Вы находитесь на странице: 1из 11

TUGAS

FILSAFAT ILMU

A PRIORI KNOWLEDGE

Oleh :
KELOMPOK 1
NYOMAN TRIO SUSANDI (1)
COKORDA BAGUS DARMAWAN (2)
IDA BAGUS PUTU MAHASENA (3)

(1491662039)
(1491662040)
(1491662041)

STAR-BPKP
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

A PRIORI KNOWLEDGE
I.

PENGETAHUAN, PENALARAN DAN PENGALAMAN


Kesadaran manusia secara garis besar terbagi atas tiga dimensi yang amat penting

yaitu Pengetahuan, Penalaran, dan Pengalaman. Ketiga dimensi itu berbeda secara substantif
tetapi sangat saling berkaitan. Ambillah buku persegi panjang dari rak buku Anda dan lihat
sampul depannya. Apa warna dominannya dan berapa banyak sisi yang dimilikinya? Dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini Anda sekarang tahu dua hal tentang buku ini, dan kedua
fakta menggambarkan sebuah perbedaan penting antara faktor dua cara kita memperoleh
pengetahuan. Dalam rangka untuk mengetahui warna buku ini, Anda harus mengamati itu (atau
meminta orang lain untuk mengamatinya untuk Anda). Pembenaran keyakinan Anda tentang
warna disediakan oleh pengalaman (anda atau orang lain). Namun, Anda tidak perlu melihat
buku persegi panjang untuk mengetahui berapa banyak sisi yang dimilikinya. Anda tahu persegi
panjang memiliki empat sisi hanya dengan berpikir tentang apa artinya menjadi persegi panjang.
Anda memperoleh pengetahuan tersebut hanya menggunakan kekuatan penalaran, Anda tidak
harus mempertimbangkan bukti indra Anda. Pengetahuan yang dibenarkan oleh pengalaman
disebut posteriori atau pengetahuan empiris. sedangkan pengetahuan a priori adalah pengetahuan
yang tidak memerlukan justifikasi berdasarkan pengalaman. Pengetahuan a priori diperoleh
dengan menggunakan penalaran.
Berbagai ahli filosofi mengklaim bahwa hal hal berikut a priori yang umum
dikenal.
1.

Kedua kebenaran matematika sederhana seperti 2 +2 = 4, dan lainya yang lebih kompleks

seperti Teori Phytagoras : jumlah kuadrat dua sisi yang lebih pendek dari segitiga siku-siku sama
dengan kuadrat dari sisi terpanjang.
2. Kebenaran yang ditangkap oleh definisi seperti : "Semua bujangan adalah laki-laki yang
belum menikah.
3. Klaim Metafisik seperti, tidak ada yang merah seluruhnya dan hijau seluruhnya. Semuanya
memiliki sebab, dan Tuhan itu ada.
4. Kebenaran etis seperti membunuh adalah salah.
Ada pengertian dimana pengalaman berkaitan dengan semua keyakinan. Untuk
mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang belum menikah, saya perlu tahu arti dari kata
bujangan, belum menikah dan laki-laki, untuk dapat memahami arti dari kata tersebut dapat
diperoleh melalui pelajaran, pengajaran, serta praktek yang melibatkan pengalaman. Pengalaman
tidak berperan dalam a priori knowledge, hal itu berkaitan dengan pemahaman bahasa mengenai

pengucapan arti dari kata tersebut. Apakah pengalaman diharuskan untuk terjustifikasi dalam
mempercayai arti kata bujangan dan laki-laki yang belum menikah tersebut adalah satu tipe
orang yang sama, dan menerima bahwa kita harus memiliki pengalaman untuk dapat memahami
konsep dari arti kata tersebut. Jawabannya adalah tidak, kita tidak perlu meminta teman kita
yang masih bujangan untuk menjelaskan bahwa apakah dia sudah menikah, kita terjustifikasi
dalam mempercayai bahwa mereka belum menikah, Untuk memperoleh pembenaran atas
pengetahuan a priori dapat dilakukan dengan pemahaman atas konsep yang relevan tanpa harus
melihat langsung atau mendasarkan pada pengalaman.
2.

RASIONALISME DAN EMPIRISISME


Kalangan rasionalis lebih menekankan pada pentingnya a priori knowledge

(Pengetahuan a priori) dan hal tersebut akan berguna untuk memperkenalkan kunci rasionalis
dari seorang pemikir dan melihat peran a priori dalam epistemologinya. Rene Descartes
merupakan filosof Prancis yang digelari Bapak Filsafat modern. Beliau adalah peletak dasar
aliran rasionalisme.Bukunya yang terpenting di dalam filsafat murni ialah Discours de la
Methode ( 1637 ) dan Meditation ( 1642 ). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lainnya.
Di dalam kedua buku inilah dia menuangkan metodenya yang terkenal ( Metode keraguan
Descartes ). Dia yang pertama kali memiliki keraguan skeptis menyatakan bahwa kita tidak
mungkin memiliki pengetahuan tentang dunia sama sekali. Salah satu filsafatnya yang biasa
disebut cogito yakni cogito, ergo sum (saya berpikir maka saya ada).
Kemudian dia menggunakan seluruh pemikiran a priori dengan mencoba untuk
membuktikan bahwa Tuhan itu juga ada. Tuhan adalah sesuatu hal yang baik, hal itu merupakan
sesuatu yang kita bisa tahu dari a priori, secara epistemis Tuhan tidak akan membiarkan kita
untuk menjadi makhluk yang miskin dan dengan demikian kita memiliki keyakinan tertentu
tentang dunia empiris. Aspek penting dari epistemologinya menggunakan penjelasan a priori.
Descartes tidak mengelakkan semua pengalaman. Setelah kita menemukan sebuah bukti a priori
tentang keberadaan Tuhan, kita harus melakukan pengamatan yang teliti untuk memperoleh
pengetahuan lebih lanjut. Pengetahuan a priori pada akhirnya memberikan justifikasi bagi
kepercayaan empiris.
Empirisme merupakan aliran yang mengakui bahwa pengetahuan itu pada
hakikatnya berdasarkan pengalaman atau empiris melalui alat indera. Empirisme menolak
pengetahuan yang semata-mata berdasarkan akal karena dipandang sebagai spekulasi belaka
yang tidak berdasarkan realitas, sehingga berisiko tidak sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan
sejati harus dan seharusnya berdasarkan kenyataan sejati yakni realitas. Empiris menerima
bahwa beberapa kebenaran dapat di sebut a priori, tetapi seperti kebenaran tidak menarik,tidak
informatif, atau tautologous. Para empiris mengetahui bahwa bujangan adalah laki-laki yang
belum menikah, kita tidak hanya belajar sesuatu tentang arti dari kata-kata bujangan memiliki

arti yang sama sebagai laki-laki yang belum menikah. Pengetahuan ini disebut a priori karena
dapat diperoleh kebenaran hanya dengan memahami konsep-konsep yang relevan, anda tidak
perlu mengalami semua kejadian yang ada di dunia. Para empiris menyatakan bahwa semua
kebenaran a priori disebut analitik (menurut Immanuel Kant). Kebenaran yang analitik berbeda
dengan kebenaran yang sintetik. Kebenaran yang sintetik tidak hanya tergantung pada apa yang
kita maksud, tetapi juga kita juga harus memahami bagaimana hal itu bisa terjadi. Jenis koala
pemakan daun eucalyptus bukanlah konsep dari Koala. Namun hal ini suatu kebenaran
dikarenakan kita menemukan apa yang dilakukan oleh koala tersebut. Hal itu merupakan
kebenaran yang sintetik. kita seharusnya tidak menyamakan perbedaan antara empiris dan a
priori dengan analitik dan sintetik. Perbedaan epistemologis yang pertama adalah hal itu
berfokus pada sumber untuk membenarkan keyakinan kita. Perbedaan yang terakhir adalah hal
itu berfokus pada suatu kebenaran yang memiliki arti dari konsep yang relevan. Meskipun
perbedaan dari suatu pembenaran dan arti adalah dua hal yang berbeda aspek dari segi bahasa
dan pemikiran, para empiris menyatakan bahwa mereka membagi pengetahuan mereka dengan
cara yang sama dan semua hanya pengetahuan empiris kita adalah sintetik.
3. SINTESIS APRIORI
Dapat kita ambil contoh, Saya tahu bahwa 'jika ada sesuatu yang seluruhnya merah,
maka tidak bisa menjadi seluruhnya hijau', dan untuk mengetahui hal ini saya tidak harus
mengamati benda berbagai warna, atau mencoba untuk melukis hal-hal yang berwarna merah
dan hijau. Saya bisa tahu bahwa pernyataan ini benar hanya dengan berfikir tentang hal itu. Hal
ini merupakan kebenaran apriori. Dengan demikian klaim kita mempertimbangkan menjadi
sebuah kebenaran sintetik apriori. Kebenaran matematika tidak analitik: itu bukan bagian dari
makna 12 yang sama dengan 7+5. Jika demikian, maka 12 juga berarti 6+6, dan dan jumlah tak
terbatas dari kombinasi seperti yang lainnya. Ini tidak masuk akal bahwa kita harus memahami
seperti satu set kebenaran matematika untuk memahami '12'. Meskipun sifat apriori matematika
bisa ditantang. John Stuart Mill berpendapat bahwa itu adalah disiplin empiris dan karena itu dia
senang menerima bahwa hal itu memberikan kita kebenaran sintetik (Mill, 1884). Hal ini karena
matematika adalah apriori.
Sintetik-apriori menarik dan kontroversial karena melalui penalaran saja kita bisa
mengetahui kebenaran tentang sifat matematika, moralitas, dan dunia. Para rasionalis
menyatakan bahwa kita tidak hanya memiliki pemahaman apriori ketika itu benar untuk
menerapkan konsep-konsep kita, tetapi juga pikiran itu sendiri dapat memberikan kita wawasan
tentang sifat dari dunia. Wawasan ke dalam sifat penting dari hal-hal atau situasi dari jenis yang
relevan, dalam cara bahwa realitas dalam hal tersebut harus (Bonjour, 2005). Argumen rasionalis
menggunakan penalaran deduktif untuk menarik kesimpulan tentang dunia dapat diketahui

secara benar berdasarkan pengalaman. Kesimpulannya hal ini dengan sendirinya merupakan
apriori. Melalui intuisi dan penalaran rasionalis memperoleh pengetahuan, antara lain,
metafisika, moralitas dan Tuhan.
Para empirisis menawarkan salah satu dari dua interpretasi alternatif item dugaan
pengetahuan apriori. Mereka juga mengklaim bahwa pengetahuan tersebut tidak apriori, dan
karena itu harus dibenarkan oleh pengalaman, atau bahwa pengetahuan apriori kita peroleh
hanya menyangkut arti dari konsep kita, sesuatu yang masuk akal berdasarkan dari pengalaman.
4.

Pembuktian diri dan Kepastian (Self-Evidence dan Certainty)


Ada dua karakteristik dari pengetahuan a priori yang akan membedakannya dengan

empiris yaitu self evident dan certainty. Pertama, diklaim bahwa pengetahuan a priori bersifat
jelas, dan ada aspek pengalaman dan epistemologis untuk mengakuinya. Ada keyakinan atau
phenomenology yang merupakan akumulasi atas ketakutan akan sesuatu kebenaran dimana
didalamnya mengandung kejelasan dan kebenaran.

Ahli filosofi mencoba untuk

mempelajari aspek dari pemikiran a priori ini dengan menggunakan pengamatan metafora.
Locke menyebutkan bahwa beberapa kebenaran memiliki kejelasan dan cahaya yang terang bagi
pikiran. Self-evident digunakan untuk justifikasi atas keyakinan dalam memahami klaim dalam
suatu pertanyaan. Kebenaran empiris menunjukkan sesuatu yang jelas. Contoh yang dipakai
yaitu Birmingham terletak di London bagian Utara. Guna memahami pernyataan ini kita harus
melakukan justifikasi untuk meyakini kebenarannya dan harus didukung pula dengan bukti
empiris.
Beberapa kebenaran a priori tidak merupakan self-evident karena caranya untuk
meyakinkan tidak memberikan suatu kejelasan. Misalnya teorema Phytagoras yang menyebutkan
bahwa panjang sisi terpanjang dari segitiga siku siku merupakan jumlah kuadrat dari dua sisi
yang lebih pendek . Hal ini tidak memberikan suatu kejelasan, dan saya tidak meyakini
kebenarannya. Untuk itu dilakukan beberapa langkah membuktikan kebenarannya meskipun
kebenaran itu sudah merupakan self-evident. Dinyatakan bahwa a priori merupakan self- evident
dimana

keyakinan dijustifikasi secara mendasar untuk memahami klaim dalam suatu

pertanyaan. Self-evident baik dalam bentuk phenomenology atau epistemology bukan merupakan
karakteristik yang penting dari pengetahuan a priori.
Karakteristik kedua yakni kepastian (certainty) dimana kita tidak hanya yakin bahwa
a priori itu benar tapi juga benar benar percaya bahwa sesuatu itu benar. Certainty adalah
suatu keadaan dimana kita benar benar percaya dan tidak meragukan sesuatu itu sama sekali.
Contohnya : saya percaya gelas saya berwarna kuning dan 2 + 2 = 4. Kedua pernyataan ini benar.
Namun ketika ada kemungkinan bahwa saya memiliki penyakit buta warna atau adanya trik
cahaya yang menyebabkan

saya salah melihat warna, namun di sisi lain bahwa hasil

penjumlahan diatas adalah benar.

Gettier mengklaim bahwa analisis a priori tradisional

mengandung cacat. Dia menunjukkan hal ini dengan menarik intuisi a priori itu sendiri. Hal ini
juga terjadi bahwa pertimbangan empiris dapat membawa kita untuk merevisi kesimpulan bahwa
kita telah sampai pada cara a priori itu sendiri. Bayangkan Anda percaya pada jumlah setelah
menambahkan serangkaian nomor; Anda melakukannya dengan menggunakan penalaran a
priori. Itu bisa terjadi, meskipun, bahwa jawaban Anda tidak sesuai dengan yang diberikan oleh
kalkulator elektronik. Dalam kasus seperti itu, bukti empiris Anda memiliki keandalan yang
kalkulator bisa lakukan sendiri dalam penalaran a priori Anda.
Penalaran a priori kita tidak sempurna dan kita tidak bisa memastikan kesimpulan
kita sampai pada cara ini. Anda dapat menolak klaim a priori karena tidak konsisten dengan a
priori komitmen Anda yang lain, atau bahkan karena bukti empiris bertentangan.
Pernyataan a priori dapat ditolak karena tidak konsisten dengan komitmen a priori
atau dapat disebabkan adanya kontradiksi dari bukti empiris.
5.

Innate Knowledge (Pengetahuan Bawaan)


Para rasionalis mengklaim bahwa beberapa dari pengetahuan kita adalah bawaan

lahir, yaitu bahwa hal tersebut tidak didapat melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak
lahir. Plato beragumen bahwa kita memiliki innate knowlegde (pengetahuan yang dibawa sejak
lahir) mengenai kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki innate
knowledge mengenai Tuhan. Namun, para empiris berargumen bahwa semua pengetahuan kita
mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman dan sebelum mengalaminya pikiran kita
ada sebuah kertas kosong.
John Locke menawarkan sebuah argumen untuk penyelesaian ini, jika kita memiliki
innate knowledge, dan fakta yang relevan bisa diketahui oleh semua orang, ini jelas bahwa hal
tersebut bukan innate knowledge. Banyak anak kecil, orang idiot, anak liar, dan orang dewasa
yang buta huruf yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kebaikan, Tuhan atau
berbagai kebenaran apriori lainnya bisa dikatakan innate (bawaan).
Para rasionalis bisa menerima bahwa beberapa orang tidak bisa mengerti secara
eksplisit suatu kebenaran, namun mereka terlihat secara tidak sadar memiliki pengetahuan
tersebut. Film LEnfant Sauvage berdasarkan kasus aktual dari seorang anak yang dibesarkan
oleh serigala. Satu bagian dari film yang memberi kesan bahwa dia memiliki innate moral
knowledge walaupun tidak di tampilkan secara eksplisit. Dia kadang-kadang dihukum di dalam
lemari. Dalam suatu kesempatan hal tersebut dilakukan pada bocah tersebut, walaupun dia tidak
melakukan kesalahan, dan ketika hal tersebut terjadi dia berontak lebih keras daripada biasanya.
Hal ini memberikan kesan bahwa anak tersebut tahu diperlakukan tidak adil, sesuatu yang tidak
dia pelajari dari alam. Innate knowledge dimiliki dari lahir dan pendidikan yang tepat
memungkinkan kita untuk menjadi sadar memiliki pengetahuan tersebut.

Noam Chomsky (1972) meneruskan sebuah hipotesis empiris yang menekankan pada
jenis penting lainnya dari kapasitas innate (bawaan lahir). Dia mencatat bahwa anak kecil belajar
bahasa asli mereka dalam waktu yang relatif singkat mengingat kompleksitas yang harus mereka
pelajari dan terbatasnya pelajaran yang mereka dapatkan. Dia berargumen bahwa anak kecil
hanya bisa melakukan hal tersebut karena mereka sudah mengetahui fitur tertentu dari struktural
bahasa. Di sini, kita tidak boleh melupakan perhatian utama kita yaitu pertanyaan mengenai
apakah kita bisa memiliki pengetahuan nyata

yang terjustifikasi secara independen dari

pengalaman kita. Anak kecil tidak memiliki kapasitas untuk mengekspresikan hal tersebut, dan
walaupun sebagai orang dewasa, kita tidak mampu untuk mengartikulasikan aturan dari tata
bahasa universal atau aturan dari bahasa kita sendiri (kecuali kita adalah ahli bahasa dan
mempelajari hal tersebut). Chomsky mengklaim tidak menekankan pada pengetahuan nyata. Kita
bisa berfikir mengenai perbedaan antara knowledge how dan knowledge that. Kita mungkin
memiliki kapasitas atau kemampuan bawaan lahir (tahu bagaimana) untuk berbicara dan
mengerti bahasa, tetapi kita mungkin tidak memiliki innate knowledge mengenai fakta tertentu.
Sama halnya dengan kita mungkin memiliki kemampuan innate untuk objek individual dan
untuk melihat beberapa hal seperti dibelakang atau didepan yang lainnya, tapi saya tidak
memiliki innate knowledge bahwa cangkir kopi saya di depan komputer saya. Alam bukan
memberikan kita pengetahuan, tetapi benih dari pengetahuan. (Seneca, 1925,cxx).
Hal ini penting untuk di catat bahwa masalah bawaan lahir berbeda dari apriori.
Innate tidak menekankan justifikasi, itu hanya gagasan sementara mengenai apakah konsepkonsep, keyakinan atau kapasitas tertentu dimiliki sejak lahir. Kategori apriori memilih
kebenaran bahwa kita dibenarkan untuk meyakini tanpa memperhatikan pengalaman kita.

DAFTAR PUSTAKA

OBrien, Dan. 2006. An Introduction to The Theory of Knowledge. Cambridge, UK: Polity Press

1. Di sekolah saya belajar tentang teorema pythagoras dengan memotong segitiga dan kartu
kotak keluar dari dalam rangka untuk mengukur wilayahnya.Teorema ini adalah sebuah
sebuah posteriori kebenaran, satu hal yang saya tahu pengalaman itu?
Jawaban:

Pengetahuan yang dijustifikasi dengan pengalaman disebut aposteriori atau empirical


knowledge. Pengetahuan yang dimana pengalaman tidak digunakan untuk justifikasi disebut
pengetahuan apriori. Didalam soal diatas, si subyek belajar tentang teorema phytagoras dengan
memotong segitiga dan kartu kotak dari dalam rangka untuk mengukur wilayahnya. Hal ini
termasuk kedalam aposteriori knowledge, karena si subyek didalam soal melakukan penelitian
atau mencari tahu tentang phytagoras, sehingga pengetahuannya tentang phytagoras dijustifikasi
dengan pengalamanya yaitu dengan menyusun potongan segitiga dari kartu dan mengukur
luasnya.

2. Melalui bukti yang panjang dan rumit dapat dipastikan bahwa ada jumlah tak terbatas
bilangan prima (bilangan bulat yang hanya dibagi oleh satu dan diri mereka sendiri).
Apakah ini jelas? Ini adalah sesuatu yang kita dapat mengetahui apriori? Apakah kita
yakin bahwa hal ini benar?
Jawaban:
Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1, yang faktor pembaginya
adalah 1 dan bilangan itu sendiri. Misal 2 dan 3 adalah bilangan prima . 4 bukan bilangan prima
karena dapat dibagi 2. Sepuluh bilangan prima yang pertama adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23
dan 29. Untuk mendapatkan kebenaran tentang hal ini tentu saja kita memerlukan bukti yang
panjang dan rumit untuk memastikan bahwa bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih
besar dari angka 1, yang factor pembaginya adaah 1 dan bilangan itu sendiri dengan kata lain
diperlukan empirical knowledge untuk membuktikannya. Sehingga pengetahuan tentang
bilangan prima dapat dikatakan sebagai apriori knowledge. Untuk meyakinkan bahwa hal ini
benar tentu saja perlu pengalaman atau empirical knowledge tentang bilangan prima. Apabila
kita tidak memiliki empirical knowledge tentang bilangan prima, kita tidak dapat menjustifikasi
bahwa bilangan 2 atau 3 atau 4 adalah bilangan prima.

3. Didalam sebuah episode sitcom Friends (1994-2004), disana diceritakan tentang


pertarungan antara Ross dan Chandler untuk mengetahui siapa yang terkuat. Ross

mengklaim dengan mengatakan Aku akan memperbaiki ini- aku akan memperbaiki ini
seperti teori Apakah kesalahan epistemilogi disini?
Jawaban:
Rasa epistemologi ada dimana klaim itu jelas adalah bahwa kita dibenarkan untuk meyakini
mereka ketika sudah terbukti jelas. Selain itu juga harus memiliki beberapa bukti empiris untuk
mendukung klaim ini. Didalam soal diatas si Ross mengklaim bahwa ia akan melakukan
perbaikan. Namun atas klaim tersebut si Ross belum ada bukti yang jelas atau empiris bahwa ia
melakukan perbaikan. Disinilah letak kesalahan epistemologinya.

4. Dapatkah apriori dengan penalaran sendiri memberikan kami pengetahuan substantif


apapun tentang dunia?
Jawaban:
Pengetahuan apriori diperoleh melalui intuisi dan penalaran. Pembenaran yang dimiliki oleh
pengetahuan tersebut tidak tergantung pada pengalaman dunia. Pada bagian terakhir ini kita akan
beralih ke klaim rasionalis bahwa beberapa pengetahuan kita merupakan bawaan, yaitu tidak
diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak lahir. Banyak pemikir mengklaim
bahwa kita memiliki pengetahuan seperti: Plato berpendapat bahwa kita memiliki pengetahuan
bawaan kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki pengetahuan
bawaan tentang Tuhan. Empiris, bagaimanapun, berpendapat bahwa semua pengetahuan kita
tentang dunia harus diperoleh melalui pengalaman dan sebelum kita memperoleh pengalaman,
pikiran kita adalah 'halaman kosong'. Sebuah strategi rasionalis yang berbeda adalah untuk
mengklaim bahwa para pemikir memiliki disposisi bawaan untuk memperoleh beberapa jenis
pengetahuan.
Namun, klaim seperti itu perlu diuji oleh kaum empiris. Mereka semua berkomitmen
untuk mengklaim bahwa kita tidak memiliki pengetahuan bawaan saat lahir. Hal ini
konsisten dengan klaim bahwa bayi memiliki kecenderungan untuk memperoleh
beberapa jenis pengetahuan saat mereka tumbuh dewasa. Keyakinan persepsi juga dapat
dianggap karena kita memiliki kapasitas bawaan untuk mendapatkan mereka: kita
dilahirkan dengan alat sensorik dan secara genetik diberikan untuk mengembangkan
mekanisme persepsi dan keyakinan pembentukan tertentu. Ada juga beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan perseptual bawaan untuk objek individual
dan untuk memahami kedalaman relatif mereka dalam bidang visual kita.

5. Jelaskan bagaimana analogi berikut relevan dengan masalah bawaan pengetahuan.


Jika jiwa seperti tablet kosong kemudian kebenaran akan dalam kita sebagai bentuk Hercules
dalam sepotong marmer ketika marmer sepenuhnya netral untuk Apakah ini mengasumsikan
bentuk ini atau lainnya. Namun, jika ada vena di blok yang ditandai keluar bentuk Hercules
daripada bentuk lain, kemudian bahwa blok akan lebih bertekad untuk yang membentuk dan
Hercules akan bawaan di dalamnya, dengan cara, bahkan melalui tenaga kerja akan diperlukan
untuk mengekspos pembuluh darah dan memoles mereka ke dalam kejelasan, menghapus segala
sesuatu yang mencegah mereka terlihat. (Leibniz, 1981,p.52). Apa jenis marmer terbaik
mewakili manusia pemikir?
Jawaban :
Para rasionalis mengklaim bahwa beberapa dari pengetahuan kita adalah bawaan lahir, yaitu
bahwa hal tersebut tidak didapat melalui pengalaman dan hal tersebut dimiliki sejak lahir. Plato
beragumen bahwa kita memiliki innate knowlegde (pengetahuan yang dibawa sejak lahir)
mengenai kebajikan dan keadilan, dan Descartes mengklaim bahwa kita memiliki innate
knowledge mengenai Tuhan. Namun, para empiris berargumen bahwa semua pengetahuan kita
mengenai dunia seharusnya didapat melalui pengalaman dan sebelum mengalaminya pikiran kita
ada sebuah kertas kosong.John Locke menawarkan sebuah argumen untuk penyelesaian ini, jika
kita memiliki innate knowledge, dan fakta yang relevan bisa diketahui oleh semua orang, ini
jelas bahwa hal tersebut bukan innate knowledge. Banyak anak kecil, orang idiot, anak liar, dan
orang dewasa yang buta huruf yang tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kebaikan,
Tuhan atau berbagai kebenaran apriori lainnya bisa dikatakan innate (bawaan). Innate tidak
menekankan justifikasi, itu hanya gagasan sementara mengenai apakah konsep-konsep,
keyakinan atau kapasitas tertentu dimiliki sejak lahir. Kategori apriori memilih kebenaran bahwa
kita dibenarkan untuk meyakini tanpa memperhatikan pengalaman kita. Dalam soal diatas bahwa
manusia memiliki pengetahuan bawaan sejak lahir, namun diperlukan pengetahuan tambahan
atau pengetahuan empiris untuk menjustifikasi atau meyakini kebenaran sesuatu hal.

Вам также может понравиться