Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan suatu sistem, dimana setiap organ saling
bergantungan. Setiap sistem organ pula merupakan suatu kesatuan dari
sistem yang lain, yang saling berkaitan. Apabila satu organ dalam tubuh
kita mengalami kerusakan maka ia tidak dapat bekerja secara normal atau
seperti biasanya.
Syok didefenisikan sebagai kondisi kompleks yang mengancam jiwa,
yang di tandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel
tubuh (Rice, 1991). Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama yaitu curah jantung, volume darah, dan tonus vasomotor perifer.
Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak
dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok.
Syok mempengaruhi semua sistem tubuh. Syok dapat berlangsung
secara cepat atau lambat tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Selama proses syok, tubuh berjuang mengatasi syok dengan cara
meaktifkan semua mekanisme homeostatis untuk mengembalikan aliran
darah dan perfusi jaringan. Syok dapar terjadi sebagai akibat dari berbagai
komplikasi penyakit dan oleh karena itu semua pasien mempunyai potensi
untuk mengalami syok (Rice, 1991)
Asuhan keperawatan bagi pasien syok membutuhkan pengkajian
pasien yang berkelanjutan dan sistematik. Banyak tindakan keperawatan
yang diperlukan dalam merawat pasien dengan syok membutuhkan
kolaborasi erat dengan anggota tim kesehatan perawatan lainnya dan
pesanan dokter. Perawat harus mengantisipasi pesanan tesebut karena
harus dilakukan dengan cepat dan akurat.

II.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang penulisan diatas dapat dirumuskan masalah yang ada
sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.

Apa itu syok?


Bagaimana etiologi syok?
Bagaimana phatofiologi syok?
Bagaimana manifestasi klinik pada penderita syok?

III.

Tujuan
Adapun tujuannya, antara lain:
1. Mengetahui dan memahami defenisi syok!
2. Meningkatkan pemahaman tentang etiologi syok!
3. Meningkatkan tentang pathofisiologi syok!
4. Mengetahui dan memahami tentang manifestasi klinik pada syok!

IV.

Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis
mempergunakan metode teknik studi kepustakaan atau studi pustaka.
Tidak hanya itu, penulis juga mencari bahan dan sumber-sumber dari
media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu, Internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada tiga faktor utama yaitu:
curah jantung, volume darah, dan tonus vasomotor perifer. Jika salah satu
dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi, maka akan terjadi syok. Bila tekanan arteri cukup rendah,
terjadi disfungsi otak dan otot jantung (Mansjoer, 1999).
Shock didefinisikan sebagai kondisi kompleks yang mengancam
jiwa, yang ditandai dengan tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan
sel-sel tubuh. (Rice,1991).
Shock atau renjatan adalah keadaan hipoperfusi menyeluruh pada
jaringan dan sel-sel tubuh dimana transportasi oksigen tidak dapat
memenuhi kebutuhan O2.
Shock merupakan keadaan dimana kolapsnya tekanan darah arteri
sistemik.
2. Epidemiologi
Angka kejadian 1 dari 6 penderita IMA yang dirawat berakhir
dengan syok kardigenik dan merengut nyawa sekurang kurangnya
100.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Upaya di beberapa Negara
telah berhasil menurunkan mortalitas IMA dari 30 % menjadi 15 % .
Sedangkan 70 80 % penderita dengan syok kardiogenik tidak berhasil di
diselamatkan dibanding dengan komplikasi lainnya, misalnya payah
jantung kongesti berat dengan angka kematian 50 % dan tanpa penyulit
motalitasnya kurang dari 10 %.
3. Klasifikasi
a. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana
terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada
kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling
sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang
cepat (syok hemoragik). Syok hipovolemik dapat merupakan
akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah).

b. Syok Kardiogenik
Disebabkan oleh kegagalan

fungsi

pompa

jantung

yang

mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti


sama

sekali.

Syok

kardiogenik

dapat

didiagnosa

dengan

mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpainya adanya


penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru,
tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung.
c. Shock Septic
Suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang
membahayakan nyawa sebagai akibat dari sepsis, disertai adanya
infeksi (sumber infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang
dihasilkan oleh bakteri tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang
dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu infeksi).Racun
yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan jaringan
dan gangguan peredaran darah.
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif
yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram
negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya
hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena
vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan

peningkatan

peningkatan

permeabilitas

kapiler

menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang


terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi
tidak disebabkan penurunan perfusi jaringan melainkan karena
ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin
kuman.
d. Shock Anafilaktik
Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius.
Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat
obatan, bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius

karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan


tindakan medis segera.
Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi
kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi
hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi
dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran
histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi
hipovolemia relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok,
sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem.
Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan
ventilasi.
e. Syok neurogenik
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari
syok distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat
vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh darah secara
mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels).
Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini
diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala,
cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
4. Etiologi
Klasifikasi penyebab shock didasarkan pada pertimbangan adanya
kelainan pada tiga mekanisme utama yang bertanggungjawab terhadap
kecukupan sirkulasi. Ketiga mekanisme tersebut meliputi :
1. Tonus pembuluh darah (distributive shock)
2. Volume intra vaskuler (hypovolume shock)
3. Kemampuan jantung bertindak sebagai pemompa (cardiogenic shock)
Berikut akan dijelaskan etiologi syok berdasarkan klasifikasinya :
a. Syok hipovolemik (akibat penurunan volume darah)
kehilangan darah, misalnya perdarahan
kehilangan plasma, misalnya luka bakar dan
dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama),
cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah,).

cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah,


fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen

b.

c.

d.

e.

usus).
Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
penyakit jantung iskemik, seperti infark
obat-obat yang mendepresi jantung; dan
gangguan irama jantung.
Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
infeksi bakteri gram negative
malnutrisi,
luka besar terbuka
iskemia saluran pencernaan
Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
makanan,
obat obatan,
bahan-bahan kimia dan
gigitan serangga
Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf)
cedera otak yang mengenai pusat kardiovaskular di otak,

cedera medula spinalis, dan anastesis umum yang mendalam.


stimulus parasimpatis ke jantung yang memperlambat
kecepatan denyut jantung, disertai dengan penurunan

stimulus simpatis ke pembuluh darah.


Jenis syok ini dapat menjelaskan pingsan mendadak akibat
gangguan emosional.

5. Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya
berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum,
walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi
empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume
darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu
faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka
akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok
berlanjut, curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.

6. Pathway/WOC
penurunan
volume
darah

kelainan
jantung

infeksi

alergi

kerusakan
pada sistem
saraf

Sirkulasi darah arteri tidak adekuat


Mempengaruhi curah jantung, volume darah dan
tonus vasomotor perifer
tidak dapat melakukan kompensasi
Syok
-

Syok Hipovolemik

Syok Kardiogenik
Syok Neurogenik
Syok Septik
Syok Anafilaksis

B1 Breathing

B2 Blood

B3 Brain

Kegagalan

Penurunan

akut fungsi

Curah

sirkulasi

Jantung

Penurunan
perfusi
jaringan

B4 Bladder
Produksi
urin
berkurang.

B5 Bowel

B6 Bone

Bisa terjadi
mual dan
muntah.

Penurunan
kemampuan
otot

7. Komplikasi
a. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.

b. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia


jaringan yang berkepanjangan.
c. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatas alveolus-kapiler karena hipoksia.
d. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan
kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan
jenjang koagulasi.
e. Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan
koagulasi intravaskular diseminata akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade
koagulasi.
8. Gejala klinik
a. syok hipovolemik
pucat
kulit dingin
takikardi
oliguri
hipotensi
b. syok kardiogenik
hipotensi (< 90 mmHg)
gelisah,
pucat,
kulit dingin dan basah,
menurunnya kesadaran
nadi : pengisian kurang, cepat 90-110/menit. Mungkin
bradikardi
pernapasan : takipnea,
produksi urin berkurang (Oliguria : < 30 mg/jam)
c. syok septic
pernafasan menjadi cepat,
hipotensi
menggigil hebat,
suhu tubuh yang naik sangat cepat
kulit hangat dan kemerahan
denyut nadi lemah
tekanan darah yang turun-naik
oliguri
d. syok anafilaktik
bercak kemerahan pada kulit yang disertai dengan rasa gatal.

bengkak pada tenggorokan dan atau organ tubuh yang lain.


sesak atau kesulitan untuk bernafas.
rasa tidak nyaman pada dada (seperti diikat dengan kencang).
suara serak.
kehilangan kesadaran.
kesulitan menelan.
diare, sakit perut dan muntah muntah.
kulit menjadi merah atau pucat.
e. Syok neurogenik
tekanan darah turun,
nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat
(bradikardi)

kadang

disertai

dengan

adanya

defisit

neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia .


Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi

tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat.


Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol,
kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat
berwarna kemerahan.

9. Pemeriksaan
a. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga
riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat
atau orang yang mengetahui kejadiannya, cari :
Riwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam

perut)
Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
Riwayat infeksi (suhu tinggi)
Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah

memakan obat)
b. Pemeriksaan diagnostik
a) Sistem Kardiovaskuler
Gangguan sirkulasi perifer pucat, ekstremitas dingin.
Kurangnya

pengisian

vena

perifer

dibandingkan penurunan tekanan darah.


Nadi cepat dan halus.

lebih

bermakna

Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan,


karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi
kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang
paling baik.
b) Sistem Respirasi
Pernapasan cepat dan dangkal.
c) Sistem saraf pusat
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan
darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien
menjadi gelisah sampai tidak sadar. Obat sedatif dan
analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya
pasien memang karena kesakitan.
d) Sistem Saluran Cerna
Bisa terjadi mual dan muntah.
e) Sistem Saluran Kencing
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin
pasien dewasa adalah 60 ml/jam (1/51 ml/kg/jam).
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit,
kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
b) EKG
10. Penatalaksaan
Dilakukan berdasarkan klasifiksi syok, yaitu :
a. Syok kardiogenik
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
1. Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
2. Memulihkan kesehatan miocardium
3. Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup :
a. Mensuplai tambahan oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui
kanula nasal 3 5 Liter / menit.
b. Mengontrol nyeri dada
Jika pasien menglami nyeri dada, morfin sulfat diberikan
melalui intravena untuk menghilangkan nyeri. Pemberian posisi
semi fowler, dapat membantu untuk memberikan posisi
nyaman & meningkatkan ekspansi paru.

10

c. Pemberian obat-obat vasoaktif


Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple
untuk memulihkan dan mempertahankan curah jantung yang
adekuat. Pada syok kardiogenik koroner, terapi obat diujukan
untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, mengurangi preload
dan afterload, atau menstabilkan frekuensi jantung. Contoh,
Dopamin dan nitrogliserin.
d. Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat oleh perawat
untuk mendeteksi tanda kelebihan cairan. Bolus cairan
intravena yang terus diingkatkan harus diberikan dengan sangat
hati-hati dimulai dengan jumlah 50 ml untuk menentukan
tekanan pengisian optimal untuk memperbaiki curah jantung.
b. Syok neurogenik
Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada
penyebabnya. Jika penyebabnya Hipoglikemia (syok insulin)

dilakukan pemberian cepat glukosa.


Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan
anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian
kepala tempat tidur 15 20 derajat untuk mencegah

penyebaran anastetik ke medula spinalis.


Pada Kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah
melalui imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah

kerusakan medula spinalis lebih lanjut.


Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki tempat tidur
dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai.
Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah menempatkan
pasien

pada

trombus.
Pemberian

peningkatan

heparin,

resiko terhadap

stocking

kompresi,

pembentukan
dan

kompresi

pneumatik pada tungkai dapat mencegah pembentukan


trombus.

11

c. Syok anafilatik
Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler,
dan mendukung kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh :
epinefrin ,aminofilin. Epinefrin diberikan secara intravena
untuk menaptkan efek vasokonstriktifnya. Difenhidramin
diberikan secara intavena untuk melawan efek histamin dengan
begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin
diberikan secara intravena untuk melawan bronkospasme akibat

histamin.
Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti

napas, dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)


d. Syok septik
Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka

dilakukan dengan tekhnik aseptik.


Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara

agresif dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.


Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan
termasuk antibiotik dan obat-obat vasoaktif untuk memulihkan

volume vaskuler
e. Syok hipovolemik
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah
1. memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang
tidak adekuat.
2. meredistribusi volume cairan,
3. memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan
secepat mungkin.
Penatalaksanaannya :

Pengobatan penyebab yang mendasari.


Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan
untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan
tekanan pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan

12

Penggantian Cairan dan Darah


Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar
dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian
cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian secara
simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %,

Koloid (albumin dan dekstran 6 %).


Redistribusi cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan
meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut
diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan.
Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang

dipengaruhi oleh gaya gravitasi.


Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika
penyebab yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya,
insulin akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi
sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP)
untuk diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare dan

anti emetic untuk muntah-muntah.


Military anti syoc trousersn(MAST)
Adalah pakaian yang dirancang untuk memperbaiki
perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan
tekanan balik disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini
menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu
menahan perfusi coroner.

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN SYOK


A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberi arah kepada tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam
tahap pengkajian.
13

1. Identitas
a. Identitas klien terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
b. Identitas Penanggungjawab terdiri dari : nama, hubungan dengan
klien, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien utama klien dengan syok adalah Pola nafas tidak efektif,
sianosis, edema, kelelahan, kelemahan, pucat, tidak bergairah.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik klien secara PQRST, yaitu :
1. P : Provoking incident, kelemahan fisik terjadi setelah
melakukan aktivitas ringan sampai berat, sesuai dengan
gangguan pada jantung.
2. Q : Quality of pain, seperti apa keluhan kelemahan dalam
melakukan aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien.
Biasanya setiap beraktivitas klien merasakan sesak nafas.
3. R : Region, apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah
disetai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
4. S : Severity (scale) of pain, Kaji rentang kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan
klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan
perfusi yang dialami organ.
5. T : Time, sifat mula timbulnya, keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya
kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat
istirahat maupun saat beraktivitas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah
sebelumnya klien pernah menderita hipertensi, iskemia miokardium,
atau penyebab lain yang dapat mengakibatkan syok.

14

Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada


masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan
ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Alergi obat dan
reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi
sebagai efek samping obat.
4. Riwayat penyakit keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif, dan penyebab kematiannya. Karena, jenis syok kardiogenik
juga dapat disebabkan oleh riwayat penyakit keluarga.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batukbatuk.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri,
cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen dan kebutuhan (penurunan/terbatasnya curah jantung) ditandai
dengan kelelahan, kelemahan, pucat, tidak bergairah.

No
1.

Diagnosa
keperawatan

Tujuan / Out come

Intervensi

Pola nafas tidak

Setelah diberikan

Mandiri

efektif

askep selama 3x24

berhubungan

jam diharapkan pola

Mandiri
Evaluasi

frekuensi

15

Rasional

Respon pasien
bervariasi. Kecepatan

dengan gangguan

nafas efektif dengan

pernapasan dan

dan upaya mungkin

pertukaran gas

out come :

kedalaman.

meningkat karena nyeri,

ditandai dengan

Klien tidak sesak

Catat upaya

takut, demam, penurunan

pernapasan,

volume sirkulasi

contoh adanya

(kehilangan darah atau

dispnea,

cairan), akumulasi

penggunaan obat

secret, hipoksia atau

bantu napas,

distensi gaster.

pelebaran nasal.

Penekanan pernapasan

sesak nafas,
gangguan frekuensi
pernapasan, batubatuk

nafas
Frekuensi
pernapasan normal
Tidak ada batukbatuk

(penurunan kecepatan)
dapat terjadi dari
penggunaan analgesic
berlebihan. Pengenalan
dini dan pengobatan
ventilasi abnormal dapat
mencegah komplikasi.

Auskultasi

Auskultasi bunyi
napas ditujukan untuk

bunyi napas.

mengetahui adanya

Catat area yang

bunyi napas tambahan.

menurun atau
tidak adanya
bunyi napas dan
adanya bunyi
napas tambahan,
contoh krekels
atau ronki
Kolaborasi

16

Berikan

Kolaborasi

Meningkatkan
pengiriman oksigen ke

tambahan

paru-paru untuk

oksigen dengan

kebutuhan sirkulasi,

kanula atau

khususnya pada adanya

masker sesuai

penurunan/gangguan

indikasi

ventilasi

2.

Ketidakefektifan

Setelah diberikan

Mandiri :

Mandiri :

perfusi jaringan

askep selama 3x24

Lihat pucat,

Vasokontriksi sistemik

perifer

jam diharapkan

sianosis, belang,

diakibatkan oleh

berhubungan

perfusi jaringan

kulit

penurunan curah jantung

dengan gangguan

perifer efektif.

dingin/lembab.

mungkin dibuktikan oleh

aliran darah

Dengan out come :

Catat kekuatan nadi

penurunan perfusi kulit

sekunder akibat

Klien tidak nyeri

perifer.

dan penurunan nadi.

gangguan vaskuler

Cardiac out put

- Dorong latihan

- Menurunkan statis vena,

ditandai dengan
nyeri, cardiac out
put menurun,
sianosis, edema
(vena)

normal
Tidak terdapat
sianosis
Tidak ada edema
(vena)

kaki aktif/pasif,

meningkatkan aliran balik

hindari latihan

vena dan menurunkan

isometrik

resiko tromboflebis.

Kolaborasi
- Pantau data
laboratorium,

Kolaborasi
- Indikator perfusi atau
fungsi organ.

contoh: GDA,
BUN, creatinin,
dan elektrolit.
- Beri obat sesuai

- Dosis rendah heparin

indikasi:

mungkin diberikan secara

Heparin/natrium

profilaksis pada pasien

warfarin

resiko tinggi dapat untuk

(Coumadin)

menurunkan resiko
tromboflebitis atau
pembentukan trombus
mural. Coumadin obat
pilihan untuk terapi anti
koagulan jangka
panjang/pasca pulang.

17

3.

Intoleransi aktifitas

Setelah diberikan

Mandiri

Mandiri

berhubungan

askep selama 3x24

- Periksa tanda

- Hipertensi ortostatik

dengan

jam, diharapkan

vital sebelum dan

dapat terjadidengan

ketidakseimbangan

pasien dapat

segera setelah

aktivitas karena efek obat

suplai oksigen dan

melakukan aktivitas

aktivitas,

(vasodilasi), perpindahan

kebutuhan

dengan mandiri

khususnya bila

cairan (diuretik) atau

(penurunan/terbatas

dengan out come :

pasien

pengaruh fungsi jantung.

nya curah jantung)

Klien tidak mudah

menggunakan

ditandai dengan

vasolidator,

lelah

kelelahan,

Klien tidak lemas

diuretik,

kelemahan, pucat,

Pasien tidak pucat

penyekat beta.

tidak bergairah.

Klien merasa

- Catat respon

bergairah

- Penurunan/

kardiopulmonal

ketidakmampuan

terhadap aktifitas,

miokardium untuk

catat takikardi,

meningkatkan volume

disritmia,

sekuncup selama

dispnea,

aktivitas, dapat

berkeringat,

menyebabkan

pucat.

peningkatan segera pada


frekuensi jantung dan
kebutuhab oksigen, juga
peningkatan kelelahan
dan kelemahan.

- Kaji

- Kelemahan adalah efek

presipitator

samping dari beberapa

/penyebab

obat (beta bloker,

kelemahan

traquilizer dan sedatif).

contoh

Nyeri dan program penuh

pengobatan,

stres juga memerlukan

nyeri, obat.

energi dan menyebabkan


kelemahan.
- Dapat menunjukkan

18

- Evaluasi

peningkatan

peningkatan

dekompensasi jantung

intoleran

daripada kelebihan

aktivitas

aktivitas.
- Pemenuhan kebutuhan

- Berikan bantuan

perawatan diri pasien

dalam aktivitas

tanpa mempengaruhi stres

perawatan diri

miokard/ kebutuhan

sesuai indikasi.

oksigen berlebihan.

Selingi periode
aktivitas dengan
periode istirahat.
Kolaborasi
-Implementasikan

Kolaborasi
- Peningkatan bertahap
pada aktivitas

program

menghindari kerja

rehabilitasi

jantung/konsumsi oksigen

jantung/aktifitas.

berlebihan. Penguatan dan


perbaikan fungsi jantung
dibawah stres, bila
disfungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.

C. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang sudah di
tentukan sebelumnya. Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap
selanjutnya adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi
respon klien.
Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan secara umum pada klien
dengan syok :
1) Pemberian oksigen.
2) Pembatasan aktivitas dan istirahat yang adekuat.
3) Penurunan volume cairan tubuh.
4) Pembatasan garam dan natrium.
5) Pencegahan komplikasi.
6) Pemberian informasi.

19

D. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan klien dengan syok adalah :
1. Hasil dari data pasien menunjukkan hasil yang dicapai Perfusi
jaringan diperbaiki
2. Pasien waspada dan berorientasi, darah normal, output urin normal,
kulit hangat dan kering; denyut nadi perifer > 2+. Curah jantung
meningkat
3. Darah Pasien normal, dan CO 4-5 / menit; PCWP 10 - 15 mmHg,
kulit hangat dan kering; pasien beristirahat dengan tenang. Volume
cairan pulih
4. PCWP 10 -15 mmHg; urin output, PCO2 35 sampai 45 mmHg; pH
7,35 untuk 7,45. Pertukaran gas ditingkatkan
5. PaO2 80 - 100 mmHg; Pco2 35-45 mmHg; paru-paru baik; pasien
verbalizes bernapas lebih mudah. Kecemasan menurun
6. Pasien verbalizes ketakutan dan mengajukan pertanyaan; pasien
rileks, dan beristirahat. Status gizi dipertahankan atau ditingkatkan
7. Berat tetap stabil atau meningkat. Albumin, transferrins dalam
batas normal; keseimbangan nitrogen dipertahankan; pasien
makan.
Tidak ada infeksi
8. Pasien afebrite;

WBC,

glukosa

dalam

batas

normal;

Integritas kulit dipertahankan atau ditingkatkan


9. Kulit dan jaringan yang utuh, tanpa iritasi atau kerusakan.

20

BAB III
PENUTUP

I.

Kesimpulan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi
jaringan yang adekuat tergantung pada tiga faktor utama yaitu: curah
jantung, volume darah, dan tonus vasomotor perifer. (Mansjoer, 1999).
Syok mempengaruhi semua sistem tubuh. Syok dapat berlangsung
secara cepat atau lambat tergantung dari penyebab yang mendasarinya.
Selama proses syok, tubuh berjuang mengatasi syok dengan cara
meaktifkan semua mekanisme homeostatis untuk mengembalikan aliran
darah dan perfusi jaringan. Syok dapar terjadi sebagai akibat dari berbagai
komplikasi penyakit dan oleh karena itu semua pasien mepunyai potensi
unutk mengalami syok (Rice, 1991).

II.

Saran
Penulis menyarankan agar tenaga medis, khususnya perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien syok, dengan
mempelajari dan meningkatkan pemahaman tentang syok. Setelah
mempelajari makalah ini, pembaca lebih mengerti bagaimana cara yang
tepat untuk menangani pasien dengan syok, sehingga membantu
penyembuhan dan pemulihan pada pasien.

21

DAFTAR PUSTAKA
Boswick (1998), Perawatan Gawat Darurat, EGC Jakarta
Brunner & Suddarth (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, EGC : Jakarta
Fakultas Kedokteran UI, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I Edisi 3, MA :
Jakarta
Elizabeth J. Crowin, (2009), Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3, EGC : Jakarta
Tao. L & Kendall K, (2013), Sinopsis Organ System kardiovaskular, Karisma
Publishing Group : Tangerang
NANDA, (2012), Nursing Diagnosis Defenition and Clasification, Philadelpia.

22

Вам также может понравиться