Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya
unik
bagi
setiap
individual
dalam
pengalaman
hidup
seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini
lebih
banyak
melibatkan
emosi
dari
yang
bersangkutan
atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi
sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari
bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
yang
komprehensif.
Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang
mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika
hubungan
klien-kelurga-perawat
berakhir
karena
perpindahan,
pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan masalah
1)
2)
3)
4)
5)
C. Tujuan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang segala yang telah kami bahas dalam makalah
tentang asuhan keperawatan dengan berduka dan kehilangan.
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN
1. PENGERTIAN
BERDUKA
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang normal.
Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal
berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa
yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping
dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehidupan nyata. Berduka sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang
lain.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Individu yang berduka kadang-kadang tidak mampu untuk menjalani perasaan
berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka secara normal, biasanya
intensitas dan lamanya berduka lebih panjang dari respons normal. Sebagai contoh individu
yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang biasa. Depresi adalah suatu
kondisi emosional yang dialami oleh individu secara umum pada waktu mengalami
kehilangan baik secara nyata maupun yag dipersepsikan atau dibayangkan yang mencakup
suatu fungsi penting, kemampuan, objek, impian, orang, keyakinan atau nilai yang dimiliki
individu secara normal (Drake dan Price,1975). Penyimpangan dari suatu ukuran yang
normal akan berakibat pada suatu perasaan berduka yang menunjukkan respons depresi yang
lebih berat hal ini terjadi bila kehilangan berhubungan erat dengan ambisi, pengharapan,
harga diri, kemampuan atau rasa aman yang dialami oleh individu dengan konsep diri yang
miskin, atau harga diri rendah mudah terjatuh pada kondisi depresi.
Sumber gangguan atau kehilangan dapat berupa eksternal maupun internal seperti
pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai individu, keyakinan atau moral
dan konflik interpersonal yang mengancam konsistensi diri individu, harga diri, rasa aman
(Drake dan Price, 1975). Sumber-sumber eksternal mencakup kematian orang yang di
sayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau kehilangan bagian tubuh tertentu.
KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap
atau
mendadak,
bisa
tanpa
kekerasan
atau
traumatik,
diantisispasi
atau
tidak
diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat
terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.
2. FASE BERDUKA
Engel (1964) mengidentifikasi enam tingkatan berduka yaitu syok, tidak yakin,
mengembangkan kesadaran diri, restitusi, mengatasi kehilangan, idealisasi dan hasil.
Schulz (1978) membagi proses berduka kedalam tiga fase yaitu awal, pertengahan
dan pemulihan.
Fase awal.fase ini dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, fase ini berlangsung
untuk beberapa minggu. Pada fase ini orang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin atau tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung. Reaksi ini biasanya akan
berakhir setelah beberapa hari, kemudian akan kembali pada perasaan berduka yang
berlebihan dan individu akan memperoleh pengalaman konflik di antara ekspresi perasaan
melalui menangis dan ketakutan.
Fase pertengahan. Fase ini dimulai kira-kira tiga minggu sesudah kematian dan berakhir
sampai kurang lebih satu tahun lamanya. Ada tiga pola perilaku yang ditunjukkan pada fase
ini yaitu perilaku obsesif, suatu pencarian arti dari kematian. Perilaku obsesif sering meliputi
pengulangan pikiran tentang peristiwa kematian.
Fase pemulihan. Sesudah kurang lebih satu tahun orang yang mengalami berduka mulai
memasuki fase pemulihan. Individu sering memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu
dan hidup harus berjalan terus. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi pada
kegiatan sosial.
Fase berduka menurut Rando, yaitu:
1. Penghindaran
pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan
2.
Konfrontasi
pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.
3.
Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup
dengan kehidupan mereka.
4.
Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus
menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam
mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
Fase Marah
Fase Pengingkaran
Fase Depresi
Fase Tawar-menawar
Fase Menerima
berkurang atau menghilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,
gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian mulai dialihkan kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya
diungkapkan dengan kalimat saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang, tetapi tas
saya yang baru ini manis juga, apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, atau
yaah,akhirnya saya harus dioperasi juga.
Apabila individu dapat melalui tahap-tahap tersebut dan mencapai tahap penerimaan,
maka ia dapat mangakhiri proses kedukaan dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.
Apabila individu tetap berada pada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap
penerimaan, jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya untuk mencapai tahap
penerimaan.
4. KARAKTERISTIK BERDUKA
Karakteristik berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) :
1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat tentang
kehilangan orang yang disayangi.
3. Berduka yang menunjukkan perasaan yang tidak nyaman dan sering disertai dengan
menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.
4. Mengenang almarhum terus-menerus.
5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.
5. JENIS KEHILANGAN
Jenis kehilangan yaitu:
Kehilangan orang yang bermakna, misalnya akibat kematian atau di penjara
Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita penyakit, amputasi,
kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual
7
Faktor Presipitasi
Stres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi
individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan
(sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.
Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau
tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda upaya bunuh diri atau
ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering digunakan oleh individu
sebagai respons terhadap kehilangan antara lain menyangkal, represi, intelektualisasi, regresi,
supresi, dan projeksi (lihat mekanisme pertahanan). Regresi yang dipakai secara berlebihan
dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi.
7.
a.
Ungkapan kehilangan
b.
Menangis
c.
Gangguan tidur
8
d.
e.
Sulit berkonsentrasi
f.
n. perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilakus eperti :
1)
2)
3)
4)
Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang
membuangnya
6)
7)
8)
DIAGNOSA
1. Berduka cita yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsi
2. Duka cita terganggu
3. Resiko duka cita terganggu
RENCANA KEPERAWATAN
a. Tujuan
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
11
b. Tindakan Keperawatan
Tahap
Mengingkari
Tindakan Keperawatan
Jelaskan proses berduka
Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan nya
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Secara verbal dukung pasien,tapi jangan
dukung pengingkaran yang dilakukan
Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi
sampaikan fakta
Teknik komunikasi diam dan sentuhan
Perhatikan kebutuhan dasar pasien
Marah
Tawar Menawar
Depresi
12
tangan pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang
sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki
Penerimaan
No
Diagnosa
1.
Duka cita
Definisi: proses
kompleks
dan
menghadapi
komunitas
kehilangan
atau
persepsi
kedalam
Kriteria Hasil
Tindakan keperawatan
(NOC)
(NIC)
Klien
berhasil Kaji pengalaman masa
mengatasi
duka
lalu
pasien
atau
citayang
keluarga
ditunjukkan
kehilangan, keberadaan
dengankeberhasilan
adaptasi
penyelesaian dukacita
dengan
ketunadayaan fisik,
koping,
koping
keluarga,
sosial
keluarga,
dukacita,
penyesuaian
psikososial:
dan
saat ini
Tentukan penyebab dan
lamanya waktu sejak
iklim
penyelesaian
13
tentang
diagnosis
kematian
fetus/bayi
Fasilitasi
proses
dukacita:
mengidentifikasi
perubahan hidup
Pasien
Menyalahkan
Merasa terpisah
Putus asa
Mengalami peredaan
Nyeri
Pertumbuhan personal
Distres psikologis
Kepedihan
Objektif:
Perubahan
tingkat
aktvitas
Perubahan pola mimpi
Perubahan fungsi imun
Perubahan fungsi neuro
endoktrin
Perubahan pola tidur
Disorganisasi
Mempertahankan
hubungan
(mis,harta
koping,yang
normal
dibuktikan
oleh
pernah,
jarang,
kadang-
individu (mis,laki-laki
kadang,
sering,
yang
bantuan
hukum,bantuan
keuangan,
sosial
dengan kenutuhan
-melaporkan
fisik
layanan
dukacita,
konselor genetik.
Bantu pasien/keluarga
untuk
gejala
stres
perasaan
seperti
kelompok pendukung,
koping
penurunan
sumber-
sumber
yang tersedia
Mencari dukungan
jika perlu
Rujuk ke
strategi
dukungan
proses
diperlukan,
benda,
vs perempuan)
Fasilitasi
dan pengobatannya
Menggunakan
profesional,sesuai
orang terdekat
Kematian orang terdekat
penyakit
berarti
normal
Diskusikan perbedaan
(tidak
yang efektif
Menggunakan
tidak
berikut
tentang
makna
dan
ndikator
efektif
-mencari informasi
berhubungan:
Antisipasi
kehilangan
yang
terhadap kehilangan
Perilaku panik
Faktor
yang
objek
menunjukkan
selalu):
-mengidentifikasi
dengan
almarhum
Memberi
kehilangan.
Ajarkan karakteristik
menyatakan
ketakutan/kekhawatira
dan
nnya
fisik
secara
verbal
terhadap
potensial
negatif
Pasien
kehilangan,
termasuk
ada
unit
memperlihatkan
keluarga
Bantu pasien
atau
dampak
penyelesaian
dukacita
yang
keluarga
dibuktikan
oleh
mengungkapkan
indikator
14
sbg
ketakutan,
untuk
rencana,
berikut:
-pulih dari perasaan
kekhawatiran,
harapan
kehilangan
-mengungkapkan
secara
dan
satu
sama
lainya.
verbal
realitas kehilangan
-turut serta dalam
merencanakan acara
pemakaman
-berbagi kehilangan
dengan
orng
terdekat
-kemajuan
dalam
melewati
tahap
dukacita
-memperrahankan
kerapian
dan
kebersihan diri
-melaporkan
penurunan
pikiran
fokus
terhadap
kehilangan
-melaporkan asupan
nutrisi yang adekuat
-melaporkan gairah
seksual
yang
normal
2.
yang
yang
menyertai
normatif
bermanifestasi
fungsional.
dan
gangguan
klien/keluarga
akan
berhasil
kaji
dan
dokumentasikan
mengatasi
keberadaan
dukacita
terganggu
yang
dibuktikan
oleh
kepada
keberhasilan
keluarga
koping,
rumah
15
koping
dan
oasien
dan
tentang
sakit
dan
sumber-sumber
di
Batasan karakteristik:
Subjektif
Penurunan
kleuarga,
kesejahteraan
Depresi
Keletihan
Merindukan yang telah
tiada
Distres
persistem
Terlalu
emosi
verbal ansietas
Mengugkapkan
kelompok swa-bantu
prakarsai konferensi
dukacita,
perawatan
penyesuaian
untuk
psikososial:
perubahan hidup,
dan
performa
untuk
peran
memperlihatkan
performa peran,
pasien
meninjau
membuat
rencana perawatan
cari
dukunagn
di
dibuktikan
secara
oleh
indikator
secara
sebagai berikut:
-kemampuan
untuk
harapan peran
-performa perilaku
peran keluarga
-performa perilaku
peran komunitas
-perasaan nyaman
denga
memberikan
perawatan
memenuhi
akibat kehilangan
Mengungkapkan secara
harapan
yang
dibutuhkan klien
pahami reaksi dukacita
pasien dan keluarga
pada saat melanjutkan
aktivitas
perawatan
yang diperlukan
diskusikan
dengan
pasien dan keluarga
peran
dampak
kehilangn
fungsinya
cegah
konfrontasi
dari
terhadap penyangkalan
orang lain
Mengungkapkan secara
verbal
menguatkan
verbal
seperti
yang
komunitas,
keluarga,
penyelesaian
yang
fokus
tiada
Merenung
Mengungkakan
tahan
rasa
daya
terpisah
perasaan
sama,jangan
tdk
percaya
Mengungkapkan secara
penyangkalan
seimbangkan
kesalahpahaman
dengan realitas
16
kematian
Mengungkapkan secara
verbal
memori
mneyedihkan
3.
diri,
persistem
Mengungkapkan secara
bila diperlukan
buat jadwal untuk
peran kehidupan
Mengalami
somatik kehilangan
Menghindari
dukacita
almarhum
Menyalahkan dirisendiri
Kesedihan
akibat
melakukan
perawatan
secara
kemandirian
dalam
yang
sendiri
Berteriak
Obyektif
Penurunan fungsi dalam
dukung
gejala
perpisahan
Distres traumatik
Faktor
pengalaman
memenuhi
berpartisipasi
secara
aktif
proses
dalam
keputusan
beri lingkungan yang
aman, terlindungi, an
memiliki privasi untuk
yang
terdekat,
distres
untuk
dukacita
keluarga
memfasilitasi
terdekat
Resiko dukacita terganggu
Definisi:beresiko mengalami
orang
dengn
pengambilan
berhubungan
Kematian orang terdekat
Emosi tdk stabil
Kurang dukungan sosial
Kematian tiba-tiba orang
kematian
dan keluarga
bantu klien
harapan
proses
klien
keluarga
keali dan
dan
dukung
kekuatan
setiap
anggota keluarga
pasien/keluarga
tidak
akan
peningkatan
mengalami
beradaptasi
dukacita
perspesi
terganggu,
yang
perubahan,
ditandai
oleh
ancaman
dengan
stressor,
atau
yang
keberhasilan
mengganggu
koping,
pemenuhan
17
koping
koping:
dapat
tuntutan
gangguan fungsional
Faktor resiko:
kematian orang terdekat
ketidakstabilan emosi
kurang dukungan sosial
keluarga,
penyelesaian
dan
dukacita
menggerakkan
terdekat)
yang
produktif
fasilitasi
proses
dukacita:
klien
lebih
membantu
menyelesaikan
terdekat
fasilitasi
dukacita:
kematian
perinatal:
membantu
klien
proses
perinatal.
18
proses
menyelesaikan
kehilangan
CONTOH KASUS
Di sebuah desa dikota gorontalo ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah,
sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat
mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya.
Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang
dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada
suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum
mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak
percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza.
Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan
sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda
vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt
Data subyektif
Ibu klien mengatakan klien merasa
sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto
arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi
jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza
Data obyektif
Klien tampak lemas
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan
sedih,
klien susah berkosentrasi ketika
perawat bertanya.
tampak kantung mata
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt
Pohon masalah
Isolasi Sosial
Duka Cita Terganggu
Efek
Core Problem
Etiologi
Diagnosa Keperawatan
Duka Cita Terganggu b/d Ketidakefektifan Koping Individu
Rencana Keperawatan
Duka
cita
terganggu
Ketidakefektifan
Individu.
Definisi:
b/d
Koping
gangguan
NOC
NIC
akan
yang
klien/keluarga
berhasil
kaji
dan
dokumentasikan
mengatasi dukacita
keberadaan
terganggu
yang
sumber
dukacita
distres
dibuktikan
oleh
klien
berikan
informasi
yang
menyertai
keberhasilan
harapan
koping,
normatif
bermanifestasi
dan
tahan
fungsional.
Batasan karakteristik:
Subjektif
Ibu klien mengatakan
klien merasa sangat
kamar
Ibu klien mengatakan
klien sering mengurung
diri dan memandang
foto arza
Ibu klien mengatakan
klien menjadi jarang
sakit
dan
sumber-sumber
dukacita,
komunitas,
penyesuaian
kelompok swa-bantu
prakarsai konferensi
seperti
perawatan
hidup,
untuk
performa
pasien
meninjau
kebutuhan
peran
memperlihatkan
di
pasien
performa peran,
tahap
yang
dibuktikan
oleh
indikator
sebagai berikut:
-kemampuan
membuat
dukacita
rencana
perawatan
cari dukunagn
di
memenuhi
sering teriak
harapan peran
-performa perilaku
peran keluarga
perawatan
tentang
penyelesaian
dan
rumah
keluarga,
perubahan
keluarga
daya
psikososial:
koping
kleuarga,
gangguan
dan
untuk
20
memberikan
yang
-performa perilaku
peran komunitas
-perasaan nyaman
denga
menangis keras
peran
dibutuhkan klien
pahami
reaksi
dukacita pasien dan
harapan
memanggil arza
aktivitas
perawatan
yang diperlukan
diskusikan dengan
pasien dan keluarga
dampak
kehilangn
dan fungsinya
cegah
konfrontasi
terhadap
penyangkalan
pada
saat
dan
yang
sama,jangan
menguatkan
penyangkalan
seimbangkan
kesalahpahaman
dengan realitas
dukung kemandirian
dalam
melakukan
perawatan
diri,
membantu
klien
hanya
diperlukan
buat jadwal untuk
21
bila
percaya
klien
dan
keluarga
bantu klien dengn
keluarga
untuk
berpartisipasi secara
aktif dalam proses
pengambilan
keputusan
beri
lingkungan
yang
aman,
terlindungi,
memiliki
an
privasi
untuk memfasilitasi
proses dukacita klien
dan keluarga
keali dan dukung
kekuatan
setiap
anggota keluarga
Mengingkari
b.
Marah
Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal
c.
Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.
Tawar-menawar
d.
Depresi
pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
e.
Penerimaan
STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama
Masalah utama
Pertemuan ke
:1
a.proses keperawatan
1.Kondisi
2.Diagnosa
3.TUK
1.
2.
4.Tindakan keperawatan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan ,
agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan
tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2.
Fase orientasi
selamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan bu, Saya perawat
A . jadi bu hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa
ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai
prosesi pemakaman nya selesai ya bu.
3.
Fase kerja
apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat
ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa,
kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum?
Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak
lemas,apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
24
4.
Fase terminasi
setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya
akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya
akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.
Strategi Pelaksanaan pertemuan Kedua
Masalah utama
Pertemuan ke
: 2
2.Diagnosa
3.TUK
strategi pelaksanaan
1.
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawabawa.
2.
Fase orientasi
selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini
25
bu,tampak nya ibu sedang kesal? ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan
menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ?
Oww..baiklah kalau begitu.
3.
Fase kerja
Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu
lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk
meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakapcakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.
ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi
ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.
4.
Fase terminasi
nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba
cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?
membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon
pamit dulu ya bu,sampai jumpa.
Strategi Pelaksanaan pertemuan Ketiga
Masalah utama : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke
:3
2.Diagnosa
: Duka cita
3.TUK
5.
4.tindakan keperawatan
a.
b.
c.
Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
d.
b. strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi
26
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa.
2. fase orientasi
selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan cara
yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Dapatkah kita erbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit saja.dimana kita
bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.
3.fase kerja
saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan ibu.tidak ada
yang dapat kita salahkan ,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu untuk menerima kehilangan
ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena semua ini adalah
kehendak Allah .apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir
,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan coba
lakukan?
4.fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.ibu terus berdoa
ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu sudah dapat mengungkapkan
nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan saat rasa bersalah itu
munculkembali.ibu,dua hari lagi saya akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit
dulu ya, bu.sampai jumpa.
:4
a.proses keperawatan
1.Kondisi
2.Diagnosa
: Duka cita
3.TUK
6.
7.
8.
4.Tindakan keperawatan
a.
b.
c.
Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan
pasien
d.
e.
f.
b.strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa.
2.fase orientasi
Selamat siang bu .bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu
ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat ibu ani
lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita bicara ? disini ?
baiklah bu.
3.fase kerja
baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh menangis,akan ada
perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan
kesempatan yang ada dengan bercakap-cakapdengan anggota keluarga ibu seperti suami ibu
yang dua lagi, atau suami ibu.(mulai membawa kerealitas aspek positif.)
ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama seperti
ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang ibu lakukan?
Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana
28
kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang
dapat ibu lakukan .
4.fase terminasi
ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak yang dapat
ibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita bahas.saya percaya ibu
bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan datang untuk membicarakan tentang perasaan
ibu.kira-kira jm berapa saya boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.
:5
2.Diagnosa
: Duka cita
3.TUK
9.
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
4.tindakan keperawatan
a.
b.
Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang
sama pada saat yang bersamaan.
c.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah
masa berkabung telah dilalui.
d.
Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman
b.strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa
29
2.fase orientasi
selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua hari yang
lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu.bagaimana kalau kita bicara
disini? 30 menit saja ,setuju bu?baiklah bu.
3.fase kerja
ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya dengar ibu
sudah banyak melakukan aktifitas.bagus ,kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk
mengisi waktu?saya percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan
ibu akan berziarah kemakam suami ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman
suami ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.
4.fase terminasi
ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?syukurlah,ibu
jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk berziarah kemakam suami ibu.saya
pamit ya ,bu.sampai jumpa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
30
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual
atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang
seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal,
kehilangan
yang
ada
pada
diri
sendiri/aspek
diri,
dan
kehilangan
B.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun
saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini
dari pembaca
DAFTAR PUSTAKA
masalah
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
Suliswati,S.Kp,M.Kes,dkk.2005.Konsep
Dasar
Keperawatan
Kesehatan
32