Вы находитесь на странице: 1из 24

hipoglikemia

Nama kelompok
Niko hutama manalu
Fitria panorang siregar
Sowaazaro laia
Rehmadan tarigan
Metah sukma zalukhu
Zahara hutabalian
Kelas 3.2psik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah
sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera
karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat,
cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban
harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman
kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis dan hipoglikemia hal ini dibiarkan tentu akan
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami
penanganan kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat
kita hindar

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapatkan gambaran tentang asuhan kegawatdaruratan endokrin

1.2.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mendapatkan gambaran tentang asuhan kegawatdaruratan endokrin tentang hipoglikemia

BAB II
2.1.
1.

Hipoglikemia
Pengertian

Pengertian
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl.
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan

a.
b.
c.
d.

diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni
: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi
: gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150
mg/dl
Koma hipoglikemi
: koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam sesudah makan.

Klasifikasi
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL

Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

2.
a.
b.
c.
d.

Anatomi dan fisiologi


Pankreas adalah kelenjar endokrin dan ekrokrin yang berfungsi sebagai sel endokrin adalah pulau langerhans. Pulau
langerhans mempunyai 4 macam sel :
Sel Alfa menyekresikan hormon glucagon.
Sel Beta menyekresikan insulin.
Sel Delta menyekresikan sumatostatin (menekan keluarnya hormone pertumbuhan insulin dang aster).
Sel F menyekresi polipeptida pancreas.
Stimulus utama keluarnya insulin adalah glukosa. Fungsi keseluruhan glukogen adalah meningkatkan kadar glukosa
dalam darah.

3.

Etiologi
Etiologi hipoglikemia pada diabete militus (DM) :
a.
Hipoglikemia pada DM stadium dini
b.

4.
a.

Hipoglikemia dalam ranka pengobatan DM

Pengunaan insulin
Pengunaan sulfoni lurea
Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c.
Hipoglikemia yg tidak berkaitan dengan DM
Hiperinsulinisme alimenter pascagastrektomi
Insulinoma
Penyakit hati berat
Umor ekstra pangkratik : firosarkoma, karsinoma ginjal
Hipopituitarisme

Manifestasi klinis
Gejala adrenergic atau system syaraf otonom :

Pucat

Diahforesis

Takikardi

Rasa lapar

Palpitasi

Tremor halus

Gugup

Cepat marah

Parestisia pada bibir dan Jari

Piloereksi

b.

c.

d.

Gejala Neuroglikopenia atau system syaraf pusat :

Sakit kepala

Konfulsi

Parestesis sirkumoral

Merasa lelah

Bicara tidak jelas

Diplopia

Emosi labil

Sering menguap

Gerakan spastic pada tungkai bawah

Kejang dan koma


Perubahan Psikis karena hipoglikemia :

Depresi dan iritabel

Ngantuk pada jam bangun dan malam hari tidak bias tidur

Tidak mampu kosentrasi


Gejala karena efek hipoglikemik pada system muskuler :

Lemah

Mudah capek

5.

Patofisologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh ketidak mampuan
otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa sebagai glikogen didalam otak
orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase makan atau posabsorbtif.

6.

Penatalaksanaan
Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan dapat dilakukan oleh pasien itu sendii dengan
minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar diberikan bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum
dapat dilakukan, oleskan mdu atau sirup kemukosa pipi
Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka selain dekstrosa dapat juga
digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan.
Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya pasien tersebut dirawat
dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa diteruskan dengan
infuse dekstrosa 10 % selama 3 hari. Monitr glukoa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan 90180mg%. hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian glucagon.
Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap tidak sadar walaupun kadar glukosa
darah sudah diatas normal. Pada pasien ini biasanya terjadi edema serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau
teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg bolus dilanjutkan
2mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%,
disamping dicari penyebab koma yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan memperberat
edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin alam dosis kecil.

7. Terapi hipoglikemi
KADAR GLUKOSA

TERAPI HIPOGLIKEMI

(mg/dl)

(DGN RUMUS 3-2-1)

< 30 mg/dl

Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 3 flakon

30-60 mg/dl

Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 2 flakon

60-100 mg/dl

Injeksi IV Dex.40% (25 cc) bolus 1 flakon

FOLLOW UP:
1.Periksa kadar gula darah lagi30 menit sesudah injeksi IV
2.Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2sampai 3 kali untuk mencapai kadar >120
mg/dl

8. Penanganan Kegawatdaruratan Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air
gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan

memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya
sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia
dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

9.

Pemeriksaan Diagnostik
a.

Tes glukosa darah melalui finger stick

b.

Hemoglobin glikosilat bisa normal atau tinggi

c.

Lipid serum bisa normal atau abnormal

d.

Keton bias negative atau positif

e.

Dasar diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :

Hipoglikemi dengan gejala gejala syaraf pusat, psikiatrik, vasomotrik.


Penentuan kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga < 50mg %.
Gejala akan hilang dengan pemberian glukosa.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1.

Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder
yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2.

Riwayat :

3.

ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
Data fokus

Data Subyektif:

Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas


Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
Rasa lapar (bayi sering nangis)
Nyeri kepala
Sering menguap
Irritabel

Data obyektif:

Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hightpitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat

dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma


Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe


1.

Data subyektif :

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit sekarang

- Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut
lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang
mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2.

Data Obyektif

a.

Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,letargi/disorientasi, koma
b.

Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yanglama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c.

Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d.

Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),
ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus
lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e.

Nutrisi/Cairan

Gejala

Hilang

nafsu

makan,

mual/muntah,

tidak

mematuhi

diet,

peningkatan

masukan

glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton)
f.

Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan
penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang
g.

Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)


Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h.

Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i.

Integritas kulit

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit


Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j.

Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
k.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan
obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah.

B. Diagnosa yang muncul.


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Asma adalah sebagai berikut:
1

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekresi

trakheobronkheal
2

Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan

Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas

Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme, diaporesis

Kurang pengetahuan b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak familier dengan sumber

informasi
6

Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya

Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi

Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan

Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak nafas

10

Kelelahan yang berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat ( dari keadaan glikemik ) dan

kelamahan otot.
11

Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan

metabolisme, dan kurang asupan makanan.


12

Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA


No
1.

Diagnosa Kep
Bersihan jalan napas

NOC / Tujuan
Setelah dilakukan tindak-an

NIC / Intervensi
Airway Suctioning (3160)

tiidak efektif b.d obs-

keperawatan selama x 24 jam

truksi jalan nafas / pe-

jalan napas klien efektif, dengan

suctioning

ningkatan sekresi

kriteria :

trakhe-obronkheal.

Status Respirasi : Patensi Jalan

sebelum dan sesudah suctioning

Batasan karakteristik :

Nafas (0410) :

Dispneu

Suara napas bersih

ke-luarga tentang suctioning

Orthopneu

Tidak ada sianosis

Sianosis

Tidak sesak napas /

sebe-lum suctioning

Ronkhi/krepitasi

dispneu

Kesulitan

kanul nasal untuk memfasilitasi

Irama napas dan

berbicara

frekuensi napas dalam rentang

normal

Batuk tidak

Klien tidak merasa ter-

Pastikan kebutuhan
Auskultasi suara napas
Informasikan pada klien dan
Meminta klien napas dalam
Berikan oksigen dengan

suctioning nasotrakheal

efektif atau tidak ada

Airway manajemen ( 3140)

Mata melebar

cekik

Produksi sputum

Tidak ada sianosis

teknik chin lift atau jaw thrust

frekuensi dan irama

Tidak gelisah

bila perlu

napas

Sputum berkurang

2.

1.

Buka jalan napas, gunakan

Posisikan klien untuk

memaksi-malkan ventilasi
Status Respirasi : Ventilasi

3.

(0403)

pema-sangan jalan napas buatan

Identifikasi klien perlunya

Mendemonstrasikan ba-

tuk efektif

Cough Enhancement (3250)

Suara nafas yang bersih

1.

Monitor fungsi paru-paru,

Tidak ada sianosis

kapasitas vital, dan inspirasi

Tidak ada dispneu (mam-

maksimal

pu bernafas dengan mudah)

2.

nafas dalam, ditahan 2 detik lalu

Tidak ada pursed lips

Dorong pasien melakukan

batuk 2-3 kali


3. Anjurkan klien nafas dalam
be-berapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan batukkan
di akhir ekspirasi
Terapi Oksigen (3320)
1.

Bersihkan secret di mulut,

hidung dan trachea / tenggorokan


2.

Pertahankan patensi jalan

nafas
3.

Jelaskan pada klien /

keluarga tentang pentingnya


pemberian oksigen
4.

Berikan oksigen sesuai

kebutuhan
Mengatur posisi (0840)
1

Atur posisi pasien semi

fowler, ekstensi kepala


2
2.

Miringkan kepala bila

Pola nafas tidak efektif

Setelah dilakukan tindak-an

muntah
Airway manajemen ( 3140)

b.d hiperventilasi, kele-

perawatan selama X 24 jam

1.

lahan otot pernafasan

pola nafas efektif, dengan

teknik chin lift atau jaw thrust

Batasan karakteristik :

criteria :

bila perlu

Penurunan

2.

Buka jalan napas, gunakan

Posisikan klien untuk

tekanan inspirasi /

Respiratory status : Airway

memaksi-malkan ventilasi

ekspirasi

patency (0410) :

3.

Identifikasi klien perlunya

Penurunan

Suara napas bersih

ventilasi per menit

Tidak ada sianosis

Tidak sesak napas

Respirasi Monitoring (3350)

nafas tambahan

Irama napas dan

frekuensi napas da-lam rentang

kedalaman, dan usaha napas

normal

Penggunaan otot
Pernafasan nasal

laring

Monitor rata-rata, ritme,


Catat gerakan dada apakah

Dispneu

Ortopneu

tercekik

Penyimpangan

Tidak ada sianosis

Tidak gelisah

Cough Enhancement (3250)

Sputum berkurang

dada
-

Nafas pendek

Posisi tubuh

Pasien tidak merasa

pema-sangan jalan napas buatan

simetris, ada penggunaan otot


tambahan, dan retraksi

Monitor fungsi paru-paru,

kapasitas vital, dan inspirasi

menun-jukkan posisi 3

Respiratory status : ventilation

maksimal

poin

(0403)

Nafas pursed lip

Respirasi dalam rentang

(dengan bibir)

normal

Ekspirasi

Dorong klien melakukan

nafas dalam, ditahan 2 detik lalu


batuk 2-3 kali

Ritme dalam batas

Anjurkan klien nafas dalam

memanjang

normal

Peningkatan

Ekspansi dada simetris

dengan pelan-pelan dan batukkan

diame-ter anterior-

Tidak ada sputum di jalan

di akhir ekspirasi

posterior

napas

Tidak ada penggunaan

Terapi Oksigen (3320)

Frekuensi nafas

be-berapa kali, dikeluarkan

Bayi : < 25 atau >

otot-otot tambahan

1.

60

Tidak ada retraksi dada

hidung dan trakhea / tenggorokan

1-4 th : < 20 atau >

Tidak ditemukan dispneu

2.

30

Dispneu saat aktivitas ti-

nafas

5-14 th : < 14 atau >

dak ditemukan

3.

25

keluarga tentang pentingnya

> 14 th : < 11 atau >

dak ditemukan

pemberian O2

24

4.

Kedalaman nafas

Napas pendek-pendek tiTidak ditemukan tak-til

fremitus

Volume tidal dewasa

saat istira-hat 500 ml

tambahan

Volume tidal bayi 6-8

Tidak suara napas

Bersihkan sekret di mulut,


Pertahankan patensi jalan
Jelaskan pada klien /

Berikan oksigen sesuai

kebutuhan

ml/kg BB
-

Penurunan

kapasitas vital
3.

Timing rasio
Resiko aspirasi b.d aku-

Setelah dilakukan tindak-an

Airway Suctioning (3160)

mulasi secret, sesak

keperawatan selama x 24

nafas

jam pasien tidak me-ngalami

suctioning

Faktor Resiko :

aspirasi, dengan kriteria :

Penurunan reflek

Pastikan kebutuhan
Auskultasi suara napas

sebelum dan sesudah suctioning

ba-tuk dan gag reflek

Respiratory status : ventilation

Ngt

(0403)

keluarga tentang suctioning

Penurunan

Respirasi dalam ren-tang

kesadaran

normal

Gangguan

Informasikan pada klien dan


Meminta klien napas dalam

se-belum suctioning
Ritme dalam batas

menelan

normal

Ekspansi dada si-metris

me-ningkat

Tidak ada sputum di jalan

teknik chin lift atau jaw thrust

napas

Produksi secret
Dispneu

Airway manajemen ( 3140)


Buka jalan napas, gunakan

bila perlu
Tidak ada pengguna-an

Posisikan klien untuk

otot-otot tambahan

memak-simalkan ventilasi

Tidak ada retraksi da-da

Tidak ditemukan se-sak

pema-sangan jalan napas buatan

Identifikasi klien perlunya

nafas / dispneu
-

Dispneu saat aktivitas

Aspiration Precaution (3200)

tidak ditemukan

1.

reflek batu, gag reflek dan

Napas pendek-pen-dek

Monitor tingkat kesadaran,

tidak ditemukan

kemampuan menelan.

2.

Monitor status paru-paru

fremitus

3.

Pertahankan airway

4. Alat suction siap pakai,

Tidak ditemukan tak-til


Tidak ditemukan su-ara

napas tambahan

tempatkan disamping bed, dan


suction sebelum makan

Respiratory status : gas

5.

Beri makanan dalam jumlah

ekchange (0402)

kecil

Status mental dalam

batas normal

Posisitioning/Mengatur posisi

Bernapas dengan mu-dah

(0840)

Gelisah tidak ditemu-kan

1. Atur posisi pasien semi

Tida ada sianosis

fowler, ekstensi kepala

Somnolen tidak dite-

2.

mukan

Miringkan kepala bila

muntah
Respirasi Monitoring (3350)
1.

Monitor rata-rata, ritme,

kedalaman, dan usaha napas


2.

Catat gerakan dada apakah

simetris, ada penggunaan otot


4.

Resiko kekurangan

Setelah dilakukan tindak-an

tambahan, dan retraksi


Monitor Cairan (4130)

volume cairan

keperawatan selama

1. Tentukan riwayat jenis dan

X 24 jam klien tidak

banyaknya intake cairan dan

mengalami kekurangan cairan.

kebiasaan eleminasi

Faktor resiko :
-

Kehilangan

2. Tentukan faktor resiko yang

melalui rute normal :

Hidrasi (0602)

me-nyebabkan

muntah

Kriteria hasil :

ketidakseimbangan cairan

Hidrasi kulit adekuat

(hipertermi diuretik, kelainan

sehingga sehingga

Tekanan darah dalam

ginjal, muntah, poliuri, diare,

mempenga-ruhi intake

batas normal

diaporesis, terpapar panas,

menjadi kurang

Nadi teraba

infeksi)

Membran mukosa

3.

Menimbang BB

Sesak napas

Peningkatan

metabo-lisme

lembab

4.

Monitor vital sign

Turgor kulit normal

5.

Monitor intake dan output

Berat badan stabil dan

Diaporesis

dalam batas normal

Manajemen Hipovolemia (4180)

Kelopak mata tidak

Monitor status cairan intake

cekung

dan output

Urin out put normal

Tidak demam

intravena

Tidak ada rasa haus yang

Pertahankan patensi akses

sangat
-

Monitoring Elektrolit (2020)


Tidak ada napas pen-

dek / kusmaul

Monitor elektrolit serum

Laporkan jika ada

ketidakseimbangan elektrolit
Balance Cairan (0601)

Monitor tanda dan gejala

Kriteria hasil :

ketidakseim-bangan elektrolit

Tekanan darah nor-mal

(kejang, kram perut, tremor,

Nadi perifer teraba

mual dan muntah, letargi, ce-

Tidak terjadi orto-statik

mas, bingung, disorientasi, kram

hypotension

otot, nyeri tulang, depresi

pernapasan, gangguan irama

Intake-output seim-bang

dalam 24 jam

jantung, penurunan kesadaran :

(apatis, coma)

Serum, elektrolit da-lam

batas normal.
-

Hmt dalam batas normal

Manajemen Elektrolit (2000)

Tidak ada suara napas

Pertahankan cairan infus

tambahan

yang me-ngandung elektrolit

BB stabil

Tidak ada asites, ede-ma

elektrolit lewat suction

perifer
-

Monitor kehilangan

nasogastrik, diare, diaporesis


Tidak ada distensi vena

leher

Bilas NGT dengan normal

salin

Mata tidak cekung

Berikan diet makanan yang

Tidak bingung

kaya kalium

Rasa haus tidak ber-

lebihan / rakus
-

Membrane mukosa

lembab
5.

Kurang pengetahuan b.d

Hidrasi kulit adekuat


Setelah diberikan penje-lasan

Teaching : Disease

kurang infor-masi,

selama X per-temuan klien /

Process (5602)

keterbatasan kogni-si,

orang tua mengetahui dan

1.

tak familier dengan

mema-hami tentang penyakit-

tingkat pengetahuan klien / orang

sumber informasi.

nya, dengan criteria :

tua tentang proses penyakitnya

Berikan penilaian tentang

2.

Jelaskan patofisiologi asma

Batasan Karakteristik :

Knowledge : Disease Process

dan bagaimana hal ini

(1803) :

berhubungan dengan anatomi

ma-salah

dan fisiologi dengan cara yang

penyakitnya

sesuai.

mengi-kuti perintah

3.

proses penyakit

yang biasa muncul pada asma

yang berlebihan

dengan cara yang sesuai

(histeris, bermusuhan,

factor resiko

4.

agitasi, apatis)

asma dengan cara yang sesuai

Mengungkapkan
Tidak tepat
Tingkah laku

Mengetahui jenis / nama


Mampu menjelaskan
Mampu menjelaskan
Mampu menjelaskan efek

Gambarkan tanda dan gejala

Gambarkan proses penyakit

penyakit

5.

penyebab dengan cara yang tepat

Mampu menjelaskan

Identifikasi kemungkinan

tanda dan gejala penyakit

6.

mengenali factor pencetus

Mampu menjelaskan

Bantu klien / orang tua

komplikasi

serangan asma

7.

Mampu menjelaskan

Berikan informasi pada klien

bagaimana mencegah

/ orang tua tentang kondisi klien

komplikasi

dengan tepat

Knowledge : Health

Teaching Procedur / Treatment

behavors(1805)

(5618)

1.

Mampu menjelaskan pola

Informasikan kepada klien

nutisi yang sehat

dan orang tua kapan prosedur

pengobatan akan di-laksanakan

Mampu menjelaskan

aktifitas yang ber-manfaat

2.

prosedur pengobatan akan

Mampu menjelaskan efek

Informasikan seberapa lama

tembakau / merokok

dilakukan

3.

Mampu menjelaskan

Informasikan tentang

teknik manajemen stress

peralatan yang akan digunakan

dalam pengobatan

Mampu menjelaskan efek

zat kimia

4.

tua siapa yang akan melakukan

Mampu menjelaskan

bagaimana mengura-ngi resiko


sakit

Informasikan kepada orang

prosedur pe-ngobatan

Mampu menjelaskan

bagaimana menghin-dari
lingkungan yang berbahaya
(factor pencetus)
6.

Mampu menjelaskan

Takut b.d hospitalisasi,

pemakaian obat se-suai resp


Setelah dilakukan tindak-an

Coping enhancement (5230)

tindakan invasife, terapi

keperawatan selama X 24

1.

inhalasi, pengalaman /

jam rasa takut klien hilang /

data objektif dan subyektif

lingkungan yang kurang

berkurang, de-ngan kriteria :

2.

bersahabat.(00148)

Kaji respon takut pasien :


Jelaskan klien / keluarga

tentang proses penyakit


Fear control (1404) :

3. Terangkan klien / keluarga

Batasan karakteristik :

tentang semua pemeriksaan dan

Panik

atau menghin-dari sumber yang

pengobatan

Teror

menakutkan

4.

Perilaku

(diam, memberikan sentuhan,

Klien tidak menye-rang

Klien menggunakan

Sampaikan sikap empati

menghindar atau

teknik relaksasi un-tuk

mengijinkan menangis, berbicara

menyerang

mengurangi takut

dll)

Impulsif

Nadi, respirasi,

ngontrol respon takut

Anxiety Reduction (5820)

TD sistolik meningkat

1.

Anoreksia

diri.

Mual, muntah

Durasi takut menurun

dialami selama menjalani

Pucat

Klien kooperatif saat

prosedur

Stimulus sebagai

dilakukan perawatan dan

2.

pengobatan (terapi inhalasi)

mem-berikan rasa aman

an-caman

Klien mampu meKlien tidak melarikan

Jelaskan semua prosedur

termasuk perasaan yang mungkin

3.

Berikan objek yang dapat


Berbicara dengan pelan dan

Lelah

Otot tegang

Anxiety control (1402)

tenang

Keringat

Tidur pasien adekuat

4.

meningkat

Tidak ada manifestasi

percaya

Gempar

fisik

Ketegangan

Tidak ada manifestasi

mening-kat

perilaku

Menyatakan

Klien mau berinter-aksi

Membina hubungan saling

takut

7.

sosial

Menangis

Protes

Melarikan diri
Intoleransi aktivitas b.d

Setelah dilakukan tindak-an

Terapi Aktivitas (4310)

ketidakseimbangan

keperawatan selama x 24

suplai dan kebutuhan

jam, klien mampu mencapai :

irama, pe-rubahan tekanan darah

O2, ke-lemahan

activity to-leransi , dengan

sebelum, selama, setelah

Batasan Karakteristik :

kriteria :

aktivitas sesuai indi-kasi

Laporan kerja :

Catat frekuensi jantung

Tingkatkan istirahat, batasi

kele-lahan dan

Activity tolerance (0005)

aktivitas dan berikan aktivitas

kelemahan

senggang yang tidak berat

batas normal ke-tika beraktivitas

Batasi pengunjung

ak-tivitas menunjukkan

Monitor / pantau respon

nadi dan tekanan darah

ketika aktivitas

abnormal

normal saat aktivitas

Manajemen Energi (0180)

me-nunjukkan aritmia /

1.

disritmia

dalam batas nor-mal saat

pembatasan klien dalam

beraktivitas

melakukan aktivitas

ketidak-nyamanan yang

2.

sa-ngat

dalam batas nor-mal saat

perasaan terhadap keterbatasan

beraktivitas

3.

EKG dalam batas

menyebabkan adanya kelelahan

Warna kulit

Manajemen Disritmia (4090)

Usaha bernafas saat

1.

Respon terhadap

Perubahan EKG

Dispneu dan

Gelisah

Saturasi oksigen da-lam


HR dalam batas nor-mal

emosi, fisik, sosial dan spiritual

Respirasi dalam batas


Tekanan darah sisto-lik

Tekanan darah dias-tolik

Observasi adanya

Dorong mengungkapkan
Kaji adanya factor yang

normal

8.

Defisit self care b.d

Mengetahui dengan pasti

beraktivitas

klien dan keluarga yang

Berjalan di ruangan

mempunyai riwayat jantung.

Berjalan jauh

2.

Naik tangga

kekurangan O2, keseimbangan

Kekuatan ADL

asam basa, elektrolit.

Kemampuan

Monitor dan periksa

ber-

bicara saat latihan


Kebutuhan ADL klien terpenuhi

NIC: Membantu perawatan diri

kele-mahan, dengan

selama pera-watan

klien Mandi dan toiletting

kelelahan, sesak nafas

Indikator:

Aktifitas:

1. Tempatkan alat-alat mandi

Batasan karakteristik :

rapi

Klien tidak

Klien tampak bersih dan

ditempat yang mudah dikenali


Mengerti secara seder-

dan mudah dijangkau klien

mampu mengambil

hana cara mandi, ma-kan,

2. Libatkan klien dan dampingi

makanan

toileting, dan ber-pakaian serta

3. Berikan bantuan selama klien

mau mencoba secara aman tanpa

masih mampu mengerjakan

mampu ke toilet

cemas

sendiri

Klien tidak
Klien tidak

Klien mau berpartisipasi

4. Libatkan keluarga dalam

mampu ke kamar mandi

dengan senang hati tanpa

memenuhi kebutuhan mandi dan

keluhan dalam memenuhi ADL

toileting

Klien tidak

mampu memakai baju

Kebutuhan makan mi-

sendiri

num, mandi, toileting, dll

yNIC: ADL Berpakaian

terpenuhi

Aktifitas:
1. Informasikan pada klien
dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat
yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan berpakaian
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan berdoa
bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam

memenuhi kebutuhan makan dan


minum
5. Beri rasa nyaman saat makan

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis disesuaikan dengan intervensi
yang telah direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes ketoasidosis adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi berat insulin. Diabetes Ketoasidosis
merupakan komplikasi akut diabetes melitus ( DM ) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.

a.

c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penyakit ini paling sering ditemukan pada penderita diabetes melitus tergantung insulin ( DMTI ) atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ).
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya
kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni
: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi
: gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi
150 mg/dl
Koma hipoglikemi
: koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam sesudah makan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan
berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit,
perubahan pada sirkulasi
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan glukosa/insulin
dan/atau elektrolit
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebtuhan
energi : status hipermetabolik/infeksi
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan berhubungan dengan kesalahan
menginterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi

3.2 SARAN
1.
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan
endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar hipoglekemia dan diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan
keperawatan.
2.

Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aina Abata, 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
Doengoes,M.E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC
Mansjoer,A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2011. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga. Jakarta:EGC
http://www.scribd.com/doc/36410716/CSS-Penatalaksanaan-Ketoasidosis-Diabetikum
http://astagina-br-ginting.blogspot.com/2010/05/askep-pada-klien-dengan-kegawat.html

Вам также может понравиться