Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya

unik

bagi

setiap

individual

dalam

pengalaman

hidup

seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini
lebih

banyak

melibatkan

emosi

dari

yang

bersangkutan

atau

disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi
sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari
bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

yang

komprehensif.

Kurang

memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang
mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan
mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi,
mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan
dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika

hubungan

klien-kelurga-perawat

berakhir

karena

perpindahan,

pemulangan,

penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan
kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Rumusan masalah
1)

Apa pengertian kehilangan dan berduka?

2)

Apa tanda dan gejala kehilangan?

3)

Apa saja fase berduka?

4)

Apa saja karakteristik berduka?

5)

Apa saja rentang respon kehilangan?

6) apa saja jenis kehilangan


7) apa saja faktor yang mempegaruhi kehilangan
8) Bagaimana konsep ASKEP dan penyelesaian masalah pada kasus kehilangan dan
berduka?

C. Tujuan
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang segala yang telah kami bahas dalam makalah
tentang asuhan keperawatan dengan berduka dan kehilangan.

BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN
1. PENGERTIAN
BERDUKA
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang normal.
Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal
berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa
yang baik bagi individu karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping
dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehidupan nyata. Berduka sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang
lain.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Individu yang berduka kadang-kadang tidak mampu untuk menjalani perasaan
berduka secara normal, biasanya intensitas dan lamanya berduka secara normal, biasanya
intensitas dan lamanya berduka lebih panjang dari respons normal. Sebagai contoh individu
yang berduka akan mengalami depresi yang berat dari yang biasa. Depresi adalah suatu
kondisi emosional yang dialami oleh individu secara umum pada waktu mengalami
kehilangan baik secara nyata maupun yag dipersepsikan atau dibayangkan yang mencakup
suatu fungsi penting, kemampuan, objek, impian, orang, keyakinan atau nilai yang dimiliki
individu secara normal (Drake dan Price,1975). Penyimpangan dari suatu ukuran yang
normal akan berakibat pada suatu perasaan berduka yang menunjukkan respons depresi yang
lebih berat hal ini terjadi bila kehilangan berhubungan erat dengan ambisi, pengharapan,
harga diri, kemampuan atau rasa aman yang dialami oleh individu dengan konsep diri yang
miskin, atau harga diri rendah mudah terjatuh pada kondisi depresi.
Sumber gangguan atau kehilangan dapat berupa eksternal maupun internal seperti
pikiran, sikap, tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai individu, keyakinan atau moral
dan konflik interpersonal yang mengancam konsistensi diri individu, harga diri, rasa aman

(Drake dan Price, 1975). Sumber-sumber eksternal mencakup kematian orang yang di
sayangi, penghentian kerja (PHK), penyakit atau kehilangan bagian tubuh tertentu.
KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap
atau

mendadak,

bisa

tanpa

kekerasan

atau

traumatik,

diantisispasi

atau

tidak

diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.Kehilangan
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari
sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa kehilangan dapat
terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.

2. FASE BERDUKA
Engel (1964) mengidentifikasi enam tingkatan berduka yaitu syok, tidak yakin,
mengembangkan kesadaran diri, restitusi, mengatasi kehilangan, idealisasi dan hasil.
Schulz (1978) membagi proses berduka kedalam tiga fase yaitu awal, pertengahan
dan pemulihan.
Fase awal.fase ini dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, fase ini berlangsung
untuk beberapa minggu. Pada fase ini orang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin atau tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung. Reaksi ini biasanya akan
berakhir setelah beberapa hari, kemudian akan kembali pada perasaan berduka yang
berlebihan dan individu akan memperoleh pengalaman konflik di antara ekspresi perasaan
melalui menangis dan ketakutan.

Fase pertengahan. Fase ini dimulai kira-kira tiga minggu sesudah kematian dan berakhir
sampai kurang lebih satu tahun lamanya. Ada tiga pola perilaku yang ditunjukkan pada fase
ini yaitu perilaku obsesif, suatu pencarian arti dari kematian. Perilaku obsesif sering meliputi
pengulangan pikiran tentang peristiwa kematian.
Fase pemulihan. Sesudah kurang lebih satu tahun orang yang mengalami berduka mulai
memasuki fase pemulihan. Individu sering memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu
dan hidup harus berjalan terus. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan partisipasi pada
kegiatan sosial.
Fase berduka menurut Rando, yaitu:
1. Penghindaran
pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan
2.

Konfrontasi
pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.
3.

Akomodasi
Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup
dengan kehidupan mereka.
4.

Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai
lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus
menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam
mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

3. RENTANG RESPON KEHILANGAN


Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

Fase Marah

Fase Pengingkaran

Fase Depresi

Fase Tawar-menawar

Fase Menerima

Fase pengingkaran/penyangkalan (denial). Reaksi pertama individu yang kehilangan


adalah terkejut, tidak percaya, merasa terpukul dan menyangkal pernyataan bahwa
kehilangan itu betul terjadi. Individu yang mengalami kehilangan (kematian) orang yang
dicintai seolah-olah orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi melihat
orang yang meninggal tersebut berada di tempat biasanya ia berada atau merasa mendengar
suaranya. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan, kelemahan,
kepucatan, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat, menangis, gelisah. Reaksi demikian
dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa tahun.
Fase marah (anger). Serupa dengan individu dengan keadaan menjelang ajal, individu mulai
sadar tentang kenyataan kehilangan yang terjadi. Individu menunjukkan perasaan marah yang
meningkat dan sering diprojeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya atau orangorang tertentu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Fase tawar-menawar (bargaining). Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa
marahnya, maka ia maju tahap tawar-menawar. Reaksi sering dinyatakan dengan kata-kata
seandainya saya hati-hati, kenapa harus terjadi pada keluarga saya.
Fase depresi. Tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara
atau putus asa. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur,
letih, libido menurun.
Fase penerimaan (acceptance). Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu terpusat dengan objek atau orang yang hilang akan mulai
6

berkurang atau menghilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,
gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatian mulai dialihkan kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya
diungkapkan dengan kalimat saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang, tetapi tas
saya yang baru ini manis juga, apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, atau
yaah,akhirnya saya harus dioperasi juga.
Apabila individu dapat melalui tahap-tahap tersebut dan mencapai tahap penerimaan,
maka ia dapat mangakhiri proses kedukaan dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.
Apabila individu tetap berada pada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap
penerimaan, jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya untuk mencapai tahap
penerimaan.

4. KARAKTERISTIK BERDUKA
Karakteristik berduka menurut Burgers dan Lazare (1976) :
1. Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.
2. Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat tentang
kehilangan orang yang disayangi.
3. Berduka yang menunjukkan perasaan yang tidak nyaman dan sering disertai dengan
menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.
4. Mengenang almarhum terus-menerus.
5. Memperoleh pengalaman perasaan berduka.
6. Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.

5. JENIS KEHILANGAN
Jenis kehilangan yaitu:
Kehilangan orang yang bermakna, misalnya akibat kematian atau di penjara
Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita penyakit, amputasi,
kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual
7

Kehilangan milik pribadi (mis, uang, perhiasan)

6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHILANGAN


Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah genetik, kesehatan fisik,
kesehatan jiwa, pengalaman masa lalu.
Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat
depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu

permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.


Kesehatan Fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang

sedang mengalami gangguan fisik.


Kesehatan mental/jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi,
yang ditandai perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang

suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.


Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa.

Faktor Presipitasi
Stres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, atau imajinasi
individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan
(sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di masyarakat.
Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau
tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada tanda upaya bunuh diri atau
ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering digunakan oleh individu
sebagai respons terhadap kehilangan antara lain menyangkal, represi, intelektualisasi, regresi,
supresi, dan projeksi (lihat mekanisme pertahanan). Regresi yang dipakai secara berlebihan
dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi.

7.

TANDA DAN GEJALA KEHILANGAN

a.

Ungkapan kehilangan

b.

Menangis

c.

Gangguan tidur
8

d.

Kehilangan nafsu makan

e.

Sulit berkonsentrasi

f.

Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu:

Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu yang lama


Sedih berkepanjangan
Adanya gejala fisik yang berat
Keinginan untuk bunuh diri

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN BERDUKA DAN KEHILANGAN


(1)
PENGKAJIAN
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:
a. Perawat menkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan
untuk menentukan tingkatan berduka.
b. Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencakup: sesak di
dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan
otot, distres perasaan hebat
c. Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976) juga dikaji: respons fisiologi,
respon tubuh terhadap kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan
suatu reaksi stres. Perawat dapat mengkaji tanda klinis respons tersebut.
d. Faktor yang mempengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung pada
persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual,
peran seks, status sosial-ekonomik.
e. Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetik,
kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.
f. Faktor presipitasi, ada beberapastressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan
dapat berupa stres nyata, atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifat biopsiko-sosial antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas,

kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga,


kehilangan posisi di masyarakat.
g. Faktor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami
kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.
h. Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa
yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
Perilaku koping yang adekuat selama proses
i. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan
disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis
mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.
j. Respon Spiritual
1)
KecewadanmarahterhadapTuhan
2)
Penderitaankarenaditinggalkanataumerasaditinggalkan
3)
Tidakmemilkiharapan; kehilanganmakna
k. ResponFisiologis
1)
Sakitkepala, insomnia
2)
Gangguannafsumakan
3)
Beratbadanturun
4)
Tidakbertenaga
5)
Palpitasi, gangguanpencernaan
6)
Perubahansistemimunedanendokrin
l. ResponEmosional
1)
Merasasedih, cemas
2)
Kebencian
3)
Merasabersalah
4)
Perasaanmati rasa
5)
Emosi yang berubah-ubah
6)
Penderitaandankesepian yang berat
7)
Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda
yang hilang
8)
Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9)
Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
m. Respon Kognitif
1)
Gangguanasumsidankeyakinan
2)
Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3)
Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4)
Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah
pembimbing.
10

n. perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilakus eperti :
1)

Menangis tidak terkontrol

2)

Sangat gelisah; perilaku mencari

3)

Iritabilitas dan sikap bermusuhan

4)

Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang

yang telah meninggal.


5)

Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal pada halingin

membuangnya
6)

Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol

7)

Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan

8)

Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fasere organisasi

DIAGNOSA
1. Berduka cita yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsi
2. Duka cita terganggu
3. Resiko duka cita terganggu
RENCANA KEPERAWATAN
a. Tujuan
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalahnya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

11

b. Tindakan Keperawatan
Tahap
Mengingkari

Tindakan Keperawatan
Jelaskan proses berduka
Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan nya
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Secara verbal dukung pasien,tapi jangan
dukung pengingkaran yang dilakukan
Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi
sampaikan fakta
Teknik komunikasi diam dan sentuhan
Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Marah

Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk


mengungkapkan kemarahan secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan
Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti
bahwa marah adalah respon yang normal
karena
merasakan
kehilangan
dan
ketidakberdayaan
Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan
keluarga
Hindari menarik diri dan dendam karena
pasien /keluarga bukan marah pada perawat
Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi
kemarahan nya.

Tawar Menawar

Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa


bersalah dan rasa takutnya
Dengarkan dengan penuh perhatian
Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa
bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
Berikan dukungan spritual
Identifikasi tingkat depresi dan bantu
mengurangi rasa bersalah
Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan kesedihannya
Beri dukungan non verbal dengan cara
duduk disamping pasien dan memegang

Depresi

12

tangan pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang
sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki
Penerimaan

Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien


secara teratur
Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena
biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap
yang sama pada saat yang bersamaan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi
rencana kegiatan yang akan dilakukan
setelah masa berkabung telah dilalui.
Jika
keluarga
mengikuti
proses
pemakaman,hal yang dapat dilakukan
adalah
ziarah
(menerima
kenyataan),melihat
foto-foto
proses
pemakaman

No

Diagnosa

1.

Duka cita
Definisi: proses

kompleks

yang normal yang mencakup


respon dan perilaku emosi,
fisik, spiritual, sosial, dan
intelektual ketika individu,
keluarga,

dan

menghadapi

komunitas
kehilangan

aktual, kehilangan yang di


antisipasi,
kehilangan

atau

persepsi
kedalam

kehidupan mereka sehari-hari.


Batasan karakteristik:
Subjektif:
Marah

Kriteria Hasil
Tindakan keperawatan
(NOC)
(NIC)
Klien
berhasil Kaji pengalaman masa
mengatasi

duka

lalu

pasien

atau

citayang

keluarga

ditunjukkan

kehilangan, keberadaan

dengankeberhasilan

sistem pendukung, dan

adaptasi

penyelesaian dukacita

dengan

ketunadayaan fisik,
koping,

koping

keluarga,
sosial

keluarga,

dukacita,
penyesuaian
psikososial:

dan

saat ini
Tentukan penyebab dan
lamanya waktu sejak

iklim

penyelesaian

13

tentang

diagnosis

kematian

fetus/bayi
Fasilitasi

proses

dukacita:
mengidentifikasi

perubahan hidup
Pasien

Menyalahkan

Merasa terpisah
Putus asa
Mengalami peredaan
Nyeri
Pertumbuhan personal
Distres psikologis
Kepedihan
Objektif:
Perubahan
tingkat

aktvitas
Perubahan pola mimpi
Perubahan fungsi imun
Perubahan fungsi neuro

endoktrin
Perubahan pola tidur
Disorganisasi
Mempertahankan
hubungan

(mis,harta

koping,yang

normal

dibuktikan

oleh
pernah,

pola proses berduka

jarang,

kadang-

individu (mis,laki-laki

kadang,

sering,

fase proses dukacita,

yang

bantuan
hukum,bantuan
keuangan,

sosial

dengan kenutuhan
-melaporkan
fisik

layanan

sosial, pemuka agama,


konselor

dukacita,

konselor genetik.
Bantu pasien/keluarga
untuk

gejala

stres

perasaan

seperti

kelompok pendukung,

koping

penurunan

sumber-

sumber

yang tersedia
Mencari dukungan

jika perlu
Rujuk ke

strategi

dukungan

proses

dukacita : ajarkan fase-

diperlukan,

benda,

vs perempuan)
Fasilitasi

dan pengobatannya
Menggunakan

profesional,sesuai

orang terdekat
Kematian orang terdekat

penyakit

berarti

normal
Diskusikan perbedaan

(tidak

yang efektif
Menggunakan

pekerjaan, status, rumah,

tidak

berikut

tentang

makna

bagian dan proses tubuh)


Antisipasi
kehilangan

dan

ndikator

efektif
-mencari informasi

berhubungan:
Antisipasi
kehilangan
yang

proses berduka yang

pola koping yang

terhadap kehilangan
Perilaku panik
Faktor
yang

objek

menunjukkan

selalu):
-mengidentifikasi

dengan

almarhum
Memberi

kehilangan.
Ajarkan karakteristik

menyatakan

ketakutan/kekhawatira

dan

nnya

fisik

secara

verbal

terhadap

potensial

negatif
Pasien

kehilangan,

termasuk
ada

unit

memperlihatkan

keluarga
Bantu pasien

atau

dampak

penyelesaian
dukacita

yang

keluarga

dibuktikan

oleh

mengungkapkan

indikator
14

sbg

ketakutan,

untuk
rencana,

berikut:
-pulih dari perasaan

kekhawatiran,
harapan

kehilangan
-mengungkapkan
secara

dan

satu

sama

lainya.

verbal

realitas kehilangan
-turut serta dalam
merencanakan acara
pemakaman
-berbagi kehilangan
dengan

orng

terdekat
-kemajuan

dalam

melewati

tahap

dukacita
-memperrahankan
kerapian

dan

kebersihan diri
-melaporkan
penurunan
pikiran

fokus
terhadap

kehilangan
-melaporkan asupan
nutrisi yang adekuat
-melaporkan gairah
seksual

yang

normal
2.

Duka cita terganggu


Definisi: gangguan

yang

terjadi setelah kematian orang


terdekat, ketika pengalaman
distres

yang

menyertai

kehilangan gagal memenuhi


harapan

normatif

bermanifestasi
fungsional.

dan

gangguan

klien/keluarga
akan

berhasil

kaji

dan

dokumentasikan

mengatasi

keberadaan

dukacita

sumber dukacita klien


berikan
informasi

terganggu

yang

dibuktikan

oleh

kepada

keberhasilan

keluarga

koping,

rumah

15

koping

dan

oasien

dan

tentang
sakit

dan

sumber-sumber

di

Batasan karakteristik:
Subjektif
Penurunan

kleuarga,

kesejahteraan
Depresi
Keletihan
Merindukan yang telah

tiada
Distres

persistem
Terlalu

emosi

memikirkan yang telah

verbal ansietas
Mengugkapkan

kelompok swa-bantu
prakarsai konferensi

dukacita,

perawatan

penyesuaian

untuk

psikososial:

kebutuhan pasien dan

perubahan hidup,

keluarga terkait tahap

dan

dukacita mereka dan

performa

untuk

peran
memperlihatkan
performa peran,

pasien
meninjau

membuat

rencana perawatan
cari
dukunagn

di

dibuktikan

antara teman sebaya

secara

oleh

indikator

dan orang lain untuk

secara

sebagai berikut:
-kemampuan
untuk

harapan peran
-performa perilaku

verbal perasaan linglung


Mengungkapkan secara

peran keluarga
-performa perilaku

verbal perasaan kosong


Mengungkapkan secara

peran komunitas
-perasaan nyaman

verbal perasaan terkejut


Mengungkapkan secraa

verbal perasaan syok


Mengungkapkan secara

verbal perasaan marah


Mengungkapkan secara

denga

memberikan
perawatan

memenuhi

akibat kehilangan
Mengungkapkan secara

harapan

yang

dibutuhkan klien
pahami reaksi dukacita
pasien dan keluarga
pada saat melanjutkan
aktivitas

perawatan

yang diperlukan
diskusikan
dengan
pasien dan keluarga

peran

dampak

kehilangn

pada unit keluarga dan

fungsinya
cegah
konfrontasi

dari

terhadap penyangkalan

orang lain
Mengungkapkan secara

dan pada saat yang

verbal

menguatkan

verbal

seperti

yang

verbal perasaan distres

komunitas,

keluarga,

penyelesaian

yang
fokus

tiada
Merenung
Mengungkakan

tahan

rasa

daya

terpisah

perasaan

sama,jangan

tdk

percaya
Mengungkapkan secara

verbal perasaan curiga


Mengungkapkan secara

penyangkalan
seimbangkan
kesalahpahaman
dengan realitas

16

verbal kurang menerima

kematian
Mengungkapkan secara
verbal

memori

mneyedihkan

3.

diri,

membantu klien hanya

persistem
Mengungkapkan secara

bila diperlukan
buat jadwal untuk

verbal menyalahkan diri

kontak dengan klien


bina hubungan saling

peran kehidupan
Mengalami

somatik kehilangan
Menghindari
dukacita

tingkat keintiman rendah


Mencari-cari
sosok

almarhum
Menyalahkan dirisendiri
Kesedihan
akibat

melakukan

perawatan

secara

kemandirian

dalam

yang

sendiri
Berteriak
Obyektif
Penurunan fungsi dalam

dukung

percaya dengan klien

gejala

perpisahan
Distres traumatik
Faktor

pengalaman

memenuhi

berpartisipasi

secara

aktif

proses

dalam

keputusan
beri lingkungan yang
aman, terlindungi, an
memiliki privasi untuk

yang

terdekat,
distres

yang menyertai kehilangan


gagal

untuk

dukacita

gangguan yang terjadi setelah


ketika

keluarga

memfasilitasi

terdekat
Resiko dukacita terganggu
Definisi:beresiko mengalami
orang

dengn

pengambilan

berhubungan
Kematian orang terdekat
Emosi tdk stabil
Kurang dukungan sosial
Kematian tiba-tiba orang

kematian

dan keluarga
bantu klien

harapan

normatif dan bermanifestasi

proses

klien

keluarga
keali dan

dan

dukung

kekuatan

setiap

anggota keluarga

pasien/keluarga
tidak

akan

peningkatan

membantu klien untuk

mengalami

beradaptasi

dukacita

perspesi

terganggu,

yang

perubahan,

ditandai

oleh

ancaman

dengan
stressor,
atau
yang

keberhasilan

mengganggu

koping,

pemenuhan

17

koping

koping:

dapat

tuntutan

gangguan fungsional
Faktor resiko:
kematian orang terdekat
ketidakstabilan emosi
kurang dukungan sosial

keluarga,
penyelesaian

dan

hidup dan peran


terapi
keluarga:membantu

dukacita

anggota keluarga untuk

(kematian tiba-tiba orang

menggerakkan

terdekat)

keluarganya kearah cara


hidup

yang

produktif
fasilitasi

proses

dukacita:
klien

lebih

membantu

menyelesaikan

proses kehilangan orang

terdekat
fasilitasi
dukacita:

kematian

perinatal:

membantu

klien
proses
perinatal.

18

proses

menyelesaikan
kehilangan

CONTOH KASUS
Di sebuah desa dikota gorontalo ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah,
sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain sangat
mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula sebaliknya.
Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum pun sangat senang
dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon anak mereka itu.pada
suatu hari arzamengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza meninggal. Ibu ningrum
mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat terpukul dia terus menangis, tidak mau
makan dan keluar kamar dia mengurung diri dan memandang foto arza dia menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak
percaya arza telah pergi selain itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza.
Saat pengkajian ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan
sedih, klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.tampak kantung mata tanda-tanda
vital N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt
Data subyektif
Ibu klien mengatakan klien merasa
sangat terpukul dia terus menangis, tidak
mau makan dan keluar kamar
Ibu klien mengatakan klien sering
mengurung diri dan memandang foto
arza
Ibu klien mengatakan klien menjadi
jarang berbicara dan terkadang sering
teriak memanggil nama arza.
Klien mengatakan bahwa tidak percaya
arza telah pergi.
Klien mengatakan sering terbangun dan
menangis keras memanggil arza

Data obyektif
Klien tampak lemas
wajah tampak kusut,
Klien tampak putus asa dan
sedih,
klien susah berkosentrasi ketika
perawat bertanya.
tampak kantung mata
tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt

Pohon masalah
Isolasi Sosial
Duka Cita Terganggu

ketidakefektifan koping individu


19

Efek
Core Problem

Etiologi

Diagnosa Keperawatan
Duka Cita Terganggu b/d Ketidakefektifan Koping Individu
Rencana Keperawatan
Duka

cita

terganggu

Ketidakefektifan
Individu.
Definisi:

b/d

Koping

gangguan

NOC

NIC

akan

yang

klien/keluarga
berhasil

kaji

dan

dokumentasikan

terjadi setelah kematian orang

mengatasi dukacita

keberadaan

terdekat, ketika pengalaman

terganggu

yang

sumber

dukacita

distres

dibuktikan

oleh

klien
berikan

informasi

yang

menyertai

kehilangan gagal memenuhi

keberhasilan

harapan

koping,

normatif

bermanifestasi

dan

tahan

fungsional.
Batasan karakteristik:
Subjektif
Ibu klien mengatakan
klien merasa sangat

kamar
Ibu klien mengatakan
klien sering mengurung
diri dan memandang

foto arza
Ibu klien mengatakan
klien menjadi jarang

sakit

dan

sumber-sumber

dukacita,

komunitas,

penyesuaian

kelompok swa-bantu
prakarsai konferensi

seperti

perawatan

hidup,

untuk

performa

pasien
meninjau

kebutuhan

peran
memperlihatkan

di

pasien

dan keluarga terkait

performa peran,

tahap

yang

dibuktikan

mereka dan untuk

oleh

indikator

sebagai berikut:
-kemampuan

membuat

dukacita
rencana

perawatan
cari dukunagn

di

memenuhi

antara teman sebaya

sering teriak

harapan peran
-performa perilaku

dan orang lain untuk

memanggil nama arza.


Klien mengatakan

peran keluarga

perawatan

berbicara dan terkadang

tentang

penyelesaian

dan

makan dan keluar

rumah

keluarga,

perubahan

menangis, tidak mau

keluarga

daya

psikososial:

terpukul dia terus

kepada pasien dan

koping

kleuarga,

gangguan

dan

untuk

20

memberikan
yang

bahwa tidak percaya

-performa perilaku

arza telah pergi.


Klien mengatakan

peran komunitas
-perasaan nyaman

sering terbangun dan

denga

menangis keras

peran

dibutuhkan klien
pahami
reaksi
dukacita pasien dan

harapan

keluarga pada saat


melanjutkan

memanggil arza

aktivitas

perawatan

yang diperlukan
diskusikan dengan
pasien dan keluarga
dampak

kehilangn

pada unit keluarga

dan fungsinya
cegah
konfrontasi
terhadap
penyangkalan
pada

saat

dan
yang

sama,jangan
menguatkan

penyangkalan
seimbangkan
kesalahpahaman

dengan realitas
dukung kemandirian
dalam

melakukan

perawatan

diri,

membantu

klien

hanya

diperlukan
buat jadwal untuk

kontak dengan klien


bina
hubungan
saling
dengan

21

bila

percaya
klien

dan

keluarga
bantu klien dengn

keluarga

untuk

berpartisipasi secara
aktif dalam proses
pengambilan

keputusan
beri
lingkungan
yang

aman,

terlindungi,
memiliki

an
privasi

untuk memfasilitasi
proses dukacita klien

dan keluarga
keali dan dukung
kekuatan

setiap

anggota keluarga

Tahap Tindakan Keperawatan


a.

Mengingkari

Jelaskan proses berduka

Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya

Mendengarkan dengan penuh perhatian

Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan

Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta

Teknik komunikasi diam dan sentuhan

Perhatikan kebutuhan dasar pasien

b.

Marah

Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal

tanpa melawan dengan kemarahan


Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal

karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan


Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
22

c.

Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.
Tawar-menawar

Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya


Dengarkan dengan penuh perhatian
Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
Berikan dukungan spiritual

d.

Depresi

Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah


Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan

pasien
Hargai perasaan pasien
Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e.

Penerimaan

Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur


Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap

yang sama pada saat yang bersamaan.


Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah

masa berkabung telah dilalui.


Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi Pelaksanaan pertemuan pertama
Masalah utama

: kehilangan dan berduka

Pertemuan ke

:1

(respon mengingkari terhadap kematian suami)


23

a.proses keperawatan
1.Kondisi

: klien tampak menangis terus dan tampak lemah

2.Diagnosa

: Duka cita terganggu

3.TUK

1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya

2.

Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka

4.Tindakan keperawatan :
a.

Bina hubungan saling percaya

b.

Jelaskan proses berduka

c.

Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya

d.

Mendengarkan dengan penuh perhatian

e.

Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan

f.

Teknik komunikasi diam dan sentuhan

g.

Perhatikan kebutuhan dasar pasien

Strategi pelaksanaan pertemuan Pertama


1.

Fase pra interaksi

Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan ,
agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan
tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa.
2.

Fase orientasi

selamat pagi, bu ningrum. bagaimana perasaan ibu sekarang? Perkenalkan bu, Saya perawat
A . jadi bu hari ini saya akan membantu ibu untuk melewati masalah ibu. Bagaimana ibu apa
ibu punya waktu sekitar 10-15 menit. Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai
prosesi pemakaman nya selesai ya bu.

3.

Fase kerja

apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat
ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa,
kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum?
Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak
lemas,apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu...
24

4.

Fase terminasi

setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya
akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya
akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.
Strategi Pelaksanaan pertemuan Kedua
Masalah utama

: kehilangan dan berduka

Pertemuan ke

: 2

(respon marah terhadap kematian suami)


a.proses keperawatan
1.Kondisi

: klien masih tampak sedih dan menyendiri

2.Diagnosa

: Duka cita terganggu

3.TUK

3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal


4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
4.Tindakan keperawatan
Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa
melawan dengan kemarahan
Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal
karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

strategi pelaksanaan
1.

Fase pra interaksi

Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawabawa.
2.

Fase orientasi

selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini
25

bu,tampak nya ibu sedang kesal? ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan
menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ?
Oww..baiklah kalau begitu.
3.

Fase kerja

Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu
lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk
meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakapcakap dengan anggota keluarga ibu yang lain.
ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi
ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu.
4.

Fase terminasi

nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba
cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini?
membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon
pamit dulu ya bu,sampai jumpa.
Strategi Pelaksanaan pertemuan Ketiga
Masalah utama : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke

:3

(respon tawar menawar terhadap kematian suami)


a.proses keperawatan
1.Kondisi

: klien tampak merasa bersalah,

2.Diagnosa

: Duka cita

3.TUK

5.

Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya

4.tindakan keperawatan
a.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya

b.

Dengarkan dengan penuh perhatian

c.

Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional

d.

Berikan dukungan spritual

b. strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi

26

Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa.
2. fase orientasi
selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan cara
yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu?
Dapatkah kita erbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit saja.dimana kita
bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.
3.fase kerja
saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan ibu.tidak ada
yang dapat kita salahkan ,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu untuk menerima kehilangan
ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena semua ini adalah
kehendak Allah .apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir
,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan coba
lakukan?
4.fase terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.ibu terus berdoa
ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu sudah dapat mengungkapkan
nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan saat rasa bersalah itu
munculkembali.ibu,dua hari lagi saya akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit
dulu ya, bu.sampai jumpa.

Strategi Pelaksanaan pertemuan Keempat


Masalah utama : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke

:4

(respon depresi terhadap kematian suami)


27

a.proses keperawatan
1.Kondisi

: klien tampak sedih berkepanjangan,

2.Diagnosa

: Duka cita

3.TUK

6.

Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi

7.

Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya

8.

Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri

4.Tindakan keperawatan
a.

Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah

b.

Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya

c.

Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan
pasien

d.

Hargai perasaan pasien

e.

Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul

f.

Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

b.strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa.
2.fase orientasi
Selamat siang bu .bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu
ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat ibu ani
lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita bicara ? disini ?
baiklah bu.
3.fase kerja
baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap
mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh menangis,akan ada
perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan
kesempatan yang ada dengan bercakap-cakapdengan anggota keluarga ibu seperti suami ibu
yang dua lagi, atau suami ibu.(mulai membawa kerealitas aspek positif.)
ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama seperti
ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang ibu lakukan?
Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana

28

kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang
dapat ibu lakukan .
4.fase terminasi
ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak yang dapat
ibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita bahas.saya percaya ibu
bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan datang untuk membicarakan tentang perasaan
ibu.kira-kira jm berapa saya boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.

Strategi Pelaksanaan pertemuan Kelima


Masalah utama : kehilangan dan berduka
Pertemuan ke

:5

(respon penerimaan terhadap kematian suami)


a.proses keperawatan
1.Kondisi

: klien tampak sedih berkepanjangan,

2.Diagnosa

: Duka cita

3.TUK

9.

Klien dapat menerima kehilangan

10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain
4.tindakan keperawatan
a.

Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

b.

Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang
sama pada saat yang bersamaan.

c.

Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah
masa berkabung telah dilalui.

d.

Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman

b.strategi pelaksanaan
1. fase pra interaksi
Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang
terbawa-bawa
29

2.fase orientasi
selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua hari yang
lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu.bagaimana kalau kita bicara
disini? 30 menit saja ,setuju bu?baiklah bu.
3.fase kerja
ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya dengar ibu
sudah banyak melakukan aktifitas.bagus ,kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk
mengisi waktu?saya percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan
ibu akan berziarah kemakam suami ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman
suami ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi.
4.fase terminasi
ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?syukurlah,ibu
jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk berziarah kemakam suami ibu.saya
pamit ya ,bu.sampai jumpa.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

30

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.Berduka
diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon
kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau
ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual
atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang
seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal,

kehilangan

yang

ada

pada

diri

sendiri/aspek

diri,

dan

kehilangan

kehidupan/meninggal.Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima


fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

B.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun
saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini
dari pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, ermawati,dkk.2009.Asuhan keperawatan jiwa dengan


psikososial.jakarta.trans info media
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
31

masalah

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
Suliswati,S.Kp,M.Kes,dkk.2005.Konsep
Dasar
Keperawatan
Kesehatan

JIWA.Jakarta: Buku kedokteran EGC


Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

32

Вам также может понравиться