Вы находитесь на странице: 1из 144
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 - 2033 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Provinsi Papua dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b, bahwa ruang wilayah Provinsi Papua, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumberdaya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana untuk pemenuhan hak-hak dasar orang asli Papua dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya penduduk Provinsi_ Papua, sera _kelestarian keanekaragaman hayati Papua yang khas dan langka; c. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan penataan ruang nasional dan daerah yang sejalan dengan penetapan Provinsi Papua sebagai Daerah Otonomi Khusus maka perlu dilakukan penyesuaian danpenataan kembali rencana tata ruang wilayah provinsi sebagai arahan bagi pembangunan Provinsi Papua yang berkelanjutan; dd, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; e. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Irian Jaya Nomor 3 Tahun 1993 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW) Daerah Tingkat I Irian Jaya tidak sesuai lagi sehingga perlu ditinjau kembali: f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf ¢, huruf d, huruf perlu menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Papua tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013-2033; Mengingat_ : ‘1. Undang-Undang Nomor $ Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2012); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 3. Undang-Undang ...../2 10. ll. 12. aoe Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kebutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor | Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 886, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Lebaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2007 Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Reublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 13. Undang-Undang......./3 13 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 24. Undang-UndangNomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Reneana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Nomor 4833); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324); Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomoré Tahun 2008 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 6); Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 14 Tahun 2008 tentang Pertambangan Rakyat (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 14); Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Provinsi Papua (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 21); Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 23); Dengan ....u/4 “4 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PAPUA dan GUBERNUR PAPUA MEMUTUSKAN : Menetapkan ©: PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSIPAPUA TAHUN 2013-2033 BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1 aurep i 12. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Daerah adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua adalah Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Papua. Gubernur ialah Gubernur Papua. Dewan Perwakilan Rakyat Papua, yang selanjutnya disingkat DPRP adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Papua sebagai Badan Legislatif Daerah Provinsi Papua. Majelis Rakyat Papua, yang selanjutnya disingkatMRP, adalah representasi kultural orang asli Papua, yang memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hakorang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya,pemberdayaan perempuan dan pemantapan kerukunan hidup beragama, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan kehidupannya Tata ruang adalah wujud struktur rung dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntuken ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya, Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam penataan ruang. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.. 16, Pelaksanaan 16, 17. 18. 19. 20. 21. 22. 24, 25. 26. 27. 28. 29, 30. 31. 32. 33. 36. age Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan Tuang Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelengeraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan strutur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penataan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata rang. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua selanjutnya disebut RTRW Provinsi Papua adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional Sistem Wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestatian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan Tindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistim penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, Kawasan lindung geologi adalah kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan ekosistem rentan adalah kawasan ekosistem yang karakteristik biofisiknya sedemikian rupa schingga titik keseimbangannya sangat peka terhadap gangguan, baik yang bersifat terencana maupun tidak terencana, sehingga memerlukan perlindungan dan/atau kehati-hatian dalam pengelolaannya agar terjaga keberlanjutannya dalam jangka panjang. Kawasan konservasi laut adalah perairan yang dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Distrik yang dahulu disebut Kecamatan adalah wilayah kerja kepala distrik sebagai perangkat kerja kabupaten/kota. 37. Kampung ..../6 37. 38. 39. 40. 41 42. 44 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. ae Kampung adalah suatu wilayah yang didiami oleh kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau_ mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional tethadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupater/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara, Pusat Kegiatan Nasional Promosi yang selanjutnya disebut PKNp adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi yang akan dipromosikan Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin Keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuhmenyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. 55. Sumber. 37. 60. 61 62. 64. 66. 67. 68. 69. a7 Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumberdaya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem Kajian lingkungan hidup strategis yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ateu program. Konservasisumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat tertentu untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya ke danau atau laut. secara alami melalui sungai utamanya. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampusn untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Masyarakat adalah sekelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, lembaga dan/atau badan hukum non pemerintahan yang mewakili adat, lembaga dan/atau badan hukum non pemerintahan yang mewakili kepentingan individu, sektor, profesi, kawasan atau wilayah tertentu dalam penyelenggaraan penataan ruang. Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang hidup dalam wilayah tertentu danterikat serta tunduk kepada adat tertentu pula dengan rasa solidaritas yang tinggi di antarapara anggotanya. Masyarakat hukum adat adalah warga masyarakat asli Papua yang berasal dari klan dan wilayah tertentu serta terikat dan tunduk kepada hukum adat tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para anggotanya. Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang hidup dalam masyarakathukum adat, mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta mempunyai sanksi Hak Ulayat adalah hak persekutuan masyarakat hukum adat pada wilayah tertentuatas suatu wilayah yang merupakan lingkungan hidup para warganya, yangmeliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta isinya Orang asli Papua adalah orang yang berasal dari rumpun sub-ras Melanesia yang terdiri atas suku-suku asli di Provinsi Papua dan/atau orang yang diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat adat Papua. 70. Penduduk ......./8 70. 72. 73. 382 Penduduk Provinsi Papua, yang selanjutnya disebut Penduduk, adalah semua orangyang menurut ketentuan yang berlaku terdaftar dan bertempat tinggal di Provinsi Papua. Kelompok (group) perusahaan adalah kumpulan orang atau badan usaha yang satu sama lain ‘mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penataan ruang. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi.. BAB IL RUANG LINGKUP PENATAAN RUANG WILAYAH, Bagian Kesatu Ruang Lingkup Pasal 2 Ruang lingkup penataan ruang wilayah Provinsi Papua adalah seluruh wilayah Provinsi Papua. Batas administrasi wilayah Provinsi Papua adalah sebelah utara dengan Samudra Pasifik, sebelah timur dengan Negara Papua New Guinea, sebelah selatan dengan Laut Arafuru dan sebelah barat dengan Provinsi Papua Barat Posisi geografis wilayah Provinsi Papua terletak antara garis koordinat 1°00’ LU — 9°10" LS dan 134°00° BT - 14105’ BT. Bagian Kedua Lingkup Substansi Pasal 3 Lingkup substansi mencakup : Fe me ao ge tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah; reneana struktur ruang wilayah; reneana pola ruang wilayah; penetapan kawasan strategis; arahan pemanfaatan ruang wilayah; arahan pengendalian pemanfaatan ruang w’ kelembagaan; dan peran masyarakat. BAB IIT TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH Bagian Kesatu Tujuan Penataan Ruang Wilayah Pasal 4 ‘Tujuan penataan ruang wilayah adalah mewujudkan tata ruang lestari, aman, nyaman dan produktif untuk menjamin kualitas hidup masyarakat dengan memperhatikan kearifan lokal dan karakteristik ekosistem Papua. Bagian....../9 59 Bagian Kedua Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pasal 5 Kebijakan penataan ruang wilayah terdiri atas : a. pelestarian dan peningkatan fungsi daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam; b. pengembangan kegiatan budidaya berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan serta memperhatikan kearifan lokal agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; c. perlindungan serta peningkatan penghidupan dan eksistensi masyarakat hukum adat dalam sistem perkampungan dan kearifan lokal; 4. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan untuk pengembangan perekonomian yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional maupun internasional; e. perwujudan upaya pembangunan wilayah perbatasan negara, provinsi, dan lintas kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan keamanan, keselarasan tata ruang, dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara; £ pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan; g. peningkatan peran kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan yang berkembang secara berimbang dan berjenjang; h. peningkatan infrastruktur wilayah dalam mendukung peran pusat kegiatan dan pelayanan masyarakat; dan i, pengembangan kawasan yang diprioritaskan pengelolaannya dari sudut pandang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan kawasan lainnya, Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang Wilayah Pasal 6 (1) Strategi pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ckosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri atas: a. menetapkan pengelolaan kawasan lindung dengan mempertahankan luas minimal 60% (enam puluh persen) dari seluruh wilayah,dan kawasan hutan minimal seluas 90% (sembilan puluh persen) dari seluruh wilayah; b. menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung di ruang darat dan ruang laut, sesuai dengan kondisi ekosistem dan keunikan bentang alamnya beberdasarkan prinsip keberlanjutan lingkungan; ¢. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; d, mengelola kawasan bernilai penting bagi keanekaragaman hayati; e. mengelola kawasan rawan bencana dan kawasan ekosistem rentan sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan serta penghidupan; £. mengembalikan ......../10 2) @) @) ae f mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; dan g. mencegah dan atau membatasi pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan kawasan strategis provinsi yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan, kecuali_ mengakomodasi keberadaan Orang Asli Papua dan aktivitasnya yang secara historis telah ada pada kawasan tersebut. Strategi pengembangan kegiatan budidaya berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan serta memperhatikan kearifan lokal agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, terdiri atas: a. mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dengan nilai dan norma kearifan lokal serta prinsip berkelanjutan untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan: b, mengelola sumberdaya alam secara efisien dan berkeadilan dengan cara mendistribusikan nilai manfaat yang diperoleh antar kelompok masyarakat, antar wilayah, dan antar generasi; c. mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menginvestasikan kembali hasil dari eksploitasi kedalam pengganti yang dapat pulih; dan d. mengelola sumberdaya alam yang terbarukan pada batas hasil lestari untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dan meningkatkan kualitas nilai serta keanckaragamannya. Strategi perlindungan serta_peningkatan penghidupan dan cksistensi masyarakat adat dalam sistem perkampungan dan kearifan lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, terdiri atas: a, mengembangkan peran kampung sebagai pusat kegiatan pelayanan dan perlindungan sistem penghidupan masyarakat adat; b, mengembangkan sistem pengelolaan sumberdaya alam berbasis kampung serta norma dan nilai kearifan lokal untuk menjamin dan meningkatkan penghidupan dan eksistensi masyarakat hukum adat; cc. memberi perlindungan atas hak-hak dasar masyarakat hukum adat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dalam sistem perkampungan; dan . memberi perlindungan dan melestarikan nilai budaya asli, situs warisan budaya asli sebagai bagian dari eksistensi masyarakat hukum adat dan sistem perkampungan Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan untuk pengembangan perekonomian yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional maupun internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, terdiri atas: a, mengembangkan pusat kegiatan berbasis potensi sumberdaya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama perekonomian wilayal b. menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mengintensifkan promosi peluang investasi: c, meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi; d. mengembangkan kegiatan budidaya berbasis kelautan sebagai upaya mengembangkan pulau-pulau keeil; dan e. mengembangan potensi sumberdaya pertambangan, pertanian, perikanan, industri dan pariwisata. (5) Strategi .. 6) (6) ” ite Strategi perwujudan upaya pembangunan wilayah perbatasan negara, provinsi, dan lintas kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan keamanan, keselarasan tata ruang, dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 hurufe, terdiri atas: menetapkan tapal batas provinsi dan kabupaten/kota: b, meningkatkan peran koordinasi dan fasilitasi Pemerintah Daerah dalam penyelesaian batas wilayah kabupaten/kota; c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan Kesehatan dikawasan perbatasan; d, mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; e. mengembangkan fungsi zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan dan keamanan dengan kawasan budidaya lainnya; f. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dikawasan perbatasan negara; dan g. mewujudkan kondisi keamanan yang kondusif. Strategi_ pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan _tingkat perkembangan antar kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f, terdiri atas a. membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah; b. mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi: c. meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; d. meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi; e. menetapkan kawasan strategis provinsi bagi wilayah tertinggal; f. mendorong dan mengembangkan sarana dan prasana pendidikan; dan g. mendorong dan mengembangkan sarana dan prasarana kesehatan. Strategi peningkatan peran kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan yang berkembang secara berimbang dan berjenjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, terdiri atas: a. memantapkan peran pusat-pusat kegiatan yang sudah berkembang, dan mengembangkan pusat-pusat kegiatan baru secara terintegrasi dengan system perkotaan nasional; dan b, mengembangkan ruang terbuka hijau di kawasan kota dan perkotaan sedikitnya 50% (lima puluh persen) dari luas wilayah. Strategi peningkatan infrastruktur wilayah dalam mendukung peran pusat kegiatan dan pelayanan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h.terdiri atas: a. mengembangkan jaringan prasarana transportasi darat, laut dan udara secara terpadu, terutama transportasi sungai, danau, laut, dan udara dengan skala prioritas terkait dengan daya dukung lingkungan; b, mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; c. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan d. meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air. (9) Strategi ...../12 -12- (9) Strategi pengembangan kawasan yang diprioritaskan pengelolaannya dari sudut pandang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan kawasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i,terdiri atas : a, mengembangkan kawasan strategis ekonomi; b, mengembangkan kawasan strategis sosial budaya: c. mengembangkan kawasan strategis lingkungan hidup:dan d, mengembangkan kawasan strategis lainnya. BABIV RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Rencana struktur ruang terdiri atas: a. sistem pusat kegiatan; b, sistem jaringan prasarana utama; dan ¢. sistem jaringan prasarana lainnya. (2) Rencana Struktur Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1: 250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran |, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Sistem Pusat Kegiatan Pasal 8 Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. sistem perkotaan; dan b. sistem perkampungan. Pasal 9 Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, terdiri atas: a. PKN; b. PKN promosi; c. PKW; d. PKW promosi; e. PKSN; £ PKSN promosi; dan g. PKL Pasal 10 (1) PKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, yaitu Jayapura, dan Timika, (2) PKN promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, yaitu Biak, Wamena dan Merauke. (3) PKW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, yaitu Nabire, Muting, dan Sarmi (4) PKW.. (5) (6) 7) q@) Q) -13- PKW promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d, yaitu Kepi, Enarotali, Dekai dan Waris. PKSN scbagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e, yaitu Arso, Tanah Merah dan Merauke. PKSN promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f, yaitu Jayapura, dan Oksibil. PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf g, tercantum dalam Lampiran Il yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini Pasal 1 Sistem perkampungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal § mencakup : a. pengembangan PPL sebagai pusat permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan skala antar desa; dan b. yang mendorong tumbuhnya kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani, mendorong dan menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya, Sistem Perkampungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Kawasan perkampungan lainnya yang mempunyai potensi sistem agribisnis terpadu, dapat dikembangkan sebagai kawasan agropolitan promosi. Pengelolaan sistem perkampungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan melalui: a. peningkatan keterpaduan sistem pelayanan perkampungan dengan sistem pelayanan perkotaan; Ss pemberdayaan masyarakat kawasan perkampungan; mempertahankan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya; a9 konservasi sumberdaya alam; pelestarian warisan budaya lokal; = mempertahankan kawasan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk ketahanan pangan dan ketahanan budaya; dan ® menjaga keseimbangan pembangunan antara kawasan perkampungan dengan kawasan perkotaan. Bagian Ketiga Sistem Jaringan Prasarana Utama Pasal 12 Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, terdiri atas a, sistem jaringan transportasi darat; b, sistem jaringan transportasi laut; c. sistem jaringan transportasi udara; dan d, sistem transportasi antarmoda. Keterpaduan sistem angkutan dan pergerakannya diatur lebih lanjut oleh Pemerintah Provinsi yang membidangi urusan perhubungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, Paragraf ...../14 -14- Paragraf 1 Sistem Jaringan Transportasi Darat Pasal 13 Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, terdiri atas: a, jaringan jalan; b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; c. jaringan jalur kereta api; dan d. jaringan sungai, danau dan penyeberangan. Pasal 14 (1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, terdiri dari a, jalan nasional; dan b. jalan provinsi. (2) Reneana pengembangan jalan nasional dan provinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus mempertimbangkan keberadaan kawasan lindung, kawasan ekosistem rentan dan kawasan rawan bencana. Pasal 15 (1) Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14ayat (1) huruf a merupakan jalan arteri primer meliputi : Jayapura-Elelim-Wamena; Jayapura-Sarmi-Mamberamo Raya-Waropen-Nabire; Jayapura-Arso-Perbatasan PNG; Merauke-Kepi-Bade; Merauke-Tanah Merah-Oksibil; Wamena-Habema-Yuguru-Kenyam; Wamena-Karubaga-Mulia; Wamena-Dekai;dan i, Timika-Waghete-Enarotali. (2) Jalan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)huruf b merupakan jalan kolekter primer, meliputi : Arso-Oksibil; Wamena-Tiom; Wamena-Kobakma; Kepi-Tanah Merah; Nabire-Waghete-Enarotalis Enarotali-Sugapa; Sugapa-Jita-laga; Botawa-Sugapa; Dekai-Oksibil; rrmeepoge rRrRmeaoge (3) Jaringan ......./15 (3) (4) esi Jaringan jalan yang menghubungkan Pusat Kegiatan Lokal, Pusat Pelayanan Kawasan serta Pusat Pelayanan Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a dan huruf b, tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Jaringan jalan yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, mengacu kebijakan nasional dan Keputusan Gubernur untuk jalan Provinsi, Pasal 16 Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, terdiri atas : a. terminal penumpang tipe A diutamakan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKN atau kota-kota lain yang memiliki permintaan tinggi untuk pergerakan penumpang antar kota, antar provinsi dan lintas batas negara; dan b, terminal penumpang tipe B diutamakan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PK'W untuk pergerakan penumpang antar kota dalam provinsi.. Terminal penumpang tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. terminal Entrop di Kota Jayapura; b. terminal Merauke di Merauke; dan c. terminal Nabire di Kabupaten Nabire Terminalpenumpang tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: terminal Heram di Kota Jayapura; terminal Sentani di Kabupaten Jayapura; terminal Keerom di Kabupaten Keerom; terminal Oyehe di Kabupaten Nabire; terminal Sarmi di Kabupaten Sarmi; terminal Wamena di Kabupaten Jayawijaya; terminal Mulia di Kabupaten Puncak Jaya; terminal Asiki di Kabupaten Boven Digoel: terminal Timika di Kabupaten Mimika; terminal Darfuar di Kabupaten Biak Numfor; . terminal Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang; terminal Botawa di Kabupaten Waropen; terminal Enarotali di Kabupaten Paniai; terminal Kenyam di Kabupaten Nduga; . terminal Dekai di Kabupaten Yahukimo; . terminal Waghete di Kabupaten Deiyai; dan . terminal Elelim di Kabupaten Yalimo. rsp meee ce eposgrrs Pasal 17 Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf-c, meliputi : a, b. c, lintas Jayapura-Sarmi-Nabire; lintas Nabire-Manokwari-Sorong; dan lintas Nabire-Timika. Pasal ....../16 ay G3) arias Pasal 18 Sistem jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d terdiri dari : a, jaringan transportasi sungai; b. jaringan transportasi danau;dan ¢. jaringan transportasi penyeberangan. Jaringan transportasi sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, terdiri atas: Dermaga Sungai Trimuris di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Pagai di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Papasena di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Kaiy di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Taiyai di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Bagusa di Kabupaten Mamberamo Raya; Dermaga Sungai Warembori di Kabupaten Mamberamo Raya: Dermaga Sungai Digoel di Kabupaten Merauke; Dermaga Sungai Digoel di Kabupaten Boven Digoel; Dermaga Sungai Mimika di Kabupaten Mimika; Dermaga Sungai Mappi di Kabupaten Mappi; m, Dermaga Sungai Batas Batudi Kabupaten Nduga; dan n, Dermaga Sungai Kapiraya di Kabupaten Mimika Jaringan transportasi danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, terdiri atas : Dermaga Danau Yahim di Kabupaten Jayapura; Dermaga Danau Putali di Kabupaten Jayapura; Dermaga Danau Abar di Kabupaten Jayapura; Dermaga Danau Kamiyaka di Kabupaten Jayapura; PRemeae ge cro Dermaga Danau Simporo di Kabupaten Jayapura; Dermaga Danau Telaga Maya di Kabupaten Jayapura; Dermaga Danau Ayapo di Kabupaten Jayapura; Dermage Danau Kalkote di Kabupaten Jayapura; FRme apogee Dermaga Danau Yoka di Kota Jayapura; Dermaga Danau Puay di Kota Jayapura; Dermaga Danau Paniai di Kabupaten Paniai; Dermaga Danau Tigi di Kabupaten Deiyai; dan m, Dermaga Danau Tage di Kabupaten Paniai. Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (I)huruf, terdiri atas a. Pelabuhan penyeberangan lintas provinsi, meliputi 1, Pelabuhan Penyeberangan Numfor di Kabupaten Biak Numfor; 2, Pelabuhan Penyeberangan Pomako di Kabupaten Mimika;dan 3. Pelabuhan Penyeberangan Merauke di Kabupaten Merauke. creo b. Pelabuhan ......./17 (a) @ (6) =r b. Pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota, meliputi: 1, Pelabuhan Penyeberangan Mokmer di Kabupaten Biak Numfor; Pelabuhan Penyeberangan Kabuena di Kabupaten Kepulauan Yapen; Pelabuhan Penyeberangan Samabusa di Kabupaten Nabire; Fe ee) Pelabuhan Penyeberangan Saubeba di Kabupaten Kepulauan Yapen; Pelabuhan Penyeberangan Waren di Kabupaten Waropen; dan 6. Pelabuhan Penyeberangan Jayapura di Kabupaten Jayapura. Paragraf 2 Sistem Jaringan Transportasi Laut Pasal 19 Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, terdiri atas a, pelabuhan utama; b. pelabuhan pengumpul; c. pelabuhan pengumpan; dan d. pelabuhan khusus. Pelabuban utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. Pelabuhan Jayapura di Kota Jayapura; b. Pelabuhan Biak di Kabupaten Biak Numfor; c. Pelabuhan Depapre di Kabupaten Jayapura: dan d, Pelabuhan Merauke di Kabupaten Merauke. Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, terdiri atas: a, Pelabuhan Pomako di Kabupaten Mimika; Pelabuhan Sarmi di Kabupaten Sarmi; ° Pelabuhan Samabusadi Kabupaten Nabire; a9 Pelabuhan Serui di Kabupaten Kepulauan Yapen; Pelabuhan Agats di Kabupaten Asmat; Pelabuhan Bade di Kabupaten Mappi; Pelabuhan Kepi di Kabupaten Mappi; Pelabuhan Tanah Merah di Kabupaten Boven Digoel; dan zm me Pelabuhan Waren di Kabupaten Waropen. Pelabuhan Pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ¢, sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pelabuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d yaitu Pelabuhan Amamapare di Kabupaten Mimika sebagai Pelabuhan PT Freeport Indonesia dan Pelabuhan Perikanan di Kabupaten Biak Numfor dan Merauke. Paragraf....../1 -18- Paragraf3 Sistem Jaringan Transportasi Udara Pasal 20 (1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf ¢ terdiri atas a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder; b. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier; c. bandar udara pengumpan; dan d, bandar udara khusus. (2) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. Bandar Udara Sentani di Kabupaten Jayapura; s Bandar Udara Moses Kilangin di Kabupaten Mimika; c. Bandar Udara Frans Kaisepo di Kabupaten Biak Numfor; d. Bandar Udara Mopah di Kabupaten Merauke; e. Bandar Udara Wamena di Kabupaten Jayawijaya; dan f, BandarUdara Barudi Kabupaten Keerom. (3) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a, Bandar Udara Wanggar di Kabupaten Nabire; b. Bandar Udara Waghete di Kabupaten Deiyai; dan c. Bandar Udara Dekai di Kabupaten Yahukimo; (4) Bandar udara pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Vyang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini (5) Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufd yaitu Bandar Udara Moses Kilangin yang merupakan bandar udara milik PT. Freeport Indonesia namun difungsikan juga sebagai bandar udara umum. Paragraf 4 Sistem Jaringan Transportasi Antarmoda Pasal 21 Sistem transportasi antarmoda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d terdiri atas: a. pengembangan jalur Pomako Timika-Agats-Dermaga Jinak-jalan raya-Bandara Dekai-Bandara Wamena atau Bandara Oksibil; b. pengembangan jalur Pomako Timika-Agats-Mumugu-jalan raya Yuguru-Batas Batu-Kenyam- Habema-Wamena; ¢. pengembangan jalur Pagai-Papasena-jalanraya-Burmeso-Kasonaweja-Bagusa-Teba; pengembangan jalur Mulia-jalan raya-Fawi-Mamberamo Hult; dan fe. pengembangan jalur Bandara Merauke-Sungai Digoel-jalan rayake Asiki (Boven Digoel). Bagian ...../19 -19- Bagian Keempat Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 22 Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf ¢ meliputi mmenae oe G3) @) jaringan energi listrik; jaringan telekomunikasi: jaringen sumberdaya air, prasarana pengelolaan lingkungan; pelabuhan perikanan; jalur evakuasi bencana; dan prasarana sosial ekonomi, Paragraf 1 Jaringan Energi Listrik Pasal 23, Jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a meliputi_ pengembangan pembangkit tenaga listrik yaitu: a, pembangkit listrik tenaga air; s pembangkit listrik tenaga diesel; pembangkit listrik tenaga surya; pengembangan pembangkit listrik tenaga wap; pengembangan pembangkit listrik tenaga gas; pengembangan listrik dengan minyak nabati; pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang: reme ao pengembangan listrik mikro hidro; dan i. pengembangan listrik tenaga angin. Pembangikit listrik tenaga air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdi as: a, pembangkit listrik tenaga air Boven Digoel di Kabupaten Boven Digoel; b. pembangkit listrik tenaga air Einlanden di Kabupaten Asmat; pembangkit listrik tenaga air Lorentz di Kabupaten Asmat; pembangkit listrik tenaga air Cemara di Kabupaten Mimika; pembangkit listrik tenaga air Otokwa di Kabupaten Mimika; pembangkit listrik tenage air Mimika di Kabupaten Mimika; pembangkit listrik tenaga air Siriwo di Kabupaten Nabire; rm me ao pembangkit listrik tenaga air Mamberamo di Kabupaten Mamberamo Raya; pembangkit listrik tenaga air Kopaikabo-Yahwe-Urumuka di Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai dan Kabupaten Deiyai:dan j. pembangkit listrik tenaga air Baliem di Kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahukimo. Pembangkit listrik tenaga disel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pembangkit listrik tenaga surya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ tersebar di seluruh kabupaten/kota. (5) Pembangikit ......../20 (5) (6) a (8) (9) =0e Pembangkit listrik tenaga uap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dikembangkan di Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire, KabupatenMimika, Kabupaten Boven, Kabupaten Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, KabupatenSarmi, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen, Kabupaten Supiori dan Kota Jayapura. Pembangkit listrik tenaga gas, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ tersebar di Kabupaten Biak Numfor,Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Mimika. Pembangkit listrik dengan minyak nabati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf fmerupakan energi yang terbarukan dan dikembangkan di wilayah perkampungan, Pembangkit listrik tenaga gelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf gdikembangkan di wilayah pesisir. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf hdikembangkan di seluruh kabupaten/kota. (10)Pembangkit listrik tenaga angin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf idikembangkan di (a) (2) (G3) (4) 2) 3) @) Kabupaten Puncak. Paragraf2 SistemJaringan Telekomunikasi Pasal 24 Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b,terdiri atas : a. sistem terestrial; dan b. sistem nirkabel. Sistem terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, menggunakan media transmisi jaringan kabel serat optik dan tembaga dan gelombang mikro di seluruh kabupaten/kota. Sistem nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, menggunakan media transmisi satelit di seluruh kabupaten/kota. Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dikembangkan untuk mendukung PKN, PKW, PKL, perkotaan lain, kawasan permukiman, kawasan perdagangan jasa, industri, dan pertambangan, Paragraf 3 SistemJaringan Sumberdaya Air Pasal 25 Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, terdiri atas: a, jaringan sumber daya air lintas negara; b, jaringan sumber daya air lintas provinsi; ¢. jaringan air baku; d, cekungan air tanah; dan ¢. jaringan irigasi. Jaringan sumber daya air lintas negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas Wilayah Sungai di Mamberamo-Tami- Apauvar dan Sungai Einlanden-Digoel-Bikuma. Jaringan sumber daya air lintas provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas Wilayah Sungai Omba. Jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, ditujukan untuk terpenuhinya penyediaan air minum dari segi kuantitas dan kualitas bagi seluruh rakyat Papua. (5) Cekungan ....../21 (5) (6) (4) =o Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, tersebar di seluruh kabupaten/kota Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufe, mengembangkan jaringan irigasi pada wilayah yang potensial dikembangkan untuk pertanian yang tersebar di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mimika dan Kota Jayapura. Paragraf 4 Prasarana Pengelolaan Lingkungan Pasal 26 Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, terdiri atas : a. sistem drainase; b, sistem pengelolahan sampeh; dan c. pengelolaan lingkungan khusus. Sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan dengan: a. memanfeatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal baik sungai, anak sungai, ‘maupun saluran alami lainnya; b. mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke badan air terdekat atau tempat pembuangan air akhir dilaut atau sungai, dengan efisiensi panjang saluran; c. sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk memudahkan pengawasan dan pemeliharaan; d, memanfaatkan energi gravitasi dan meminimalkan penggunaan pompa; e. mengembangkan sistem pompanisasi untuk mengurangi genangan air di wilayah yang mempunyai ketinggian antara 0-6 meter di atas permukaan laut terutama di Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Nabire, dan Kota Jayapura; Sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui : a. sistem persampahan untuk kabupaten/kota yang berdekatan dilakukan kerjasama lintas wilayah melalui sistem pengelolaan sampah secara terpadu dalam hal lokasi dengan sistem sanitary landfild maupun control landfild: dan . sistem pengelolaan sampah untuk Kabupaten Asmat dan Kabupaten Kepulauan Yapen diarahkan penanganannya secara individual, komunual, dan pengelolaan daur ulang seperti pembuatan kompos; Pengelolaan lingkungan Khusus sebageimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ meliputi pembinaan, bimbingan, serta koordinasi dalam pengelolaan lingkungan pertambangan, perkebunan dan kehutanan. Paragraf'5 Pelabuhan Perikanan Pasal 27 Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e, berupa Pelabuhan Perikanan Samudera di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Biak Numfor. a), (2) 3) apie Paragraf 6 Jalur Evakuasi Beneana Pasal 28 Jalur evakuasi bencana gempa bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf f, meliputi a jalur evakuasi gempa bumi meliputi wilayah terbuka seperti bandar udara, lapangan terbuka, serta menghindari bangunan; b. jalur evakuasi tsunami meliputi lokasi tertinggi pada kawasan rawan tsunami; c. jalur evakuasi banjir meliputi lokasi yang tertinggi pada kawasan rawan banjir; dan d. jalur evakuasi longsor meliputi wilayah terbuka seperti bandar udara dan lapangan terbuka. Ketentuan tentang jalur evakuasi bencana lebih lanjut diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Paragraf 6 Prasarana Sosial dan Ekonomi Pasal 29 Rencana pengembangan sarana sosial dan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf g meliputi : a. rencana pengembangan sarana pendidikan; b. rencana pengembangan sarana perekonomian; dan ¢, rencana pengembangan sarana kesehatan. Rencana pengembangan sarana sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebar di seluruh kabupaten/kota. BABIV RENCANA POLA RUANG WILAYAH Bagian Kesatu Umum Pasal 30 Rencana pola ruang terdiri atas : a, kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya. Reneana pola ruang dan pemanfaatannya ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan terutama keberadaan ekosistem rentan. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Reneana Kawasan Lindung Pasal 31 Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf a, terdiri atas : a, kawasan hutan lindung; b. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; c. kawasan yang memberikan pei dungan terhadap kawasan bawahannya; d. kawasan perlindungan setempat; e, kawasan ...../23 =23- e. kawasan rawan bencana alam; f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya. Pasal 32 Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a seluas 7.887.848,14 ha tersebar Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Lany Jaya, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Nduga dan Kota Jayapura. Pasal 33 (1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf b, terdiri atas: a, kawasan suaka alam, meliputi kawasan cagar alam dan suaka margasatwa; kawasan pantai berhutan mangrove; kawasan taman nasional dan taman nasional laut; kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut; kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan f, kawasan konservasi laut daerah. (2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa, meliputi a, kawasan cagar alam yang merupakan kawasan lindung nasional: 1) Cagar Alam Cycloops seluas 31.655,01 ha tersebar di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura; 2) Cagar Alam Enarotali seluas 282.800 ha tersebar di Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, dan Kabupaten Paniai; 3) Cagar Alam Pegunungan Wayland seluas 134.400 ha tersebar di Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Nabire; 4) Cagar Alam Bupul seluas 93.369 ha terdapat di Kabupaten Merauke 5) Cagar Alam Biak Utara seluas 5.612,25 ha terdapat di Kabupaten Biak Numfor; 6) Cagar Alam Yapen Tengah seluas 112.400 ha terdapat di Kabupaten Kepulauan Yapen: dan 7) Cagar Alam Pulau Supiori seluas 40,029,10 ha terdapat di Kabupaten Supiori. b. kawasan cagar alam Tanjung Wiay seluas 4.374,13 ha terdapat di Kabupaten Nabire. pao ge (3) Suaka margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a, suaka margasatwa yang merupakan kawasan lindung nasional 1) Suaka Margasatwa Pulau Dolok/Kimaamseluas 708.000 ha terdapat di Kabupaten Merauke; 2) Suaka Margasatwa Jayawijaya seluas 789.200 ha tersebar di Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Yalimo; 3) Suaka Margasatwa Danau Bian seluas 110.800 ha terdapat di Kabupaten Merauke; 4) Suaka Margasatwa Komolon seluas 68.654,19 ha terdapat di Kabupaten Merauke; 5) Suaka ...../24 @) 6) (6) a (8) ao Q) 3) -24- 5) Suaka Margasatwa Mamberamo Foja seluas 1.707.080,04 ha tersebar di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yahukimo, dan Kabupaten Yalimo. b. Suaka Margasatwa Pulau Pombo seluas 165.41 ha terdapat di Kabupaten Merauke; c. Suaka Margasatwa Savan seluas 7.586,18ha terdapat di Kabupaten Merauke Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan Kota Jayapura. Kawasan taman nasional dan taman nasional laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢, terdiri atas: a, Taman Nasional Lorentz seluas 2.321.700 ha tersebar di Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten ‘Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Yahukimo; dan b. Taman Nasional Wasur seluas 450.700 ha terdapat di Kabupaten Merauke, Taman Nasional Lorentz sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, selain merupakan kawasan lindung nasional, juga merupakan kawasan strategis nasional, sekaligus merupakan Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO dan Warisan Alam ASEAN oleh negara-negara ASEAN. Taman nasional laut yang merupakan kawasan lindung nasional meliputi Taman Nasional Laut ‘Teluk Cenderawasih berada di Kabupaten Nabire. Kawasan taman wisata alam dan taman wisata alam laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas: a. Taman wisata alam yang merupakan kawasan lindung nasional, meliputi: 1) Taman Wisata Alam Teluk Youtefa berada di Kota Jayapura; dan 2) Taman Wisata Alam Anggromeos berada di Kabupaten Nal b. Taman wisata alam laut meliputi taman wisata perairan Kepulauan Padaido dan sekitarnya berada di Kabupaten Biak Numfor. Pasal 34 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 hurufe, terdiri atas : a, kawasan bergambut; b. kawasan rawa; dan c. kawasan resapan air. Kawasan bergambut yang berfungsi sebagai kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Waropen, Kabupaten Nduga, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Puncek, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Keerom, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Nabire. Kawasan rawa yang berfungsi sebagai kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi Mamberamo Raya, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Puncak, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Waropen dan Kota Jayapura. (4) Kawasan ....../25 (4) (ly (2) 4) (5) © M qd) oe Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak, Kabupaten Waropen, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, dan Kabupaten Jayapura. Kawasan bergambut, kawasan rawa, dan kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perlu kajian lebih lanjut di setiap kabupaten/kota. Pasal 35 Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf d, terditi atas a, kawasan sempadan pantai; b. kawasan sempadan sungai; ¢. kawasan sekitar danau/waduk; d. kawasan sekitar mata air; dan e. kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura, dengan ketentuan mencekup daratan sepanjang tepian laut berjarak minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, atau yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai, Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar di seluruh kabupaten/kota,dengan ketentuan mencakup daratan sepanjang tepian sungai bertanggul selebar minimal 5 meter dari kaki tanggul sebelah luar, sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman selebar minimal 100 meter dari tepi sungai, dan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar minimal 50 meter dari tepi sungai Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura, dengan ketentuan mencakup daratan sepanjang tepian danau pada jarak 50-100 meter dari titik pasang air danau tertinggi atau yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik dana. Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, tersebar di seluruh kabupaten/kota, dengan ketentuan mencakup daratan sekitar tepian mata air pada jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter. Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lebih lanjut diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Pasal 36 Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf e terdiri atas : a, kawasan rawan tanah longsor; b, kawasan rawan gelombang pasang; c. kawasan rawan banjir; dan d, kawasan rawan terkena dampak perubahan iklim. Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, tersebar di seluruh kabupaten/kota. (3) Kawasan (3) (4) (6) @) (4) () 3) (4) (5) -26- Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi wilayah di sepanjang pantai utara dan selatan. ‘Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada di pada ayat (1) huruf c, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan rawan terkena dampak perubahan iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pasal 37 Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31huruf f, terdiri atas : a, kawasan cagar alam geologi; dan b. kawasan rawan bencana alam geologi. Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan kawasan yang memiliki keunikan bentang alam, meliputi Pulau Biak di Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori, Pulau Dolok/Kimaam di Kabupaten Merauke, dan Lembah Baliem wilayah Pegunungan Tengah. Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a, kawasan rawan gempa bum, tersebar di seluruh kabupaten/kota; dan b, kawasan rawan tsunami, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Pasal 38 Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf g meliputi : a, kawasan spesifik terumbu karang; b. kawasan endemik khas pesisir dan laut; c. kawasan keanekaragaman hayati; dan d. kawasan konservasi perairan. Kawasan spesifik terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Nabire, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura Kawasan endemik khas pesisir dan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi pesisir laut Taman Nasional Lorentz dan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih. Kawasan keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kawasan konservasi perairan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas: a, kawasan konservasi perairan Daerah Tanjung Barari di Kabupaten Biak Numfor; dan b. kawasan konservasi perairan Daerah Biak Numfor di Kabupaten Biak Numfor. Bagian Ketiga Reneana Kawasan Budi Daya Pasal 39 Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b terdiri atas a, b. ¢. kawasan peruntukan hutan produksi; kawasan hutan rakyat; kawasan peruntukan pertanian; dd, Kawasan ...../27 re me oe a Q) @) a) 257. kawasan peruntukan perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; dan kawasan peruntukan lainnya, Paragraf 1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Pasal 40 Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a terdiri atas : a. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas (HPT) di Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Puncak, Kabupaten Paniai, Kabupaten Nduga, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Merauke, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Jayapura; b. kawasan peruntukan hutan produksi tetap (HP) di Kabupaten Asmat, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Nduga, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, dan Kota Jayapura; dan c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Biak Numfor dan Kota Jayapura Proses konversi di kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi diatur oleh pemerintah dengan mempertimbangkan kebijakan daerah Prioritas konversi akan diarahkan ke areal HPK di mana tidak ada hutan lagi, bila konversi areal di HPK yang masih berhutan akan lebih diutamakan ke hutan sekunder dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat adat, komitmen internasional, nasional dan daerah untuk melestarikan hutan. Paragrat 2 Kawasan Hutan Rakyat Pasal 41 Kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39huruf b bermanfaat dalam penanganan lahan kritis dan perbaikan ekonomi masyarakat yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. (2) Kawasan......../28 (2) (3) (3) 2) @) (4) (5) =28 = Kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki peranan untuk : a. perbaikan lingkungan; b. produksi hasil hutan; c. perkembangan sosial. Perbaikan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bertujuan memperbaiki Jahan yang labil, mengurangi erosi, memperbaiki iklim mikro, meningkatkan biodeversitas dan memperbaiki lahan agar lebih produktif. Produksi hasil hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertujuan mendiversifikasi produksi hasil hutan baik kayu maupun non kayu. Perkembangan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c bertujuan dalam penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pemasaran, penciptaan lapangan kerja, ikatan emosional, dan keeratan hubungan sosial Paragraf 3 Kawasan Peruntukan Pertanian Pasal 42 Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf c, terdiri atas : a, pertanian lahan basah; b. pertanian lahan kering: c. peruntukan hortikultura; 4, kawasen peruntukan perkebunan; dan e. kawasanperuntukan peternakan. Kawasan peruntukan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Keerom, Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Mappi, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Supiori, Kabupaten Waropen, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Lanny Jaya dan Kota Jayapura. Pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Merauke, Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Waropen, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Boven Digoel dan Kota Jayapura. Peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, dan Kota Jayapura. Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, di Kepulauan Yapen, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mamberamo Tengah,Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, dan Kabupaten Jayapura. (6) Kawasan o.c.0/29 -29- (6) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura. (7) Pertanian lahan basah dan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan, meliputi Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, dan Kota Jayapura. Paragraf 4 Kawasan Peruntukan Perikanan. Pasal 43 (1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d terdiri atas a, kawasan peruntukan perikanan tangkap; . kawasan peruntukan perikanan budidaya; dan cc. kawasan pengembangan industriperikanan. (2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Waropen, Kabupaten Nabire, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Supiori, Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat, Kabupaten Mappi, Kabupaten Merauke dan Kota Jayapura (3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar di seluruh kabupaten/kota. (4) Kawasan pengembangan industri perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢, berada di Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Biak Numfor. Paragraf'5 Kawasan Peruntukan Pertambangan Pasal 44 (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39huruf e terdiri atas : a, kawasan pertambangan minyak dan gas bumi; b. kawasan pertambangan mineral dan batubara; c. kawasan pertambangan panas bumi; dan , kawasan pertambangan rakyat. (2) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di teluk cendrawasih, pantai selatan Papua, dan pegunungan tengah. (3) Kawasan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kawasan potensial pertambangan tembaga di Kabupaten Mimika, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Puncak; b. pertambangan ... (4) (2) 3) (4) -30- b, pertambangan emas di Kabupaten Mimika, KabupatenIntan Jaya, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Dogiyai: ¢. pertambangan panas bumi di Kabupaten Kepulauan Yapen d, kawasan pertambangan batubara di Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nduga, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Sarmi Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Waropen dan Kabupaten Boven Digoel; e. pertambangan emas, tembaga dan mineral ikutannya di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, dan Kota Jayapura; dan f. pertambangan logam dasar di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Mimika dan Kabupaten Sarmi Pertambangan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Paragraf 6 Kawasan Peruntukan Industri Pasal 45, Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf f berada di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Mamberamo Raya dan Kabupaten Merauke. Jenis-jenis industri yang dapat dikembangkan adalah industri pengolahan hasil hutan, pertambangan, perikanan, pertanian, peternakan dan perkebunan. Industri pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perlu mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan hidup. Kawasan industri khusus pertambangan berada di Kabupaten Mimika merupakan kawasan strategis nasional. Paragraf 7 Kawasan peruntukan Pariwisata Pasal 46 Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39huruf g terdiri atas: a, kawasan wisata budaya; b. kawasan wisata alam; dan c. wisata minat khusus. Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a tersebar di Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Supiori dan Kota Jayapura; Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b tersebar di seluruh Kabupaten/Kota; Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf ¢ tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Paragraf...../31 =a Paragraf 8 Kawasan Peruntukan Permukiman Pasal 47 (1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf’h, terdiri at a, permukiman perkotaan; dan b, permukiman perkampungan. (2) Permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,merupakan kawasan permukiman yang mengemban fungsi sebagai PKN, PKW, PKL, dan PPK. (3) Permukiman perkampungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. kawasan permukiman dan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, serta perikanan sesuai dengan pola hidup masyarakat kampung; dan b. perkampungan diakomodasi dengan radius tidak lebih dari 500 meter bagi kampung yang secara historis berada dan menjadi bagian dari kawasan lindung (4) Pemetaan geolokasi kampung diatur lebih lanjut pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota. Paragraf 9 Kawasan Peruntukan Lainnya Pasal 48 Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf i yaitu pengembangan untuk kepentingan pertahanan keamanan negara BABV PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Pasal 49 (1) Kawasan strategis terdiri atas : a, kawasan strategis nasional; dan . kawasan strategis provinsi (2) Rencana Kawasan Strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 ; 250,000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini, Pasal 50 (1) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a merupakan kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional. (2) Kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a, kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara; b, kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; c. kawasan strategis dari sudut kepentingan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi; dan d. kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan. Pasal ....../32 a) 2 @ Kar a b. c d, (a) (2) =92 5 Pasal 51 Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (2) hurufa terdiri atas: a, kawasan perbatasan laut Republik Indonesiabagian utaraterdiri dari 4 pulau kecil terluar meliputi Pulau Fanildo, Pulau Bras, Pulau Miosbefondi di Kabupaten Supiori dan Pulau Liki di Kabupaten Sarmi; b. kawasan perbatasan laut Republik Indonesia bagian selatanterdiri dari 2 pulau kecil terluar meliputi Pulau Laag di Kabupaten Asmat dan Pulau Dolok/Kimaam di Kabupaten Merauke; dan c. kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan negara Papua Nugini: Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal SOayat (2) hurufb yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak. Kawasan strategis dari sudut kepentingan kawasan strategis sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf c terdiri atas : a, Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuacadan Lingkungan di Kabupaten Biak Numfor; b. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit di Kabupaten Biak Numfor; dan c. Kawasan Pertambangan Timika di Kabupaten Mimika Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf d adalah Kawasan Taman Nasional Lorentz, mencakup Kabupaten Mimika, Kabupaten Asmat, Kabupaten Nduga, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Deiyai Pasal 52 ywasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf b, meliputi : kawasan strategis ekonomi: kawasan strategis sosial budaya; kawasan strategis fiungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan kawasan strategis lainnya. Pasal 53 Kavwasan strategis dari aspek ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a dapat merupakan kawasan yang mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan dapat merupakan kawasan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kawasan strategis dari aspek ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas a, Wilayah Pegunungan Tengah yang meliputi 1) Bagian Timur meliputi Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Pegunungan Bintang, 2) Bagian Tengah meliputi Kabupaten Nduga, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, Kabupaten Yalimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Lanni Jaya, Kabupaten Puncak dan Kabupaten Puncak Jaya; 3) Bagian Barat meliputi Kabupaten Deyai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Intan Jaya, dan Kabupaten Paniai. b, Wilayah Mamberamo-Sarmi; dan c. Kawasan Merauke dan sekitamya meliputi Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi Pasal ...../33 a) 2) a) Q) Q 296 Pasal 54 Kawasan strategisdari aspek sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52huruf b dapat merupakan kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia Kawasan strategis dari aspek sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. wilayah Asmat-Mimika; b, wilayah Wamena; c. wilayah Sentani dan Kota Jayapura; dan d, wilayah Maudori di Kabupaten Supiori Pasal 55 Kawasan strategis dari aspek fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf ¢ dapat merupakan a. kawasan rawan bencana alam; b. tempat perlindungan keanekaragaman hayati; ¢. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan; d. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air; . kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; f. kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; dan g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas tethadap kelangsungan kehidupan. Kawasan strategisdari aspek fungsi dan daya tampung serta daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. wilayah pantai utara dan kepulauan, yang merupakan wilayah rawan bencana dan bergambut mencakup Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Waropen, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Supiori, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mamberamo Raya dan Kota Jayapura. b. wilayah Pegunungan Tengah, yang merupakan wilayah rawan bencana dan wilayah bergambut. c. wilayah bagian selatan, yang merupakan wilayah rawan bencana, wilayah bergambut, wilayah berhutan bakau, meliputi Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke. d. wilayah Mamberamo-Foja yang merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati. Pasal 56 Kawasan strategis dati aspek lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf d_yaitu kawasan ekonomi rendah karbon diberlakukan pada kawasan bergambut, lahan pasang surut, hutan rawa, dan hutan dataran rendah, yang dikelola secara terbatas dengan prinsip kehati- hatian dan memperhatikan daya dukung lingkungannya, dengan orientasi pemanfaatan jasa Jingkungan, wisata alam dan hasil hutan non kayu. (2) Kawasan ..ssnu/34 (2) @ 2) qd) @Q )) @) 7) 2) qa) (2) S34 Kawasan strategis dari aspek lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a. wilayah bagian selatan yang merupakan wilayah bergambut, lahan pasang surut, hutan rawa, hutan dataran rendah, dan hutan mangrove, meliputi Kabupaten Asmat, Kabupaten Mimika, Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke b. wilayah bagian tengah yang merupakan wilayah bergambut, ekosistem alpin, dan ekosistem sub-alpin meliputi Kabupaten Paniai, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Mamberamo Tengah dan Kabupaten Yalimo. c. wilayah bagian utara yang merupakan wilayah bergambut, hutan mangrove, hutan rawa, hutan monsoon, dan hutan dataran rendah, meliputi Kabupaten Nabire, Kabupaten Waropen, Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Sarmi dan Kabupaten Jayapura, Pasal 57 Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah disusun Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis. Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH Pasal 58 Pemanfaatan ruang wilayah berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang wilayah memperhatikan hak ulayat dan/atau masyarakat adat pada lokasi pemanfaatan ruang yang bersangkutan. Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan rang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 59 Program pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran VIlyang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, swasta dalam negeri, swasta luar negeri. BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH Umum Pasal 60 Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan secara terkoordinasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangan. Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dilakukan oleh Gubernur Papua bekerjasama dengan kabupater/kota (3) Dalam ....../35 (3) (4) @) © ” (8) (2) a) Q) @) 4 ease Dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, setiap orang dan/atau koorporasi_ yang memiliki lahan diatas 5.000 ha harus melaporkan perkembangan pemanfaatan ruang wilayah setiap 6 (enam) bulan kepada Gubemur Papua. Setiap orang dan/atau koorporasi yang memiliki Jahan diatas 5.000 ha harus memberikan akses dan informasi kepada Pemerintah Provinsi Papua dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, Batas luasan maksimal izin usaha perkebunan olehI (satu) perusahaan atau kelompok (group) perusahaan,perkebunan kelapa sawit adalah 100.000 ha, perkebunan teh adalah 20.000 ha,perkebunan tebu adalah 150,000 ha, perkebunan kelapa adalah 40,000 ha, perkebunan karet adalah 20.000 ha, perkebunan kopi adalah 10.000 ha, perkebunan kakao adalah 10.000 ha, perkebunan jambu mete adalah 10.000 ha,perkebunan lada adalah 1.000 ha, perkebunan cengkeh adalah! .000 ha dan perkebunan kapas adalah 20.000 ha Batas luasan maksimal izin usaha pertanian tanaman pangan oleh 1 (satu) perusahaan adalah 20.000 ha. Ketentuan lebih lanjut batas luasan izin usaha perkebunan lainnya dan izin usaha pertanianlainnya serta izin usaha kehutanandidasarkan pada kebijakan nasional tentang perkebunan, pertanian dan kehutanan serta diatur dalam Peraturan Gubernur. Setiap perusahaan yang mendapatkan izin pengelolaan usaha diwajibkan memberikan jaminan kesungguhan usahalebih lanjut diatur dalam Peraturan Gubernur. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui: a, arahan peraturan zonasi sistem provinsi; », arahan perizinan; . arahan insentif dan disinsentif, dan d, arahan sanksi. Paragraf 1 Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi Pasal 61 Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (9) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas : a. ketentuan umum peraturan zoné b. ketentuan umum peraturan zon: mntuk kawasan lindung; intuk kawasan budidaya; dan c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana nasional dan wilayah, terdiri atas 1) kawasan sekitar prasarana transportasi; 2) kawasan sekitar prasarana energi: 3) kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan 4) kawasan sekitar prasarana sumberdaya air; Peraturan zonasi untuk jaringan prasarana wilayah disusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang di sekitar jaringen prasarana untuk mendukung berfungsinya sistem pusat kegiatan dan jaringan prasarana wilayah: b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya sistem pusat kegiatan dan jaringan prasarana wilayah; dan c. pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi kegiatan dan jaringan prasarana wilayah. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini sistem pusat Paragraf .../36 q) Q) @) 4 (1) @) @) (4) 6) (6) 36" Paragraf 2 Arahan Perizinan Pasal 62 Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian —izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang Tzin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya. Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk setiap izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh Gubernur harus dilaporkan kepada DPRP. Paragraf 3 Arahan Insentif dan Disinsentif Pasal 63 Insentif dapat diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah provinsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi kepada para Pemerintah Kabupater/Kota, serta kepada masyarakat termasuk swasta. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya. Insentif kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk: a, pemberian kompensasi: b. urun saham; cc. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau d. penghargaan. Insentif kepada masyarakat diberikan dalam bentuk: keringanan pajak; pemberian kompensasi imbalan; |, sewa ruang; e. urun sham; f. penyediaan infrastruktur; g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau h. . penghargaan. a7 Pasal 64 (1) Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk: a, pembatasan penyediaan infrastruktur; b. pengenaan kompensasi; dan/atau c. penalti, (2) Disinsentif kepada masyarakat dikenakan dalam bentuk: a. pengenaan pajak yang tinggi; b, pembatasan penyediaan infrastruktur; c. pengenaan kompensasi; dan/atau d. penalti, Pasal 65 (1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Gubernur dan disesuaikan dengan Peraturan Gubernur. Paragraf 4 Arahan Sanksi Pasal 66 Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap: a, pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi; b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi_ sistem provinsi; c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan peraturan daerah ini; pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Daerah ini; pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Daerah ini; a pemanfaataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar; dan ro Pemegang izin pemanfaatan ruang diatas 5.000 ha yang tidak melaporkan perkembangan penggunaan lahan kepada Gubernur setelah mendapatkan teguran 3 (tiga) k: Pasal 67 (1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g dan huruf h akan dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegistan: c. penghentian sementara pelayanan umum; 4. penutupan .. a |. penutupan lokasi; peneabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran bangunan; zm me pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif. (2) Tethadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf c akan dikenakan sanksi (3) a) (2) @) Dal a, administratif berupa: peringatan tertulis; penghentian sementara kegiatan: penghentian sementara pelayanan umum: penutupan lokasi; €. pembongkaran bangunan; f, pemulihan fungsi ruang; dan/atau g. denda administratif, Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur, BABX KELEMBAGAAN Pasal 68 Dalam rangka mengoordinasikanpenyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor dan antar daerah dibidang penataan ruang, Gubernur membentuk BKPRD. BKPRD berfungsi sebagai lembaga yang membantu pelaksanaan tugas Gubernur dalam koordinasi penataan ruang di daerah Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Gubernur. BAB XI HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Hak Masyarakat Pasal 69 am kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak: berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; . mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah dan mendapatkan penjelasan teknis terkait dengan penataan ruang; menikmati manfaat ruang dar/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang: . memperoleh penggantian yang layak atas kondisi kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; e, mengajukan ....../39 aon €. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; f, mengajukan tuntutan pembatalan izin dan tuntutan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, Pasal 70 (1) Masyarakat mengetahui rencana tata ruang wilayah melalui lembaran daerah, pengumuman dan penyebarluasan oleh pemerintah daerah, (2) Dalam menikmati manfaat ruang dan pertambahan nilai ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf¢ dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (3) Manfaat ruang sebagamana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu sesuai dengan ketentuan peratuan perundangan atau atas hukum adat dan kebiasaan atas ruang pada masyarakat setempat. Pasal 71 (1) Hak memperoleh penggantian yang layak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf d dilaksanakan dengan cara musyawarah antar pihak yang berkepentingan. (2) Dalam hak tidak tercapai kesepakatan sebagai dimaksud pada ayat (1) penyelesaianya dilakukan sesuai peraturan perundangan. Pasal 72 Pengajuan keberatan, pembatalan izin dan ganti kerugian akibat pembangunan yang tidak sesuai tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf e dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat Pasal 73 Dalam kegiatan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat wajib: a, menaati rencana tata ruang yang telahditetapkan; b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan d, memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum. Bagian Ketiga Peran Masyarakat Pasal 74 (1) Masyarakat dapat berperan dalam penataan ruang yang mencakup proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertib sesuai dengan RTRW. (3) (5) () 2) -40- Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa: a, masukan mengenai: 1) persiapan penyusunan rencana tata ruang; 2) penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan; 3) _ pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; 4) perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan 5) pengidentifikasian tentang pemanfaatan ruang sesuai dengan kearifan lokal melalui pemetaan, b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang. Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa: a, memberi masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang: b. melakukan kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesu: yang telah ditetapkan; dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang 4. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumberdaya alam; dan f, kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa: a, masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan; c. pelaporan kepada instansi dar/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; d, pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang: dan . pengajuan gugatan pembatalan izin dan atau penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang berwenang. Pasal 75 Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan seeara Iangsung dan/atau tertulis. Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada Gubernur dan/atau BKPRD. eA Pasal 76 Pemerintah dacrah wajib membangun sistem informasi dan dokumentasi penatean ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya aM Q) @) @ (2) (4) (5) a) BAB IX PENYIDIKAN Pasal 77 Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pegawai Negeri Sipil Tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya dibidang penataan ruang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyidik Pegawai ‘Negeri Sipil Penataan Ruang. Pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan tata cara serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 78 Setiap orang dan korporasi yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 yang mengakibatkan perubaban fungsi ruang, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Setiap orang dan korporasi yang melanggar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara. Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), koorporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: ‘a. pencabutan izin usaha; b. pencabutan status badan hukum; dan/atau c. pembatalan proses penyelesaian izin usaha. Pejabat pemerintah daerah yang berwenang menerbitkan izin tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 79 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini fa, semua peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan penataan rvang daerah yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah inis /42 (2) Dengan ag b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; c. izin pemanfaatan yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan daerah ini berlaku ketentuan : 1) untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan daerah ini; 2) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan pemanfaatan ruangnya sah menurut rencana tata ruang sebelumnya, dilakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun sesuai fungsi kawasan berdasarkan peraturan daerah ini; 3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kewasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak. 4) Penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatas harus memperhatikan indikator sebagai berikut )_memperhatikan harga pasaran setempat; b)_sesuai dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); dan ©) sesuai dengan kemampuan daerah. 5) Penggantian akibat kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membatalkan/mencabut izin. d. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan daerah ini e. pemanfaatan ruang didaerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut : 1) Yang bertentangan dengan ketentuan peraturan daerah ini pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini 2) Yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai teknis penggantian yang layak diatur dengan Peraturan Gubernur. BAB XIIL KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 80 RTRW Provinsi Papua ini digunakan sebagai pedoman bagi : a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; c, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemafaatan raung dalam wilayah provinsi; d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah kabupten/kota, serta keserasian antar sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan . penataan ruang wilayah kabupaten/kota. Pasal ......./43 aaj Pasal 81 (1) Jangka waktu RTRW Provins: adalah 20 (dua puluh) tahun yaitu tahun 2013-2033 dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar dar/atau perubahan batas teritorial provinsi yang di tetapkan dengan peraturan perundang- undang, RTRW Provinsi dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang provinsi dan/atau dinamika intemal provinsi. Pasal 82 Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi Papua Tahun 2013-2033 dilengkapi dengan Buku Fakta Analisis, Buku Rencana dan Album Peta dengan skala minimal 1:250.000 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah RTRW Provinsi Papua. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP, Pasal 83 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Tingkat I Irian Jaya Nomor 3 Tahun 1993 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah Tingkat | Irian Jaya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 84 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Papua, Ditetapkan di Jayapura pada tanggal 30 Desember 2013 GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD LUKAS ENEMBE, SIP, MH Diundangkan di Jayapura pada tanggal 31 Desember 2013 Pit. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA, CAP/TTD. T.E.A HERY DOSINAEN, S.IP LEMBARAN DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 NOMOR 23 Untuk salinan ydAg sah sesuai dengan aslinya KEPAJ\ BIRO HUKUM Zz ROSINA UI “SH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI PAPUA. TAHUN 2013 - 2033 UMUM Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus pada tahun 2001, bagian dari wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.Pada Tahun 2006 telah terjadi pemekaran daerah sehingga di Tanah Papua terdiri dari 2 (dua) Provinsi yaitu Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Wilayah Provinsi Papua berbatasan di sebelah utara denganSamudera Pasifik, di sebelah selatan dengan Laut Arafura, di sebelah baratdengan Provinsi Papua Barat, dan di sebelah timur dengan Negara Papua NewGuinea Posisi Provinsi Papua secara geografis terletak antara garis koordinat 1000° LU — 9030" LS dan 1340 BT - 141005’ BT dengan luas 32.757.044,11haProvinsi Papua terdiri atas 28 (dua puluh delapan) kabupaten dan I (satu) kotayang memiliki keragaman suku dan lebih dari 250 (duaratus lima puluh) bahasa daerah serta dihuni juga oleh suku-suku lain di Indonesia. Bentang alam Provinsi Papua sangat beragam, mulai dari dataran rendah yang berawa sampai dengan pegununganyang puncaknya diselimuti salju dengan aneka ragam hayati dan ekosistem yang khas. Provinsi Papua, melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (UU Otsus), mempunyai dasar hukum yang kuat secara normatif’ untuk mempercepat kegiatan-kegiatan pembangunan secara mandiri. UU Otsus merupakan kebijakan yang bernilai strategis dalam rangka peningkatan pelayanan, _akselerasi pembangunan, dan pemberdayaan seluruh rakyat di Provinsi Papua, terutama orang asli Papua.Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarya adalah pemberian kewenangan yang lebihluas bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawabyang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan danmengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar- besarnya bagikemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan. Pasal 63 UU Otsus menyatakan bahwa pembangunan di Provinsi Papua dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan, manfeat, keadilan dengan memperhatikan RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW).RTRW pada dasarnya merupakan hasil perencanaan kesatuan ruang geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.Dengan demikian, RTRW Provinsi Papua ditempatkan sebagai arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang untuk mencapai tujuan pembangunan Papua seperti dinyatakan dalam UU Otsus. Kewenangan Pemerintah Provinsi Papua untuk menetapkan dan menyelenggarakan penataan ruang tersebut diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan RuangPasal 10 ayat (2) Undang-Undang Penataan Ruang menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah provinsi yang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kemudian, Pasal 23 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa penetapan rencana tata ruang wilayah Provinsi diatur dengan Peraturan Daerah; Ruang ...../2 Ruang wilayah Provinsi Papua, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumberdaya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana untuk pemenuhan hak- hak dasar orang asli Papua dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya Penduduk Provinsi Papua, serta kelestarian keanekaragaman hayati Papua yang khas dan langka. Dengan demikian, penataan Ruang Wilayah Provinsi Papua ditujukan untuk mewujudkan tata ruang lestari, aman, nyaman dan produktif untuk menjamin kualitas hidup masyarakat dengan memperhatikan kearifan lokal dan karakteristik ekosistem Papua, Tujuan tersebut akan dicapai melalui sembilan kebijakan penataan ruang, yaitu: a) pelestarian dan peningkatan fungsi daya dukung lingkungan’ hidup dengan mempertahankan luas minimal 60% (enam puluh persen) kawasan berfungsi lindung dari seluruh wilayah, dan kawasan hutan minimal seluas 90% (sembilan puluh persen) dari seluruh wilayah; b)* pengembangan kegiatan budidaya berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan serta memperhatikan kearifan lokal agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; ©) perlindungan serta peningkatan penghidupan dan eksistensi masyarakat adat dalam sistem perkampungan dan kearifan lokal; 4) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan untuk pengembangan perekonomian yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional maupun internasional; ©) perwujudan upaya pembangunan wilayah perbatasan negara, provinsi, dan lintas kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kesejahteraan dan keamanan, keselarasan tata ruang, dan peningkatan fungsi pertahanan dan keamanan negara; ) pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangen tingkat perkembangan antarkawasan; g) peningkatan peran kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan yang berkembang secara berimbang dan berjenjang: h)_peningkatan infrastruktur wilayah dalam mendukung peran pusat kegiatan dan pelayanan masyarakat; dan i) pengembangan kawasan yang diprioritaskan pengelolaannya dari sudut pandang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup dan kawasan lainnya. Penataan ruang wilayah Provinsi Papua akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan program pembangunan 20 (dua puluh) tahunan, 5 (lima) tahunan dan program pembangunan tahunan, serta sebagai rujukan/referensi Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, Peraturan Daerah Provinsi ini, antara lain, memuat ketentuan pokok sebagai berikut: a) Rencana Struktur Ruang Wilayah yang terdiri dari: Reneana Sistem Pusat Kegiatan, Sistem Jaringan Prasarana Utama, dan Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya b) Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi yang terdiri dari Rencana Kawasan Lindung dan Rencana Kawasan Budi Daya ©) Penetapan Kawasan strategis terdiri atas: kawasan strategis nasional; dan kawasan strategis provinsi. 4) pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan; ©) ketentuan sanksi administratif dan sanksi pidana sebagai dasar untuk penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang; f) penyidikan, yang mengatur tentang penyidik pegawai negeri sipil beserta wewenang dan mekanisme tindakan yang dilakukan; 2) Kelembagaan: e. pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang, termasuk pengawasan terhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang melalui kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; hy) hak .. I. h) hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adat dalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang; i) Jangka waktu RTRW Provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun yaitu tahun 2012 - 2032 dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun; dan j) Pencabutan pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor : 3 Tahun 1993 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW) Daerah Tk. I Irian Jaya PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Yang dimaksud dengan “kebijakan penataan ruang wilayah provinsi” adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut, dan udaratermasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang. Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “strategi penataan ruang wilayah provinsi” adalah langkah- Jangkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang, Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Pengembangan perekonomian yang produktif dan efisien diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat, dengan tetap mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dan kehati-hatian, Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Strategi pengembangan kawasan tertinggal semata-mata ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, terutama pendidikan dan kesehatan. Di samping itu, pengembangan kawasan tertinggal ditujukan untuk membuka aksesibilitas bagi pengembangan ekonomi, dengan tetap mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan. Upaya membuka akses, perlu memperhatikan keberadaan kawasan lindung, kawasan ekosistem rentan, dan kawasan rawan bencana yang teridentifikasi pada saat penyusunan studi kelayakan pembangunannya. Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Peningkatan infrastruktur wilayah lebih diutamakan pada pengembangan jaringan prasarana transportasi sungai, danau, laut, dan udara. Pembangunan dan peningkatan jaringan jalan harus memperhatikan keberadaan kawasan lindung, kawasan ekosistem rentan, dan kawasan rawan bencana, yang akan teridentifikasi pada saat penyusunan studi kelayakan pembangunan jalan. Ayat (9) Cukup jelas. Pasal ...../4 Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) PKN promosi Biak, Wamena, dan Merauke perlu dipacu pengembangannya dalam rangka keseimbangan wilayah utara, tengah, dan selatan. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) PKW Bade sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Nasional dinilai kurang tepat dari aspek ketersediaan prasarana dan sarana, serta potensi perkembangan perkotaan secara keseluruhan. Oleh karenanya diusulkan Kepi sebagai PKW promosi yang memiliki tingkat perkembangan serta potensi lebih baik. Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 ‘Ayat (1) Pengembangan jalan nasional dan provinsi akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pembangunan Provinsi Papua, Keberadaan kawasan lindung, kawasan ekosistem rentan, dan kawasan rawan bencana akan teridentifikasi pada saat penyusunan studi kelayakan pembangunan jalan nasional dan provinsi. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal .../5 Pasal 18 ‘Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23, Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Pengembangan jaringan irigasi perlu mempertimbangkan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan. Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 ‘Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33, Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Hurufa Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hurufb Cukup jelas Pasal 40 Ayat (1) Hurufa Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Hurufc Hutan produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Cukup jelas Pasal 43 ‘Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) ‘Cukup jelas Ayat (4) Industri perikanan merupakan bagian dari pengembangan kawasan minapolitan, yakni suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya, Pasal ....../7 Pasal 44 Cukup jelas Pasal 45 Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan lainny diperuntukkan untuk kegiatan tertentu. adalah kawasan yang Pasal 49 Ayat (1) Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh minimal terhadap : a. ruang di wilayah kabupaten dan sekitamya; b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau c. peningkatan kesejahteraan masyarakat. Nilai strategis diukur berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Penataan Ruang. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 50 Cukup jelas Pasal 51 Cukup jelas Pasal 52 Cukup jelas Pasal $3 Ayat (1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria : a, memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; memiliki potensi ekspor; didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau h, ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Ayat (2) Cukup jelas peags Pasal 54 Ayat (1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya ditetapkan dengan kriteria : ‘merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat ataubudaya; merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan; ‘merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya: memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau ‘memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial pea ge Pasal 55 ‘Ayat (1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria : a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati; b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dar/atau dilestarikan; c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian; kawasan yang memberikan perlindungan tethadap keseimbangan iklim makro; kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; kawasan rawan bencana alam; atau kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Ayat (2) Cukup jelas mmo me Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 ‘Ayat (1) Indikasi program utama menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untukmewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi. Selain itu, jugaterdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, ‘maupunsesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 59 ‘Cukup jelas Pasal 60 Cukup jelas Pasal ......../9 Pasal 61 Ayat (1) Peraturan zonasi merupakan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan yang diatur. Naskah aturan (zoning text) dan peta aturan (zoning map) dtetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 62 Ayat (1) Yang dimaksud dengan arahan perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang, Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 63 Ayat (1) Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan reneana tata ruang Ayat (3) Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai jual objek pajak (NIOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi. Ayat (3) Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif seeara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Pasal 64 Cukup jelas Pasal 65 Cukup jelas Pasal ......./10 Pasal 66 Cukup jelas Pasal 67 Cukup jelas Pasal 68, Cukup jelas Pasal 69 Cukup jelas Pasal 70 Cukup jelas Pasal 71 Cukup jelas Pasal 72 Cukup jelas Pasal 73, Cukup jelas Pasal 74 Cukup jelas Pasal 75 Cukup jelas Pasal 76 Cukup jelas Pasal 77 Cukup jelas Pasal 78 Cukup jelas Pasal 79 Cukup jelas Pasal 80 Cukup jelas Pasal 81 Cukup jelas Pasal 82 Cukup jelas Pasal 83 Cukup jelas Pasal 84 Cukup jelas -10- ne paren = WAMAH OUIs YiVdat HW ‘IS “AGWANA SVINT eduyse uesuap rensas yes SRA uEMIES NIUE, @LUdvo ‘vadvd WANYIGAD ana (yn2th HVAW SIMA NYT MWh, WNW SNES wifaivoon, HVAV TIM ONVON UALS VNVINT €10z soquiasaq O¢ |: esSuE Zz unye EZ > AOWON vndeg Isuiaorg yesaeq uemeeag | | ueNduey sans $08 any $02 and Lampiran 11 Nomor : Tanggal : Peraturan Daerah Provinsi Papua 23 Tahun 2013, 30 Desember 2013 RENCANA PUSAT KEGIATAN LOKAL PROVINSI PAPUA. Provinsi Papua 1. | Kab, Jayapura =e Genyem Waiya Ongan Jaya PKL Kab. Nabire Topo Karadiri 3. | Kab. Mimika Mimika Baru Mimika Barat Jauh 4, | Kab. Biak Numfor Andei Yomdori Ofdori Yemburu Pasi 5. | Kab. Mappi Obaa Assue, Miyamur Citak Mitak Kab. Yahukimo lal Kab. Merauke Dekai Obalma ‘Yahulikma Wanam Okaba Harapan Makmur 8. | Keerom Waris Senggi 9. | Puncak Jaya Mulia 10. | Jayawijaya ‘Yiwika Kimbim ————— Ne Provinsi Papua PKL 11, | Kep. Yapen Seru Angkaisera Ambai Wonawa Yobi 12. | Paniai Enarotali 13, | Boven Digoel Tanah Merah Mindiptanah Getentiri Kouh Bomakiah 14, | Asmat Agats Atsy Tomor Kamur 15, | Pegunungan Bintang Oksibil; Teiraplu 16. | Tolikara Kaubaga 17, | Sarmi Bonggo 18, | Waropen Botawa Koweda Dokis fe Supiori Sorendeweri 20, | Mamberamo Raya Kasonaweja Dabra 21 eres Kobakma 22. | Yalimo Elelim Abenaho 23. | Lany Jaya Tiom PKL Kenyam 25. | Puncak Taga 26. | Dogiyai Kigamani 27. | Intan Jaya Sugapa 28. | Deiyai Waghete Kapiraya GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD LUKAS ENEMBE, SIP, MIL Untuk salinan y4pg sah sesuai dengan aslinya KEPA}A BIRO HUKUM Lampiran III: Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor : 23 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013, RENCANA RUAS JALAN PROVINSI PAPUA NO RUAS JALAN FUNGSIJALAN | STATUS JALAN [7 JRING ROAD JAYAPURA - SENTANI (LINGKAR DALAM) KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 2. |HOLTEKANG - KOYA - SKOW/BATAS PNG KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL | 3. |BONGRANG - DEPAPRE KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL | 4 |NIMBONTONG - LEREH - TENGON KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 5. |WARUMBAIM - GENYEM KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 6 |SARMI-ARBAIS KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL | 7 |SARML-KASONAWEJA KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL | 8 |BAGUSA - KELAPA DUA KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 9. |SP3 - GESA - BARAPASI - WAROPEN (KALIBARU) KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 10 | WAPOGA - INGERUS - OTODEMO KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL | 11 |LAGARI- WAPOGA - BOTAWA - KALIBARU KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 12 |KIMIBAY - BTS. KOTA NABIRE KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 13 |ABEPURA - ARSO KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 14 |ARSO - WARIS KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 15 |YETTI- UBRUB - OKSIBIL KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 16 |MERAUKE - JAGEBOB - ERAMBU KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 17 ]OKABA - WANAM KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL WANAM- NAKIAS - KALIKI KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL BADE - TAGA EMON - MUR (KEPPI- MERAUKE) KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL WAEMEANAM- SUMURAMAN KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL HABEMA - TIOM KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL BATAS KOTA WAMENA - PIRAMID. KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL PIRAMID - TIOM IKOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 24 |BATAS BATU - DERMAGA MUMUGU IKOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 25 |KENYAM - GEAREK - PASIR PUTIH - SURU SURU - DEKAI KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 26 |TIOM - MULIA KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 27 |USULIMU - KARUBAGA KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 28 |MULIA/BTS. KAB. TOHERU/P. JAVA -KARUBAGA-ILLU-KARUBAGA — |KOLEKTOR PRIMER | — NASIONAL 29 |ILAGA - MULIA - KARUBAGA - BOKONDINI IKOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 30 [MULIA - MEWULOK - SINAK KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 31 [SUMO - HOLUWON - MUG! (BATAS JAYAWUJAYA) KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 32 |LOGPOND - SUATOR KOLEKTOR PRIMER | — NASIONAL 33 |TIMIKA - MAPURUJAYA - POMAKO Il KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 34 |POTOWAIBURU - TIMIKA KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 35 |WAGETE - POTOWAIBURU KOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 36 |ENAROTALI - WAGETE IKOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 37 |LOG CENTER - POWER STATION - URUMUKA, IKOLEKTOR PRIMER | NASIONAL 38 |WAENA - ARSOV KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 39 |ARSO XIV - SAWIA - KWARJA KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 40 |USKU- KESNAR KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 41 |UBRUB - KIWIROK KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 42 |KIWIROK - BATOM KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 43 |BATOM - OKSIBIL KOLEKTOR PRIMER | PROVINS! 44 |PIRAMID - BOLAKME IKOLEKTOR PRIMER | PROVINS! 45 |BOLAKME - KELILA -BOKONDINI IKOLEKTOR PRIMER | PROVINS! 46 [TIOM - MAKI - BOLAKME IKOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 47 |KOBAKMA - WOLO IKOLEKTOR PRIMER | PROVINSI 48 |MANDA - WOLO IKOLEKTOR PRIMER | PROVINS! 49 |ELELIM - WITLANGGO - MAMBERAMO TENGAH IKOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 50 |BATAS KOTA MERAUKE - KUMBE - BIAN - OKABA KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 31 |KUPRIK - JAGEBOB - ERAMBU KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 52 |ARIMBET - MAJU - BUKIT- UJUNG - KAWOR KOLEKTOR PRIMER | — PROVINSI 53 |WAROPKO - KAWOR |KOLEKTOR PRIMER PROVINSI 54 |KAWOR - IWUR KOLEKTOR PRIMER PROVINS! 55 JIWUR - OKSIBIL, KOLEKTOR PRIMER PROVINSI NO RUAS JALAN =] 36 37 38 39 60 61 62 63 64 66 IKOTA BARU - ECI- SENGGO DUNTEK - MUNAYEPAVIYEL MAATADI - DIGIKEBO ENAROTALI SUGAPA SUGAPA - HITADIPA - ILAGA BOTAWA - WAPOGA |WAPOGA - INGERUS INGERUS - OTODEMO OTODEMO - WOLANI DEKAI- SERENDALA DEKAI- LOGPOND - PATTIPI FUNGSIIALAN | STATUS JALAN KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI IKOLEKTOR PRIMER PROVINSI IKOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI KOLEKTOR PRIMER PROVINSI IKOLEKTOR PRIMER PROVINSI ‘Untuk salinan yaya sah sesuai dengan aslinya GUBERNUR PAPUA, CAPTTD. LUKAS ENEMBE, SIP, MH Lampiran IV : Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor : 23 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 PELABUHAN PENGUMPAN PROVINSI PAPUA NAMA PELABUHAN LOKASI Pelabuhan Waren Pelabuhan Koweda Pelabuhan Nau Pelabuhan Bagusa Pelabuhan Poiway [Pelabuhan Danau Rombebai Pelabuhan Teba Pelabuhan Burmeso Pelabuhan Anus Pelabuhan Armo Pelabuhan Jamna Pelabuhan Wakde Pelabuhan Liki Pelabuhan Moor Pelabuhan P. Mambor Pelabuhan Napan Pelabuhan Wapoga Pelabuhan Wooi Pelabuhan Pom Pelabuhan Kaipuri Pelabuhan Dawai Pelabuhan Miosnum Pelabuhan Kurudu Pelabuhan Angkaisera Pelabuhan Ansus Pelabuhan Randawaya Pelabuhan Mapia Pelabuhan Korido Pelabuhan Insobabi Pelabuhan Miosbepondi Pelabuhan Sowek Pelabuhan Sabarmiokre Pelabuhan Jenggerbun Pelabuhan Agats Pelabuhan Suator Pelabuhan Sagoni Pelabuhan Eci Pelabuhan Kanawi Pelabuhan Jinak Pelabuhan Binam Pelabuhan Akat Pelabuhan Yemas Pelabuhan Sawaerma Pelabuhan Atsy Pelabuhan Bayun Pelabuhan Mumugu Pelabuhan Boma [Pelabuhan tkisi Pelabuhan Kepi Pelabuhan Mur Pelabuhan Tagemon Pelabuhan Senggo Pelabuhan Asiki [Pelabuhan Ampera Kabupaten Waropen Kabupaten Waropen Kabupaten Waropen Kabupaten Mamberamo Raya Kabupaten Mamberamo Raya Kabupaten Mamberamo Raya Kabupaten Mamberamo Raya Mamberamo Raya Kabupaten Sarmi Kabupaten Sarmi Kabupaten Sarn Kabupaten Sarmi Kabupaten Sarmi Kabupaten Nabire Kabupaten Nabire Kabupaten Nabire Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Kepulauan Yapen Kabupaten Supiori Kabupaten Supiori Kabupaten Supioti Kabupaten Supiori Kabupaten Supior Kabupaten Supiori Kabupaten Supiori Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat ‘Kabupaten Asmat [Kabupaten Asmat Kabupaten Asmat Kabupaten Mappi Kabupaten Mappi ‘Kabupaten Mappi Kabupaten Mappi Kabupaten Mappi Kabupaten Mappi Kabupaten Boyen Digoel Kabupaten Boven Digoel No NAMA PELABUHAN LOKASI 55, |Pelabuhan Tanah Merah Kabupaten Boven Digoel 56. |Pelabuhan Gatentiri Kabupaten Boven Digoel 37. |Pelabuhan Wanam Kabupaten Boven Digoel 98. |Pelabuhan Subur Kabupaten Boven Digoel 59. |Pelabuhan Kimaam Kabupaten Merauke 60. |Pelabuhan Kumbe Kabupaten Merauke 61. [Pelabuhan Saribi Kabupaten Biak Numfor 62. |Pelabuhan Manggari Kabupaten Biak Numfor 63. |Pelabuhan Bromsi Kabupaten Biak Numfor 64. |Pelabuhan Tiptop Kabupaten Biak Numfor 65. |Pelabuhan Owi [Kabupaten Biak Numfor 66. |Pelabuhan Bosnik Kabupaten Biak Numfor 67. |Pelabuhan Hiripau Kabupaten Mimika 68. |Pelabuhan Kokonao Kabupaten Mimika 69. |Pelabuhan Keakwa Kabupaten Mimika GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD LUKAS ENEMBE, SIP, MH Untuk salinan y@hg sah sesuai dengan aslinya KEPA}|4 BIRO HUKUM. ROSINA, HH Lampiran V : Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor = 23 Tahun 2013 Tangeal : 30 Desember 2013 BANDAR UDARA PENGUMPAN PROVINSI PAPUA, No NAMA BANDARA LOKASI ——— 1. Bandara Tanah Merah |Boven Digoe! 2. [Bandara Patriot Boven Digoe! 3. [Bandara Bomakia oven Digoe! 4. [Bandara oven Digoe! 5. [Bandara Y: [Boven Digoe! 6. [Bandara Kepi IMappi 7. [Bandara Sengeo IMappi 8, [Bandara Bade Mappi 9, [Bandara Kamur |Asmat to. [Bandara Ewer |Asmat i, [Bandara Oksibil Pegunungan Bintang 12. [Bandara Batom Pegunungan Bintang 13, [Bandara Borme Pegunungan Bintang, 14. [Bandara Aboy Pegunungan Bintang, 15. [Bandara Luban Pegusungan Bintang 16, |Bandara Abmisibil Pegunungan Bintang 17, |Bandara Bime Pegunungan Bintang 18. |Bandara Teraplu Pegunungan Bintang 19. [Bandara Mulia Puncak Jaya, 20. |Bandara ilu Puncak Jaya. 21, Bandara Fawi Puncak Jaya 22. |Bandara Derpos Puncak Jaya, 23, |Bandara Torere Puncak Jaya, 2a, {Bandara traoi Puncak Java 2. |Bandara Sinak Puncak 26, [Bandara ilaga Puncak 27. [Bandara Beoga Puncak 28, [Bandara Agandugume Puncak 29. |Bandara Karubage Totikara 30. [Bandara Tayeve I Totikara 31. [Bandara Bokondini otikcara 32. Bandara Mamit [Totikara 33. Bandara Waghete Deiyai 34. [Bandara Mararena Sarmi 35, [Bandara Sengat Keerom 36. [Bandara Sudjarwo Tjondronegoro Kepulauan Yapen 37, [Bandara Kamanap IKepulauan Yapen 38, [Bandara Botawa Waropen 39, [Bandara Beudi IMamberamo Raya 40. |Bandara Dabra IMamberamo Raya 41, [Bandara Sikari (a) IMamberamo Ray 42, [Bandara (b) IMamberamo Raya 43. [Bandara Tiom Lani Joya 44, [Bandara Sugapa Invan Jaya 45. |Bandara Enarotalt Paniai 46, [Bandara Obano Pani 47, [Bandara Moanamani Dogiyai 48, [Bandara Yemburwo Biak Numtor 49, |Bandara Numfor Biak Numfor 50, Bandara Pagai Kab, Jayapura 51. [Bandara Kimaam Merauke 52. |Bandare Mating, Merauke 53, [Bandara Okaba IMerauke 34, [Bandara Wanam [Merauke 35. [Bandara Kokonao Mimika 56, |Bandara Jla Mirika 57. |Bandara Ugimuga Minika 58, |Bandara Potowai Mirvika 59, |Bandara Alama Mimika 60. |BandaraJita Mirnika 61. [Bandara Agimuga Mimiks 62. |Bandara Eletim Yatimo 63. [Bandara Benawa Yatimo 64, | Bandara sobaham Yahukimo 65, {Bandara Ninia IYahukimo 66. |Bandara Sumo Yahukimo et fs NAMA BANDARA LOKast 67. |bandara Natca yahukino 68. [Bandara Seradala lYanukino Bandara Kish Warcpen Bandere Bolwa Waropen Bandara Sialok Minka Bandara Seng Keerom Bandara Kuvawage Jean’ Jaya Bandara Tsing Minika andra Arwarop IMinika Bandara Anggruk Yahukimo Bandara Kenyam usa Bandara Megami Manberamo Tengsh Bandar Kobi Mabe Tengah GUBERNUR PAPUA, CAPTTD LUKAS ENEMBE, SIP,MH ‘Untuk satinan ya sah sesuai dengan xs KEPAIMLBIRO HUKUM HIA ‘41S “AM WAN SVIOT Ludvo “‘vndvd MANNA, “ (1 VISOu § WAMNH OU Vida vAuyse ueSuap rensas qus Sue} ueates ynyUy) €10Z soquissaq og + jessury €LOZ UNYe], EZ + JOWON, bendeg Istisoug you9%cy MesmaeIng iA uns jue] VldVd ISNIAOUd HVAVIM DNVAY VIOd VYNVONAY HIN ‘dIS “AMINANG SVMNT LUdvo ‘VadVd YANYAAND WOMNH Ota FTVda eduyjse weSuap rensas yes FUEA uEUTES yr} sans aa E107 Jequiasaq og: jeaAduey, e1ocunyes ¢z : JowWON pndeg Isutaoig ypiaeq UeANy SIDALVULS NVSVMVM VNVONAR 2 TA uoadwey sane sang sour 3 OTE Wida Seputiodsiq dagay eee : “puojwny, yewuoud a PRNEIY | yer ent, undnew eisems jeuowseu “eindese uop (euoyseusoyus ueyuegsog. “weel wei ; daaav avseq seuig “pa sea Pe Nedv mee _anpul sosed uofurquasvog ‘gaquuna redo Burk wjoy-290y Suosopuayy |Z = ¥ ni nn03/0 UEP ADL asavidagay | ssuroig-2s Vaaddva ‘na sg | ae eee | nose Y leg varava ‘ra sewa | C8dvidaday | ssusosy-0s reNady | _woyvary uv e104 wetuequativad PIOY/qLY wep AOL 2 eae vaaddva ‘ng seug | TSdV/ddddy | ssunostos e10y isBung, FRNEdV | _woy/qvy wopeyBujuoguvurquiaduad uea/] HIOY-BO, wodurgutofuag ueredaoiod | “1 ‘wiyeHoy JesNG WEpATAAid | “W ISNIAOUd ONVAN UALDINLS NVGNPAMAAd €L a bi or 6 8 L 9 s £ t t ££ - 67 8t- FT £81 L107 9107 SLOT Poe £107 1 eee | ae-ve | eta S108 emesqeqag ismeasay 0107 wesdorg weynsp, oN VldVd ISNIAOWd MUL NVNOHV.L VIATT VINV.LA WVA90Ud ISVMIGNI VNVONII €10Z Hqueseq og — : jeBBUEY, Loz uNYeL EZ = FOWON, ended (suiaoig Yeroeq wees > |I]A west ae ekaareT sa ] | IOy/qey UeP ADLE N'UNG eisems ended uep wXepng [RISos : Peadaay | ssuroyy-o5 Funyng vx : Vaaddva Nd sd | ready | Ronee sjadsv uep wsutsoag sfBorens is ae uwseawyy euRDURY UPUNSNstOd twsnq tioy-Lioy wiBuEqUisfUad uegnquinied uueyedaaiog wep ysustyenicoy | “¢ a Ree top 2yne20)4 ; na seura dagav | spiojumy, PP Nadav sete equ, teuojSan “eindotor qedures usyojoSuad unsrpuy axelimeep tp anes) na aay |“ sug ‘ssjsia ‘soya | enaay | PIMNN erg UL, vad nsu sounsojod seyiony were aad nasiasepuuedia | gaaay |B? oun Lod PENEAY | seig eyuty, ueSuepniid uep unsnput ‘eundece sonny ueduaquiodiog BRUT MERE suindoy ‘eundy aady, | Pato daingsia seeupdad | FENEY | er eqn, oe “eindosep troseaey ungated = a T or 6 8 L 9 5 ¥ £ ie T 2-6¢_|_et-¥t ez-s1_ | cioz | 9voz | _stoz_| ior | c10z iaemEpDy ae oie euesyepa yueysuy | MEEREND SseIOT wesBoag wens; on. “t- ‘sano naseug | NUNGBRERS 7 —Tadepy ape Coenen, | ARddaay | wep oyneayy | -1doy ~ayneioy oud uouy 3 TONGA “ae ope wou ueuoqusdiog e UNA Pisens ‘ON WeseEGF= cemoanasna | Navcore | ene | —ouy-endedt aura PRNAdV aa upjef uesuize¢ uesuaquasuod SHEN We usdore NUNaeisas | “okey wip nd utowousy | ‘FBdGaay | oweioquroyy angen - G PP Nad ‘iuuieg | uadoseay ~ ery oureroquioyy ~ ‘einovéey | wuing—eindexer sound uoiry “ao ojot weFur unsuoquiosiog THULE [sulaoig Aid seu vane BISONS | yop OWE auaUE gy - wep Ad UBLIOUaKITy, en swundedey, [J - indeser sowid uauy aa avy uvjel uedulsee uvfuequuaug Her wepnfnauog | 1 eureaeserg waisig wepalnwiod | “a x wade Vvartivanuseig | Asdvidaday | surosg-os PR NEV. LO Bunduwy warsig wepnfrauiad | *s NEUNG vise | ends varuuve nena | 2daday | peed TONGA —_| wen yeiueg | evoy Huet yeep seIACIEY Towey wp aorg | NUNG BREE | wenendsy, vaaddva ‘nd seug | *dCndy at TPNGIY | emp rweg | wows Fuek voy wHepuasuOg, Eig SETHE SEGADEL spuaaag | “p €1 a in oF 6 8 Z 9 s P € T ee-6c_ | az-Fe | ec-ai | cioz_| ovoc | stoz | riot] e1oz weeuepuag Alita | mwa | Wea Infra Seeks sone soquing prenor SERGE oN ae eau wana sug | NUNawseas | ourzoquieyy pnd mawoesy | Fedaaay wep uryegos4 : TENA | eehimeser — vuoi suid 20342}0% 2 “ay uvpef urtutet wes uoquatiod ie NUUNG Bisems | WNpN wep wor, 1104 x wpa wiawousy | FRAGGIV | eXchieser = eure soutsd 10142103, PPNEAV “avy, uo use uovequissiod noid naseug | NUNG wseas Ramla Fa ‘euewousy | APddady uaist0 = oszy sowd 1074104 19 NAdV uojeC wea ef uss quis iod suroid ad seuig — | NUNC tise uumoreug 2104 up na ueuswawsy | PY ddady reNGIV upefueduuep es uaquasuoy nuova | SSS wep Ad ueLaUsUay fe Need teyag ~ puauie,ay outid ony: upp usduuep ued uequiotioy spuynoug ng seu — | NUNC RSENS | up oqo, eH ny eeqnsey wep nd uowawoy | BAGHAY | sofeh meter ~ eusui suid uoay “ax, unt uoSuep ued uoquistog ‘suo naseug | NUNC WRENS |—wnp wep] — weZuay= TaN aug ep Ad ueLausWEY 7 ddadv waelimeder ~ eusute My Jud Wauy PNG “ae ope uedunep ueSuoqosog Tamiag FY NUNGeisens | ep [208i ssw seul Rea aie cain | RERoacea ane 1g'SYO - ye reNaeV | “omesayy | gous -ayneropy suing uoUy “wy uojefuvuel ues uoqunsud €1 a 1 or 6 8 Z 9 s € ; ae T te-6¢_ | at-#7 ec-si_| Luoz | 91oz | _stoz_| #ioz | t10z ALWed | MWe Tt Ard TIAtad einen cee ae Soaeamenn a Ee NING eiseNS weer, | reaaaay | RNP | wosuoy —yoto1- Suonoquiy . re Nudv ojoy weduLep uesuequadag | rsunog na seuig — | NUNGPERS Toso, eee | eae i audedod ‘ TONGA SueSuog uvper weSuequiotuog prc ssunoxg ng seu | NUNGeseNs | TY. (weyeq sexu), " wop nd wourwouisy | PAI9GV | yep endesoy | wewog - emndeser peoy 3u1y S re Nady ary uvjer uefuer uwsuequistucg ‘ : NaNaesens | ME $SULAOdd Md SPUICL v7 “Bog wep wep ag ueuauawsy | dade’ ouirynyea | -{q85¥O — reyaq sowHAd 014}04 PeNadv “ary uejef uesuuel uesuequiszuad E eke rsunoig qa seu | NUNC PEERS | Gut uop edeing wep ng ueuououoy | PEGGY | acioweyg ~ ewoj0g sous 30142}0% PeNadv ey upjef uedunsel ueSuequiasuad ; SHUN BENS | —Feoung ] cmiosnammaa [Neca | seat | -mc—tsns met on iy TRNGAV pj ueSuel weSuequsaBtod : NUN wise wens Teer eaten - |, acaay, = syeroxeug sowtad J0749}0%, TPNGdV opel ueSuef uesuequidsiod SUMO Md SUC ve i josBUR - aIOysEN mp ng weubwowayy ~ angen sould 1071}0% ed woof uedtunrel uefuequiouod NING BENS ca ISUIAOdd Ad StU Mae Aa ecient | esa. your — doy sou 10142}01 Pe Nudv a 1 oO 6 8 L 9 $ ¥ r a-z_|_ec-a1_| Lior | 9voz_| stot__|_proz_| e107 TeeMEpID Alta | inWrd | Wee Wa ERLE || Scns master metnen: os ace NT/NG Bases ia isuinoud a seu ouresaquieyy yotuay ouesoquey ep Ad uELIoWaUay, ead uep = oF BUEIIEAA - WHNLT oumeA qey | _uojer unfunep uetuequiatuag NING BERS IsuInoud fd SEU asa yl oueaecaroy a (in eave free ofteasy — eames - AIX OnLy = " Pe NEY uoyer unBunsep wet uequinSiag ax NUUNG BISeaRS Isulnold a SEU inde; ueprd aeewousy | Peddady oid ‘A osay = eu9eA, Pe NEY unyer unuusp ue uequiafuad s NUNG wise ‘yn redaaay |e = worteg so¥og 191099 $01 fs PE NadV a weep uUduLep UesuLquIasUDd NUN wists Tr suynoid fad SPU A ump aehwausy | Fddady | HNN | oyswiog -esofamdoyy- wy i ranadv uojep unsure ues uaquidSvad NUNG BIseRS | —WURY UP ssurnoig na soul wiping weawousy | Padsay | Ownynger sorng — puodio7 : PeNaAY “ay, uojer unuyer ue uequinSuad NUN ese ssuinoid a seu eUIsy Uap aa Pradady : iwnyy wewuod - wee wpnd uevewourn | ‘ry ngay | "PPX | sero unser uvduequisiuog sun 7 NUN ese wpng wiswousy | /Pddddv | wasy-aew uourunwung -weurauiae,, i a NGAY. uvuor uTurquosiod woRsy wold ng seu | NUN | cae ump Ad ueLAUAWDS, ms area up vindeder osiy ~ eindaqy. 031 uoyer unfuusey ueSumquiaBuod od naseug | NUNGESRS wip ig utawousy | Bddday | SHaeN-aex | owrpoi9 - studBuy - eBode Pe NEY. unyer unum ueumquineuog fswounasma | Se agay | wns Stes yuuses “423i siequy ~ ywues Sep Ad wyewoNe | reNady oper wef uuey ue uaquua3uag ei a 1 oO 6 8 Z 9 § P £ z T ee-6¢_ | 8c-¥7 £81 coz | 910z_ | stoz | ploz | e107 a WRRITEpID ALWfd | WW Tra TiNtd eceee Feel teu aaquing esa tuuaBoag unjns_ ON -9- Nina esens Tadeg MGEIEN TOON |suAOAd fd SE upd dottaouy | APG | ueneyndoy, Heat costae i NAV 4 ep = ular wees PENEAY | ouea ary |_uep unpeySurtiag ‘weunsuequiod NHUNG Beas | wer yeoung esObI Nise 78 daddy limp kup Op = wo umeraneousa g wend wevonowen | “pgnady | Aegon = Zz T Or 6 8 Z 9 s + € T €£-6¢_|_8t-¥% ee-st_ | ctoz | 9roe | stoz | proc [E107 saesyejog wuersuy | SUEDE | ectiaeerne a AIWfd | MWe | Wea TWra a eens esos hath in vee s NUNG Bseas Tquerg—goqsser | SUIAOdg fad SEU ; wpa weurwousy | Paaady | MSN | yudny ute usexeqyouog a : PB NGAV lp ubweZuiuog weundueguog 4 re funolgnaseg | NUNG HsEAT : ‘OBIS = ; wp nd weiauousy | Badady | wusy-qey | -nqnoy weer weimjouog 78 NaaV Up usieySuniog weundueguog ssuinaig ng soug | NUNC AES ‘090 ope a etd | “redagay | veusy-qey | -ninsung wer uoeseyouing fey : re Nadv op uereyuwiog ‘wounduequig RUNG eso OU ISulAodg fag seu upd welduoudy | Rdaaay | wusy-qey | —nddBes uxer woereyued ; ready _ | up unweysuuuog wounsuequg NINA Hse sowey re aaay es wep ueveuniog "ueundiequiog NANG EES TONEY a Beers 7 dav op id ueuDquoUas an] upper ueereyLaWOg 7 NadV tuep uereyfng ‘uoundiequing NTUNG BISeAS wore tsutaoid fd eu re daddy 210 uoezeyu40g wey tae PPNGdV ‘ueunduequisd croup | ae ee te cralneay up uoweyuwuog "wound uequing TUNG estas SEO tsutaoid ad 9 ! wp nd Saas re daady ae ~ plurmstg ueeseysiouiod PO NGAY wep ure Suna, ‘umunsucquind NTUNG BSeNS ‘waieqnuey e seu ! Ce eee |e aerate) i PR NGAY ep ueyeysunuog “ueunstuEquog €L a I or 6 8 L 9. s + £ t t £E - 67 87-7 £7- 80 L107 9107 SLOT LOT £107 uevaEpud, AUMtd | WWea | ta Ta eS ceree oes an reece a (eo peat eee oS Fore ssuysoig id seu. wep id UeLiaIuaUoy NUUNG Bsens PR dada PP NadV, “iddey) “pot aso reSuns wBeuu9g uereySuluag uep weiuequiaduad fuvoig Ad Seu aoquing Pp dagav neue veuui9g PR? NGA ‘ueyeySuruag uep ueBuequiaduag ml P NUNG Bisems usmoanaeua | Negaaiy | Tease ee fs Pe NadV ueyey(Suruag uep ueunSuequiog N'UNG Bases ; fumandema | Spacey | REA ony B P2 NEdV_ upp unyeyautuag ‘ueuNSuEquidg BO sswrong nasa | NUNDESS | synuiy tanec ipa tawny | Baas | ES rane upp ueyeyTutuag “ueunBuEquing s i '< t I ‘BuESye[ag ISUEISHT eeeaeheed ISEYOT wes HENS | ON aie WISuITAL ex Pecetiereacie ecin ettiecrseear re (een aries a ere eer | stuig wep uesungniiog Py daddy “EU ‘eiepn sepuvg weunduequod | | wappiouaway PRNGIY ae ee te Todo ‘wep 10281q —} tsurroig uesungnyog | NUNC EIseNs: induinduad souig uep uxunqnyng | pr acgay ueyngejag ueunsuequiog 4 UueLNUatLayy PRNGIV upp ue unquissiog MIA up 10jtu0, tsuinosd wesiungnyiag | NYG Rises aed souiq wep weunqnyied | fe daadV swundesey ueUoTUDU9yy PRNGdV “qv, purein ueyngead ‘eindeser | uereySuuog wep uvfuequio8iog m0 ‘upp woundiquisa wander BIoy wep uuadasv, aa ioe reefs wounared SMe | uevuued uep wefiuequissiog Sey rojuny, eel ae €1 a Tr or 6 8 L 9 s ¥ £ Zi ee-6c_ | 8t-FT 2-81 Liot | 9voz | stoz | F07 | ETT | cuesyepog wueisuy | eeUUDw Soa ' org uejnsy, ALWed | Miwa | Wed Tra Seater eicad | pesttontans i Lien -ue soquuins fsuraoag ueSungnyieg | N“YNC easems maADE seuiq| wep uesungnivog | px daddy se ‘uous, PU Naa “gey | _eimpung anjef uesuequiosuad ress ce ea S| wt ‘seuig uep uesungnyag | 79 daadV ‘egoy | CPAWEW wo ay tetany, PUNGEY | yesung qe | BUNA amet wesueqUs wv eq sno ssupoud ueSungnijind | NANG BIsems aed -vfoseuosey ~ osouung seuiq wep uesungnying | py daddy | owersqueyy, — ves uoyot — euasndeg ueLianuoUtoy Pe Nadv et ~1eSeg anyef weBuequiodued WADITAEAR : uo — ouioqoy{ - wesUD | tsurxaig wringing | Anna Biseus TERUON|| peel cave amen erate | suc wop uesunqnyod | 9 dcadav ce | =agnuinyy —siesy eysui | ueLowaulay 79 Nadv ae oxeuog anjel ueduequiosuad av “mubiute Bq wep S40 eaepUeEL eévfiaiodn ag ueBungnod | TUNG seas | [TMNT | nee suowo jg wsppurgl~1y9q wp uesunqnyag | 79 ddgav Sent ueuatuawoy, PRNaAY Pity) ter ree aay Tuaoig wesungnqag | N UNG BENS — eee seurg wep wedungnyiog | 7 ddadV repay Feed ste alien wouajuoway, PR NGAV wep weduequiaduod ISIS UPUDATIN ssurnoag uedungnyog | NNO eIENS | oWEANYEA eje4s ueSuap nduinduad seuig wep uesungnyiag | PP ddadv upp recog ‘euepp) sepueg ueunsuEquiog ueoHLoWOy, PeNGdY | “aNQeN Gey ‘Wop weBuequiotuog § F £ z i vursqupa suesuy | “ECEEPHT | ceo uesBorg uns, oN sumo urduvcureuag | NUNC Uses 4 7 daadv seu Wasa fl ueuaquaway,N'Td Nadv “poiq vanog ‘ey “sen soynmaqy | den eBeuay yunsiy wySuequiad eamdnges wSuequiotizag vucouoy BaIRS WP fsuyroug ueTuequeuag | NTUNG eisems dre Set Fedaady | jueredeqey, uuanuawiay) ‘Nd ready runes ‘1d weunsuequiag Tsong ep tsurroug uxSunquieuog | N’VNG Piseans ae pale re daddy | mowdagey pa URDU “Nd (eee HHMPS | ueeytuvod wep ueunduequiog rsunony uduocueyay | NUNC ees 10 aa Pe daddy | juatedagey, ueqorueuey NT eines mone HINA1d weurduequiog aay ounaque song wep sunong ueduvqueyeg | NUNC ESBS 2 4 (7 daddv seul ‘Wasa 73 NadV, ouaiuowoy ‘NTA. aod “GE Vi'1d weunsuequirg ry eunteseag wars wepnfnssiad | iL er a We or 6 8 4 ¥: s + ¥ z t te - 6 Bt - FT 0-81 “loz | 9107 S107 voz 107 wEeUEp LD es SUBTSU) 30.4, AlLWfd | WWrd | Wed Tra ae ete eects! uae aerate ts Sr Wad NUING tiseas trp psurnoag wm, a m0 (9034 weefioyeg seuig ‘wn | /% Adv yrunjeg sing any uPvjoyoiuag eetiayad weuoiuawey | /PNEdV were suuagesuequiofuog Tsulnoig UBIuEUBG SoU ‘mop uraoig unui | NUNC eKENS madaav floyey seuig “un uquvsog uvefiayag ueLaUaWway fe Nady Amynayseajuy euRseg ueEIpacuad eandedeg 10% 7 ayneioyy ssuroisuran | avunauisens | amehy uvefiayag seu “unuip) 7? dagdv ies ueefiayag ueuououiry | py NedV nae ‘emdeep ‘angen qe | swyor pedis uefuequiadiog atv ekEC saquing UeSuequaduad | “AL TOW MOH TROT, unas eTuuey uebueguradvog y aims ep sunoig urdueguieriog | NUNC Pisexs susisog seu ‘Wass Fe ddady uawednqeyt ‘SuvquiojoS wFeuar yLnsi, ueyiaquawayy ‘Nod Pe NGdV anySuvquuiod uefuequiafuag ‘MISeAS UEP supoig ueduequieyag | NUNGPIEAS | yA. guy 4 (3 daadv ‘qd ‘Wasa PR NadV yrunpas, UeLOWUDUOY! ‘NT DHL ag wep up augeN, suypoig uedurqueuag | NUNAwseAS | Ore oy 4 73 daddy 4 seuid ‘Wasa 72 N@dV ‘s0guN, ueLaaWay! NTA a werd | sep eBeuar yunsy wyauequiod uaqednqey ueSuequissueg eULDUTy Gi a it or 6 8 L 2 5 & £ t 1 sec | etre | et at cnoe | sn0 | st0z | yl0e [e107 | Soseyeiog euriony | eRUEPIOT | Poa FF Ald | Wi Wed | Were Wa colette oa ee eee s eae 2 Taner NING BENE sveueinyoy sear Pe daddy a ‘uwuernyy ueauauay | py Nev oIOA Ynka4. est AY MELE TBUIAOH NING wiseRE oueyngpyy seuiq readady | auqen-qey | — soawiosS3uyjorosog/auqen jy ueuawawsy | pPNEdV ‘sig ueUIE, TEUNG BPE) ay id reaagay | poke sueuemyay mpowousy | Py Nad s 20)uUN YP4E GTI NL BURN RUNG BisEAe - veuninyry Seu re ddady | aaen aes ‘ueueinyoyy ueuowouay | 7p NedV TSHAOTAUEUDEAG |g ieee trop eam ieee proquny, hase 1p sevia wuueysed wep | RAMEY ere “aey | mney maasaq opwepeg ueneynd>3, uy aren eIsi¢4 uote NING ENS unuanypy seusc re daddy aa ‘wouinyas, uuowowey |e NadV. ans rouse woe OUTER “why young “yeouna supoud N'VNG Bisems tweueanyo) seuia PRAGAAY | sepor an ‘murinysy ueyiawaway |e NEdV ae “sep wen “ey “weusy 2010" [UOISEN WoW “sump uuoseaey sence | “1 TSNIAOWE NVI VT0d NVGAKAAA eI zr 1 or 6 8 z 9 $ ¥ £ z T ee-6t_ | 8t-¥E e-s1|cuoz | 9voz | sioz | tloz | cir weemepUDg aoe, HEE se wuesyeroa ysueasuy | SHEED sO wesdoag wens, oN -91- BuIAGig NING 8iseAs i i ° ayneIayN Aeon ee an UUeans waestunyy wens Tuuurinyay ueLouaWey | AP Nad s ves SURO UNG BiseNe |, 5 NEI] acannon LM GPA | wojouos, uneseanyy wyens meumnyor{ ueowowry | 7? NadV jowory BANESEIEY Uy SUING RUNG PSEA Tao uweueinyayy seuiq PR dGsdV piri ended cueuemnyay, ueuawawisy | AP NGdV non waueseasnyn YEN iv NING HISeAS PR dadY sueuemnyay ueuouawoy | AP NEdV Woy neue] EMTESERIEYY UAENS {sutaod NUNG eIsens: lweurinyay seuiC Pe dcady Sucug “Bagyecefimesey ueuemnyasy ueuowauiey | AP NBdv marae TSUIAOI NTUNG Biss aynes3y ueueanyayy seuiq Pe daadv sueunnysy ueyauauay | 79 Nad APA | yojog neng eauesesiepy eyeng, “oumrynye “ese YNOL, “oop yeound Isuraoud NUN Bisens wourinyay seug, re dagdv ‘ueuernyesy ueuowaury | AP NBdV « ie o ‘vfog — oureraquiepy . A BAIESET INIA BYENS eI zr 1 or 6 8 L 9 s ¥ z 1 e- 6c | 8e-¥e e-8i | ceoz_| one _|stoz | proc [e107 weemepag raeipeauinin oe ALWEd Wed TWed IWrd sqeng BORAT NUNG Bree epuidg BUDS “IsuINoId | /PIGAAV wOyaeH (ta weuEyHog uep uEINE|ay, Pe daddy ynanyag, ‘Sunpur] ueiny weeyojasuag ‘wep ueuernyoy seurcy RNAV Luemiesoy ueymuaquiog ‘woxsrediqey epuisd | NING BIsENS us uu UEP reaady Boyar ueinejay weusiuauiey | 7p daddy ninjas tseernsuoy) top “uuemysy uewauaway | pp NadV Sunpury wesemey wound Fanpary wuseary)isiung undejuewog AO1d NeUNCisaua eran wou nyoyy seu ry daady ey uvuemnysy ueLooway | pp NadV indng wery see ISUIAQa, N'UNG BISERS ueuranyay sei reaagay | igen aes suoumnysy ueronowioy | py NadV pucye "Bad wHeyy se TUNG eBeAS PRadady | uoidns avy, “urwe nay) un PUNY dng nein weLY JW BUAON NING BERS lweuvinya>y seuiq PP dad “ueueinyay UeLaatioy PR NGdY yodua) ude, weyy see = {SUIAOAE NING Piseans am : weunstinza | “esau | Pee ‘uoueinysy) uewonowoy | 7p NadV ‘ arin Yeu wey 4030) ET ISUIAOg NUNG eens | uray angen uewemnyary seg 7 dada ‘uruemnyey uetiwauiny | 7p NEdV lyevoxeus eanies ease eens Isuysog NTUNA Bases ouvinyory seu re daady “unuemnyeyy uenowowoy | pp NadV eon £1 a 1 s z t€-6¢ | 8-Fz £C-81 ae 3 rwsrfefod ISUEISU testorg uejnsy, AUWed [Wa | Wed ae SUNDA BEARSVOS UEP] N'TNG BUMS uouemnyyy seuicy wep 7 ddady | wees vy, JoL sed Ueutinyo, weyonuaMayy PY NadV ISundag SEAIOSUOy| Ue] NVNGwSEMS | eaRCREP ueweanyory seuicy wep rr dasdy | —“aex, uep owas sva ueutnyay UepDIOWIE PRNGAV | _uUS “qvy SuIAKy seAIOSUOY WEP | ~ N'YNGesens | eindecop uowemyay stu uep PRdaddy | —-qey wep Wa Sv Uueueinyay ueLsoiaUay PRNEV | _ sues “ey Bulaoug IseulasuOH wep | NUNC ESE lueuranyy seu wep ry dagav janes, suuNyeA SVC wourinyay, uoyowueway, 2 NadV (SUIAoIY BEATESHOY WP | NN eens | eamdekoy uoueangx ser] wep Pe daddy | ae wep nai SV teweanyan ueyaIuawoy INGA | sues "qe TBulaoig Isei9sU031 wep} — NIN ESUMS ueweanye>y seuicy wep Py daddy | ues “avy, samnedy sv weueanyay wey PY NadV ISUIAOIY IseAIOSHOY WP | NUNC esENs | Teueg UEP ueueinyayy set] wep PR ACadY | uodosw py ANH mNL SV teu nya weaIUoWay4 PU NEV {BujAOIg ISeAIASUON| UEP] N'TNGESENS Uueueinyoy} seuiq ep Pradgav nian. sv euemnyay ueuonawtasy P9 Nadv {SUIAOKG ISBAIBSUON WEP | NTNA SUMS lwewsinyay sour uep PR ddady | sues qey, ntH ouresaquieyy sv oy 9 N@dV. Sau SVG SoNNAuUR |“ wosmaiednqny, NING BsEAS epuing vues Ysumnod | APACHAY BOGEN, eyeseAseyy eumnstog, uouvyiiog uepueineioy | Paced yuunjes | unpury umsemey wee ojoduoa wep ueuwinyay seul PR Nad POW WeuDquidSind er ur or 6 8 Hi 9 s r £ z i £t= 6% 82-7 Eo 59 atc Oca [CO Pacers eo | PUNSUU SAT nr ae oN ALWrd | In Wed Td soquing 561e BurAoig WEMBSUOS UEP | NTUNG BROS uweueanya34 sera ep Pe adadv eBuay neyany seq eewemyayy veo y pe Nd, ISUIAOI ISEAIOSUOy| UEP | NTN eIseAS uousinyy s Pr ddady 198 qog seq teueinyay ue PR NOdV Tsujaougy|seAlesu0y wep | NING EES ueweinyary seurq uop 7 dandy vflodo yy seq ueueanyary eLoTUoWayy PR NAY ‘SUIAOIY BeAIOSHOS| UEP | NTNCTesems trpreanyery stu wep Pe ddady HM were Sel uouwinyayy ueuaaUUT>yy “PY NGAV. a |BUIAOLg ISEATOSUOS| Hep | NUNC BEANS a ueweinyayy sew wep PR dIBAW | gqoh gS reieg joofig sea wouemyay, UeLOH9UI93y RNAV mee TSUIAOIY BEATSSUOS| OUP | NUNC Beas aaa ‘ueueinyay seurc uu PACA | ysqoKraed nw, ,2081q] seq ouwnyayy weuoquauayy PR N8dV ug IsensasuON, we | NENG taseMs twouinyay seus ue PddHV | aroha py jPo8ta sea teueanyey weLOTUaWay PR NOdV TBUIAOE ISEAIOSUOY| WEP | NUNC BRAS Baal tuouemnyary seuic ep PR daddy | usnog qos AH 190% sea ueweinyeyy weuaneWay, PRNGdV WuIAgig HRAIOSUOY wep | NTA PISEME Sua tueueanyay seu wep PPAIEAV | ago he uueuey Indiq seq ueweinyeyy uerauoWoy, PU NGA {SuIAOIg FSEAIBSUOS HP | NVNAPISEAS ORIG ubueanyjay seu ep PR dddaV | vaso wep ueumpayy sea. eweinysyy ue NOW PRNGAV | tddoy “qey |SUIAOIg BAIOSUOS| UP | NNO PISEAS Coy ureuemnyax seu wep PR ddAAV | ound wep alte ue seq Luoueinyay UeLOIUOUa FeNGay | sues avy 9 s r € z i $€- 67 80-9T ari croc | 910z_ | si0z E102 | oy wourysuy | Weeuepaad | werorg uejnsy) oN ALWtd |W Wrd | Wed 1rd eae Exiais i ee Runoig FEARS P| NUNC RRS] ueueinyy seg uep rr dagdy ie exendey seq oueingoy uetenuouiay reNady | TSuAOIg IEAAASTOY] wep} ~N'TINCI SUAS buoy seug Uap Pe daaay | agen ay so8auegy sea tuengoyy doyanoWay Pe Nadav ; Teainoug seasssH03| WP | NVNG ESET | j weueInyary seu UEP 1? daadv ss a soquiny seq uoueynyy UouSIuoUy Pe NEV = : Tsuladig isERASIOY UEP | NTN esENS | OROTRRGT uoueanysy seug uep 7? daa wp zavose seq awueinyoyy ueyowuoway PeNAadV | wusy ary. Z | TSuINORY IStAIDSUOY UEP | N'UNGBiseMS ai ueMnayy Seu] ep 3 dagav Tae awe, seq. PM UeLOIUDU>y PB NIV ie mee ee ] BuInongTseNoRvO3, wep | —NTNCTERENS uouesnysy seu up Pe adaay | qo Gey equio sea uouemyary weUaiaDsy PP NEV i | supoig seuosvon wep | w'ynarenens | EET ubuernyy seul uep PRAMARY | ep endsicd Ls uneasy UouaIuady Pe NadV ae TBUoIg REARRUON WEP | NING BENS |, ‘UsUEINYS >| SEUIC] UEP (3 daddy ae oa seq, ueueinyoy ueuoiuouiay re NGdV ‘Bulaoag BEASUOY wep} NTN ESURS uaueinyy seu uep Pe ddady | reueg qey ung nyoyuiny, seq uuennysy uousjuaw'y re Nadv noid UARSTON wep | -NTNG VERT | — veurimoaismnciap. | yaaa | {tea onus a wuss wouaIuoUy PB NAY BUIADIY BEAIRSUOG WP | NTN estas ubuenuey seu ep Pe daaay | ound qe nposig sa uoueIny'y UBLOHOUy re Naav 9 = y £ z 1 evapo 7 5 £107 euEsepag Isueysuy aos Isto] weaBorg uyjnsy, IN alee TSUAOIg BeAIDsUOy UEP NUUNG BiseMs ueuemyay seul wep re daadVv — ungnpen seq : uewemyayy wetsonuottioy PP Nad TSUIADIY EAISSUOS| wep | NUNC BSENS z ueweanyy seu ump rracady | “ns sequioy seq oueynyayy woUDIUoUdy, 2 Nad 2 zt ISuAOIG SERSHOS TE ATNGTPNERE| uoweinyay seu uo Pe daddy i anus seq ueursnyay ueLi9 934 renadv| allie i (SUAGIG SERISUON UEP | ATNCTEBENS | ‘weuemnya} sewic uep 7% dgadv me wei sva {ueueinyayy woaiuUDy) PRNGAV ‘i san “OWINyEA iAold ISBAAaSUON WEP | NUNC Bases cs ane ureurnnyy seuicl wep ra daadv | gona, sdeyospuatia sya wourynyosy ueuoquaduyy PeNudY | eae eae SUIADAg RUAISSUOY UEP | NUNGEREAS | eyTuNpy ‘uburinyay seuic| uup Pe daady | “ekehmeser sdoysspuatig sya nuypyy UeLOWNOWaY “PB NA ae iBuinoig wsearosuoy wep | NUNC USERS readaay vung sea. PR NadV ae Tandy ssuiroug wearasuoy uep | NUNC BIses 4 boianosi tater Sapa (73 ddadv ‘uvp vindesey aut seq. uewenyoy) ueusquoW9yy RNG = WulAdig HURIREIOS UEP | NTN BERS uouemnyary seuicy wep meaaady | UNECE jueius seq wouwinyayy ueuaquaW9y) PRNGEY TBUTAGHY IsuAIDSUOY wep] — NING EIsENS uournnysyy rpaceay | HN eao10 sea ueue nay) Ue Pe Nad ura {SUIAOIg ISUAIASUOS| UEP | NUNC esENs | — ExETAERES ucuranyey seutcy wep re dcaav wp sana sea ‘unuemnyayy ueaIuacI9 penaay | ewsy Quy 2 s Pr 5 __@ L £107 weenEP ed | seo wesorg uejnsy) oN i Wed ees SUIADIg NeATBSUOS Up NING viseAs oyneoyy) ‘uoweinyary seuiq wep PR adaay gee yotod sea weueinyayy weLoINOWO, PR NGA ISuIADEg IEATOSUOY| UP | N'TNG EKEAS wouenyary seuic wep Praagay | ide qe ‘unurepo seq, ueuranyory eaWUatt9y) PRN, ulaoly REAAUOY wep | NTN EERE | taeuemyary seu Hep 1S daadv ce SeantaaN sac) {wows nyayy wea] UaUID>) PENG ‘SUIAOIY BALSSUOS UEP | NUNC BENS rf ucuniny Seutcy wp 3 ddadv ml emeyo1o seq ouinyay wer9MUUI9y PR NUdV jail = ISUIAOIg SeARSUOY UEP | NTINAeSERS| ueweinyay sear ue Py daddy Say soui99 se ueueanyay ue Uowi9y FUNGI, TSUIADAd IEAIOSUOY| UP cog i P| ep aaaay eas unfeulyy seq. PENGAY ae NUNG BENS reaaaay} NN ewopry sea jueueinyeyy ueoIU9UtO>4 PR NEdV BulAodg VeAresuO UEP | NTN HERS | luewemyery seu wep readaay Ba ‘eyLUMN se ‘ueueinyayy weroHay PR NadV Tung BOAO WP | RATNG BREAST weuernyayy seul wep re daddy “ae vaMWpyy seq lroweinyayy ueoTUaeO| PR N8dV {SUIAOId ISEALOSUOS|Uep | NUNC PEAS lueueanyyy seutgy Hep pe ddady o8Sunred SV swoweinyayy ueHOTU9UD>4 PR NEdV {BUIAOIY BEASUOS Ue) NUNC esENS | OWI tubueanuary seu ep re adaay wp wzzeg sea {ewemnyayy UeLOTUaUIO3y PENGAV |_sddow qe L 9 s r £ & U woz | e10z ueeaEpiog nate I wuesyepeg isuesuy ada Isto] weaioag uejnsp) on mee {SUINOIG ISEAIDSUON WEP | _NUNGENUAS | | aeeaekcepy emesig |] ueueinyay seulq uep 7 dagdy PONE ysinpoig wen} UeBjo]aBuIg wowenyax ueuanuouy | pp Nadav younjas 1ePOW WFurquiazuog {Su}A0dg ISeazesuOS{ UEP | ~N'VNC ESEAS Haw) ueueinyayy Pe aaady PIONAEY Isynpoig Wein} UeJO}aBUIg weuemmyay uouaiauiay | pp Nav runes luentesay weynuaquind pore teany{ wesemeyuerjoloued | “1 BAEC Ing, WUSE MEY, ueduequiaduag wepninwod | “g UROI REASON we | NTNG BENS | weueinyy) seuig wep Py acaav — eso seq lweus nya weLaIUeWHa PY NadV UIAOE IseAIOSUOS| Hep] NTN BISENS ia ueueinyay seurq wep PRAGAAV | gay) -gp ude, seq, wong wousqUduI954 Py Nad eee Isutaorg IseasosUOD| HP | NUNC BISENS ‘ueweinyay seuig up 73 daaay | vordng qey tioidng seq weureinyayy ueLonowioy, PNG, TSUIald(Se6}S00 HEP | NTUNG WSEAS | A tunuwnya surg uop 79 dca pa aa sea weueinyany WELIONDWDS, iy NadY WSulaarg seAIDSUOY wep | NTNABSEAS ‘ueueinysyy seuIc] UEP: PR daddy | sddew -qey tddeyw seq lweweinyayy ueLaTUaNIaN, PR NBdW TSulaoig |seAIOsu0y ep | NVNAESEMS min ueueinyor} seu] wep Py daady ais wane seq leueanyay UELIUOWay, i Nad {Su}A0%4 ISEAIOSIOS| UP | NUNC BSE ewan} seu Hep Pe daady murs se ouenyayy uereru9Way, i NadV HaulAodd SERIRSUON We | ACTNCT ENS TS treueanyo>} Seu] ue PR addy ay yeina sea uoueanyasy ueustuawayy PUNGdY, €1 a i or 6 8 L 9 s r £ z 1 6-6 | 8t- Hz 80-81 cuoz | 9voc | stot | prot | E10 Tae oor (eer toa ees cee eeeeetnl oy AUArd | Wierd | Wed Wea nae a Baas ime -9t- wsorderestaueg | NUNAHIseHs seuiq ‘ewsimerea up | 9 daadv ueurynog ueueren|ay ueuswouy | py Nadav tepUsB2g ttep ueduequiaduog | “AL ssuroig weyeusoieg | NUNC BIseHs wep ueungayiag seu | py dad “uueusg ueuawawy | 7p Nadav uwyousoigg youn ueseey) } rsuaoig ueyeurog | Arya ensens wep uoungeyiog sew | pp dad ‘uelueuog ueuowawsy | ‘Ap NEdY eet ‘womas| | __ueungaxiog ymin weseaey NUNG Bisems \suiaoig ueqierog sec edu Py aaaay ‘eanyynynuoH mung weuonouey | PATEEY | yesnunog Tate |SUIAOIg URIUELIAg SeUIC, NIUNG tsems meas ‘uruepog ueuouauay | / ddedv MOU u 1 NAV ‘oynerayy | uedued ueureuey ymun ueseney Od uesemey ueepuasurg wep ueduequasued | “HT [AOL ISUARBSUOY wep | NUNC BSEAS ueUEIYay seu UEP 79 daddy BONAEY wwuemnypy weuowewsy | ‘Nady gains | _vesqex wera weep sud | 1 £1 a Li or 6 8 L 9 s t £ z I £€- 67 8T- FT £7 -81 L107 9107 S107 FlOz £107 ueeurpuag BUUSYE[I_ SUEISU] Is WeIZO1g UE[NS, 0} AUWed | WtWrd |W Wed TWea ena aesaaney eee aes sy -sz- “Hiedi sped esas Sunduney wep weseavey weeuauasad uauinaisut weSurequiasdiog ~~ Fundaney werypaeuay wep ‘Suuns uoereuad siseq reseqos Sundurey tsuoiod yseyynitep| OHUOU Saar uwBurquug ‘wewopod uerenquiad eioyjuaiedngesy ake ay vioyyqey | cmioyjuniednqey routs vuestios tp ssnoug qenasati9g ums | eped nfo) qiqay amiap uep waaay sued wiedas ueyeuesysp Cyn youed wwE.tuDg TeReIN HHH wedeyweUag | XT pong TNC BERS aR acaay | 2885 | aman areuey wenden PP NadV tuvp euequiasuog NTUNG USERS staat Tecaay | UMReABEAL| | Siuh caveat verte ase PONGIY pois step uoiuequotued | 11a SEAL ase NUNawsens | ceyUAAY snsnpay sinha hing |, BIC Siojuny | 1mUN uesEwEy WeEpUDdUDA f : re NadV wep weSuequisSuag or ‘eindogeg 1 inoig Fag ——| NANG isems | — ue uaquET wxp uteguesog sua | “re qagay | ~b4 i104 Faron eee ‘Wasa weowuaway Pe NadV ied YT ia aia ‘suAdId Ruan} NUN wiseas | —weeTungur op uvduequeueg seu | py ddddv | ed ssuit0od ‘wasawuowwox | yepnady | veg wut ‘A a a 1 w 6 8 a 9 g ? € T e-6t_ | #t-tz_| _€t-st__| L107 S107 MeRITEpHD AWrd | Wed |i Wra a ere Bae] ence soe eqang) || SP eee eran a -92- Tey OMEIOGTY hutowoyg ypdsy Yep semey ueunSMAtad werd "Sq yoSuay. uwsuunog wowoyg ypdsy ep sfBareng uesemey ueunsmcudg yesus wereq youoy, weununidog juouoyg yedsy yep ueseney ueunstuog smi wolfe yeuay, ueStununiog Uexe[tAy tuouOyy yadsy ump siareag weseavey ueunsn Kung TUOWOsT yedsy unp sifarens ueseaey | * a a SIDALVUILS NVSVAAVN NVGAPNATE ie a Tan RS, 7 ows |i? k moyiary, NANG PSPS | ysanundag cmpnouvauava | 0887" | as reweg | ueSundueyiog unsemey Sueny serein weiued yey eueouay ueunsnkudd ‘wene|nds, eIoyqey NTING bases eae wep roid Gieree| pe “ueye| daddy ie tee | uvniditeyag uosemey Ta, ‘erin weneg | “uoenevog uonpueg veunsniuod Teena creseary ueboegusied | IC 1 a iW or 6 8 L 9 s§ ua £ c t £E - 67 87- FT £781 L107 9107 SLOT Pi H ‘UeEUEpUD, AUnrd | Unwed | Were Fneg LENE | wussyopoa samen | HERE | prea ureaiorg wens, oN one Tees wag yedejin ueunySur] Bunya Req wep 1sSung yadsy ep sifameng uesewvey ueunsn ‘yrs, wena yedeqs uodunyfury Sumyng, ‘keg wep issung Ypdsy ep siSareng wesemey weunsntog uenoynds9y wep exam aud eden wesumysury Funyng Keg wep isBuny yodsy ep siSareng weseavey weunsnétiog uwesnyyTUy Funyng eévq wop issuing sifaqeng ueseney zs HOPE WEIN sos Yadsy ep sifareng ueseaey ueunsnctiog wanda Hoy wep EIAs YEKELEM eupnig teisog yadsy Lsep sifarenig wesemey ueunsnuog DUA GEXA eXopng foisos Yedsy Lop siBarenis ueseaey ueunsnauog ‘EYRE EUS EXE eXepng [eisog yodsy 14ep siSoreng uoseyey, ueunsnugl ‘eREpH TeISOS yodsy (ep siarang unseaeyy |“ ‘ECB 9S Uep NEO ueseaveyy suou0ya yedsy up siBoqens ueseaey uounsnude 1 Lil or 6 8 é > £ - £ z I te-6¢ | ac-ve_ | €c-si__|_cuot_| s10c | swoc | _muoz_| e107 TERRE, AUAfd | WWed | 1 Wta IWed t Seen cenal ee ede esto semrn. en -8z- ‘idya Uesad wwiwniLag ~ Suen uereusd seu; ur wep erep waists wejensting ‘Buen weeyead /sEpIquoUI uek yessed weysueiog fio] uenteg ueymauoquiog Huey weeeveg exe Buajaduag !sestuwIO seusedey uereyfutuog ONV NY NVVLVNGd NVVOVEINS TIN NVLVNONGA ‘uedunysut] uBUlTiad sosoud depeyanr ueymeday uereySutuog ‘Bumnu wer qnidi fedeouaUs >ynun winyny ueyoRusg Tajednqesyisuyaoad Fuca anpjnais wep vod ueseunjaxuag, ‘THses wep juasUISTp lwep jituasut ‘ueurztiad ‘seuoz) ‘Fuens wexjepuasuad Buea} {sujnaa uesnyesad ueunsmudg, ISNIAOUd HVAV" TIM ONVANI NVLVVAINVIdd NVITVONIONAd NVONEAMAad ‘wuean ueXeyLA\ exUIEY sioqeng uesemey) uounsndurg aS yERHIEN ERTUTEL sidareng uesemey, ueunsnsudd esto L yeceEN Bx sioveng uesemey ueunsnctog ‘eKuule| srdag UUseNEY | ~ lo.J-oureroquinyy Wee ueuny sur Suny ‘ekeq tp tsBung yYadsy 1p si@oweng ueseavey ueunsndtiog ib s t 9 v1Oz | E10T ALWra Ara Tra euesyepg ssueasuy v wewuepuag aaquing IsEIOT wesdorg urjnsy, ere eCuyse ueSuap rensos qus SY. ueayes yap) HIN ‘als “AWN SVIAT auvavo “vnava ANNAN —aacagey wep ENTE] —] (eq Guns ueeieuad ueeuguiog TOYEIOTSWUT wpe Tues uvereuad isstpi0s uso en ‘ye vee uajaeuod |seuLo} Us sue yoyeressous yeu ueynuowod uep ‘uenpeod “sedisiued ustunyoU uesuequiozung LVAVUVASV A NVUd NVOCNVAIPV ACID AVE 9 $ r e z T ec-oc | ect-re_ | ec-ar__| dior | _910t_| sioc | noe] _t107 weemepta ALWrd | mWed | WWra Tra Digi isl SESS uaa eared aS -oe- upjet 1sBu siuo1 unypeqnyod usu ues uepel vod Sueru ueyeunsuow “> uppel tsBuny edunS ued, uespeqiyetuaw ‘Bue uojel yuna ‘Bueng ueyenyuentou wep ueyeuns udu -¢ pel tsBuny edungauedioy ueyeqnyeduout Sued uopel yeeyucw eT SHMNSIO wens ep URpeL WeeyUEW Bens ip youre ueeynuod yerseg 4p wep “eped ‘sere rp ueunsueg unSuvquiour ueyyajoquodip “4 910 01 sound soryaj0y uryel opout S| sowud wone u tuepeq ida ep amyngp “Jounnut ‘ucanyyn) IMxLI0q reseqas ‘uvjel uesemeduad Suen out Sue woot ucunfueq uepedwos sisod se ueunueg uereduouad yun ucyieejueunp redep weyel Ep uppef wee 191 rediwiay eped yu nu ueyningay euas sfBuajod ueuniiueg ‘wop “uryel wedeySuajiod 8 wep uvunguin “uwesuod Suvquie “Buauay ‘reo10.4 “weet ida} Uueanpes “unpel nyeg “y anjel ‘unyef uesesoyod “u nun ueef yeeyuew Suen ecuuoun iad Suequie wep ef rday ueanpes “uepet uepeq mun ueyeunsip wep weet wiwud|oXuiod yojo ueyderaup wou eure] epay, 2} wep 183un “Aegay yojo seaeqip Suvk upjel 3uefundos uena quepe weet reepucus BUEN, q yeur) ueeynuniod yeaveg 1p ‘yours ueeynutiod seve 1p “yous ueeynuuiod eped epeiog aus ‘nyej eq weyyMUNAD Burk eae tt ep deyBuajed ueunsueq ‘ynseution “‘ueyes uerieq ejeos nndyjou Fue6 reawp seyiodsuen eunsesead yejepe ueyep Suvns ueyrexjuewou -e ouow mun ueyseoyIP -v | _uEyEUNIBUeW UExYoIOqiodip ~v uoyere upyef uoBuyel “| Tielup jsouodsweay ‘BunEn wuBIESTAT uesuperworsig [1 | uetuuel waists “| F ai ONVAU eae ee - : AALMAUIS “V NvaHa TOMA LVAVAS NVONGG MVGLL NVA NVMHATOMIAAIG NVA Ca VRID ONVAY VT0d NVG ANLINLS _NVLVIDG NVAINALAST £107 soquiasaq of £107 UNL £7 nde, IsuIA0, YF I9eCj UNITE peituny J0WON xporenduny ISVNOZ NVUALVAAd WA NVOLNALIM Jeuruon Isuny eos ueinySue up se | weNeUIE|asay ep ueueueay nse Burk u uwduap uey!sexasip Suek HL 1uL49} ues uEquIBuad jolstsado Suefunuad jeuoiseiodo uray “v “unnyaTue epouT eipEpuTdiod bus Fueseg nere/uep Su10 ueyunanuot Hep ueyyreudU ‘ueweyfueseq9y ep ueduErepay ameduour yun ueyoundip Suek umnumn soyous1aq ueeLpUDy, 9p ideyBuoyp jeuruuiay -e ‘Cuda uoBuap ueysseupsooyp ecuueeuesuaiod yeduiep wep “exepnq, fey ueymyeyEp njaod “ueyuas luojstsoy ueseavny tp 1194 {yesSodouiog ‘Funpuly uoseavey nfejow Buek uwjer euvouas -p meeundBtiod Fue uepel Sues zeny sp musa) Suen upjepe uejel ueseavwuad Suemy “seu yp] yeduep sisyypue uer fey ueBuop ideyduajau yun seauyy nyey ue yBuEq Mey nquiuaLy ‘Burk ueynquinyad resid wup nuvq ueseavey “mUBTO) FSU wep UTATELPDD “egal ypjo iseieqip wep ueyet uvuewiesuad yun ueSuenL ueyningey eas Suerep eseur 4p sevuyy nye] anyef weyequeuad “uvjel ueseqajad “uejel yeeyueu Suens 18eq uryynjunsodip Bue jet weegueur zeny 1p muayi9} your) snyefas uep weer yeejuew lueBuvquioSuad ieq uoyesessip 0 Sunna yojepe uejer ijt Suey i NVM TORU “11491 eye ejay Sueruoy wiejepusie ucifey ueymyeyEp nod Suequas warsisoyp eiaq yerZodouiag “unpuy, uvseatey injejaut Sued ide vjaz9y) ubjel uesue! eUBDUOL -q ade wiaioy, anyef ued use uediuequiasud ueyningay wep uesuny) yedurep weynneqadurout uvBuap ide eyas0y anyet ueduyseF ists 1p ueunsueg wed urdeyouad -e uep de wia104 uedusef weBuequiofuod uuep ‘feuorsezado Suefunuisd sue ude vjatoy istriodsuen UveseABuajacuiad ymun anpasoid twp ‘ueresesiod “egy, Soutiou wus ‘eisnueu exep Joquins wep ‘vues ‘euesesead pion Sued warsis uenyesay, mes yojope ueideeyasa%pi0q ide vyosoy woduel “z peuruuay sBury eyes uejef ueInysuE Lup seruty nye] ueeUE]Asoy HOP ueueuvay nSuesBuour yeph ue jour) UeauEquiaod NVLVIDGM NVALNGLIM wp ‘Buefunuod ‘jeuorseiodo unpei3oy urvjos unwwidoy -q NVMHaTORadId LVUVAS NVONAG i. Li MVALL NVA NVMHATORGAIG DNVA eee YRIGIRDT NVA VT0d NVA ULLANALS sneuyp uep wep qeuns —ueanysuy “ueseavy ueseny uesiuop Uueytsesosip eAuueerposuad suvBuvioqoduod seyuty weqas uedeiup Sued neuep neWw/uP WsUNS SINjaI WHIas ueserequiad uep uesresod Burk} uouop 1deySuayip ne] 1p ueayerod anye mens ep 1p ueIeITOy -q ueBuvsaqacuad ueynqejad yerepe ueBueiagacuad sewury a waNGakuad sueduesoqaduad ‘ueepesaqay eped yeduepsog Sued Uueareiad stye 1p svqoq sung uup anpef weyeure)asay ep ueueweay ndSuvdauow ep Buek uvsuesoqacusd ueyngejad ueseaey uvBuequiaduad uep ‘jeuorsesodo SueBuvsoqaxuad ueyngvjed uesemey urfiuequiaéuad jorsesado 31 ‘eCuUEyenU e}9s9q UeEAEPLOY wep Suedumnuad anyBuesuout ymun ueweiod eXwepe wuarey 11 BuvA Ide vioioy ueTuLsel neve ueyel ueSulsel ruecejour 8 UeyNeLEp Suck uoyny/fue ufiuwsoqauad inp ‘neuep repn Sens ip weyerToy -e uoqeitoy oistiodo uefa wv | Yojepe UTULIaqacuod ueInyaUy | —_“wHUNS UOBUUEE “¢°4°| NVMHATORUAdI LVUVAS NVONAC i i MVALL NVA Ee VIRAL ONVAA V10d NVC UALMAILS: NVMHATORAAAIC ONVA uerexejod ver 88u9po4uad uped yeduiepiog 8uvé uesresod Cada UURISp WOR SEUIpIDORIp eXuuveueouased eyes “uesunyaUy edurep uerfey ‘senjeoy wep ‘wejepuow uerfey njiod ueauas wojsisoyo tesa) ep Sunputy uesemey ueBuap we eye wpesag Bec uw uesewey Luestny ueBuap ueyiserasip ecuueeIpacuad Hues HI uesuap UD|IP UENQLIad uPsPALEY, « sueesejad \FBuETTuaU yepn Sues 93 nejnd-nejnd ep uuseavey Suen uereejueuod ‘ucredejed ueere#u9jacued n3SueBFuou eduer “uvavdejad anye Sucfuedas yp ave epg uped Buens ueyeeyuewad sueynqrjad uesemey ueSuequisétied tuep ‘feuoysezado Suefunuad joyseiado weie/Boy unui eyereéseu ueuexejad uunuoday ymun unyexeBBuajasip Suee weynqejod yoyepe wna ueynqeiag isewodsueay pou! Jee uep enut uvyepuidiod reduioy reeqas tures ueynqejad Surfunuad e114 uvp uerecyjod uereUIE]asay ueBuap ideySuapip Sues wi sey8uoq nere;uep iad unam peu jeundrodp Surg swowoya reyeIBay Uep UEYEIULIOLLDd Uuayerdoy veduiar reBeqas mayo seieqstieg ueBuap wxuieynyas 1p veateiad wep weep ep uIpidy e| Sued yeduion yeepe ueynqujog uoynqejad -v They iseucdsTEn uesunef wasig “71 ‘meat ep teBuns tp Yer}I91 Bek ‘nvuep wep resuns ueiny/sue lueXejaut ymun ueyeUnsip Burg ueyngejad yejepe neuep wep reuns ueYNgeiod NVMHaTORNadIG MVALL NVA, ‘LVUVAS NVONAG NVMHATOMMAGIG NWA. NVMHa108UadId ONVA VIMALRDL NVLVISAM NVOLNGLIM ONVAY V10d NVG ANLMNULS: ueicejad ueese Bua] a6uod ped yeduwepiag Buk wesreiod uopejueuiod ueseyequiod wep uesteod ne] iseLiodsuen F uvere33u9jaxuiod ped yeduepiag Suck ae uepeq stie 1p seqoq uaa uBuap uRytseulps00%p eAuueeurouaiod tuwseavey unseny ueSusp ueyiseiosip ecuureeipacued Suek HL ueBuap ley@uoyp ueynqujad uwseasvy “8 suvaedejad senanye nSSueBZuow yepn Hue 4 neynd-nejnd uep ssisod uesemey Buen ueweepueuiod ‘use vjad ueerwaBusjocuod ndSueBBuow vd “uusejad anje Suelireds 1 sueyngejad uvsemey ueBueqUofusd vp ‘[euorseiado Suefunuad maya) ueyer Boy Suvfunuoie ‘vung UIpuas ueBunuodoy, aymiun vjoqayip Hues ueyngejod NVLVISG NVALNGLAS repn uens ip ueefoy -e | uepeq uped Suen weyeejuCwod “> euotseindo uyeoy “> rope snsnyy ueynqnjag | snsnypy weyngujad -q | NVMHATOMIaara LYRIVAS NVONGG mH - | MVALLONVA NVMHATOMAAAIA NVA AY MHS IOs WAaIGONVA VRIELRDL ONVAU V10d NVA AALINALS al neqe/uep *(a[>e1sq0) weaURyeY unBuequouad Teuotseiodo ueyeurnjasay wep reuruTeay UeD(e une 0 ueyLitasojou ney “yeqnsiuow ueyurpuout ueeriay “q ‘o8uey wep Suedunuad Uueyeumyasoy ueeseS3uajaxuod naa uu yop uk uyeiBoy ueyvunsip ry Jepueg ueBuntiaday uedunys yeioep 1p Burns ueeejueWod -e sereqiay nies9s exe vp ueueysriod uzyerSay wep ‘ueBueqioued iseiado uerewe|asoy, urueejad Ruefunuod ueyeisoy ‘uvezeprsepuegoy esol ueurdejad Suefunuad uryerioy ‘ueezepniepueqoy [euorserado ue ay wun weBuntiodoy uo ‘seuodsuen epowieiue wep ueyepuidiod yedway uep “Sucs0q nu sey3u09 “Buedwnusd tunany yeu ‘sepu} seday uwop yesepuour vsepn wavesad yeduioy 1eBeqas ueyeundip vk musta seieg-seeg weap Uueitezod neweuep uerexep 1p ueseavey yejepe exepn sepueg, wnwn ezepn sepueq e Perepa iseurodsuey £1 NVMHGTORUAGIT SIVALL ONVA. LVaVAS NVONIC _ NVMH9TOMUAdIG ONVA NVMHGIOGUTIIG ONVA VRULLRII NVLVISOM NVOLNGLAM ONVAN V10d NV UALANALS ueqeurejasoy ue 1p weuoyodad ueyprersojour neve * “uvytrpuou uorertoy uinuwin sepueg, tsfuny nS Sues8uow Sued avye/uep “(| yenquia ueueueay ueyeceynquiou Bue uereyoy wesiuegsauiad ue ucieMejasay uReIeABUD}aKudd nS BueFuouw yepy Fued ure] Boy ueyeursip sepung uvdunuaday in (qeaep tp Suen wen SereqIay BINTOS HATH ueueureay uep ueueyeriod ‘ueyer2y uep ‘ueBueqiouad rsezedo ueyeurejasary ueyer a4 “ueesepnae esef ueuecejad Buel ucie/3ay ‘ueezepnaepuregay feuorseiodo uerersoy tunuun yun iP YePH ep MuDHIOT » Huefunutou >mjun ecuey eduueeunduiod ue exepn repueq 7 yojepe snsnypy espn sepueg ssnsnyy expr sep ‘Cuda uvSuap ueyiseupsooyip eAuuweursuaiod muds ‘ueBUNS sqedurep ere ‘serie Luep “edepng fe1sos ‘siFojoy9 snuoUoys Spuyfar wexeAR|OY ‘uequoy wweyepuaur uerey npiod urjuas Waystsoyo ueseAney ep Sunpuyy ueseaey uesiuap ueBunBujsioq ney epeidg Sued egepn septreg ueunBuequiod “p uuvqiouod isesodo uieyeunejasay srnjay uomUDIey uueSuap rensos wep “eynnewosoe nuowiows NVMHA TOMA MVGLL NVA LVRVAS NVONAG NVMHATOMAAdIA ONVA NVMHATOMUTAIG INVA VRIGLRDT NVALVIDGM NVALNGLIN ONVAU VI10d NVG YALMOULS Ror UeBuap uryseu!poo¥ip ‘eXuuveursuased: eyas “uedunysuy yeduep uerfey ‘sempetoy uep *eXepng [e1sos ‘stFojoy9 ‘uiouoya * ‘Suejuay wejepuow ueiley, npiod uequas woysisoyp ueseey uvliuns5urssaq arpn appurg u tsesodo siuyar uemuaIay,uedti9p fensas uep “eynneuoae snsnipy uvyfey 1ynuowaut ‘uedueqiousd istiado yniun ueynodip yepnu Fueé serytsey ueyednsow entry ynuawou uep “uaiuapy uenimasiod yedepuow ymun ueunqiousd stiodo ueeureyasay ueseawey weyep 1p ueunueq uoyLeysojou neve “yeqnsuau ““ueyjsipuour umeioy 3 sueuEqiaciod yseiado eeu jasoy Uuvseasey uerBBunoy ]arouu ta}04 ep wivés we8uap wwiuvqioued NMA TOMA LVUVAS NVONAG = ere MVQLLONVA _NVMHATOMVAAIG DNVA See VRIALRD ONVAU VT0d NVGUALANALS NV.LVIOGM NVALNGLOS ung sed wep uesunef tsfuny sBBuow EAS Hung, naSuesduaw yepy eas rung se8 wep yexuuu edid uvSunsef hung se wep ecu edid uoduysef Suofunusd weie8oy wep pouorseiado uepersay "dunsad anise 9y anuns vjeday taep tung se up yeculus ueyanyecuate mun did yejepe tinting aye edig inlag vid wep Synpuy edig ‘sep istusues, id MUAUIy iStuusuer dig ‘anuing ayy edig nndyjou Suck rung se neve wep yedurws sung, sv wep yeAu dig “4 fBuequiod |sBuny nssuessuour upp tremyeqay exeyeq ey nquituow BULK ueyeAsory [2150s ‘S1R0]0y ‘tuHoUOy Syunjan ueyedeyay Sueyu9y urejepuaw uetfey, nod weatian soya ueseaaty wep Sunpuy Uueseaey ueBuap ues gor nee epeiog Buek Dietregibe ueige vente ust, apjSuequiad ueueweoy wep tses}fouorseiodo ng Sues 8uow ep Buvk ueperioy wv (oy ueIBoy Hep EME yew pensos pyBucquiad Jes 1p Buens weyeEyteUad Jsynposduiou ueyer Bay yolepE Yunsy eBeUD uEMyTUEqUIOg suns wySuegui9g Tau eucwesead warsis “1°¢ NSA TOMIaATA MVGLL ONVA LVAVAS NVONAC _NVMHATOMATAIA ONVA NVMHATOMAAdIG ONVA NVLVISGM NVAINGLAM VRELRDI ONVA V10d NV YALMNALS ud UEH!SPUIPIOCY!P eAuueoueouarad nas “ueiunySuy yedurep ueifey “sepijea] wep “exepng isos ‘stdojoye “WMOUOYa “HUY. uvyedejoy Bumuay ureyepuat uuifey njidd wequos woysisoye tueseaaey ep Zunpuyy ueseavey vedid weunSuequiod ATUBad Ja1out neve ueuEyay ameEsuad Jou! wesuap rwdwwes ypu edig ueydunqnyuow Buk we88uyjad [stod weyep Suesedip Suek edid yeyepe ‘Siaiog vdig SIAag vdig edutes ueweyar ameduad Uuep smyntiod sayour urasis ep wing se unyanpexuou ymun edid yejepe ‘ynpuy edig -avsaq wvauvjad 2} neve uep “ueueya) snyetad uwep anynuad s9u warsis 9y tnduunuad unisey ung sed uexanyecuaus yun vedid yeyepe ‘seo isiuisueny, edig ‘edunieqas neve wep ueyngejad 94 10dap ep nee 1odap uep wep sodop ay uvyejoRuad yeduoy Luep wep “ueyejoduad yedwuo, 94 indwinfiuad uniseys t2ep yeu uyany uous ymun odie yejepe SyeAuypy tstussuiesy, vdig NVMHA 10a add MVALLONVA AVRIVAS NVONAG NVMHATOMAAdIG ONVA See ES NVLVIDGM NVALNGLIM VRILRIT ONVAU V'1Od NVG MALAMALS seyunUUoyo|o4 ueyeke ‘Bue ueperzay yrqun Tuer weyeesuewod -e ‘RUTUTE OUTEUTON S| warsis new ‘oper “yndo Teavey, ‘wists inyejau 14ung wep “exens -vpuea ynitiog weyep ISeULIO,A doqos trep ueoutouad neve Uuep “ucwinaduod ‘urswouvw demas yerepe iseyrunuioyajay JseysuNUOy>|1 iad ustien, anyet Buelitedas 1p segoq Suens uneeyueuiod p uwSuap we vs (ps0oy1p Uuep “ecepng je1sos ‘sizojoya Stuouoy “ytuyar ueyRde oy ‘Survey wejepusus wesley njiad ugquas wiaySIsoyo UestANe wep epriag Bunk ucfunef ueunduequiad -q SENSI] eeus) istuusuen ueuyer sung nBdue@Buow Uuep ueseyeqay edeyeg ueyinquituoM Burk ueyefoy “9 uRST eeu} ishusueNy wesUTNET |sBuny nBauesa ep ereuoUes 1 Urey ueyerBay euas “uesrysediod mueyiod “ueurejetiod mnefiyiuad uewersay -e juste ueduLsef Suvfunusd ‘euwseseid ueundutequiod ueyeray wep yLnst eREUD wuisuen ueBunef euesesesd ound uequiod ueqerBo¥ 3 eT WaIS|SIeUe Ast] vBeUD) ueANpeAUEd neqe “uauunsuioy ay ete ssnquasip iaysis 93 ueyysuequuiod [ep yIst] eeu) ueIN|eALd yejepe LNs eBeuay isiwusuEL sensi, euereswid waysig “2 NVMHA TOMA SIVGLL DNVA LVUVAS NVONAC NVMHATOMAAAIG ONVA NVMHOTOMUAIG ONVA, NVLVIDIM NVAINGLI VRIGLRDL ONVAM V10d NYG UNLMMILS swe vkep soquuins euesesesd FANSHIDG setBay ueBuap “tuoZ reseatey Bequiat foutiay Suen ere) eueouos ‘wjep pseu0z uenqusuied snpedion SV woists weyep Bens uneny 98 “ate ueBuenquuad quivuod euciosead veltaqag 1Beq ueyLyajoqiodip 11 P07 ped tounsuequtod uepsoy, ‘Suns#uy] Sunsury] yreq yen undne ‘aye ecep 4991 ucjeBay SuelunuoU Buec wrey yovepe ate wep Joquins uefuue ‘eAutueyep 1p Bunpuryiy ueBuuef warsis “7 eaSIOy MESEATEY T uvsiuepun-3uep buoy 3uek ueseavey “Bunpuly ein unsmavey ‘erestavLied Uueseawy “eXupng seie9 uvseaey “ueyngejadexepn Jepueq ueseaney 4p exeuow uwunguequiod NVMHATOdUadd MVGLL ONVA LVUVAS NVONAC _NVMHATORAAdIG ONVA ae eae DI NVALNGLAS VRITLRDL ONVAU V10d NVG MALLS afte peneusoued Uueyinquittiot ssuanodiag Sued weyers vyies Syeuioy Suepuey wcyoasqed ueunquirusd iad ueIeIFay, O 11 BUOZ epeg ‘aye wXeproquins aepurytuour yryun “ueje ued undureuad wejoy uuejep ay ynseur yedep Buee (fo una) weeynuuad sre ‘uealje epe yajoq yep o tuvainjod tsuaiod wep “yedures ueunguiruad sexo] ‘yeuuiar Suepury ‘uewrynuutod “ueye] ueeunasuad wep uvypjoSuad uereriay 0 1 wuoz ped “4 npedioy uaueyod ure] exoyue Seyeae seus uew1Boy wep ueyejoBuad ueyeiBoy eduraqeq iBeq u rep yn yesep weurue) 4] uep | euoz tsjsod unyauipusqup nny Buyjed Buek undesar yeisep ‘111 e0z 0 fseqeqio1 realues bereaas ueye] UeYyejoBuad UuererBay 18eq uexys{oqIP 2( buo7 Lop njny ‘quae 94 yiqa} BueK yesseP ‘eXurue) | euoz seep uuvdesou yeisep J euoz © sueyny nyrex Sun Uuvseatey wep ueneisajod Uuvsvasey soieqas Uuvyieejueunp yajog véuey sale veut ueBuap weap Suyjed epeiog Sueé uredosar weseaaey mites ‘y eu0z eped _o NVMHATORAAAIA MVGLL NVA LVRIVAS NVONAC NVMHATOMAAMIG ONV A. NVMHA1O8YAdIG ONVA, NV.LVIDGM NVAINGLIS VRLRIL ONVAA V10d NVG YALANALS re uvuop inquie® uvsessy « 9G |= UeBUosayoy, ueBuap soto depeqar eyod reiiues yeu siust pytyiwou Buek veIny ueseAvey « ne} uuweynutiod seve 1p 101901 990°z = uerunoy recunduow. *Sunpuy isBury na uvSTuouw wep u ‘Fue k very usearvy « yeqnduaw yep Se60b = uentjuied uep ueytpipuad ua.o] uedutsnuray rexunduiow. uoqoray ymiun ueyypjoqiadip 9 uve weiny ueseavey rst ase ‘sSunpuyy SLL = ekUoqoq ueyninay depeysar sqesnuad wep ueqpeqniad out yep a unpregryesuaw rests ueBuap ueyYa]Oq4 yours stuof uo] unsiaysuI9y yedup 3uv ueye30y -q nay, uexng went JOpye ueTUap UEINY UESwANLY « ‘dnpiy wesunyySuy twp “ure wrest “uesunyyau (Ha) weanyy weEjojaBuDq “your uoLeys9j9y] eUDS “CURE vesef unpwejuetiod unye3oy -q | uenyesary snyojaus ues}nyyoj1p usangnsoy wroyyaurou Bos top wioyy ueLse9s9|0q uueseawey Bunpuy 1sBuny UeINy| ueseavey UPPjOJEEuad | eAurpelioy uep ‘uatreuniad pres9s uRyNY UeSseAKeS, yorjod isBuny eduyequieq “qeue) ueeynutied vduuniny ueyeqpyesusu sep Bueé your) yemeg uesuequreyiod vjod ueBuop edu uexysjoqiodip Bunpur ueiny uesemey weep ueSuequieuod ueyiay “p ssunpuy isdury n8suesuou uep wee Sueyuiaq yeqnsuau sepn yereds ueuap uexMVETP yedep uentjouad uep uvypipuad ueyeriay 9 ssunpuy is8uny nSBuvs3uour uep urepe Burequ9q, Yyeqnauau yepn yereds ueBuap ueyysfoqsadip ndey uesing ueqny [sey uep ‘urepe viesim ‘ueSunpsury esel uejeyyueured treyeBay “4 NVMHATOMNaAIG MVGLL NVA AVAVAS NVONAG NVMHA'TORIAdIG ONVA NVMHG1O8MadIG ONVA NV.LVIDGM NVAINGLIM VRIALRDL ONVAU VIOd NVG UALMAALS:

Вам также может понравиться