungan gas volkanik dalam magma.

Kejadian awan panas guguran banyak dikendalikan oleh tekanan magma dan gravitasi pada kubah
lava. Kubah lava aktif, yang masih mengalami pertumbuhan, mempunyai temperatur sekitar 500-600
oC. Terganggunya kubah lava dapat menjadikan kubah lava longsor. Proses pemicu longoran kubah
lava antara lain oleh penambahan beban dan penambahan tekanan air pori oleh hujan sehingga
kohesivitas antar butir mengecil, letusan lokal akibat lekanan gas dari sebagian tubuh kubah serta
dorongan tekanan bagma dari bawah.
PERMASALAHAN VULKANISME
Pengaruh kegiatan vulkanisme selain yang menguntungkan tadi, ternyata bisa menimbulkan masalah
terutama terhadap lingkungan di sekitarnya. Gunung api khususnya saat meletus dapat
membahayakan dan mengancam jiwa. Bahaya tersebut di antaranya:
1. Pada waktu terjadi letusan, semburan lapili, dan pasir panas dapat merusak bangunan, lahan
pertanian, tanaman, bahkan hewan di sekitar gunung api. Abu vulkanik yang bisa menyebar secara
luas juga dapat mengganggu dan membahayakan penerbangan. Aliran lava dan lahar panas dapat
merusak bangunan dan lahan pertanian yang dilaluinya.
2. Gas beracun yang dikeluarkan pada saat erupsi dapat mengancam mahluk hidup termasuk manusia.
Misalnya pada saat letusan kawah Timbangan dan Sinila tahun 1979, sekitar 149 jiwa manusia
meninggal akibat menghirup gas beracun.
3. Bahan yang dikeluarkan gunung berapi biasanya menumpuk di puncak dan lereng-lereng gunung.
Pada waktu hujan, bahan-bahan ini terbawa oleh air hujan menjadi lahar dingin. Lahar dingin akan
merusak daerah yang dilaluinya, seperti sungai, lahan pertanian, rumah, dan lain-lain. Misalnya lahar
dingin gunung Merapi di Jawa Tengah sering melanda daerah Magelang dan Yogyakarta

PENGERTIAN VULKANISME
Vulkanisme adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma. Magma sebagai masa silikat
cair pijar sangat giat melakukan gerakan ke segala arah baik secara vertikal, miring, menyusup
atau mendatar, yang bergerak dipermukaan bumi ataupun hanya di dalam bumi. Bagian bumi
tempat keluarnya magma disebut gunung berapi, sedangkan gerakan magma yang dapat
mengangkat lapisan batuan yang cembung ke atas dan mengikis ruangan yang gejala-gejala
vulkanisme tersebut meliputi :
1)

Instruksi Magma Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai
permukaan bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan di dalam dapur magma.
Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma.
Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara dua lapisan
batuan berbentuk lensa cembung.
Sill/keeping intrusi, batuan beku yang berbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk pipih dan
melebar.
Gang, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/miring, berbentuk pipih dan
melebar.
Apofisa, yaitu batuan beku yang berbentuk dicabang-cabang gang, berukuran kecil.

2)

Ekstrusi Magma Yaitu gerakan magma mencapai permukaan bumi dalam bentuk letusan atau
erupsi.erupsi dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :

1. Erupsi linear, yaitu keluarnya magma melalui retakan atau celah.


2. Erupsi sentral, yaitu keluarnya magma melalui terusan kepundan
Gunung api perisai (tameng) Terjadi akibat magma keluar sangat encer. Selanjutnya magma yang
encer ini mengalir kesegala arah membentuk lereng yang sangat landai, sekitar 10 100.
Gunung Api Maar Terjadi akibat letusan ekspolosif yang membentuk lubang lingkaran besar di
permukaan bumi. Dapur magma yang kecil dan dangkal mengakibatkan letusan satu kali dan mati.
Gunung api maar tidak tinggi dan terdiri atas timbunan bahan-bahan padat atau efflata dan
dibawahnya kadang-kadang terdapat air. Misalnya danau Klakah.
Gunung Api Strato Terjadi akibat erupsi eksplosip yang diselingi dengan erupsi efusif sehingga
lerengnya berlapis-lapis dan terdiri atas bermacam-macam batuan. Gunung api strato paling
banyak terdapat di dunia, seperti di Indonesia adalah gunung merbabu dan Merapi Jawa Tengah,
semeru dan Kelud (Jawa Timur)

3. Erupsi Areal, yaitu keluarnya magma pada satu areal tertentu karena dekatnya dapur magma
dengan permukaan bumi. Berdasarkan kuat tidaknya letusan dan kandungan mineral yang
dikeluarkan, erupsi gunung api dibedakan atas dua macam, yaitu :
1.
2.

Erupsi eksplosif, adalah erupsi atau letusan dan kandungan mineral yang dikeluarkan, erupsi ini
biasanya menyemburkan material vulkanik yang bersifat padat cair.
Erupsi efusif atau letusan yang tidak menimbulkan ledakan karena tekanan gas kurang kuat. Pada
proses erufsi ini material yang dikeluarkan adalah material cair atau sebagian besar lava dan
sedikit material padat yang berukuran kecil. Selanjutnya bahan-bahan tersebut mengalir pada
lereng gunung sebagai aliran lava.
Tipe Letusan Gunung Api
Berdasarkan derajat kekentalan magma, tekanan gas magnetic, kedalam dapur magma dan bahan
material yang dikeluarkan, letusan gunung api dibedakan menjadi :
1) Letusan tipe Hawaii
2) Letusan tipe Stromboli
3) Letusan tipe vulkano
4) Letusan tipe merapi
5) Letusan tipe perret atau plinian
6) Letusan tipe pelee
7) Letusan tipe Sint Vincent
Gejala-Gejala Gunung Api Akan Meletus
1) Terjadinya getaran bumi
2) Suhu disekitar kawah naik
3) Sumber air tiba-tiba kurang atau kering
4) Terdengar suara gemuruh
5) Binatang di puncak turun ke lereng
6) Pohon-pohon di sekitar kawah mongering

Bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api


Bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api saat meletus adalah sebagai berikut :
1) Material vulkanis padat (efflata)
a) berdasarkan asalnya
- Efflata autogen, bersala dari bekuan magma yang keluar.
- Efflata aulogen, berasal dari pipa kawah yang terlempar.
b) Berdasarkan ukurannya
- Boom berukuran besar
- Lapili sebesar kerikil
- Pasir vulkanik sebesar butiran pasir
- Abu vulkanis efflata yang halus
2) Material berupa cairan
a) lava, yaitu aliran magma ke permukaan bumi
b) Lahar panas, yaitu lava yang merupakan campuran lava dengan air
c) Lahar dingin yaitu lava yang membeku bersama air hujan.
3) Material gas, terdiri dari atas
a) uap air
b) gas nitrogen
c) gas belerang
d) asam arang dan lain-lain
Peristiwa pascavulkanis dan postvulkanis
Gejala postvulkanis adalah peristiwa yang terdapat pada gunung api yang telah mati. Peristiwa
tersebut antara lain sebagi berikut :
1) Ekshalasi (sumber gas) berupa :
a) solfatar, yaitu gas belerang (H2S)
b) Fumarol, yaitu gas uap air (H2O)
c) Mofet, yaitu gas asam arang
2) Mata air panas : Air tanah terletak dekat dapur magma, keluar sebagai air panas
3) Sumber air mineral : Mata air panas yang mengandung mineral
4) Geiser : Sumber air panas yang memancar secara berkala.
Pengaruh Vulkanisme Terhadap Kehidupan
1) Pengaruh vulkanisme yang menguntungkan
Manfaat gunung berapi bagi kehidupan
- Gunung api merupakan daerah penangkapan hujan
- Abu vulkanik bersifat menyuburkan tanah pertanian
- Hancuran bahan vulkanis mengandung unsur hara.
- Menghasilkan bahan galian, seperti belerang, perak dan lain-lain
- Hutan di daerah gunung berapi berfungsi menahan erosi serta menyimpan air hujan
2) Pengaruh vulkanisme yang merugikan
- Letusan gunung api merusak lahan pertanian
- Hujan abu merusak semua yang dilaluinya
- Lahar panas bersifat merusak kehidupan
- Awan panas merusak kehidupan

Lahar dingin mendangkalkan sungai


Gas beracun mematikan manusia
Gelombang pasang

Usaha-Usaha Mengurangi Bahaya Gunung Berapi


1) Membuat terowongan-terowongan air pada kepundan yang berdanau.
2) Mendirikan pos-pos pengamatan di sekitar gunung berapi.
3) Mengungsikan penduduk yang bertempat tinggal di lereng-lereng gunung berapi yang akan meletus.
4) Membuat dam-dam penampungan di daerah aliran lahar.
A. Vulkanisme dan Gempa
Vulkanisme dan gempa, merupakan gejala geologi yang berkaitan erat dengan pembentukan
Kepulauan Nusantara. Awal pembentukan Kepulauan Nusantara yang masih bisa ditelusuri buktibuktinya, yaitu dimulai dengan tenggelamnya Zone Anambas, merupakan Kontinen Asal yang
diperkirakan terjadi 300 juta tahun yang lampau (kurun waktu geologi Devon) (Rutten dan Van
Bemmelen).
Tenggelamnya Zone Anambas tersebut mengakibatkan wilayah disebelah-menyebelahnya bergerak
kearah keseimbangan dan berturut-turut bagian-bagian dari muka bumi ada yang timbul dan ada
yang tenggelam secara perlahan-lahan, menurut kurun waktu geologi masing-masing.
Untuk mencapai kondisi bentuk yang sekarang, Landas Kontinen Sunda (Sistem Sunda) telah
mengalami delapan kali (8 x) pembentukan daratan (orogenesa). Kejadian pembentukan daratan,
prosesnya hampir sama antara Indonesia bagian timur dengan Indonesia bagian barat. Kontinen Asal
di bagian Timur disebut Central Banda Basin (Van Bemmelen) atau yang kini dikenal dengan nama
Laut Banda.
Atas perkembangan geologi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kepulauan Nusantara merupakan
titik temu dari tiga gerakan muka bumi, yaitu:
(1). Gerakan Sistem Sunda di bagian Barat,
(2). Gerakan Sistem Pinggiran Asia Timur,
(3). Gerakan Sistem Sirkum Australia.
Ketiga gerakan muka bumi ini yang mengakibatkan volkanisme dan gempa di Indonesia dan muka
bumi yang nampak kini merupakan sebagai akibat dari proses geologi tersebut.
Proses geologi selain mempengaruhi gejala volkanisme dan gempa, juga mempengaruhi sebaran
bahan-bahan tambang baik yang organik, logam ataupun tambang industri yang dialami oleh muka
bumi di Nusantara ini sejak ratusan juta tahun yang lalu.
Pada waktu Anambas berbentuk daratan, di Natuna bagian utara dan Karimata bagian selatan
berbentuk lautan. Kira-kira 20 40 juta tahun kemudian, daratan awal Anambas tenggelam yang
diikuti oleh munculnya Karimata sebagai daratan. Di wilayah ini prosesnya berlangsung sebanyak 8 x
yang mengarah ke selatan, dengan pulau yang kita kenal sekarang ini.
Di wilayah Indonesia Timur juga mengalami proses yang sama, tapi proses pembentukannya
berlangsung sebanyak 7 tahapan. Diperkirakan Laut Banda atau Cekungan Banda merupakan awal
daratan yang mengalami gerakan turun pada zaman paleozik. Gerakan turun ini mengakibatkan di
bagian utara dan selatan mengalami pengangkatan (orogenesa) dalam bentuk lengkunganlengkungan.
Di samping kedua proses orogenesa tersebut, ada pula proses orogenesa yang dampaknya lebih
kecil atau dalam ruang terbatas, seperti orogenesa Kepulauan Sangir Talaut, dan orogenesa Pulau
Laut yang mengakibatkan terbentuknya Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan.

Proses pembentukan daratan atau orogenesa kemudian mengalami tekanan dan pelapukan sehingga
menyebabkan terbentuknya zone-zone geologi dengan berbagai cebakan-cebakan logam, seperti
timah, nikel, tembaga, bauksit dan lainnya. Sedangkan Batu Bara dan Minyak Bumi terjadi karena
adanya endapan-endapan organik dibagian-bagian muka bumi yang pada zamannya merupakan laut.
Dengan demikian di wilayah Negara Kesatuan Repiblik Indonesia dapat diklasifikasikan distribusi
zone geologi denga cebakan-cebakan bahan tambang yang terkandungnya, yaitu:
(1). Wilayah Natuna,
(2). Wilayah Anambas,
(3). Wilayah Karimata,
(4). Wilayah Timah,
(5). Wilayah Minyak dan Gas Bumi,
(6). Wilayah Batu Bara,
(7). Wilayah Tenaga Air.
A1. Vulkanisme (Gunung Api)
Unsur alam yang sangat mempengauhi kehidupan masyarakat Indonesia adalah vulkanisme
(aktivitas gunung api). Istilah vulkanisme digunakan untuk menunjukan gejalanya, sedangkan
gunung api adalah untuk menunjukkan gunungnya, meskipun gunung itu ada di bawah laut.
Gunung api di Indonesia lebih dari 100 buah, kemudian dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
(1). Gunung api padam,
(2). Gunung api istirahat,
(3). Gunung api aktif.
Gunung api di Indonesia terletak dalam satu rangkaian yang mengikuti garis lengkung dari Pulau We
(Aceh) sampai ke Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, sampai ke Kepulauan Sangir
Talaut. Gunung-gunung api ini tidak hanya menyebar di daratan, tetapi juga banyak terdapat di dasar
laut.
Daerah-daerah yang terpengaruh oleh vulkanisme tanahnya sangat subur, pada tempat-tempat yang
subur inilah terjadi pemusatan-pemusatan penduduk. Sehingga tidak mengherankan, bahwa
sebagian besar rakyat Indonesia bergerak disektor pertanian. Tetapi ini bukanlah suatu hal yang patut
dibanggakan, melainkan suatu permasalahan yang pelik. Volkanisme disamping dapat menyuburkan
tanah, disisi lain volkanisme juga dapat meningkatkan mutu batubara, serta merupakan sumber
panas bumi.
Mengingat kepadatan penduduk yang sering demikian tingginya, terutama yang berada disekitar
gunung-gunung api, maka setiap ada letusan sudah pasti akan menimbulkan kerugian dan
penderitaan.

III
Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater
letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava,
aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan,
lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi
yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin
sekali akan merusak dan membentuk kaldera yang besar. Kekomplekkan terrain
vulkanik
akan terbentuk bila proses-proses yang non-vulkanik berinteraksi dengan vulkanisme. Proses
patahan yang aktif akan menghasilkan erupsi linier dan depresi volkano-tektonik. Satuan bentuklahan

vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, dan sebagai contoh
penyimbulannya antara lain : satuan kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng
vulkan (VL), satuan kakilereng gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk).

Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar dan curah
hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan rapat serta dibatasi
oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan
denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi
yang tinggi dengan kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian
terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mataair membentuk
sabuk mataair (spring
belt).

Pola aliran sungai terbentuk akibat proses geomorfologi yang bekerja pada batuan di
permukaan, sehingga terbentuk pola yang relatif annular sentrifugal dengan anak-anak
sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk lereng pertama. Beberapa
sungai bertemu kembali pada tekuk lereng kedua, dan seterusnya. Kerapatan aliran
umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang semakin menurun kerapatannya ke arah
lereng bawah dan kaki lereng.
Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-kiri sungai,
pola kelurusan kontur yang melingkar serta break of slope yang berasosiasi dengan spring
belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di bagian atas, hutan penyangga di
tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran
fluvialnya. Permukiman dapat dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang
ke arah bawah yang mempunyai kerapatan semakin padat.
Kenampakan dari foto udara, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada ketinggian atau
klas lereng sama, semakin ke bawah semakin halus; rona agak gelap sampai gelap; pola agak
teraturdan umumnya kenampakan fisik mempunyai pola yang kontinyu. Kenampakan yang khas
adalah bahwa pada pusat kepundan akan terlihat suatu kerucut yang di sekitarnya terdapat
hamparan hasil erupsi tanpa vegetasi penutup sedikitpun. Bekas-bekas aliran lava cair akan tampak
berupa garis-garis aliran di sekitar kepundan dan berhenti membentuk blok-blok dinding terjal akibat
pembekuan di luar.

Вам также может понравиться