Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
pembajakan atas hak cipta lagu, pembajakan piranti lunak, dan lainnya, kemudian penegak
hukum tidak mampu memberantas hal itu maka ini juga akan berdampak pada iklim
ekonomi.
Hal tersebut di atas diperkuat dengan survei yang dirilis oleh kompas.com pada tanggal
19 Februari 2013, mengenai daya saing Indonesia. Survei tersebut berdasarkan survei World
Economic Forum dalam Global Competitiveness 2012-2013. Hasil survei tersebut
menyebutkan bahwa posisi daya saing Indonesia berada di peringkat 50 dari 144 negara.
Posisi ini merosot empat tingkat dibanding sebelumnya di peringkat 46, salah satunya
disebabkan belum maksimalnya penegakan hukum terhadap pelaku pembajakan piranti
lunak.[1]
Berdasarkan hasil survei tesebut kita bisa memahami ada keterkaitan yang sangat erat
antara hukum dan pembangunan ekonomi nasional. Akibat dari rendahnya daya saing itu,
tentu investor akan lebih sulit menginvestasikan modalnya di Indonesia. Pada akhirnya
ekonomi nasional akan menjadi korban. Di sinilah peran ahli hukum untuk mengawal agar
kegiatan ekonomi tetap berjalan pada rel prinsip ekonomi yang dibangun atas prinsip
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan nasional.
Guna memenuhi dan mengantisipasi permasalahan hukum ekonomi, seperti adanya
kegiatan ekonomi yang bertentangan dengan prisnsip dasar ekonomi nasional yang telah
diamanatkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, maka peran saya
sebagai seorang sarjana hukum adalah mengantisipasi potensi tersebut. Peran saya sebagai
sarjana hukum dalam mengantisipasi hal tersebut dapat saya lakukan dengan banyak hal,
baik dengan berkarya di pendidikan hukum untuk mendidik calon-calon pendekar hukum,
berkarya di ranah eksekutif (sebagai pelaksana undang-undang), ranah legislatif (pembuat
undang-undang), ataupun berkarya di ranah yudikatif (sebagai bagian lembaga peradilan)
dalam menjaga dan mengawal perkembangan dan pembangunan ekonomi yang ideal, yaitu
yang sejalan dengan konstruksi prinsip ekonomi nasional.
[1]
Essai 2
Tema : Sukses Terbesar dalam Hidupku
MENUMPANG KERETA KEGAGALAN, MENUJU KESUKSESAN
Kesuksesan merupakan hal yang selalu diinginkan manusia. Tidak ada manusia yang
ingin gagal dalam kehidupannya. Begitu pula saya yang tidak sedikitpun mengharapkan
kegagalan dalam kehidupan. Saya merupakan anak bungsu yang dianugerahkan Allah SWT
kepada H. Mustajillah dan Hj. Helmatun Fauza. Sejak kecil saya bercita-cita menjadi orang
sukses. Mulai cita-cita menjadi seorang dokter hingga pemain sepakbola dunia yang hebat
pernah saya gantungkan dilangit mimpi. Tapi pada masa itu saya tidak menyadari bahwa citacita yang digantungkan dilangit mimpi tidak akan pernah bisa dihampiri hanya dengan keluh
kesah dalam kemalasan.
Dilahirkan dan dibesarkan di tengah keluarga yang sederhana, berlatarbelakang
tenaga pendidik tidak lantas membuat saya menjadi pribadi yang bersahaja dan mencintai
proses belajar pada masa itu. Sebelum duduk di kelas tiga Madrasah Aliyah, sekolah tidak
menjadikan saya pribadi yang bijaksana terhadap ilmu pengetahuan. Di sekolah dasar hingga
sekolah menegah pertama, saya menjadikan sekolah sekedar rutinitas yang harus saya jalani,
formalitas untuk menutup celah labeling sebagai orang bodoh.
Selepas lulus dari sekolah menengah pertama saya gagal untuk masuk sekolah favorit
yang sebenarnya menjadi tujuan saya, hingga akhirnya saya harus berpindah haluan ke
sekolah di bawah Kementerian Agama, yakni Madrasah Aliyah yang masih dipandang
sebagai sekolah kelas dua. Bukan sekolah terbaik, tapi ternyata di sanalah saya menemukan
hakikat dari proses menuntut ilmu. Di sekolah yang berbasis agama itulah saya justru
menemukan kebenaran yang pernah disampaikan oleh seorang jenius, Einsten bahwa Ilmu
pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetauan adalah pincang.
Sejak saat itu, saya belajar bahwa Allah SWT selalu menyediakan tujuan yang baik meski di
luar jalan yang kita siapkan. Mensyukuri belajar di sebuah Madrasah Aliyah inilah titik tolak
kesuksesan saya dalam hidup.
Lulus dari Madrasah Aliyah, saya memutuskan untuk mencoba masuk IPDN, akan
tetapi saya gagal. Sebagai manusia yang dititipi Allah SWT rasa sedih, kegagalan itu tentu
membuat saya sedih. Namun, saya beruntung kesedihan itu tidak lantas membuat saya
bersusah dalam keputusasaan. Ketika dahulu menuntut ilmu di Madrasah Aliyah, saya
diajarkan tentang rahman dan rahimNya lewat salah satu firmannya,Janganlah kamu
berputus asa atas rahmat Tuhan. Melalui firman Allah itulah akhirnya saya bisa tetap
memandang kegagalan sebagai langkah awal kesuksesan.
Setelah melalui masa-masa sulit itu, saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke
fakultas hukum, mempelajari ilmu hukum. Fakultas hukum menjadi pilihan saya waktu itu
karena hal yang sederhana. Di rumah, orang tua saya selalu melihat program berita di televisi,
yang tidak jarang merupakan berita hukum. Dari sanalah ketertarikan saya untuk belajar ilmu
hukum. Meskipun pada dasarnya itu sebuah pilihan yang saya buat di tengah kebimbangan,
karena di satu sisi saya tertarik untuk merasakan atmosfer sebagai tenaga pendidik karena
latar belakang saya yang berasal dari keluarga guru. Namun, di sisi lain saya ingin keluar dari
tradisi keluarga itu.
Awalnya saya merasa tidak percaya diri masuk fakultas hukum, karena saya
menyadari bahwa pilihan ini saya buat di tengah kebimbangan. Sampai pada satu ketika saya
diilhami oleh apa yang dikatakan oleh T. A. Edison bahwa Jenius= 1% Bakat+99% usaha.
Oleh karena itu, saya kemudian bertekad untuk mengikhtiarkan diri saya dalam kerja keras
untuk memahami setiap substansi ilmu hukum. Saya kemudian juga mengembangkan diri
dalam dunia organisasi, untuk menunjang kemampuan non akademik.
Alhamdulillah, saya akhirnya makin menyadari bahwa setiap ikhtiar baik yang kita
lakukan akan menghasilkan sesuatu yang baik. Kegagalan hadir bukan sebagai pemutus
meraih kesuksesan tetapi justru rangkaian kereta yang akan menghantarkan kita pada
kesuksesan. Kegagalan saya masuk IPDN ternyata merupakan jalan yang disediakan Allah
SWT bagi saya untuk meraih kesuksesan di fakultas hukum. Selama saya berada di fakultas
hukum, saya terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi, mewakili universitas pada lomba Debat
Konstitusi MK tingkat nasional, aktif dalam kegiatan Kementerian Pemuda dan Olahraga
tingkat Nasional, terpilih sebagai Duta Mahasiswa Kalimantan Selatan, menjadi pembicara
dalam seminar hak-hak kesehatan reproduksi remaja di Universitas Indonesia, hingga
mewakili universitas di International Youth Cultural Confrence di Malaysia. Februari 2013,
Alhamdulillah akhirnya saya bisa menjadi seorang sarjana hukum dengan nilai yang sangat
memuaskan, dengan IPK 3.78. Bagi saya kesuksesan yang saya raih tersebut tidak memberi
arti apa-apa apabila tidak bisa dibarengi dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sebagai
salah satu wujud syukur atas kesuksesan dan karunia yang telah diberikan Allah, saya akan
senantiasa berusaha untuk dapat menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang lain,
terutama bagi kedua orang tua saya.
Selama ini, saya meminjam rumus Fisika, untuk menuangkan konsep hidup
W
= F. s cos
Dimana,
W
= Jarak hidup
Cos
Rintangan
selama
hidup
Selama saya masih percaya pada Tuhan, selama itu pula rahasia umur dan rintangan
hidup akan menjadi rahasia selamanya. Tinggallah tenaga yang saya punyai dalam usaha
bertahan hidup dan nilai F itulah yang selama ini terus saya jaga. Saya dilahirkan dari keluarga
kelas bawah, pastinya saya memahami betul, bahwa saya diberikan nilai cos yang lebih besar
dari lainnya tetapi itu tidak menyurutkan saya untuk terus berjalan. Semenjak kecil, saya
bertekad untuk mengentaskan kemiskinan dengan jalan pendidikan karena saya masih ingat
betul, saat kesulitan menjawab PR dari sekolah tidak ada tempat untuk bertanya. Ada dua sebab
mengapa demikian, satu karena tidak banyak teman saya yang beruntung untuk sekolah,
lainnya karena meskipun ada yang bersekolah, mereka tidak begitu memahami pelajaran. Dari
situlah saya bertekad untuk mengabdikan diri saya sebagai tempat bertanya bagi mereka yang
kesulitan dalam memahami atau menjawab pertanyaan pertanyaan di kelas. Untuk menjadikan
misi saya itu terwujud, hanya satu jawabannya, saya harus lebih pintar dan tidak pernah bosan
untuk belajar.
Saya masih ingat perkataan professor yang membimbing saya sewaktu mengadakan
kursus di Korea Selatan, beliau bertanya kepada saya:
Prof: Apa yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pelajar?
Saya: Ilmu pengetahuan
Prof: Bukan.