Вы находитесь на странице: 1из 9

Laporan Praktikum KI2241

Energetika Kimia
Percobaan D-1, D-2
SIFAT-SIFAT KOLIGATIF
Nama

: Intan Mulyani

NIM

: 10513090

Kelompok / Shift

: 8 / Kamis Pagi

Tanggal Percobaan

: 2 April 2015

Tanggal Pengumpulan

: 9 April 2015

Asisten

: Said Ali Akbar (20513015)


Romel Hidayat (10511006)

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

I. Judul Percobaan
Sifat-sifat koligatif
II. Tujuan Percobaan
1. Menentukan keaktifan pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data penurunan
titik beku.
2. Menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggunakan data kenaikan titik
didih.
III.

Teori Dasar
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel dalam larutan. Penurunan titik
beku dan kenaikan titik didih merupakan bagian dari sifat koligatif larutan. Banyaknya
partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri.
Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Secara termodinamika, pembekuan dan penguapan merupakan kesetimbangan
antara dua fasa yang tercapai hanya jika terjadi kesamaan potensial kimia dikedua fasa
tersebut. Adanya zat terlarut dalam pelarut dapat menurunkan potensial kimia larutan.
Potensial kimia larutan akan lebih rendah dibanding dengan potensial kimia pelarut
murni. Akibatnya, titik beku akan menurun dan titik didih akan meningkat.
Pada pembekuan zat cair, suhu akan menurun, sehingga jarak antarpartikel akan
semakin dekat dan akan terjadi gaya tarik-menarik antarmolekul yang sangat kuat.
Adanya partikel-partikel zat terlarut menyebabkan gaya tarik-menarik antarmolekul
pelarut terhalang, sehingga untuk mendekatkan jarak antarmolekul ini diperlukan suhu
yang lebih rendah. Dengan demikian, titik beku larutan akan lebih rendah dibading titik
beku pelarut murninya.
Adanya partikel-partikel zat terlarut yang tidak mudah menguap juga dapat
mengurangi kemampuan zat pelarut untuk menguap. Zat cair akan mendidih ketika
tekanan uap dalam larutan sama dengan tekanan udara di luar. Dengan adannya zat
terlarut akan menyebabkan tekanan uap larutan lebih rendah dibanding tekanan uap
pelarutnya. Hal ini dikarenakan dengan adanya zat terlarut ini membuat fraksi mol dari
pelarut menurun sehingga kecepatan penguapan pun menurun.

IV.

Data Pengamatan
D-1 Penurunan Titik Beku
Massa benzena + gelas ukur
Massa gelas ukur
Massa naftalena 1
Massa naftalena 2
Tabel 1. Penurunan titik beku

= 114,04 g
= 87,34 g
= 0,2 g
= 0,2 g

Waktu (s)

Tbenzena (oC)

Tbenzena+naftalena 1 (oC)

Tbenzena+naftalena 2 (oC)

30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
390
420
450
480
510
540
570
600
630
660
690
720
750
780
810
840
870
900
930

0,35
0,80
1,05
1,21
1,40
1,55
1,69
1,80
1,88
1,94
2,01
2,05
2,08
2,10
2,05
2,08
2,10
2,11
2,00
1,88
2,00
2,02
2,06
2,07
2,08
2,11
2,12
2,13
2,14
2,14
2,14

1,25
1,72
2,01
2,13
2,24
2,26
2,30
2,31
2,32
2,36
2,37
2,38
2,39
2,40
2,42
2,44
2,43
2,44
2,44
2,44

1,65
2,21
2,43
2,56
2,64
2,69
2,74
2,76
2,78
2,79
2,80
2,80
2,80

D-2 Kenaikan Titik Didih


Massa sikloheksana + gelas ukur= 119,32 g
Massa gelas ukur
= 87,31 g
Massa naftalena 1
= 0,2 g

Massa naftalena 2
Tabel 2. Kenaikan titik didih
Waktu (s)

Tsikloheksana (oC)

30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
390
420
450
480
510
540
570

2,92
3,93
4,04
4,07
4,08
4,09
4,10
4,10
4,12
4,13
4,14
4,16
4,17
4,17
4,17

= 0,2 g

Tsikloheksana+naftalena 1

Tsikloheksana+naftalena 2

(oC)
3,93
4,11
4,17
4,18
4,19
4,19
4,19

(oC)
3,71
4,19
4,22
4,22
4,23
4,22
4,23
4,23
4,24
4,25
4,26
4,29
4,31
4,33
4,35
4,36
4,37
4,37
4,37

V. Pengolahan Data
D-1 Penurunan Titik Beku
1. Nilai Tf
Tf 1 = T2 T1
Tf 1 = Tbenzena+naftalena 1 Tbenzena
Tf 1 = 2,44oC 2,14oC
Tf 1 = 0,30oC
Tf 2
Tf 2
Tf 2
Tf 2

= T3 T1
= Tbenzena+naftalena 2 Tbenzena
= 2,80oC 2,14oC
= 0,66oC

2. Keaktifan zat pelarut


5
2
2,6 10 ( T f 1 )
ln a p 1=( 6,68 103 T f 1 )

2,6 10 ( 0,30 C )
ln a p 1= (6,68 103 0,3 0o C )
a p 1=0,9980
2,6 105 ( T f 2 )2
ln a p 2=( 6,68 103 T f 2 )
2

2,6 10 ( 0,66 C )
3
o
ln a p 2= (6,68 10 0,6 6 C )

a p 2=0,9956

ap =

a p 1+ a p 2 0,9980+ 0,9956
=
=0,9968
2
2

3. Molalitas zat terlarut


massa naftalena 1000
m=
Mr naftalena massabenzena
m 1=

0,2 g 1000
=0,0584 molal
1
128,17 g . mol 26,7 g

m 2=

0,4 1000
=0,1169 molal
128,17 g . mol1 26,7 g

m n=

m1+ m2 0,0584 molal +0,1169 molal


=
=0,08765 molal
2
2

4. Koefisien osmosis
1000
1000
g=
ln a p=
ln 0,9968
Mr benzena mn
78,11 g . mol1 0,08765 molal
g=0,4682
5. Koefisien keaktifan
m
( 1g )
(
)
l n = 1g +
dm
m
m
2

0,1169

l n = (10,4682 ) +
l n = 0,9009

( 10,4682 )
dm
m
0,0584

=2,4617
6. Keaktifan zat terlarut (at)
at = mn
at =2,4617 0,08765 molal
at =0,2158
D-2 Kenaikan Titik Didih
1. Nilai Tb
Tb1 = T2 T1
Tb1 = Tsikloheksana+naftalena 1 Tsikloheksana
Tb1 = 4,19oC 4,17oC
Tb1 = 0,02 oC
Tb2
Tb2
Tb2
Tb2

= T3 T1
= Tsikloheksana+naftalena 2 Tsikloheksana
= 4,37oC 4,17oC
= 0,20oC

2. Mr naftalena
Mr sikloheksana . R . T b sikloheksana2 m naftalena1
1000
T b 1=

1000 . H v
Mr naftalena1 m sikloheksana
0,02o C=

84 g . mol . 8,314 J . mol . K . ( 353,88 )


0,2 g
1000

1000 . 29970
Mr naftalena 1 32,01 g

Mr naftalena 1=911,6517 g . mol

Mr
. R . T b sikloheksana
m
1000
T b 2= sikloheksana
naftalena2
1000 . H v
Mr naftalena2 msikloheksana
0,20o C=

84 g .mol1 . 8,314 J . mol1 . K 1 . (353,88 )2


0,4 g
1000

1000. 29970
Mr naftalena 1 32,01 g

Mr naftalena 1=182,3303 g . mol1


911,6517 g . mol1 +182,3303 g . mol1
Mr naftalena =
=546,9910 g . mol1
2

VI.

Kesimpulan
1. Keaktifan zat pelarut benzena adalah 0,9956 dan keaktifan zat terlarut naftalena
adalah 0,2158.
2. Berat molekul dari naftalena adalah 546,9910 gr.mol-1.

VII.

Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1990. Physical Chemistry, 8th Ed. New York: Mc Graw-Hill. Hlm. 173.
Day, R.A,. J.R dan Underwood, A.L. 2006. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 6. Jakarta:
Erlangga. Hlm. 457-468.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/
(diakses pada 8 April 2015 pukul 20.47 WIB)

LAMPIRAN I
PERTANYAAN
1. Bagaimana definisi larutan ideal? Besaran-besaran apa yang digunakan untuk
menggambarkan penyimpangan-penyimpangan dari keadaan ideal tersebut?
2. Tunjukkan bagaimana pengaruh ketidakidealan larutan terhadap sifat koligatif!
3. Bagaimana kurva yang didapatkan bila larutan mengalami keadaan lewat beku super
cooled ?
4. Bagaimana pengaruh tekanan udara atas percobaan ini?
5. Bagaimana hasil yang akan diperoleh bila zat terlarut mengalami disosiasi atau pelarut
mengalami asosiasi?
Jawab
1. Larutan ideal adalah larutan yang interaksi antarmolekul komponen-komponen larutannya
sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan
murni. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Besaran yang dapat
menggambarkan penyimpangan dari keadaan ideal tersebut adalah tekanan, fraksi mol,
dan koefisien keaktifan.
2. Pengaruh ketidak idealan larutan terhadap sifat koligatif dapat terjadi pada kenaikan titik
didih larutan dan penurunan terhadap tekanan uap larutan. Jika tekanan uap hasil
pengamatan tidak sesuai dengan tekanan uap berdasarkan perhitungan hukum Roult,
maka larutan tersebut tidak ideal. Ketidak idealan larutan disebabkan karena adanya
interaksi antarmolekul dalam larutan dapat menurunkan tekanan uap larutan yang
disebabkan karena fraksi mol pelarut berkurang. Akibatnya akan terjadi penyimpangan
titik didih dan titik beku larutan.

3.

4. Adanya tekanan udara akan menyebabkan tekanan pada sistem meningkat sehingga
interaksi molekul menjadi lebih kuat dan menyebabkan kenaikan titik didih serta
penurunan titik beku.
5. Jika zat terlarut mengalami disosiasi, maka zat terlarut akan terdistribusi merata ke seluruh

pelarut. Jika pelarut mengalami asosiasi, maka pelarut berikatan dengan sesama pelarut,
sehingga zat terlarut tidak terdistribusi secara merata. Kedua hal ini akan mempengaruhi
pada kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan. Semakin terdistribusinya zat
terlarut dalam pelarut maka kenaikan titik didih dan penurunan titik beku semakin tinggi
karea partikel dalam larutan akan semakin banyak.

Вам также может понравиться