Вы находитесь на странице: 1из 4

A.

Sirup Campuran Kotrimoksazol


Disusun oleh: Mochammad Ferdiansyah/260110120058
1. Pembuatan Larutan Baku
a. Sulfametoksazol
Timbang 50 mg sulfametoksazol dengan botol timbang
menggunakan timbangan analitis

Larutkan sulfametoksazol dalam botol timbang dengan etanol


secukupnya

Masukkan larutan sulfametoksazol ke dalam labu takar 25,0 ml

Tambahkan etanol hingga tanda (25,0 ml)

Homogenkan larutan

Amati dengan spektrofotometer

Pipet masing-masing 0,025; 0,05; 0,075; 0,10; 0,15 larutan baku


induk ke dalam 5 labu takar 10,0 ml

Tambahkan masing-masing labu takar dengan etanol hingga 10,0


ml

Homogenkan larutan

Amati di spektrofotometer
b. Trimetoprim
Timbang 25 mg trimetoprim dengan botol timbang menggunakan
timbangan analitis

Larutkan trimetoprim dalam botol timbang dengan etanol


secukupnya

Masukkan larutan trimetoprim ke dalam labu takar 25,0 ml

Tambahkan etanol hingga tanda (25,0 ml)

Homogenkan larutan

Amati dengan spektrofotometer

Pipet masing-masing 0,04; 0,07; 0,010; 0,13; 0,15 larutan baku


induk ke dalam 5 labu takar 10,0 ml

Tambahkan masing-masing labu takar dengan etanol hingga 10,0


ml

Homogenkan larutan

Amati di spektrofotometer
2. Preparasi Sampel
Hitung berat jenis suspensi.
Berat zat = (Berat pikno + zat) Berat pikno kosong

Timbang suspensi sebanyak 1500 mg dengan menggunakan beaker


glass.

Larutkan dengan etanol secukupnya.

Masukkan larutan sampel ke labu takar 25 mL.

Saring larutan tersebut sampai jernih.

Pipet larutan 0,1 ml dan memasukkan ke labu takar 10 mL

Tambahkan etanol sebanyak 10 mL.

Ukur absorbansinya di spektrofotometer


Preparasi kadar sampel sulfametoksazol dan trimetoprim
(suspensi

kotrimoksazol)

digunakan

pelarut

etanol

yang

dimaksudkan dapat melarutkan kedua zat ini dalam sampel, untuk


kelarutan kedua zat ini yaitu untuk kelarutan sulfametoksazol dalam
etanol sebesar 1:50 sedangkan kelarutan trimetoprim dalam etanol

sebesar 1:300. Etanol juga digunakan sebagai pelarut dengan


harapan yang terlarut hanya zat aktifnya saja sedangkan zat
tambahan tidak terlarut, mudah untuk dipisahkan dan tidak
memengaruhi absorbansi pengamatan.
Penetapan kadar sampel ditetapkan dengan menggunakan
metode

spektrofotometri

ditentukan

dengan

kurva

membaca

turunan

larutan

pertama

sampel

pada

(derivatif)
panjang

gelombang zero crossing. Jadi dengan menggunakan metode ini


kadar campuran larutan dari sulfametoksazol dan trimetoprim tidak
perlu dipisahkan terlebih dahulu, karena serapan maksimum dari
sulfametoksazol dan trimetoprim berada pada panjang gelombang
yang berdekatan, spektrum yang terbaca akan terjadi tumpang
tindih yang menyulitkan dalam penetapan kedua kadar zat ini.
Metode spektrofotometri derivatif ini digunakan karena dapat
meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang tindih
tersebut sehingga trimetoprim dapat ditetapkan kadarnya tanpa
terganggu oleh serapan sulfametoksazol.
Panjang gelombang zero crossing trimetoprim ditentukan
berdasarkan nilai derivat maksimum pada panjang gelombang
maksimum sulfametoksazol, dan panjang gelombang zero crossing
sulfametoksazol ditentukan berdasarkan nilai derivat maksimum
pada panjang gelombang maksimum trimetoprim. Nilai absorbansi
pada panjang gelombang 235 nm didapatkan untuk masing masing
zat yaitu absorbansi 0 untuk sulfametoksazol dan 0,011 untuk
trimetoprim.

Sedangkan

pada

panjang

gelombang

288

nm

didapatkan untuk masing masing zat yaitu absorbansi 0,039 untuk


sulfametoksazol dan 0 untuk trimetoprim. Jadi sulfametoksazol

diamati pada panjang gelomang 288 nm dan trimetoprim pada


panjang gelombang 235 nm.

Вам также может понравиться