Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limfadenopati adalah gejala penyakit yang ditandai dengan
pembengkakan limfonodus (Kelenjar Getah Bening). Pembesaran kelenjar
getah bening yang abnormal terjadi bila besar KGB diameternya >1 cm.
Kelenjar Getah Bening (KGB) adalah sebagaian dari system pertahanan
tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki kurang lebih 600 KGB. Kelenjar
getah bening terdapat di beberapa tempat, yaitu di submandibulla, aksila
atau inguinal yang teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB
terjadi di daerah kepala dan leher.
Limfadenopati atau hyperplasia limfoid merujuk pada KGB yang
abnormal, baik ukuran, konsistensi, dan jumlahnya. Limfadenopati adalah
pembesaran kelenjar limfe sebagai respon terhadap proliferasi sel T atau
limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi setelah infeksi suatu
mikroorganisme. Organ ini sangat penting untuk fungsi system kekebalan
tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan
getah bening.
Berdasarkan
lokasinya,
limfadenopati
terbagi
menjadi
infections
(infeksi),
autoimmune
disorders
(kelainan
Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat diperkirakan 3845%. Dari studi Belanda terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak
dapat dijelaskan dan 10% dirujuk ke subspesialis, 3,2% membutuhkan
biopsy dan 1,1% mengalami keganasan.
2.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Dan Fisiologi KGB
Kelenjar Getah Bening (KGB) memiliki peran penting dalam
system kekebalan tubuh. Limfonodus/KGB menyaring cairan limfe yang
beredar di system limfe. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari
cairan interstitium ke plasma melalui system limfe untuk pertahanan imun.
Limfosit memiliki dua bentuk, yang berasal dari sel T (Thymus) dan sel B
(Bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunannya
seperti sel plasma, immunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral
immunity, sedangkan limfosit T berperan untuk cell-mediated immunity.
Limfadenopati
2.2.1
Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening
dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Kepustakaan lain mendefinisikan
limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah
bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau
poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear
dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
2.2.2
Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaankeadaan tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies
(keganasan),
infections
(infeksi),
autoimmune
disorders
(kelainan
fenitoin,
primidon,
trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.
pirimetamin,
kuinidin,
2.2.3. Patofisiologi
Patofisiologi limfadenopati berdasarkan etiologi yang mendasari.
Beberapa plasma dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam
ruang interstisial, bersama dengan bahan selular tertentu, antigen dan
partikel asing masuk ke pembuluh limfatik, menjadi cairan limfe.
Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke
sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses
penyaringan juga menyajikan antigen kepada limfosit yang terkandung
dalam KGB. Respon imun dari limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit
dan makrofag, yang dapat menyerang KGB untuk memperbesar
(limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan
limfe, dapat juga langsung menginfeksi KGB yang akan menyebabkan
limfadenitis, dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi
langsung atau proliferasi sel di KGB.
2.2.4. Lokasi Limfadenopati
2.2.4.1 Limfadenopati Servikal
generalisata
pada
penderita
luluh
imun
10
sarkoma
Kaposi.
Sarkoma
Kaposi
dapat
bermanifestasi
sebagai
11
limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak.
Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi
karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting)
ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59%
penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita di atas 50 tahun.
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun
atau lebih dengan limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%.
Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai penyebab
limfadenopati sebesar 0,4%. Limfadenopati yang berlangsung kurang dari
2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai
kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.
Pajanan
Anamnesis
pajanan
penting
untuk
menentukan
penyebab
seperti
tuberkulosis,
tripanosomiasis,
scrub
typhus,
12
acquired
immunodeficiency
syndrome
(AIDS)
13
14
15
Limfadenopati Umum
Penyebab Infeksius
Pemeriksaan
Diagnosa
Tes Mantoux +
TBC
Uji Paul-Bunnel Mononukleosis
+
Antibodi HIV +
infeksiosa
Infeksi HIV
Lainnya
Penyebab Hematologik:
Biasanya akan muncul
gejala sistemik penyerta. :
SARKOID
Limfadenopati
angioimunoblastik histiositosis
dan limfadenopati reaksi obat.
Contohnya: Karsinoma skunder
hipertiroidisme
Sediaan apus
darah tepi
abnormal
Biopsy sumsum
tulang abnormal
Anemia
normositik,
normokrom
trombositopenia
Leukimia limfositik akut
- Laukimia limfositik
Kronok
- Limfoma
16
Laboratorium :
Darah tepi lengkap, hapusan darah, Laju Endap Darah (LED)
Darah lengkap dan hapusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau
keganasan darah, sedangkan LED untuk melihat adanya tanda
inflamasi.
Fungsi hati dan analisis urin: untuk melihat penyakit sistemik penyebab
limfadenopati, sebagai tambahan dapat diperiksan Laktat Dehiroginase
17
(LDH), asam urat, kadar kalsium dan fosfat, untuk melihat tanda
keganasan.
Serologi (toxoplasma, EBV, CMV, HIV,dll)
Tes mantoux: jika dicurigai adanya infeksi tuberculosis.
Rotgen Thorax: dilakukan apabila dicurigai adanya kelainan di paru
Biopsi
Dapat dilakukan dengan mengambil sel melalui jarum. Biopsi KGB
memiliki nilai sensitivitas 98 % dan spesifisitas 95%.
2.2.6
Tatalaksana Limfadenopati
Kegagalan mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi
untuk dilaksanakannya biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila
terdapat tanda dan gejala yang mengarah kepada keganasan. KGB yang
menetap atau yang bertambah besar, walaupun dengan pengobatan yang
adekuat, mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
18
Fungsi
utama
BAB III
KESIMPULAN
limfonodus adalah sebagai
filtrasi
dari
berbagai
biasanya
terjadi
setelah
infeksi
suatu
mikroorganisme.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland W, A. N. Kamus Dorland. Terjemahan Huriawati Hartanto.
Edisi pertama; Penerbit Buku Kedokteran. EGC., Jakarta 2002
2. Sherwood. L., Fisiologi Manusia: dari sel ke Sistem, Penerbit Buku
Kedokteran. EGC., Jakarta, 2001
3. Vikramijit SK, dkk., Lymphadenopathy, 2012. 0 (diunduh tanggal 15
September 2014)
4. Oehadian, A., Pendekatan Diagnostik Limfadenopati, Continuing
Medical Education,2010.
5. Farrer, Robert., Lymphadenopathy.,
lymphadenopathy.
Differential
http://www.aafp.org/afp/1998
diagnosis
of
/1015/p1313.html
and
Malignancy.
2002.