Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENYUSUN
Adril Arsyad Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Fidel Ganis S
Cut Aria Arina
Hidayat S
Almaycano Ginting
M Iqbal Pahlevi
Yoan Carolina P
Nino Nasution
Imam Budi Poetra
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(lihat gambar 1). Inflated Splint terbuat dari bahan karet berbentuk sarung kaki
atau tangan yang mengembang bila diisi udara lewat pemompaan. Lazimnya
dipakai untuk pembidaian anggota gerak atas atau bawah. Vacum Mattress Splint
terbuat dari bahan plastik seperti kain berbentuk kasur berisi butir-butir kristal
khusus yang bila divakumkan dengan pompa pengisap dapat mengeras seperti
batu. Dipakai untuk pembidaian seluruh tubuh dengan cara membungkuskannya
mulai dari kepala hingga kaki sehingga anggota gerak dan tulang belakang
terfiksasi baik.
Pasca pemasangan bidai perlu dilakukan pemantauan bagian distal untuk
menilai sirkulasi dan neurologis yang dapat terganggu akibat penekanan bidai yang
berlebihan. Gangguan sirkulasi ditandai dengan pucat (pale / pallor) pada inspeksi
dan penurunan suhu (poikilothermia) serta penurunan pulsasi arteri distal
(pulseless) pada palpasi. Gangguan neurologis dapat berupa rasa sakit (pain) dan
kebas (paresthesia).
Pada latihan ini akan dilaksanakan pembidaian pada lengan bawah dalam
posisi netral (seperti bersalaman / semi-pronasio) di mana bidai harus melewati
sendi siku (elbow joint) dan sendi pergelangan tangan (wrist joint) sehingga
anggota gerak atas berbentuk garis lurus. Kadang-kadang cara pembidaian ini
dapat dimodifikasi di mana sendi siku dalam posisi 900 dengan lengan bawah
disilangkan di depan dada dengan bantuan pembalut segitiga (mitella) yang
digantungkan ke leher (lihat gambar 2).
3 Keping
Secukupnya
3 Rol
LANGKAH / TUGAS
Ya
A. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri
2. Menginformasikan
tindakan yang akan
dilakukan dan minta persetujuan.
3. Mempersiapkan asisten
B. MEMPERSIAPKAN BAHAN
1. Kayu penggaris
2. Soft padding
3. Perban elastis
C. TEKNIK PEMBIDAIAN LENGAN BAWAH
1. Mengukur panjang kayu penggaris melewati
dua sendi sebanyak 3 buah.
2. Membalut kayu penggaris dengan soft
padding sampai seluruh permukaannya
tertutup
3. Membalut daerah tonjolan tulang pada
proksimal dan distal lengan bawah (olekranon
dan kedua styloid processes)
4. Mengaplikasikan kayu penggaris pada lengan
bawah dalam posisi netral di sisi anterior,
posterior dan medial dengan bantuan asisten.
4
Tidak
Note :
Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
Sekarang ini banyak sekali macam Pembalut Pita Biasa yang terbuat dari
berbagai macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya antara lain adalah :
1. Pembalut Kain Kasa (Bandage Gauze / Kasa Hidrofil) : terbuat dari kain
kasa yang tipis dan jarang berupa gulungan dengan berbagai ukuran
diameter. Jenis ini yang sehari-hari dikenal sebagai perban (verband).
2. Pembalut Cambrics : hampir sama dengan pembalut kain kasa tetapi
benangnya lebih kasar sehingga tampak lebih tebal.
3. Pembalut Elastis (Elastic Bandage) : terbuat dari bahan yang bersifat
elastis dengan berbagai ukuran diameter yaitu 3, 4 dan 6 inchi. Di pasar
dikenal dengan nama Tensocrepe, Dynaflex, dll.
4. Pembalut Gips (Plester of Paris) : terbuat dari pembalut kain kasa atau
semacamnya yang dibubuhi dengan tepung gips lalu digulung dan
mempunyai berbagai ukuran diameter (3, 4 dan 6 inchi). Pemakaian
pembalut gips terutama untuk immobilisasi patah tulang (fraktur). Di
pasaran dikenal dengan nama Gypsona, Leukodur, dll.
Bentuk bagian tubuh yang akan dibalut dapat dikelompokkan atas : (1)
Bentuk bundar misalnya kepala, (2) Bentuk bulat panjang misalnya lengan dan (3)
Bentuk persendian.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.
1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami
perihal balut-membalut serta mampu melaksanakan berbagai jenis pembalutan
yang lazim dilakukan pada bagian tubuh.
1.
2.
3.
4.
4. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat jenis balutan yang diaplikasikan
3. Catat hasil pemantauan
pangkal pembalut.
Menarik pembalut ke proksimal menyilang sendi dan
memfiksasi dengan satu putaran penuh di atas sendi siku.
5. Menarik kembali pembalut ke distal menyilang sendi
berlawanan arah dengan balutan silang pertama dan
memfiksasi dengan satu putaran penuh di bawah sendi
siku.
4.
10
PENGAMATAN
Ya
Tidak
D. DOKUMENTASI
1. Mencatat tanggal dan jam pelaksanaan
2. Mencatat jenis balutan yang diaplikasikan
3. Mencatat hasil pemantauan
Note :
Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
11
I. PENDAHULUAN
Dalam menjalankan praktek kedokteran kita akan selalu berhubungan dengan
pekerjaan suntik menyuntik oleh karena penyuntikan (injeksi) merupakan salah
satu cara pemberian obat-obatan ke dalam tubuh penderita yang membutuhkan
obat-obatan tertentu sesuai indikasinya. Pemberian obat melalui suntikan disebut
pemberian parenteral, khusus bagi sediaan berbentuk cair. Di samping itu obatobatan dapat pula diberi dengan cara menelan melalui mulut (peroral) bagi sediaan
berbentuk padat dan cair, menghirup melalui pernafasan (inhalasi) bagi sediaan
berbentuk gas dan mengoles pada permukaan tubuh (topikal) bagi sediaan
berbentuk pasta / salep atau cair.
Pemberian obat secara suntikan dapat dilakukan melalui vena (Intravena/IV),
ke dalam otot (Intramuskular/IM), ke bawah kulit (Subkutan/SK), ke dalam kulit
(Intrakutan/IK) dan ke dalam ruang subaraknoid spinal (Intratekal). Keuntungan
pemberian obat secara suntikan ini antara lain adalah : efeknya timbul lebih cepat,
dapat diberikan pada penderita tidak sadar atau muntah-muntah dan sangat berguna
dalam keadaan darurat. Suntikan IV dilakukan bila diperlukan efek (onset of
action) yang cepat seperti pada keadaan life-threatening yang mengancam nyawa.
Obat-obatan yang sangat mengiritasi jaringan sebaiknya diberikan melalui IV.
Obat-obatan yang diberikan lewat suntikan IM mempunyai onset of action lebih
lama dibanding IV dan lebih cepat dibanding SK. Suntikan IM dapat menampung
sampai 3 ml cairan obat pada orang dewasa dan menjadi cara pilihan untuk obatobatan yang mengiritasi jaringan subkutis. Onset of action obat-obatan lewat
suntikan SK kurang lebih 30 menit dan hampir seluruhnya diserap dari jaringan.
Suntikan IK hanya untuk pemberian obat-obatan dalam volume kecil misalnya 0,1
ml lazimnya untuk tes alergi, tuberkulin dan vaksinasi.
Suntikan intramuskular dapat dilakukan di beberapa tempat pada tubuh seperti
muskulus deltoideus di daerah lateral atas lengan atas, muskulus rektus femoris /
muskulus vastus lateralis di daerah depan / lateral paha dan muskulus gluteus di
daerah bokong. Khusus di daerah bokong, suntikan intramuskular dapat diberikan
dorsogluteal dan ventrogluteal. Tempat penyuntikan dorsogluteal ditentukan
dengan cara menarik garis maya dari trokanter mayor os femur di lateral bawah ke
spina iliaka posterior superior
(SIPS) di medial atas. Daerah lateral dan superior garis ini merupakan lokasi
penyuntikan (Gambar 1). Tempat penyuntikan ventrogluteal ditentukan sebagai
berikut : Ujung jari telunjuk tangan kiri di taruh di atas spina iliaka anterior
superior (SIAS) kanan penderita atau sebaliknya memakai tangan kanan ke SIAS
kiri penderita. Lalu jari tengah di gerakkan secara maksimal
12
ke dorsal sampai teraba krista iliaka. Daerah segitiga yang dibentuk oleh jari
telunjuk, jari tengah dan krista iliaka merupakan lokasi penyuntikan (Gambar 2).
Pada skills lab ini dipilih penyuntikan intramuskular dorsogluteal.
Sebenarnya alat suntik terdiri dari 2 bagian yaitu (1) Syringe (Semprit, Spuit) yang
berfungsi sebagai penampung obat cairan sebelum disuntikkan ke dalam tubuh dan
(2) Needle (Jarum suntik) yakni bagian yang akan dimasukkan ke dalam jaringan
tubuh. Akan tetapi dalam pengertian sehari-hari bila disebut syringe sudah
termasuk dengan jarumnya. Dikenal 3 jenis syringe yaitu (1) Standard Hypodermic
Syringe (Semprit biasa) : paling banyak digunakan, volume 2-3 ml dengan ukuran
skala sampai 0,1 ml, (2) Insulin Syringe (Semprit insulin) : untuk pemberian
insulin dan mempunyai 100 skala kalibrasi untuk 100 Unit insulin dan (3)
Tuberkulin Syringe (Semprit tuberkulin) : untuk pemberian tuberkulin dan
mempunyai volume 1 ml dengan skala 0,01 sampai 0,1 ml. Jenis syringe ini dapat
juga dipakai untuk pemberian obat-obatan selain tuberkulin.
Syringe (semprit) masih terdiri dari beberapa bagian yaitu (a) Tip : untuk
tempat menyambungkan jarum, (b) Silinder (Barrel) : bagian untuk tempat
menampung obat-obatan cair serta mempunyai skala dan (c) Piston (Plunger) :
merupakan bagian yang dapat digerakkan maju mundur (Gambar 3). Needle
(jarum suntik) terdiri dari (a) Hub : bagian pangkal yang akan disambungkan
dengan tip dari syringe, (b) Shaft : badan jarum berbentuk lurus terbuat dari metal
dan (c) Bevel : bagian runcing yang merupakan ujung jarum (Gambar 4). Shaft
bervariasi dalam panjang dan diameter di mana panjang diukur dalam satuan inch
(0,25-5 inch) sedangkan diameter dalam satuan Gauge (14-27 G).
13
1 Buah
1 Vial
1 buah
Secukupnya
1 Buah
14
V. TEKNIK PELAKSANAAN
PENYUNTIKAN INTRAMUSKULAR DI BOKONG
1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan penyuntikan.
2. Perkenalkan diri dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan serta meminta
persetujuan kepada pasien (informed consent).
3. Posisikan penderita dalam keadaan telungkup.
4. Isikan obat yang akan disuntikkan ke dalam syringe.
5. Tentukan lokasi penyuntikan di daerah bokong dengan cara menarik garis
maya dari trokanter mayor (lateral bawah) ke spina iliaka posterior superior
(medial atas). Daerah lateral dan superior garis maya merupakan lokasi
penyuntikan.
6. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol 70% dengan cara
menggerakkannya secara sirkuler dari dalam ke luar.
7. Tusukkan jarum syringe dengan sudut 90 sampai ke dalam otot (setelah
melalui fasia) lalu tarik piston untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap.
8. Tekan piston secara perlahan sampai silinder kosong.
9. Tarik jarum dengan cepat lalu usap lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol
70%.
10. Lakukan pencatatan meliputi : tanggal/jam pemberian, nama dan dosis obat,
nama dokter/paraf.
V. LEMBAR PENGAMATAN TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAMUSKULAR
PENGAMATAN
Ya
Tidak
LANGKAH / TUGAS
TEKNIK PENYUNTIKAN INTRAMUSKULAR
1. Mencuci tangan sebelum melakukan penyuntikan.
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tindakan serta
meminta persetujuan dari pasien.
3. Memosisikan penderita dalam keadaan telungkup.
4. Mengisi obat ke dalam syringe.
5. Menentukan lokasi penyuntikan di daerah bokong.
6. Membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol
7. Menusukkan jarum pada lokasi penyuntikan dengan sudut
90dan melakukan aspirasi dengan menarik piston.
8. Menekan piston sampai silinder kosong.
9. Menarik jarum dengan cepat dan mengusap bekas
suntikan dengan kapas alkohol.
10. Melakukan pencatatan meliputi : tanggal/jam pemberian,
nama dan dosis obat, nama dokter/paraf.
Catatan :
Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
15
18
4. Selipkan ujung jari tangan kanan di antara lipatan sarung tangan kiri lalu
masukkan tangan kiri ke dalam sarung tangan kiri hingga seluruh jari
tepat masuk ke dalam sarung yang sesuai.
19
20
21
PENGAMATAN
YA
TIDAK
Note :
Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
22
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya penatalaksanaan luka yang dilakukan pada penderita bertujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi, mempersingkat masa penyembuhan dan
meminimalisasi parut yang akan terjadi. Infeksi dapat dicegah dengan melakukan
tindakan pembersihan luka (debridement / wound toilet) yang sebaiknya dilakukan pada
masa golden period, yakni periode waktu sampai 8 jam sejak terjadinya luka. Pada
golden period status luka masih berupa luka kontaminasi di mana mikroorganisma
masih berada pada permukaan luka. Sebelum tindakan debridemen dilakukan, terlebih
dahulu diberikan anestetik lokal secara infiltrasi di sekitar luka untuk menghilangkan
rasa sakit. Masa penyembuhan yang lebih singkat serta terjadinya parut yang minim
diperoleh dengan mengupayakan penyembuhan primer (sanatio perprimam
intentionem) yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut dengan bantuan jahitan. Di
samping penyembuhan
primer dikenal pula penyembuhan sekunder (sanatio
persecundam intentionem) di mana luka akan menyembuh secara alami dengan
pembentukan jaringan granulasi tanpa pertolongan dari luar. Tentu saja cara
penyembuhan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan akan meninggalkan parut
yang besar dan kasar.
Luka robek (lacerated wound) adalah luka yang disebabkan oleh benturan
permukaan tubuh dengan benda keras dan tumpul yang mempunyai kecepatan atau
sebaliknya. Semakin tinggi kecepatan semakin parah luka yang terjadi. Umumnya
pinggir luka tidak beraturan / tidak rata atau compang-camping dan mungkin dijumpai
jaringan nekrotik. Luka robek yang bersih atau masih berada dalam masa golden period
dapat ditutup langsung dengan mempertautkan kedua pinggirnya melalui penjahitan
setelah lebih dahulu dilakukan debridemen.
Anestesik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja mencegah pembentukan
dan konduksi impuls saraf di membran sel dengan menekan permeabilitas membran
terhadap ion Na+. Teknik pemberian anestesik lokal dapat berupa (1) Anestesia
Permukaan : untuk menghilangkan nyeri di selaput lendir, faring dan esofagus dalam
bentuk spray, (2) Anestesia Infiltrasi : untuk penjahitan luka, operasi kecil dan lain-lain
diberikan melalui suntikan subkutan atau lebih dalam dan (3) Anestesia Regional :
untuk daerah-daerah tertentu yang dilayani oleh saraf perasa bersangkutan yang
diberikan melalui suntikan di dekat saraf misalnya : blokade paravertebral, epidural,
spinal dan kaudal.
Sediaan anestesik lokal umumnya merupakan derivat dari (1) Ester : prokain
(Novokain), tetrakain (Pantokain) dan (2) Amida : lidokain (Lokain), bupivakain
(Markain), mepikain dan lain-lain. Belakangan ini derivat ester sudah tidak dipakai lagi
23
karena sering mengakibatkan reaksi alergi dan efek toksis. Untuk memperpanjang masa
kerjanya (duration of action) anestesik lokal sering dicampurkan dengan
vasokonstriktor misalnya adrenalin. Di samping itu campuran ini dapat mengurangi
perdarahan semasa operasi. Khusus untuk lidokain, adrenalin dicampur dengan
perbandingan 1 : 100.000. Anestesik lokal yang bercampur adrenalin ini tidak boleh
dipakai untuk anestesia di daerah jari-jari, telinga dan penis oleh karena dapat
menimbulkan nekrosis. Dosis maksimal lidokain tanpa adrenalin adalah 200 mg
sedangkan bila dicampur adrenalin adalah 500 mg. Di pasaran lidokain diperoleh dalam
sediaan 0,5%, 1% dan 3% sehingga dosis maksimalnya adalah masing-masing 40 ml, 20
ml dan 10 ml.
Debridemen merupakan tahapan penting dalam penatalaksanaan luka dengan
nilai yang lebih tinggi dari pemberian antibiotika. Dengan pembilasan, benda-benda
asing (foreign bodies) bersama mikroorganisma dikeluarkan dari permukaan luka.
Pembilasan dilakukan dengan larutan NaCl 0,9% atau air yang telah dimasak. Larutan
H2O2 3% bekerja sebagai antiseptik ringan (mild antiseptic) dan bersama buih-buih
yang terbentuk akan mengangkat mikroorganisma ke luar luka.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami
penatalaksanaan awal luka robek secara baik dan benar.
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan :
1. Pemberian anestesi lokal secara infiltrasi.
2. Tindakan pembersihan luka (debridement / wound toilet) secara mandiri.
III. RUJUKAN
1. Franz, M. G. Wound Healing In Doherty, G. M. Current Diagnosis &
Treatment. Surgery. Ed. 13. New York : Mc. Graw Hill-Lange, 2010.
2. Ganiswara, S. G. Farmakologi dan Terapi. Ed.4. Jakarta : Bagian
Farmakologi FK-UI, 1995.
3. Katzung, B. G. Basic and Clinical Pharmacology, Ed. 6. Connecticut :
Appleton & Lange, 1994.
4. Nealon, Thomas F. Jr. Fundamental Skills in Surgery, Ed. 4.
Philadelphia : W. B. Saunders Company, 1996.
5. Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Rev. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
1.
2.
3.
4.
1 buah
1 set
1 bungkus
24
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Note : Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
masih dalam golden period dapat ditutup langsung dengan penjahitan setelah lebih
dahulu dilakukan debridemen. Akan tetapi, penjahitan luka tidak dapat langsung
dilakukan pada luka kotor yang terkontaminasi berat. Luka demikian didebridemen
dahulu lalu dibiarkan selama 4-7 hari untuk kemudian dijahit secara primer. Cara
seperti ini disebut penyembuhan primer tertunda (delayed primary closure) yang
mengkombinasikan penyembuhan primer dan sekunder. Hal-hal yang penting
diketahui dalam penjahitan luka antara lain menyangkut (1) benang jahit bedah
(suture material), (2) jarum (needle), (3) jenis jahitan (types of suture) dan (4)
pengikatan simpul (tying knot).
Benang jahit bedah terbuat dari berbagai macam bahan yang berbeda dan
dapat dibagi atas : (1) Dapat Diserap (absorbable) seperti (a) Plain catgut : derifat
kolagen dari usus domba / sapi, (b) Chromic catgut : plain catgut yang dibalut
dengan garam kromium agar lebih lama diserap, (c) Polyglactin : kopolimer dari
asam glikolat dan laktat misalnya VICRYL dan (d) Poliglycolic acid : polimer dari
asam poliglikolat misalnya : DEXON dan (2) Tak Dapat Diserap (non
absorbable) seperti (a) Silk : disebut juga sebagai sutera / zijde yang lazim dipakai
untuk kulit, (b) Polyester : untuk pembedahan jantung dan vaskuler seperti
MERSILENE dan DACRON, (c) Polyamide : untuk pembedahan mikro dan
plastik misalnya NYLON dan (d) Stainless Steel : merupakan kawat metal yang
tidak dapat berkarat lazimnya untuk bedah orthopaedi dan sternum. Benangbenang ini tersedia dalam berbagai macam ukuran panjang dan diameternya.
Pada umumnya bentuk jarum bedah adalah melengkung dengan diameter
kelengkungan dan ketebalan yang berbeda-beda. Ujung jarum harus runcing
dengan tepi yang tajam (cutting) diberi lambang segitiga pada kemasannya atau
tumpul (round) diberi lambang lingkaran. Jarum bertepi tajam dipakai untuk
menjahit kulit, periosteum dan perikondrium sedang yang bertepi tumpul untuk
menjahit organ-organ tubuh dan jaringan lunak.
Belakangan ini diproduksi jarum yang memberi trauma sekecil mungkin di mana
benang dihubungkan langsung (bersambungan) dengan jarumnya. Jarum seperti ini
disebut atraumatic needle yang dapat berupa cutting atau round.
Jenis jahitan bedah dikelompokkan secara umum berupa : (1) jahitan
terputus (interrupted) dan (2) jahitan kontinu (continuous) dengan berbagai variasi
dan tempat pemakaiannya. Untuk penjahitan kulit umumnya dipilih jahitan
terputus berupa jahitan berulang (over and over) dan jahitan matras vertikal
(Donati).
Pengikatan simpul dapat dilakukan dengan memakai tangan (hand knot) atau
memakai instrumen (instrument tie). Dokter bedah menguasai kedua cara
pengikatan ini dengan mudah, cepat dan baik. Pada skills lab ini dipilih pengikatan
simpul dengan cara memakai instrumen (instrument tie).
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1 TUJUAN UMUM
Setelah latihan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai
aspek penjahitan luka serta dapat melakukannya dengan baik dan benar.
28
1 buah
1 set
1 bungkus
1 rol
2 buah
3 fls
100 200 ml
50 ml
100 ml
5 ampul
1 helai
V.TEKNIK PELAKSANAAN
I. PENJAHITAN TERPUTUS BERULANG (SIMPLE INTERRUPTED)
6. Lilitkan benang satu kali pada ujung needle holder ke arah dalam kemudian
jepit ujung sisa benang lalu tarik benang ke arah kiri sehingga terbentuk
simpul pertama.
7. Ulangi poin (6) untuk membentuk simpul kedua dengan menarik benang ke
arah kanan hingga terbentuk simpul yang kuat.
8. Gunting benang dengan menyisakan kira-kira 1 cm dari simpul.
9. Lakukan penjahitan yang sama hingga seluruh panjang luka tertutup.
10. Pantau aproksimasi kulit dan hindari tension (ditandai dengan warna kulit
sama dengan sekitarnya).
1. Pasangkan benang sutera (silk) pada jarum berpinggir tajam yang telah
diposisikan pada pemegang jarum (needle holder) dengan menjepitnya pada
1/3 bagian ekor jarum kira-kira sepanjang 1,5 kali panjang pemegang jarum
dan menahan ujung benang dengan jari telunjuk.
2. Tembuskan jarum pada kulit di satu sisi kira-kira 5-6 mm dari pinggir luka
(sisi-I) yang akan dijahit sambil menahannya dengan pinset jaringan.
3. Tembuskan jarum menuju kulit sisi kontralateral (sisi-II) kira-kira 5-6 mm
dari pinggir luka sambil menahannya dengan pinset jaringan
30
4. Tarik benang pada pangkal jarum dengan tangan kiri hingga menyisakan 2-3
cm pada sisi yang pertama selanjutnya arah mata jarum diputar 180 derajat
dengan memakai pinset anatomis.
5. Tembuskan jarum pada sisi yang sama (sisi-II) kira-kira 1-2 mm dari pinggir
luka.
6. Tembuskan jarum menuju kulit pada sisi kontralateral (sisi-I) kira-kira 1-2
mm dari pinggir luka.
7. Lilitkan benang satu kali pada ujung needle holder ke arah dalam kemudian
jepit ujung sisa benang lalu tarik benang ke arah kiri sehingga terbentuk
simpul pertama.
8. Ulangi poin (7) untuk membentuk simpul kedua dengan menarik benang ke
arah kanan hingga terbentuk simpul yang kuat.
9. Gunting benang dengan menyisakan kira-kira 1 cm dari simpul.
10. Lakukan penjahitan yang sama hingga seluruh panjang luka tertutup.
11. Pantau aproksimasi kulit dan hindari tension (ditandai dengan warna kulit
sama dengan sekitarnya).
PENGAMATAN
Ya
Tidak
steril
dengan
32
IV.
DOKUMENTASI
Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
PENDAHULUAN
Bahasa yang digunakan adalah memakai bahasa yang sederhana (bahasa pasien),
singkat, jelas, tepat, padat (jangan ada data yang tidak dicantumkan namun selektif
mendengar keluhan-keluhan pasien). Keluhan utama adalah keluhan yang
menyebabkan penderita datang berobat (hanya satu keluhan saja) sedangkan
keluhan yang lain merupakan keluhan tambahan.
Keluhan objektif adalah keluhan yang saat ini terlihat nyata pada tubuh pasien
dengan bahasa yang digunakan oleh pasien.
Persamaannya dengan lesi / ruam kulit sesuai dengan kriteria Domonkos dan
dilihat juga mana yang lebih dominan. Misalnya pada pasien varicella (cacar air)
yang terlihat vesikel dalam bahasa pasien pada kriteria Domonkos tertulis
gelembung berisi cairan.
- bintik (makula milier, purpura, eritem)
- bercak (makula. Purpura, eritem)
- bintil (papel, vegetasi, komedo)
- bentol (urtika)
- benjolan/tumor (nodul, tumor, kista)
- gelembung berisi cairan (vesikel, bula)
- gelembung berisi nanah /bisul (pustula)
- bisul (abses)
- sisik (skuama)
- keropeng (krusta)
- lecet (erosi, ekskoriasi)
- borok (ulkus)
- koreng (krusta, ulkus)
- kudis (papel, krusta, ulkus tergantung kasus : prurigo, skabies, insect bite)
- parut (sikatriks)
- penebalan kulit (plak, likenifikasi, keratosis)
-
- mencucuk
- menyengat
- menjalar
- sakit/nyeri/mendenyut
- kebas/semut-semutan
- kurang berasa
- kepekaan kulit berlebihan
- tidak berasa
-
Jarak waktu (urutan kejadian) tidak boleh terlalu lama (kelang beberapa
bulan / minggu / hari)
II.
TUJUAN KEGIATAN
4. Tanyakan :
- Riwayat penyakit keluarga / keturunan
- Keluarga sebagai sumber penularan
- Teman sebagai sumber penularan
5. Tanyakan :
- Riwayat penyakit kulit terdahulu yang mungkin berulang
- Penyakit lain yang ada hubungannya dengan penyakit kulit yang
sekarang.
III. DOKUMENTASI :
1. Catat hasil komunikasi dalam formulir history taking
2. Jelaskan anjuran selanjutnya.
VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA
SKABIES
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
Ya
Tidak
I. PERKENALAN
1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan dan
memperkenalkan diri.
2. Mempersilahkan pasien duduk
3. Menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat
status perkawinan
II. MENANYAKAN KELUHAN
1. Melakukan observasi : ketika pasien masuk ruang
periksa, perhatikan cara berjalan, penampilan
wajah, kelainan-kelainan yang mungkin terlihat
pada daerah kulit yang tidak tertutup.
2. Menanyakan keluhan utama :
- Rasa gatal, nyeri, rasa panas ?
- Kapan rasa tersebut dialami ?
- Apakah ada lesi/ruam yang timbul ?
- Di bagian mana dari tubuh ?
- Menyebar ke bagian tubuh mana saja ?
- Sudah diobati atau belum (bagaimana
hasilnya berkurang atau bertambah) ?
3. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan :
- Pekerjaan
- Hobby/Kebiasaan
- Iklim/Cuaca
- Makanan
- Obat-obatan
37
4. Menanyakan :
- Riwayat penyakit keluarga / keturunan
- Keluarga sebagai sumber penularan
- Teman sebagai sumber penularan
5. Menanyakan :
- Riwayat penyakit kulit terdahulu yang
mungkin berulang
- Penyakit lain yang ada hubungannya
dengan penyakit kulit yang sekarang.
III. DOKUMENTASI
1. Mencatat hasil komunikasi dalam formulir
history taking
2. Menjelaskan anjuran selanjutnya.
Note :
Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak
= Mahasiswa tidak melakukan
Lampiran 1
STATUS HISTORY TAKING PENDERITA PENYAKIT KULIT
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN
Tanggal
:..........................
No. MR
38
:..........................
I.
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan :
Bangsa / Suku
Agama
Pekerjaan
Kegemaran
Alamat
II.
Keluhan Tambahan
39
40