Вы находитесь на странице: 1из 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut International Labor Organization (ILO), setiap hari terjadi 1.1
juta kematian yang disebakan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaaan
dan sisanya adalah kematian karena penyait akibat kerja dimana diperkirakan
terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya. Dari
data ILO tahun 1999, penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan
paling banyak disebabkan oleh kanker 34%.Sisanya terdapat kecelakaan sebanyak
25 %, penyakit saluran pernapasaan 21%, dan penyakit kardiovaskuler 15%.
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD
merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Kematian akibat NCD
diproyeksikan meningkat 15% secara global antara tahun 2010 dan 2020, Pada
dekade mendatang, kanker diprediksi sebagai penyebab kesakitan dan kematian
yang semakin penting di seluruh dunia. Tantangan untuk pengendalian kanker
sangat besar, ditambah dengan karakteristik populasi dengan usia yang semakin
lanjut. Oleh karenanya, peningkatan prevalensi penyakit kanker sulit dihindari.
Khusus penyakit kanker, the World Cancer Report mengestimasi bahwa
terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta kematian pada tahun 2008 (IARC,
2008). Angka estimasi jumlah kasus baru ini sedikit lebih rendah daripada
estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang terbanyak adalah kanker paru (1,52
juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan kanker kolorektal (1,15 juta kasus).
Sedangkan kematian tertinggi disebabkan oleh karena kanker paru (1,31 juta
kematian), kanker lambung (780.000 kematian) dan kanker hati (699.999
kematian) (IARC, 2008).

Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18% dari


total kanker (WHO, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker paru menduduki
peringkat ke-3 dari kanker di dunia memiliki angka mortalitas tertinggi di antara
seluruh kejadian kanker di dunia (WHO, 2010). Selain itu, kanker paru
mempunyai tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi pada pria dan ke-4 pada
wanita setelah kanker payudara, kanker serviks, kanker kolorektal (WHO, 2010).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 mengeluarkan
pedoman tentang karsinogen di tempat kerja dan perkiraan risiko relatif terhadap
kejadian kanker paru, leukemia dan mesotelioma. Berdasarkan data tersebut
Indonesia termasuk daerah dengan mortaliti rendah baik pada anak maupun
dewasa. Risiko relatif untuk kanker paru akibat pajanan karsinogen di tempat
kerja (tidak termasuk radon) diperkirakan 1,6. Kasus mesotelioma diperkirakan
akan mengalami peningkatan insidens 50-150% pada tahun 2015. Peningkatan
insidens terutama pada wilayah Eropa Barat, Amerika, Australia, Afrika Selatan
dan Selandia Baru yaitu 17-35 per 1 juta pertahun. Pada tahun 2004 sekitar 10.000
kasus mesotelioma pertahun untuk Eropa Barat, Amerika, Australia dan Jepang.
Sedangkan untuk Eropa Timur, Asia dan Amerika Selatan tidak ada data yang
akurat. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan prevalensi rate
penyakit kanker yang cukup tinggi. Di wilayah ASEAN, Indonesia menempati
urutan kedua setelah Vietnam dengan kasus penyakit kanker mencapai 135.000
kasus pertahun (WHO, 2008)
Menurut Dario Consonni dari Foundation IRCCS Ospedale Maggiore
Policlinico di Milan dan rekannya mendapati bahwa sebanyak lima persen kanker
paru-paru pada pria berkaitan dengan pekerjaan dan bahan kimia di mana bahaya
di tempat kerja "memainkan peran sangat besar" risiko terkena kanker paru-paru.
Studi ini, meneliti hubungan antara kanker paru-paru dan pekerjaan baik yang
sudah diketahui atau diduga meningkatkan risiko penyakit itu pada 2.100 orang
yang didiagnosis terserang kanker paru-paru dan 2.120 orang yang sehat cocok,
berdasarkan, jenis kelamin dan tempat tinggal. Sebanyak 12 persen pria yang
bekerja di tempat kerja resminya diketahui menyimpan risiko kanker paru-paru.
Tempat kerja itu seperti pertambangan, tempat pengolahan logam, dan jenis
tertentu pekerjaan konstruksi. Pria pekerja yang tempat kerjanya berisiko 74

persen penstimulasi kanker, didiagnosis lebih mudah terserang kanker paru-paru.


Kaitan paling kuat terlihat pada pekerjaan keramik dan barang tembikar dan
pembuatan batu-bata, serta pekerjaan dalam pembuatan logam nonbesi.
Makalah ini akan fokus membahas pada kanker akibat kerja yaitu pada
penyakit kanker paru-paru. Hal ini dilatarbelakangi oleh penyebab kematian yang
berhubungan dengan pekerjaan paling banyak disebabkan oleh kanker 34%. (ILO,
1999). Kejadian kanker yang terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus)
(IARC, 2008). Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18%
dari total kanker (WHO, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker paru menduduki
peringkat ke-3 dari kanker di dunia memiliki angka mortalitas tertinggi di antara
seluruh kejadian kanker di dunia (WHO, 2010). Di Wilayah ASEAN, Indonesia
menempati urutan kedua setelah Vietnam dengan kasus penyakit kanker mencapai
135.000 kasus pertahun (WHO, 2008). Sementara pekerja yang berisiko untuk
terkena penyakit kanker paru akibat kerja terdapat dari berbagai sektor yang ada
di Indonesia seperti pertambangan, tempat pengolahan logam, dan jenis tertentu
pekerjaan konstruksi, pekerjaan keramik, barang tembikar, pembuatan batu-bata,
dan pekerjaan dalam pembuatan logam nonbesi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Penyakit akibat kerja khususnya kanker dalam Oxford Handbook of
Occupational disebutkan bahwa yang menjadi target organ kanker akibat kerja
adalah sebagai berikut (Oxford Univesrsity, 2013):
1)
2)
3)
4)
5)

Gangguan sistem pernafasan : Kanker paru


Gangguan kulit : Kanker kulit
Gangguan sistem urinaria/perkemihan : Kanker kandung kemih
Gangguan sistem pencernaan : Kanker gastrointestinal
Gangguan saraf : Kanker otak

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


Pengertian pernafasan
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan
dalam paru-paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan
dan masuk dalam pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan
penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang masuk juga
melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan
menghasilkan udara di paru-paru melalui saluran pernafasan atas.
Pernafasan merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh
serta lingkungan. Pernafasan juga merupakan peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai
sisa dari oksidasi dari tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh
disebut proses inspirasi dan menghembuskan udara keluar tubuh
disebut proses ekspirasi.
Saluran pernafasan
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai
berikut : rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus,
paru-paru (bronkiolus, alveolus).
Paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan
tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan medistinum yaitu
struktur blok padat yang berada di belakang tulang dada. Paru

menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru
berbentuk seperti spons dan bersisi udara dengan pembagian ruangan
sebagai berikut :
a. Paru kanan, memiliki tiga lobus
b. Paru kiri dua lobus
Rongga hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran didalam lubang hidung.
Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang
sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan
farink dan selaput lendir. Semua sinus yang mempunyai lubang
masuk kedalam rongga hidung.
Rongga hidung sendiri berfungsi sebagai berikut :
- Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
- Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-

bulu hidung.
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa.
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau
hidung.

Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang
rawan kirkoid. Bila radang terjadi disebut pharyngitis. Faring
terbagi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

Laring
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat
tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan),
infeksi (misalnya difteri) dan tumor.
Trakea

Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16


sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang terbentuk seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir.
Percabangan bronkus
Bronkus merupakan percabangan trakea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan
tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari
paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara
berurutan adalah bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis,
bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.
Fungsi Paru-Paru
a. Ventilasi
Gerakan dalam pernafasan adalah ekspirasi dan inspirasi. Pada
inspirasi otot diafragma berkontraksi dan kubah dari diafragma menurun;
pada waktu yang bersamaan otot-otot interkosta interna berkotraksi dan
mendorong dinding dada sedikit ke arah luar. Dengan gerakan seperti ini
ruang di dalam dada meluas, tekanan dalam alveoli menurun, dan udara
memasuki paru.
Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi.
Diafragma naik, dinding dada jatuh ke dalam, dan ruang di dalam dada
hilang.
Pada pernafasan normal yang tenang terjadi sekitar 16 kali permenit.
Ekspirasi diikuti dengan terhenti sejenak. Kedalman dan jumlah dari
gerakan pernafasan sebagian besar dikendalikan secara biokimiawi, tetapi
pengendalian ini dapat dimodifikasi oleh berbicara, bernyanyi dan bersiul,
serta seseorang dapat menahan nafas selama satu menit.
b. Difusi gas
Gas- gas melewati hampir secara seketika diantara alveoli dan darah
dengan cara difusi. Dalam cara difusi ini gas mengalir dari tempat yang

tinggi tekanan parsialnya ke tempat lain yang lebih rendah tekanan


parsialnya.
Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan parsial yang lebih tinggi
dari oksigen yang berada dalam darah dan karenanya udara dapat mengalir
dari alveoli masuk ke dalam darah. Karbondioksida dalam darah
mempunyai tekanan parsial yang lebih tinggi dari pada yang berada dalam
alveoli dan karenanya karbon dioksida dapat mengalir dari darah masuk ke
dalam alveoli.
c. Transportasi gas-gas dalam darah
Oksigen ditransportasi dalam darah dalam sel-sel darah merah, oksigen
bergabung

dengan

haemoglobin

untuk

membentuk

oksihaemoglobin(oksiHb), yang berwarna merah terang. Dalam plasma,


sebagian oksigen terlarut dalam plasma. Karbondioksida ditransportasi
dalam darah sebagai bikarbonat.
a. Sebagai natrium bikarbonat dalam plasma
b. Sebagai kalium bikarbonat dalam sel-sel darah merah.
c. Dalam larutan, bergabung dengan haemoglobin dan protein.
d. Pertukaran gas dalam jaringan
Oksigen
Bila darah yang teroksigenisasi mencapai jaringan, oksigen mengalir dari
darah masuk kedalam cairan jaringan karena tekanan parsial oksigen
dalam darah lebih besar daripada tekanan dalam cairan jaringan. Dari
dalam cairan jaringan oksigen mengalir ke dalam sel-sel sesuai
kebutuhannya masing-masing.
Karbondioksida
Karbondioksida dihasilkan dalam sel mengalir ke dalam cairan jaringan.
Tekanan parsial karbondioksida dalam cairan jaringan lebih besar daripada
tekanan dalam darah, dan karenannya karbondioksida mengalir dari cairan
jaringan ke dalam darah.
e. Kontrol syaraf dan kimiawi pada pernafasan
Pernafasan merupakan aksi refleksi yang mudah berubah oleh
pengendalian dalam korteks serebri. Pusat pernafasan yang menstimulasi
inspirasi dan ekspirasi terletak dalam medula oblongata dari otak. Korpus
karotikus merupakan organ-organ kecil yang mengandung sel-sel saraf dan
pembuluh darah dan dihubungkan oleh persarafan ke pusat prnafasan di

medula oblongata. Impuls eferen adalah mentransmisi saraf-saraf frenik


dan interkostalis ke diafragma dan otot-otot interkostalis. Rangsangan
pada organ-organ perasa di hidung dan trakeobronkial menybabkan refleks
batuk dan bersin yang memodifikasi ventilasi dalam paru.

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Anatomi kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang
terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya
1,50 1,75 m2. Rata- rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat
di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium,
dan jaringan subkutan atau subkutis.

Gambar 1 Lapisan Kulit

Fisiologi Kulit
Kulit merupakan

organ

paling

luas

permukaannya

yang

membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung


tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar
ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang

terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerah


merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang
terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada
kulit. Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan,
dingin, panas, dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik
termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf
sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan pada jaringan
ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi
tidak ada ujung yang melebaratau berselubung untuk persarafan kulit.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain
menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :
a. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang
dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas
misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya
bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit
dan serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit
terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan
asam asetil).
b. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap
berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan
keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap
infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri secara
teratur.
c. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang
larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air

memungkinkan kulit ikutmengambil bagian pada fungsi respirasi.


Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui
celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui saluran
kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.
d. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan.
Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat
pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu
visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian
persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu
vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada
permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit
menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu
tubuh tidak dikeluarkan).
f. Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi
atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit
karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini
menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi
kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
g. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila
dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis.
Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
h. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim
melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan
O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke
epidermis melalui tangantangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya

dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh


pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan
karoten.
i. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel
basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel
spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi
sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini
menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus
seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi
lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
j. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari
proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

2.1.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan


Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem perkemihan terdiri
dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu
vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
Fungsi sistem perkemihan
Ekskresi oleh ginjal memiliki peranan untuk:
1. Memelihara keseimbangan air
2. Memelihara keseimbangan elektrolit
3. Memelihara pH darah.
4. Mengeluarkan sisa-sisa limbah metabolisme yang merupakan racun
bagi tubuh dan organisme

Gambar 2 Sistem Perkemihan

2.1.4. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Gambar 3 Sistem Pencernaan (Gastrointestinal)

Berikut merupakan sistem pencernaan pada manusia:


1) Rongga Mulut
Secara umum berfungsi untuk menganalisis makanan sebelum menelan, proses
penghancuran makanan secara mekanis oleh gigi, lidah dan permukaan palatum,
lubrikasi oleh sekresi saliva serta digesti pada beberapa material karbohidrat dan
lemak (Simon, 2003).
2) Faring
Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan, cairan dan udara
menuju esofagus. Bagian dalam faring terdapat 3 bagian yaitu nasofaring,
orofaring dan laringfaring. Nasofaring adalah bagian faring yang berhubungan
ke hidung. Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari
palatum sampai ke pinggir atas epiglotis. Sedangkan laringfaring terletak
dibelakang pada bagian posterior laring dan terbentang dari pinggir atas epiglotis
sampai pinggir bawah cartilago cricoidea (Richard S. Snell, 2012).
3) Laring
Laring adalah organ yang mempunyai sfingter pelindung pada pintu masuk jalan
nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara. Sfingter pada laring mengatur
pergerakan udara dan makanan sehingga tidak akan bercampur dan memasuki

tempat yang salah atau yang bukan merupakan tempatnya. Sfingter tersebut
meupakan epiglotis. Epiglotis akan menutup jalan masuk udara saat makanan
ingin masuk ke esofagus (Pearce, 2009).
4) Esofagus
Esofagus adalah saluran yang berfungsi membawa bolus makanan dan cairan
menuju lambung (Richard S. Snell, 2012). Otot esofagus tebal dan berlemak
sehingga moblitas esofagus cukup tinggi. Peristaltik pada esofagus mendorong
makanan dari esofagus memasuki lambung. Pada bagian bawah esofagus
terdapat otot-otot gastroesofagus (lower esophageal sphincter, LES) secara tonik
aktif, tetapi akan melemas sewaktu menelan. Aktifasi tonik LES antara waktu
makan mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Otot polos pada
esofagus lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsik). Pada
tempat lain, otot rangka melingkari esofagus (sfrinter ekstrinsik) dan bekerja
sebagai keran jepit untuk esofagus.
5) Lambung
Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah diafragma.
Lambung terbagi atas fundus, korpus dan pilorus. Pada saat lambung kosong
atau berileksasi, mukosa masuk ke lipatan yang dinamakan rugae. Rugae yang
merupakan dinding lambung yang berlipat-lipat dan lipatan tersebut akan
menghilang ketika lambung berkontraksi (Richard S. Snell, 2012)
Lambung terdiri dari dua fungsi yaitu, fungsi motorik sebagai proses pergerakan
dan fungsi pencernaan yang dilakukan untuk mensintesis zat makanan, dimana
kedua fungsi ini akan bekerja bersamaan.
6) Usus Halus
Bagian awal dar usus halus adalah duodenum, pada bagian ligamentum Treitz,
duodenum berubah menjadi jejunum. Duodenum mempunyai panjang sekitar 25
cm dan berhubungan dengan lambung, jejunum mempunyai panjang sekitar 2,5
m, dimana proses digesti kimia dan absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum
sedangkan ileum mempunyai panjang sekitar 3,5 m. Mukus usus terdiri dari
berbagai macam enzim, seperti disakaridase, peptidase dan enzim lain yang
terlibat dalam penguraian asam nukleat.
7) Usus Besar (Kolon)

Kolon terdiri atas sekum-sekum yang membentuk kantung-kantung sebagai


dinding kolon (haustra). Pada kolon terjadi penyerapan air, natrium dan mineral
lainnya. Kontraksi kerja massa pada kolon akan mendorong isi kolon dari satu
bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi ini juga akan mendorong isi kolon
menuju ke rektum. Dari rektum gerakan zat sisa akan terdorong keluar menuju
anus dengan perenggangan rektum dan kemudian mencetus refleks defekasi
(Pearce, 2009).
2.1.5. Anatomi dan Fisiologi Saraf
Anatomi dan fisiologi otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu
serebrum (otakbesar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak),
dan diensefalon(Satyanegara, 1998).Serebrum terdiri dari dua hemisfer
serebri, korpus kolosum dan korteksserebri. Masing-masing hemisfer
serebri terdiri dari lobus frontalis yangmerupakan area motorik primer
yang bertanggung jawab untuk gerakangerakanvoluntar, lobur parietalis
yang berperanan pada kegiatanmemproses dan mengintegrasi informasi
sensorik yang lebih tinggitingkatnya, lobus temporalis yang merupakan
area sensorik untuk impulspendengaran dan lobus oksipitalis yang
mengandung korteks penglihatanprimer, menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna.Serebelum terletak di dalam fosa kranii
posterior dan ditutupi olehduramater yang menyerupai atap tenda yaitu
tentorium, yangmemisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi
utamanya adalahsebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakanotot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi
untuk mempertahankankeseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
oblongata,pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusatrefleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin,batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons
merupakan

matarantai

penghubung

yang

penting

pada

jaras

kortikosereberalis yangmenyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang


berisiaquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu

talamus, subtalamus,

epitalamusdan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan


pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismusyang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan
yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada
beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan
pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang
menyertai ekspresi tingkah dan emosi.

Gambar 4 Anatomi Otak

2.2. Interaksi Pajanan dan Gangguan Kesehatan


Interaksi pajanan dapat pula dijelaskan berdasarkan bagan diatas, dimana
satu sama lain akan saling bergantung dan menyebabkan dampak jika tidak
seimbang. Interaksi Pajanan dan gangguan Kesehatan adalah sebagai berikut
(Kurniawidjaja, 2012):
A la t

J enis

Gang gua n

Lingkungan

Gambar 5 Bagan Interaksi Pajanan

1) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pekerja melakukan
usaha/aktivitas/kegiatan pekerjaan yang memiliki sumber bahaya. Sumber bahaya
yang terkait dengan risiko Kanker akibat kerja adalah fisik dan kimia.
2) Alat Bekerja
Alat bekerja atau peralatan kerja adalah alat yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan. Alat tersebut memiliki fungsi dan sumber bahaya. Contoh:
pekerja bekerja dengan menggunakan bahan asbestos, menggunakan mesin diesel
dalam waktu yang lama, serta mengandung zat radioaktif yang menghasilkan
radiasi.

3) Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan sangat menentukan lingkungan dan alat bekerja. Jenis
pekerjaan merupakan bentuk atau variasi pekerjaan yang memiliki cara dan pola
yang khas dan memiliki sumber bahaya serta risiko terhadap gangguan kesehatan
dan/atau kecelakaan yang berbeda-beda. Jenis pekerjaan yang memiliki risko
mengalami gangguan kesehatan Kanker adalah pekerja yang bekerja dengan zat
kimia yang bersifat karsinogenik.
Manusia terpapar pada sekumpulan zat kimia baik dalam bentuk obatobatan, zat kimia yang ada di industri atau lingkungan, atau zat kimia yang
terbentuk secara alami di alam. Semua zat berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya yang biasa disebut efek toksik atau efek yang merugikan.
Sebenarnya yang menentukan toksik tidaknya suatu zat adalah dosis/kadar
zat kimia tersebut. Contoh, pada dosis yang cukup tinggi, zat kimia yang tidak
berbahaya sekalipun seperti gula dapat mematikan. Sebaliknya, dalam kadar yang
cukup rendah, tidak satupun zat bersifat toksik (kecuali untuk zat kimia yang tidak
memenuhi ambang batas). Bahkan zat yang esensial bagi tubuh kita pun, misalnya
zat besi, dapat menjadi toksik jika dosisnya tinggi. Tanpa zat besi yang cukup,
secara perlahan kita akan mengalami anemia, tetapi jika terlalu banyak justru
mengakibatkan abnormalitas hati.
Efek yang merugikan dapat didefenisikan sebagai perubahan abnormal
yang tidak diinginkan atau berbahaya akibat pemaparan terhadap zat kimia yang
kemungkinan toksik. Berbagai jenis efek merugikan dapat terjadi, terlalu banyak
untuk disebutkan, tetapi tingkat keparahanefek tersebut dapat berkisardari ruam
kulit sampai kebutaan atau bahkan kanker dengan berbagai macam kemungkinan
di antara kejadian tersebut. Organ tubuh yang spesifik dapat menjadi sasaran zat
kimia tertentu atau beberapa bagian tubuh secara bersamaan akan terpengaruh.
Akibat yang ditimbulkan efek merugikan tersebut bergantung tidak hanya pada
zat kimia ketika seseorang terpapar terhadapnya, tetapi juga pada tipe paparan dan
derajat paparan.
Ada tiga tipe paparan ; akut, subkronis, dan kronis. Pemaparan akut
didefenisikn sebagai pemaparan terhadap zat kimia selama kurang dari 24 jam.
Paparan tersebut biasanya disebut sebagai paparan dosis tunggal zat kimia.

Pemaparan jangka panjang, disebut sebagai pemaparan kronis mengacu pada


pemaparan berulang atau berkelanjutan terhadap suatu zat kimia dalam waktu
yang cukup lama. Pemaparan kronis dapat mengakibatkan efek merugikan yang
sama sekali berbeda dengan pemaparan akut. Pemaparan subkronis berlangsung
lebih lama dari pemaparan akut tetapi lebih singkat dari pemaparan kronis.
Kata akut dan kronis itu juga dapat dipakai untuk menjelaskan efek
merugikannya. Ada beberapa zat kimia yang dapat menyebabkan efek merugikan
akut yang terjadi segera setelah pemaparan, sementara zat lain menyebabkan efek
kronis, misalnya kanker, yang mungkin tidak terlihat sampai 10 atau 20 tahun
kemudian setelah paparan. Tingkat paparan dapat bervariasi mulai dari
jumlahyang sangat kecil sampai ke dosis yang sangat tinggi. Paparan juga dapat
terjadi dari satu substansi tunggal atau beberapa zat kimia.
Ada beberapa istilah yang dapat mewakili istilah efek merugikan, atau
toksisistas, suatu zat kimia. Menurut pandangan umum, toksisitas dapat
didefenisikan sebagai kapasitas untuk menimbulkan efek yang membahayakan
organisme hidup. Toksisitas tidak dapat disebut tanpa menyingung kuantitas
(dosis) zat kimia ketika manusia terpapar padanya, cara zat tersebut mencapai kita
(mis,melalui inhalasi, ingesti, dan dermal), dan durasi paparan (mis, dosis tunggal
atau dosis ulangan), tipe dari tingkat keparahan dari efek merugikan, serta waktu
yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek itu.
Zat kimia dapat memasuki tubuh kita melalui tiga cara, baik memasuki
tubuh melalui ingesti, inhalasi, maupun melalui absorpsi di kulit, zat kimia yang
berbeda dapat menimbulkan efek merugikan yang juga berbeda. Jika hanya
terbatas di area kontak, efeknya di sebut efek lokal. Akan tetapi, jika zat yang
diabsorbsi masuk dalam sirkulasi darah, maka zat itu akan dibawa ke berbagai
organ di seluruh tubuh sehingga menyebabkan efek sistemik.
Tidak semua zat kimia yang diabsorbsi tubuh dapat menimbulkan efek
merugikan. Tubuh telah dilengkapi dengan beberapa mekanisme untuk
melindungi diri dari substansi yang berbahaya. Ada beberapa zat yang dapat
langsung diekskresikan oelh tubuh tanpa menimbulkan efek pada organismenya.
Akan tetapi, substansi lipofilik (tidak laru air tetapi larutan lemak) yang diabsorbsi
tubuh lebih sulit untuk diekskresikan. Zat tersebut dapat menjalani proses
detoksifikasi dlaam hati, disebut sebagai biotransformasi, untuk mengubah
substansi menjadi metabolit. Metabolit yang dihasilkan serupa dengan substansi

asalnya tetapi lebih larut air sehingga lebih mudah diekskresi. Umumnya,
metabolit yang dihasilkan kurang toksik bagi manusia jika dibandingkan dengann
substansi asalnya. Namun, terkadang metabolit justru menjadi lebih toksik
daripada substansi asalnya.
Jika zat kimia memang dapat menimbulkan efek merugikan, kerusakan
yang ditimbulka bisa bersifat reversibel (dapat diperbaiki atau sementara) atau
ireversibel ( tidak dapat diperbaiki atau menetap). Efek reversibel ditandai dengan
fakta bahwa perubahan dari struktur atau fungsi normal yang disebabkan oleh
suatu zat kimia akan kembali pulih dalam batas waktu yang normal setelah
paparan berhenti. Kerusakan biasanya dikaitkan dengan efek ireversibel yang
menetap atau bahkan meluas walaupun paparan sudah berhenti. Efek toksik
tertentu dari suatu zat dapat bersifat ireversibel, misalnya penyakit neurologis
tertentu, pembentukan kanker, sirosis hati, atau emfisema paru.
Efek pada saluran pernafasan
Inhalasi adalah jalur pernafasan yang sangat penting terhadap zat kimia
toksik, terutama di tempat kerja. Zat kimia yang memasuki paru dapat
menimbulkan efek langsung pada sel-sel paru atau dapat terserap ke dalam
sirkulasi sistemik. Disini perlu dibedakan antara toksikologi inhalasi yang
sebenarnya hanyalah jalur pemaparan dengan toksikogi pernafasan yang
merupakan responsi paru terhadap zat kimia. Pemaparan melalui inhalasi berbeda
dengan yang melalui ingesti karena zat kimia yang diabsorpsi ke dalam sistem
darah dari paru akan melewati jantung dan kemudian terdistribusi ke organ
lainnya tanpa telebih dahulu menjalani proses detoksifikasi dihati. Hal itu
berlawanan dengan pemaparan ingesti karena zat kimia yang diabsorpsi ke dalam
darah akan langsung dibawa ke hati untuk menjalani transformasi metabolik
menjadi senyawa yang kurang toksik.

Cara zat kimia memengaruhi sistem pernafasan


Zat kimia yang diabsopsi melalui jalur inhalasi memiliki sifat spesifik. Zat
tersebut antara lain (a) gas seperti karbonsioksida;(b) uap, misalnya merkuri, atau
(c) aerosol, misalnya partikel kecil yang melatang di udara. Gas dan uap dapat
terhirup secara langsung ke dalam paru-paru atau terserap secara langsung ke

dalam paru atau terserap ke dalam permukaan aerosol baru kemudian terhirup.
Contoh, banyak unsur (zink, arsenik) yang terlepas selama pembakaran batubara
yang kemudian terkonsentrasi di permukaan aerosol.
Jika gas dan uap sifatnya laru air (yaitu, dapat terlarut dalam air), maka zat
tersebut larut di dalam lendir yang melapisi permukaan saluran pernafasan
sehingga menimbulkan iritasi dan mungkin tidak akan pernah mencapai jalan
udara bagian bawah serta alveolus (mis, sulfur dioksida). Untuk aerosol, ukuran
partikel merupakan faktor kritis yang menentukan sampai sejauh mana partikel itu
dapat mencapai saluran pernafasan bagian bawah dan, dengan demikian, bagian
mana dari sistem tersebut yang akan terkena pengaruhnya.
Saat kita menarik napas, partikel-partikel yang menyusun aerosol akan
terkumpul di sepanjang saluran pernafasan. Tempat pengumpulan partikel itu akan
memengaruhi tingkat keparahan kerusakan jaringan, besar absorpsi toksikan ke
dalam sirkulasi sistemik,dan memengarui kemampuan paru untuk mengeluarkan
partikel itu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin jauh jangkauannya di dalam
saluran pernapasan.
Aerosol yang berukuran 5-30 mikrometer

m akan mengendap

terutama di saluran pernapasan bagian atas (hidung dan tenggorokan).


Jarak/kedalaman penetrasi akan bertambah seiring penurunan ukuran aerosol, dan
aerosol yang berukuran 1-5

m, sebagian besar akan terkumpul di saluran

pernafasan bagian bawah (trakea, bronkus, bronkiolus). Endapan partikel tersebut


kemudian akan dibersihkan melalui mekanisme bersihan mukosiliar. Partikel yang
dibersihkan dengan cara ini kemudian akan ditelan dan diabsorpsi di saluran
gastrointestinal. Aerosol ukuran 1

m ke bawah dapat mencapai alveolus. Di

alveolus, aerosol akan diabsorpsi ke dalam sistem darah serta dibersihkan oleh
sel-sel imun (makrofag) yang akan menelan partikel tersebut. Transpor partikel
melalui saluran pernapasan diperlihatkan pada gambar dibawah.
Respon sistem pernapasan terhadap paparan gas dan partikel berbahaya,
yang tidak berhasil dikeluarkan melalui bersihan mikosiliar dan sel-sel imun,
dapat disampaikan dalam beberapa cara. Perubaha yang dapat diamati di dalam
paru akibat inhalasi gas dan materi pertikulat berbahaya akan bergantung pada
konsentrasi materi yang dihirup, durasi pemaparan, dan sifat kimiawinya.

Perubahan akut yang terjadi di dalam paru mencakup konstriksi bronkus, edema
jalan udara, dan kerusakan sistem pertahana seperti bersihan mukosiliar.
Konstriksi bronkus adalah penyempitan jalan udara sehingga menyebabkan
mengi.

2.3. Penyakit Kanker Akibat Kerja


Berdasarkan pembagian penyakit akibat kerja khususnya kanker dalam
Oxford Handbook of Occupational disebutkan target organ kanker kerja adalah
sebagai berikut (Oxford Univesrsity, 2013):
6) Gangguan sistem pernafasan : Kanker paru
7) Gangguan kulit : Kanker kulit
8) Gangguan sistem urinaria/perkemihan : Kanker kandung kemih
9) Gangguan sistem pencernaan : Kanker gastrointestinal
10) Gangguan saraf : Kanker otak
Pembagian penyebab Occupational cancer berdasarkan agent (ILO, 2010):
1) Asbestos
2) Benzidine and its salts
3) Bis-chloromethyl ether
(BCME)
4) Chromium VI compounds
5) Coal tars, coal tar pitches or
6)
7)
8)
9)

soots
Beta-naphthylamine
Vinyl chloride
Benzene
Toxic nitro- and aminoderivatives of benzene or its

homologues
10) Ionizing radiations

11) Tar, pitch, bitumen, mineral


oil, anthracene, or the
compounds, products or
12) Residues of these substances
13) Coke oven emissions
14) Nickel compounds
15) Wood dust
16) Arsenic and its compounds
17) Beryllium and its compounds
18) Cadmium and its compounds
19) Erionite
20) Ethylene oxide
21) Hepatitis B virus (HBV) and
hepatitis C virus (HCV)
22) Cancers caused by other
agents.

23)

24) Tabel 1 Jenis Kanker Berdasarkan Penyebabnya

25)
26) JENIS
PEKERJA
AN
30) Pekerja
Kontruksi

27) JENIS

28) AGENT

PENYAKIT
31) kanker paruparu

29) CONTOH
PRODUK

32) asbes,

33) Produk

radon,

alumunium,

arsenik,

peleburan besi.

krom,
silika,
berilium,
nikel,
34) Pekerja
Batubara

35) kanker paru-

kadmium
36) silika

paru

37) Debu

di

lingkungan

(pertamban

kerja

(pasir

gan)

kwarsa & batu


granit)

38) Pekerja

39) Kanker

40) Benzena

Manufaktu

darah/

dan

leukemia

hexane

(Proses

Produksi)
42) Petani

43) Kanker kulit,


kanker otak,
kanker
prostat

47) Petugas

48) Kanker Paru

N-

44) Organofo
sfat

41) Proses
perakitan
iPhone

dan

iPad.
46) Pestisida,

gas

buang dr mesin

45) H3PO4
(asam

penggilingan,
pupuk,

fosfat).
49) asap,

fungisida.
50) Asap

Pemadam

poliureta

kebakaran,

Kebakaran

puing-puing
kebakaran,
bahan

51) Pekerja

52) Kanker

53) isocyanat

Pengecatan

Paru ,kanker

body mobil

kulit

polyureth

(Industri
otomotif)
55) Petugas
pintu TOL

plastik

dari perabotan.
54) Cat mobil

dan

an
56) Kanker Paru

57) karbon

58) Asap

monoksi

kendaraan

da (CO),

mobil

Oksida
nitrogen
(NOx)
dan
sulfur
(SOx),
dan (PB).

59)

60) 2.4. Penyakit Kanker Paru Akibat Kerja


61)

Kanker paru adalah kanker pada lapisan epitel saluran napas.

Berdasarkan klasifikasi WHO (1999), kanker paru secara umum diklasifkasikan


sebagai karsinoma paru non small cell (NSCLC, 85% dari semua kanker paru)
dan karsinoma small cell (SCLC, 15% dari semua kanker paru). Karsinoma small
cell terdiri atas adenokarsinoma. karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel
besar.

62)
63) Gambar 6 Karsinoma Kanker Paru

64)

65)

Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari

kelenjar paru. Tumor ini biasanya terjadi di bagian perifer paru, termasuk
broniolus terminal dan alveolus. Kanker jenis ini terhitung sekitar 30 % dari
kanker paru dan lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran
kecil dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan
hidup sampai 5 tahunnya buruk.
66)

Karsinoma sel skiamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker

ini berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksn lingkungan seperti
asbestos dan komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak di
bronkus pada sisi tempat masuk ke paru, ayng disebut hilus, yang kemudian
meluas ke bawah ke bronkus. Karena bronkus pada derajat tertentu mengalami
obstrusi, dapat terjadi atelektasi absorpsi dan pneumonia, serta penurunan
kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh relasif lambat dan memiliki prognosis yang

paling baik, yaitu kemunginan hidup 55 tahun jika didiagnosis sebelum


metastasis.
67)

Kanker sel besar tak berdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat

bermeta stasis. Tumor ini sampai 15% dari semua kanker paru, sering terjadi di
bagian perifer dan meluas ke arah pusat paru. Tumor ini beraitan erat dengan
merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini memuiliki
prognosis bertahan hidup yang sangat buruk.
68)

Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua kanker paru. Tumor

jenis ini juga disebut sebagai karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh di bagian
tengah paru. Karsinoma sel kkecil sejienis tumor yang bersifat sangat anaplastik,
atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Tumor
inisering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat menyebakan gejala
awal berdasarkan gangguan endokrin. Manifestasi paru yang timbul pada tumor
ini juga disebakan obstruksi aliran udara. Tumor jenis mungkin merupakan jenis
yang paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki pronogsis paling buruk.
69)
70)

Patofisiologi

71)

Sebagian besar pertumbuhan bary terjadi dalam paru dapat timbul

dari bronchi maka biasa disebut karsinoma bronkhogenik. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan oleh klien bergantung pada beberapa factor yang antara lain
mencakup lokasi lesi. Tanda dan gejala pada lesi bronchus dan paru termasuk:
1. 10% dari klien adalah asimptomatis dan teridentifikasi saat pemeriksaan
ronsen dada rutin.
2. 75% mengalami batuk
3. 50% mengalami hemoptisis
4. Sesak napas adalah umum
72)
73)

Jika lesi pulmonal perifer mengalami perforasi ke dalam ruang

pleural, maka akan tampak tanda dan gejala ekstrapulmonal-intratoraks, yang


mencakup nyeri saat inspirasi, friksi iga, efusi pleural, jika vena kava terlibat
maka tampak edema pada wajah dan leher, keletihn, dan jari tabuh.

74)

Pada penyakit tahap lanjut penurunan berat badan dan kelemahan

fisik biasanya menandakan mestatase terutama pada hepar. Kanker paru dapat
bermestatase ke struktur sekitarnya seperti nodus limfe preskalene, dinding
esophagus, dan pericardium jantung atau pada tempat-tempat yang jauh seperti
otak atau skelet.
75)

76) 2.5. Pekerja Berisiko


77)

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kanker, meliputi faktor

pajanan bahaya kimia, fisik dan radiasi. Sangat sulit sekali menyimpulkan bahwa
suatu penyakit kanker disebabkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dispesifikan
kepada pekerja-pekerja yang berisiko terhadap pajanan bahaya-bahaya penyebab
kanker.
78)
79)

80) Gambar 7 Pekerja yang Beresiko Kanker (HSE, 2013)

81)
82)

Berdasarkan penelitian dan data statisktik Healt and Safety Executive

UK, terdapat 8.000 kematian akibat kanker dan 13.500 kasus terdiagnosa baru
mengidap kanker, dimana penyebabnya adalah pekerjaan.
83)

Industri konstruksi merupakan jumlah terbesar penyumbang kanker

akibat kerja, yaitu 3.500 kasus kematian dan 5.500 kasus penderita kanker dari
industri ini. Penyebab gangguan kesehatan tersebut adalah silika, emisi mesin diesel,
radiasi sinar matahari, shift work, bekerja sebagai tukang cat dan/atau tukang las
(HSE, 2013).
84)

Selain itu International Agency for Research in Cancer (IARC) telah

menjelaskan beberapa pekerjaan yang berisiko terpajan bahaya kanker yaitu Pekerja
Nuklir, Painters (Tukang Cat), radiologist, Underground miner, Waste treatment
worker, petrochemical worker, processing bahan tambang, dan lain-lain yang terpajan
oleh bahaya kimia atau fisik (Siemiatycki J, 2004).

85)

Individu yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit

kanker ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan penjamu yang menerima


penyebab lingkungan tersebut. Oleh karena kompleknya interaksi yang mungkin

terjadi maka faktor-faktor yang berkaitan dengan bahan anti-karsinogen ikut


disertakan juga dalam hal besar-kecilnya risiko tersebut.
86)

Bahan-bahan yang berpengaruh terhadap peningkatan angka

penyakit kanker adalah ;


1. Bahan-bahan karsinogen lingkungan umum antar lain ;
a. Merokok, ikut meningkatkan angka penyakit kanker akibat kerja, misal
pada pemaparan asbestos, produksi yang memakai arsen, trioksid
antimon, bisklorometil-eter, nikel sulfida dan lain-lainnya.
b. Alkohol, berpengaruh terhadap morbiditas penyakit kanker
c. Bahan kimia dan obat-obatan, misalnya pelarut alkihidrokarbon, fenol,
trace-metal, ester forbol dan obat-obatan misalnya amfetamin,
dilantin, fenobarbital dan lain-lainnya.
d. Makanan di amerika ikan asap dengan pemaparan PAH (Polisklik
Aromatik Hidrokarbon), pada kanker lambung.
e. Infeksi oleh bakteri dan virus, misalnya oleh infeksi virus onkogeik
Rausher Leukimia Virus (RLV).
2. Faktor penjamu, antara lain ;
a. penyakit immun defesiensi (AIDS), yang berkaitan dengan kelainan
pada auto imun.
b. Usia, pada usia lanjut risiko terhadap penyakit kanker meningkat.
c. Penyakit yang didapat, misal pada infeksi bakterial [sifilis, tbc],
malaria, trauma post opratif dan lain-lainnya.
d. Faktor genetik beserta interaksi lingkungan, penyakit kanker yang
diduga berkaitan dengan keturunan misal kanker kolon, rektum dll,
dan induksi oleh radiasi yang menyebakan aberasi kromosom yang
dapat berubah menjadi keganasan.
e. Prostaglandin dianggap sebagai bahan yang menghambat makrofag
[interferon activated macrophages] untuk membunuh sel leukemia
limfotik.
3. Bahan anti karsinogen yang termasuk;
a. Enzim-enzim yang dapat memperbaiki DNA.

b. Interferon, merupakn glikoprotein dengan berat molekul rendah yang


dapat melawan infeksi virus dan dapat dipakai sebagai bahan antikanker.
c. Glutation dan bahan-bahan yang mengandung ikatan SH. Pemaparan
vinil klorida beserta bahan yang mengandung ikatan SH dapat
meningkatkan sifat anti karsinogen dalam tubuh.
d. Induksi

enzim,

biotransformasinya

beberapa
dapat

enzim
memberikan

yang
efek

pada

mekanisme

detoksikasi

pada

pemaparan polisiklik aromatik hidrokarbon [PHA].


e. trace element kelompok metal platinum, rodium, retenium dan
osmium dianggap bahan anti karsinogen.
f. Anti oksidan askorbat dianggap penghambat neoplasma.
87)
88)

89) 2.6. Gejala Klinis dan Dasar Diagnosis


90) Gejala Klinis
91)

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari

penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari
anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor
faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama
dapat berupa :

Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

Batuk darah

Sesak napas

Suara serak

Sakit dada

Sulit / sakit menelan

Benjolan di pangkal leher

Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.
92)
93)

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan

akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat
di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak
khas seperti :

Berat badan berkurang

Nafsu makan hilang

Demam hilang timbul

Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",


trombosis vena perifer dan neuropatia.
94)

95) Dasar Diagnosis


1. Diagnostik Umum
1.1.
Pemeriksaan makroskopik
96) Yaitu dengan penglihatan mata biasa diperhatikan jaringan tumor
itu. Misalnya pada carcinoma mammae, secara makroskopik terlihat
adanya bercak-bercak berwarna kuning kemerahan, yang menunjukkan
adanya jaringan nekrotik dan perdarahan.
1.2.
Pemeriksaan histologik
97) Pemeriksaan histologik hingga kini masih merupakan cara yang
sangat penting untuk menegakkan diagosis neoplasma. Pada tumortumor kecil jaringan diperoleh dengan cara eksisi. Jika tumor besar
dapat dilakukan eksisi percobaan atau biopsi sebagian. Jaringan tumor
yang akan diperiksa difiksasi dalam cairan formalin 10%. Ahli patologi
anatomik mempunyai berbagai cara untuk mengolah jaringan ini.
Biopsi jarum-biopsi aspirasi
98) Cara biopsi jarum memerlukan keterampilan ahli klinik dan ahli

1.3.

patologi anatomik untuk menegakkan diagnosis dari sepotong jaringan


kecil berbentuk torak. Cara inibanyak dikembangkan karena hanya
memerlukan sedikit persiapan, yaitu hanya anestesi lokal dan dapat
dikerjakan pada penderita-penderita yang berobat jalan.
Pemeriksaan darah tepi
99) Teknik pemeriksaan hematologik banyak dikembangkan dlaam

1.4.

diagnosis kanker. Salah satu cara ialah isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah. Sel-sel tumor ini terlepas dan masuk ke
dalam peredaran darah.
Pemeriksaan hormon dan enzim
100)
Kadar hormon yang dan terbentuknya senyawa hormon

1.5.

bentukan lain merupakan sebuah indikator adanya tumor pada jaringan


tertentu, seperti terbentuknya fosfateasam karena adanya anaksebar
karsinoma prostat dalam tulang membantu diagnosis neoplasma.
1.6.
Pemeriksaan sitologik
101)
Dasar pemeriksaan ini ialah :
a. Perubahan patologik yang disebut anaplasi yang merupakan sifat
sel tumor ganas dan yang merupakan perubahan dari sel normal
b. Sel-sel tumor ganas kohesinya kurang daripada sel normal,
sehingga mudah terlepas.

102)

Karsinoma dapat ditemukan walaupun masih in-situ.

Penggunaan lain yang sangat efektif ialah dalam diagnosis tumortumor saluran pernafasan dan paru-paru. Sputum yang didapat dari
batuk atau cucian bronchus yang didapat dengan bronchoscopia dibuat
sediaan apus dan dipulas dengan pulasan papanicolaou.
2. Diagnostik paru
103)
Proses yang digunakan untuk mengetahui apakah kanker telah
menyebar

di

dalam

paru

atau

ke

bagian

lain

tubuh

disebut

stadium.Informasi yang dikumpulkan dari proses stadiummenentukan


tahap penyakit.Hal ini penting untuk mengetahui tahap dalam rangka
untuk merencanakan pengobatan.Beberapa tes yang digunakan untuk
mendiagnosiskanker paru-paru bukan sel kecil juga digunakan untuk tahap
penyakit. tes dan prosedur lain yang dapat digunakan dalam proses staging
adalah sebagai berikut:

MRI

(magnetic

resonance

imaging):

Sebuah

prosedur

yang

menggunakan magnet, gelombang radio , dan komputer untuk membuat


serangkaian gambar detil dari area-area didalam tubuh, seperti
otak.Prosedur ini juga disebut nuklir Magnetic Resonance Imaging
(NMRI).

CT scan (CAT scan): Sebuah prosedur yang membuat serangkaian


gambar detil dari area-area didalam tubuh, seperti otak dan perut , yang
diambil dari sudut yang berbeda.Gambar-gambar yang dibuat oleh
komputer yang terhubung ke x-ray mesin.Sebuah pewarna dapat
disuntikkan ke dalam vena atau ditelan untuk membantu organ-organ atau
jaringan muncul lebih jelas.Prosedur ini juga disebut tomografi komputer,
computerized tomography, atau tomografi aksial terkomputerisasi.

PET Scan (positron emission tomography scan): Sebuah prosedur untuk


menemukan ganastumor sel dalam tubuh.Sejumlah kecil radioaktifglukosa
(gula) yang disuntikkan ke pembuluh darah.PET scanner berputar di
sekitar tubuh dan membuat gambar di mana glukosa yang digunakan

dalam tubuh.Sel tumor ganas muncul terang dalam gambar karena mereka
lebih aktif dan mengambil lebih banyak glukosa daripada sel normal
dilakukan.
104)

105)
106)

Gambar 8 PET Scan

PET (positron emission tomography) scan.Pasien terletak di atas

meja slide melalui mesin PET.Sisanya kepala dan tali putih membantu
pasien berbaring diam.Sejumlah kecil glukosa radioaktif (gula) yang
disuntikkan ke pembuluh darah pasien, dan scanner membuat gambar di
mana glukosa sedang digunakan dalam tubuh.Sel-sel kanker muncul

terang dalam gambar karena mereka mengambil lebih banyak glukosa


daripada sel normal dilakukan.

Scan tulang radionuklida : Suatu prosedur untuk memeriksa apakah ada


pembelahan

sel-sel

dengan

cepat,

seperti

sel-sel

kanker

dalam

tulang.Sebuah jumlah yang sangat kecil radioaktif material disuntikkan ke


dalam vena dan perjalanan melalui aliran darah.Bahan radioaktif
mengumpul dalam tulang dan terdeteksi oleh pemindai .

Uji fungsi paru: Sebuah tes untuk melihat seberapa baik paru-paru
bekerja.Itu mengukur berapa banyak udara paru-paru bisa memegang dan
seberapa cepat udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru.Hal ini
juga mengukur berapa banyak oksigen yang digunakan dan berapa banyak
karbon dioksida yang dilepaskan saat bernafas.Ini juga disebut tes fungsi
paru-paru.

USG Endoskopi: Sebuah prosedur di mana sebuah endoscope yang


dimasukkan ke dalam tubuh.Sebuah endoskopi adalah tipis, instrumen
seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk melihat.Penyelidikan pada
endoskopi menggunakan gelombang suara berenergi tinggi ( ultrasound )
dari jaringan internal maupun organ dan membuat gema.Gema-gema
membentuk gambar jaringan tubuh yang disebut sonogram .Prosedur ini
juga disebut endosonography.USG endoskopi dapat digunakan untuk
memandu jarum halus aspirasi biopsi paru-paru, kelenjar getah bening ,
atau daerah lain

107)
108)

Gambar 9 USG Endoskopi

Mediastinoscopy : sebuah bedah prosedur untuk melihat organ, jaringan,


dan kelenjar getah bening antara paru-paru untuk yang abnormal
daerah.Sebuah sayatan (memotong) dibuat di bagian atas dada dan
mediastinoscope dimasukkan ke dada.Alat mediastinoscope berbentuk
tipis, instrumen ini seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk
melihat.Hal ini juga mungkin memiliki alat untuk mengangkat jaringan
atau kelenjar getah bening sampel, yang diperiksa di bawah mikroskop
untuk tanda-tanda kanker.

109)

110)

Gambar 10 Mediastinoscopy

Mediastinotomy anterior : Sebuah prosedur pembedahan untuk melihat


organ dan jaringan antara paru-paru dan antara tulang dada dan jantung
untuk daerah abnormal.Sayatan (cut) dibuat di sebelah tulang dada dan
mediastinoscope dimasukkan ke dalam dada.Sebuah mediastinoscope
berbentuk tipis, instrumen seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk
melihat.Hal ini juga mungkin memiliki alat untuk mengangkat jaringan
atau kelenjar getah bening sampel, yang diperiksa di bawah mikroskop
untuk tanda-tanda kanker.Ini juga disebut prosedur Chamberlain.

BiopsiKelenjar getah bening: Pengangkatan seluruh atau sebagian dari


kelenjar getah bening.Sebuah ahli patologi memandang jaringan di bawah
mikroskop untuk mencari kanker sel .

Aspirasi tulang dan biopsi sumsum : Pengangkatan sumsum tulang ,


darah , dan sepotong kecil tulang dengan memasukkan jarum berongga ke
tulang pinggul atau tulang dada.Seorang ahli patologi memandang
sumsum tulang, darah, dan tulang di bawah mikroskop untuk mencari
tanda-tanda kanker.
111)
112)Tabel 2 Tahapan Terjadinya Kanker Paru

113)
Okultis
me

114)

Sel kanker paru-paru ditemukan dalam cairan tubuh

tertentu, tapi tumor tidak dapat dilihat dalam paru-paru


melalui pencitraan.

Tah
ap
115)
Stadiu
m 0

116)

Sel-sel kanker ditemukan hanya pada lapisan

terdalam

paru-paru.Tumor

belum

tumbuh

menembus

lapisan.

(Ka
rsin
om
a in
situ
)
117)
Tahap I

118)

IA: Tumor tidak lebih dari 3 cm

119)
a).Tidak ada jaringan sekitarnya atau kelenjar getah
bening keterlibatannya.
121)

120)
122)

IB:

keterlibatan

Tidak

ada

kelenjar

getah

bening dan salah satu dari

berikut:

Tumor tidak lebih


dari 3 cm
Tumor telah
tumbuh menjadi
bronkus utama
Tumor telah
tumbuh menjadi
pleura

123)
Tahap
II
127)

124)

IIA: Tidak lebih dari 3 cm

125)

Sel-sel kanker di kelenjar getah bening

126)
128)

IIB: Salah satu dari

yang berikut:

Tidak dalam
kelenjar getah
bening tetapi
dalam dinding
dada, diafragma,
pleura, bronkus
utama atau
jaringan yang
mengelilingi
jantung
Dalam kelenjar
getah bening dan
3 cm, telah
tumbuh menjadi
bronkus utama
atau telah tumbuh
menjadi pleura

129)
Tahap
III

130)

IIIA: Setiap ukuran

Di kelenjar getah bening di dekat paru-paru dan antara paruparu pada sisi yang sama dari dada sebagai tumor paru-paru

131)
132)
133)

IIIB: Setiap ukuran

Pada kelenjar getah bening di sisi berlawanan dari dada


sebagai tumor dan mungkin dekat dengan organ lain

134)
135)
Tahap
IV
136)
137)

Dalam lebih dari satu lobus paru-paru yang sama,


Dalam paru-paru lainnya atau
Di bagian lain dari tubuh seperti otak, hati atau tulang.

138)

2.7. Surveilans

139)

Surveilance Hazard Kesehatan

1. Risk Register (data faktor risiko), MSDS


2. Hazard and Health Mapping
140)

Surveilans Efek Kesehatan

1. Review Riwayat Kesehatan Pekerja (MCU, Kuesioner)


2. Pemeriksaan Periodik kesehatan pekerja
3. Menganalisa Hasil Kesehatan (Hasil Lab/Pengukuran)
141)

Biomonitoring terkait dampak pajanan sesuai parameter

(ACGIH & NIOSH),


142)

Digunakan sebagai alat untuk memonitor kualitas lingkungan yang

telah terpolusi, untuk menilai suatu dampak pencemaran lingkungan, untuk


mengevaluasi risiko kesehatan yang berhubungan dengan bahan polutan.
143)
144)

Dikenal 3 jenis monitoring antara lain :

145)

1. Monitoring ambient

Untuk menilai resiko kesehatan


Untuk memonitor paparan eksternal dari bahan kimia
Untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di dalamm air,
makanan, dan udara
Risiko kesehatan dapat diprediksi berdasarkan batas paparan
lingkungan.
146)
147)

2. Monitoring Biologi dari paparan (MB paparan)

148)

Monitoring

Biologi

dari

paparan

(MB

paparan)

Adalah

pemantauan suatu bahan yang mengadakan penetrasi kedalam tubuh


dengan efek sistemik yang membahayakan. Dapat dipakai untuk
mengevaluasi risiko kesehatan. Dilaksanakan dengan memonitor dosis
internal dari bahan kimia sebagai contoh adalam jumlah dosis efektif yang
diserap oleh organisme.
149)
150)
151)
152)

3. Monitoring Biologis dari efek ( Health Surveillance )

153)

- Tujuan monitoring biologis dari efek adalam memprediksi dosis

internal untuk menilai hubungan dengan resiko kesehatan, mengevaluasi


status kes dari individu yang terpapar & mengidentifikasi tanda efek
negatif akibat suatu paparan, misalnya kelainan fungsi paru.
154)
155)

156)

2.8. Pencegahan dan Penanggulangan

157)

1. Program Promosi Kesehatan (Health Promotion)

158)

A. Peningkatan kesehatan (health promotion), Misalnya;

Pendidikan kesehatan (diadakan informasi kesehatan (dalam toolbox


meeting/safety moment, mengadakan training tentang SOP bekerja),
Meningkatkan gizi yang baik (kontrol berat badan dan gizi: menyediakan
buah-buahan/fruit day di kantor, pola makan sehat),
Berhubungan dengan Risiko kesehatan kerja, fokus pada bahaya-bahaya
potensial

dan

langkah

preventif

praktis.Bagaimana

melindungi

kesehatannya, termasuk tindakan proteksi dan penggunaan APD.


Motivasi kerja pekerja untuk berperilaku yang sehat dan aman di tempat
kerja.
Peningkatan perilaku safety awareness (reward & punishment bila tidak
memakai PPE dgn lengkap),
Adanya wellness program, seperti kebugaran fisik, Manajemen stress,
penghentian merokok, penyalahgunaan obat & alkohol, Pendidikan dan
pengetahuan mengenai tekanan darah, Pengurangan kolesterol, Kontrol
berat badan.
Perusahaan yg sehat dan fasilitas yg memadai dengan melengkapi ahli
Hygiene industri, ahli Occupational health),
Lingkungan kerja yang sehat (Menggunakan zat kimia yg lebih baik dari
sebelumnya, mengurangi proses kimia kontak dengan pekerja (digantikan
dengan Mesin otomatis), Tidak merusak lingkungan, houseekeeping dan
pemeriksaan kesehatan periodik.
159)

B. Perlindungan khusus (spesific protection)

Misalnya;

Safety equipment process nya, Engineering design, APD,

hygine perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya


limbah dan kecelakaaan kerja.
160)

C.Deteksi dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and

prompt treatment)

Pemeriksaan dini (screening) untuk pekerja yang memiliki faktor risiko


tinggi terhadap kanker (yang memiliki riwayat pekerjaan di area kerja
berbahaya, merokok, sering muncul batuk parah, ada keturunan).

161)

D. Membatasi kecacatan (disability limitation)

Misalnya; memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,


mengobati tenaga kerja secara sempurna.
162)

E. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Misalnya; Sedapat mungkin perusahaan

mencoba menempatkan

karyawan- karyawan cacat di jabatan yang sesuai, menyediakan tempat


kerja yang dilindungi, dan terapi kerja di rumah sakit.
163)
164)

2. Program Pencegahan

Eliminasi (menghilangkan bahaya kimia, dengan mengurangi kontak


dengan zat kimia )
Subsitusi (mengganti bahan, proses, / pun peralatan , mengurangi bahan
pembersih kimia yg kurang berbahaya, mengganti bahan baku)
Engineering control (memisahkan bahaya dengan pekerja dengan,
mengisolasi tempat bahan kimia dengan lemari asam, dipasang blower,
ventilasi udara)
Sistem peringatan ( memberikan peringatan, instruksi, tanda bahaya, label
kewaspadaan akan lokasi bahaya tsb)
Pengendalian Administratif

metode

pekerjaan,

SOP, pelatihan,

pengawasan, perilaku, jadwal kerja, rotasi kerja)


PPE (face shield, sarung tangan, kacamata, chemical suit, dll.)

165)
166)

BAB III
PENUTUP

167)
168)
169)
170)

3.1 Kesimpulan
Kanker Akibat Kerja merupakan bagian dari Penyakit Akibat Kerja

(ILO, 2010). Penyakit tersebut memiliki target organ antara lain paru-paru, kulit,
gastrointestinal, kandung kemih, otak dan lain-lain. Interaksi pajanan dan
gangguan kesehatan meliputi 3 elemen yaitu lingkungan kerja, alat bekerja dan
jenis pekerjaan. Jenis penyakit dan penyebabnya sesuai dengan target organ dan
pajanannya.
171)

Pekerja yang berisiko adalah pekerja yang bekerja untuk industri

tambang, konstruksi, petrochemical, manufaktur dan lain-lain. Gejala klinis dari


masing-masing orang akan berbeda-beda, sehinga perlu dilakukan surveilans
kesehatan yang meliputi Surveilans Hazard Kesehatan, Surveilans Efek Kesehatan
dan Biomonitoring terkait dampak pajanan sesuai parameter Indeks Pajanan
Biologis (IPB). dan surveilans lingkungan kerja, dimana hal tersebut saling
keterkaitan.
172)

Program pencegahan kanker akibat kerja dapat dilakukan melalui

promosi kesehatan dengan pendekatan perilaku, keturunan dan layanan kesehatan


yaitu dengan pola hidup sehat, penyuluhan dan mencari infromasi terkait kanker
serta lakukan deteksi dini.
173)

Pengendalian risiko terpajan bahaya kanker (karsinogen) di tempat

kerja dengan penilaian risiko kanker akibat kerja serta melakukan pencegahan
berdasarkan hirarki kontrol dan hazardous communication.
174)

175)

DAFTAR PUSTAKA

176)
177)

Asian

Cancer.

(n.d.).

Retrieved

Juli

1,

2014,

from

http://www.asiancancer.com
178)

Asih, Niluh G. 2003.Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan


Gangguan Sitem Pernapasan. Jakarta: EGC. Hal 161-162.

179)

Buchari. 2007. Penyakit AKibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. USU
Repository

180)

CDC. (2013).

Cancer. Retrieved June 27, 2014, from topics:

http://www.cdc.gov
181)

Corwin, Elizabeth J. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Hal.


576-577.

182)

Gibson, John alih bahasa ni luh gede yasmin asin SKp. 1995. Anatomi
dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

183)

Horn, L; Pao W, Johnson DH. (2012). Principles of Internal Medicine (ed.


18th). McGraw-Hill.

184)

HSE. (2013). Occupational Cancer in Great Britain. Health and Safety


Executive.

185)

ILO. (2010). ILO List of Occupational Diseasess. Switzerland: Programme


on Safety and Health at Work and the Environment (SafeWork)
International Labour Office.

186)

Kemenakertrans RI. (2008). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.25/Men/XII/2008 Tentang
Pedoman Diagnosis Dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan Dan Penyakit
Akibat Kerja.

187)

Kurniawidjaja, L. M. (2012). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia.

188)

Oxford Univesrsity. (2013). Oxford Handbook of Occupational Health (2


ed.) . (F. D. Julia Smedley, Ed.) Oxford: Oxford University Press.

189)

Palupi, widyastuti. Hazardous Chemicals in Human and Environmental


Health (WHO/PCS/00.1). 2000. Bahaya bahan kimia pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

190)

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksaan di Indonesia. 2003. Kanker Paru.


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

191)

Sumamur. 1988. Penyakit Kanker Akibat kerja dan Pencegahannya.

192)

Sutisna, Himawan. 1990. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik


Falkutas Kedokteran UI

193)

Workplace Safety and Health Council. Workplace safety and health


guidelines diagnosis and management of occupational diseases. Singapore:
WSH Council; 2012

194)

http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-di-

indonesia-dan-dunia/ diakses pada 18 Oktober 2014


195)

http://www.antaranews.com/berita/174586/kanker-paru-paru-

berkaitan-dengan-tempat-kerja diakses pada 18 Oktober 2014


196)

http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-2.html

diakses pada 18 Oktober 2014


197)

www.repository.usu.ac.id diunduh pada tanggal 20/10/2014 pada

pukul 13:25
198)

www.library.upnvj.ac.id/pdf/diunduh pada tanggal 20/10/2014

pada pukul 13:30


199)

www.file.upi.edudiunduh pada tanggal 20/10/2014 pada

pukul14;00
200)

Вам также может понравиться