Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
oleh:
Sunli Sipayung
( 30120110020 )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat,
dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel
darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah
yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di
negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit
gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah
dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang sangat parah
bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi
laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta
kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi
nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B 12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya
anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia
yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi
pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sel Darah
Merah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat memahami mengenai Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sel Darah
Merah.
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sel Darah Merah.
b. Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sel Darah Merah.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kamu gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi yakni memaparkan serta menjelaskan kembali apa yang telah kami dapat dan pelajari
sebelumnya dari berbagai sumber yang telah kami temukan. Adapun metode penulisan untuk
bahan sumber yang kami dapatkan yaitu buku sumber yang sesuai dengan materi yang
dibutuhkan, konsultasi dengan dosen pembimbing, dan bahan dari internet.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diawali dengan penulisan bab I yang terdiri dari pendahuluan yang
membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II berisi tinjauan teori mengenai Konsep Penyakit dan Konsep Asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Anemia ( bahasa Yunani An = tanpa ; enemia = darah ) adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin atau jumlah sel-sel darah yang fungsional menurun sehingga tubuh akan
mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah
kurang. Anemia bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit akan tetapi selalu
merupakan salah satu gejala dari sesuatu penyakit misalnya anemia defisiensi besi selalu
terjadi akibat dari pendarahan kronis mungkin disebabkan karnoma colon atau
ankilostomiasis dan lain-lain. Pada hewan piaraan jarang bersifat primer sering bersifat
sekunder (Supandiman, 1993).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,
1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin
dan
hematokrit
di
bawah
normal
(Smeltzer,
2002
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
2.
Anatomi Fisiologi
Eritrosit atau sel darah merah
a) Karakteristik
1) Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada
sentralnya dan berdiameter 7.65 m.
membentuk eritrosit dan pada saat yang sama eritrosit juga dibentuk di limpa
(lien) dan kelenjar limfe (limfe-nodus). Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir
kehamilan dan setelah lahir, eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.
Pada dasarnya semua sumsum tulang membentuk eritrosit sampai usia 5 tahun, tapi
pada sumsum tulang panjang (kecuali pada proksimal humerus dan tibia) menjadi
sangat berlemak, sehingga pada usia kira-kira 20 tahun sumsum tulang panjang tidak
lagi menghasilkan eritrosit. Diatas usia 20 tahun, sebagian besar eritrosit dihasilkan
oleh sumsum tulang membranosa, seperti vertebra, sternum, costae dan pelvis.
Gambar 1
ERITROSIT
(http://www.google.co.id/imgres?q=eritrosit)
Ada kalanya sumsum tulang dapat dirangsang oleh berbagai jenis faktor sehingga
dapat membentuk eritrosit dalam jumlah yang banyak, demikian pula sumsum tulang
yang telah berhenti menghasilkan eritrosit dapat menjadi produktif kembali. Limpa
dan hati juga dapat mengaktifkan kembali fungsi hemopoietiknya jika ada
rangsangan yang ekstrem dan berkepanjangan yang menghendaki pembentukan
eritrosit dalam jumlah yang banyak.
Di dalam sumsum tulang terdapt banyak sel pluripoten stem yang dapat
membentuk berbagai jenis sel darah. Sel ini akan terus menerus diproduksi selama
hidup manusia, walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai bertambahnya
usia. Sesungguhnya ada stem sel yang lainyang bersifat unipoten yang hanya mampu
membentuk satu jenis sel saja, missal eritrosit atau leukosit. Tetapi cirri-ciri sel-sel
unipoten ini sulit dibedakan satu sama lain dan juga dengan sel pluripoten.
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diatur
oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel pertama yang
diketahui
sebagai
rangkaian
pembentukan
eritrosit
disebut
proeritorblas.
Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru dari generasi
pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan warna basa.
Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada tahap berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut
polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan
terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas
dimana warnanya menjadi merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah
dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka
nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Selsel ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu
sampai dua hari setelah dilepaskan dari sumsum tulang.
Pembentukan eritrosit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : vitamin B12,
asam folat, mineral besi (Fe), tembaga (Cu), cobalt (Co), protein, hormon eritropeitin
dan kadar oksigen di udara.
e) Penguraian (Destruksi) Eritrosit
Jika eritrosit telah berada dalam sistem sirkulasi, maka dalam keadaan normal
umurnya rata-rata 120 hari. Eritrosit yang lebih tua menjadi lebih rapuh. Jika dinding
selnya sangat rapuh, maka eritrosit dapat pecah dalam perjalananya melalui
pembuluh darah yang sempit. Sebagian besar eritrosit pecah didalam limpa karena
terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa.
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel
makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati (sel-sel Kupffer) dan sumsum
tulang. Besi (Fe) yang lepas diangkut kedalam sumsum tulang untuk membentuk
eritrosit baru, atau disimpan dihati dan jaringan lain dalam bentuk ferritrin. Bagian
hem-nya diubah sel-sel retikuloendotelium menjadi bilirubin (pigmen empedu).
3. Etilogi
Penyebab Umum dari Anemia:
a) Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti : Perdarahan Akut (mendadak),
Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah,perdarahan Kronik
(menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
Defesiensi
maupun jejenum.
Kehilangan darah oleh sebab perdarahan saluran cerna,
neoplasma, gastritis.
Patofisiologi
zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh
besi berupa: senyawa fungsional seperti hemoglobin, mioglobin dan
enzim-enzim, senyawa besi cadangan seperti feritin dan hemosiderin.
Besi ferri dari makanan akan menjadi fero jika dalam keadaan asam
dan bersifat mereduksi sehingga mudah untuk diabsorsi oleh mukosa
usus. Dalam tubuh besi tidak terdapat bebas tetapi berikatan dengan
molekul protein membentuk feritin, komponen proteinnya disebut
apoferitin, sedangkan dalam bentuk transport, zat besi dalam bentuk
fero berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen
proteinnya di sebut apotransferin, dalam plasma darah disebut
serotransferin.
Tanda dan gejala
Cepat lelah
Nyeri kepala
Kesulitan bernapas, sesak
Palpitasi
Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa
mulut dan konjungtiva.
sudut
mulut
7) Hematokrit menurun
8) MCV kurang dari 70 fl
9) MCH berkurang
10) MCHC berkurang
11) Serum besi 50 mg/dl ( N: 50-150 mg/dl)
12) Meningkat Total iron Binding Capacity ( TIBC )
sampai dengan 350-500 mg/dl ( 250-350 mg/dl).
Penatalaksanaan
( dosis : 3 mg/kg BB ).
Iron dextran mengandung Fe 50 mg/ml dengan IM,
kemudian 100-250 mg tiap 1-2 harisampai dosis total
sesuai perhitungan.
Transfusi jika diperlukan.
2. Anemia Megaloblastik
a. Pengertian
Anemia megaloblastik merupakan kelainan yang di sebabkan oleh
gangguan sintesis DNA dan di tandai oleh sel megaloblastik.
Anemia megaloblastik adalah anemia makrositik normokromik
yang di sebabkan oleh difisiensi vitamain B12 dan asam folat yang
mengakibatkan gangguan sintesis DNA,disertai kegagalan maturasi
dan pembelahan inti (Gayton, 2001).
Anemia yang disebabkan karena kerusakan sintesis DNA yang
menakibatkan ketidaksempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan
karen defisiensi vit B12 dan asam folat. Karakteristik sel darah
merahnya adalah megaloblas ( besar, abnormal, prematur SDM )
dalam darah dan sumsum tulang. Keadaan ini mengakibatkan
leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, gangguan pada oral,
gastrointestinal, dan neurologi.
Gambar Anemia megaloblastik
Defisiensi vit B12 dengan cara test schiling ( pasien puasa selama
12jam , kemudian minum air+ vit B12 radioaktif kemudian berikan
non radioaktif IM, bila diabsorpsi akan keluar melalui urine yang
di tampung dalam 24 jam.
Penatalaksanaan
g tiap bulan
Pemberian diet zat besi ( daging , hati, kacang hijau, telor produk
kalsium)
Defisiensi asam folat kurang dari 3-4 ng/ml ( N : 7-20 ng/ml )
Vitamin B12 normal
Penatalaksanaan
IM
Berikan Vit C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis
Berikan diet tinggi asam folat ( asparagus, brokoli, nanas,
melon,sayuran hijau, ikan, hati, daging, stoberi, susu telor,
kentang, roti ).
5. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah gangguan akibat ketidaksanggupan sumsum
tulang membentuk sel-sel darah.(Tarwoto, S.Kep, 2002))
`Anemia aplastik adalah keadaan yang disebabkan berkurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetikdalam sumsum tulang.
(Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 : 494)
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk selsel darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel
mengakibatkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Zat yang dapat
merusak sumsum tulang disebut mielotoksin.
Etiologi dan faktor resiko
Idiopatik
Kemoterapi, radioterapi
Toksok kima ( insektisida, benzene, tulen)
Obat-obatan ( chloromphenikol, sulfonamid)
Autoimun seperti LES ( sistemic lupus eritematosus)
Agen infeksi : Hepatitis, HIV, TBC,miller
Manifestasi klinis
Kelemhan, letih
Nyeri kepala
Nadi cepat, pucat
Mudah infeksi : hepatitis
Perdarahan hidung, gusi, darah pada feses
Lama masa pembekuan, nyeri tulang
Demam
Pansitopenia
SDM dibawah 1 jt/ mm3
Leukosit kurang dari 1000/mm3
Trombosit 15000-3000/mm3
Penatalaksanaan
Anemia
Demam, gangguan neurologi, ptekie, thalasemia
Kelemahan, pucat
Hepatomegali, kekuningan
Defisiensi folat
Penatalaksanaan
Gambar 1
Gambar 2
(http://www.google.co.id/imgres?
q=anemia+sel+sabit)
(http://www.google.co.id/imgres?
q=anemia+sel+sabit)
c. anatomi fisiologi
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm
kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5
juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4
juta sel darah merah.
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul
hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang
mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi
mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan
tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paru-paru terjadi reaksi antara
hemoglobin dengan oksigen.
d. Etiologi dan faktor resiko
Banyak pada area endemik malaria ( afrika, india)
Herediter
e. Manifestasi klinis
Kurang darah akan mengakibatkan hipoksia, infark serebri
Mempunyai masa hidup sel darah merah pendek 15-25 hari
Hb 7-10 g/dl
Ikterik pada skelera
Sumsum tulang membesar
pembesaran jantung
Disritmia , gagal jantung
f. Penatalaksanaan
Belum ada obat yang efektif
Penanganan nyeri
Penanganan infeksi dan pencegahan
Transfusi darah
Mengurangi kekentalan darah
Transplantasi sumsum tulang
4. Patofisiologi dan Patoflow
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun
akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya
otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan
seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak,
tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Patoflow
Etiologi
Eritropoiesis
Kehilangan
darah
destruksi
Kelemahan,
kelelahan
Sistem saraf
pusat,
( pusing,
Mekanisme kompensasi
Kebutuhan
oksigen untuk
kerja jantung
Kardiovaskuler
Heart rate,
dilatasi kapiler
stroke volum
eritropitin
Stimulasi
sumsum tulang
Ginjal
Respon
reninaldosteron
Retensi garam
dan air
Cairan
ekstraseluler
Sirkulasi hiperdinamik
Murmur jantung
Cairan
ekstraseluler
Gagal
jantung
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa
darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ
tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
7. Tes Diagnostik yang Menunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
demam.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
INTERVENSI & IMPLEMENTASI
makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
berat.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan
infark.
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
4.
terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,
1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : TIM.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.