Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nama kelompok
Niko hutama manalu
Fitria panorang siregar
Sowaazaro laia
Rehmadan tarigan
Metah sukma zalukhu
Zahara hutabalian
Kelas 3.2psik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah
sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada
pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk
mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera
karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat,
cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban
harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman
kematian karena adanya gangguan endokrin seperti ketoasidosis dan hipoglikemia hal ini dibiarkan tentu akan
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami
penanganan kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat
kita hindar
BAB II
2.1.
1.
Hipoglikemia
Pengertian
Pengertian
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11- mg/dl.
( Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan
terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan
a.
b.
c.
d.
diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni
: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi
: gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150
mg/dl
Koma hipoglikemi
: koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam sesudah makan.
Klasifikasi
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan
adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan
dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
Etiologi
Etiologi hipoglikemia pada diabete militus (DM) :
a.
Hipoglikemia pada DM stadium dini
b.
4.
a.
Pengunaan insulin
Pengunaan sulfoni lurea
Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c.
Hipoglikemia yg tidak berkaitan dengan DM
Hiperinsulinisme alimenter pascagastrektomi
Insulinoma
Penyakit hati berat
Umor ekstra pangkratik : firosarkoma, karsinoma ginjal
Hipopituitarisme
Manifestasi klinis
Gejala adrenergic atau system syaraf otonom :
Pucat
Diahforesis
Takikardi
Rasa lapar
Palpitasi
Tremor halus
Gugup
Cepat marah
Piloereksi
b.
c.
d.
Sakit kepala
Konfulsi
Parestesis sirkumoral
Merasa lelah
Diplopia
Emosi labil
Sering menguap
Ngantuk pada jam bangun dan malam hari tidak bias tidur
Lemah
Mudah capek
5.
Patofisologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh ketidak mampuan
otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa sebagai glikogen didalam otak
orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase makan atau posabsorbtif.
6.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan dapat dilakukan oleh pasien itu sendii dengan
minum larutan gula 10-30 g. pada pasien tidk sadar diberikan bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan tersebut belum
dapat dilakukan, oleskan mdu atau sirup kemukosa pipi
Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi insulin, maka selain dekstrosa dapat juga
digunakan suntikan glucagon 1mg im, lebih-lebih bila suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan.
Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat sulfomilure sebaiknya pasien tersebut dirawat
dirumah sakit, karena ada resiko jatuh koma lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa diteruskan dengan
infuse dekstrosa 10 % selama 3 hari. Monitr glukoa darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan 90180mg%. hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian glucagon.
Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas dan tetap tidak sadar walaupun kadar glukosa
darah sudah diatas normal. Pada pasien ini biasanya terjadi edema serebri dan perlu pengobatan dengan manitol atau
teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg bolus dilanjutkan
2mg setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan glukosa darah dipertahankan sekitar 180mg%,
disamping dicari penyebab koma yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan memperberat
edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu diberikan insulin alam dosis kecil.
7. Terapi hipoglikemi
KADAR GLUKOSA
TERAPI HIPOGLIKEMI
(mg/dl)
< 30 mg/dl
30-60 mg/dl
60-100 mg/dl
FOLLOW UP:
1.Periksa kadar gula darah lagi30 menit sesudah injeksi IV
2.Sesudah bolus 3 atau 2 atau 1 flakon setelah 30 menit dapat
diberikan 1 flakon lagi sampai 2sampai 3 kali untuk mencapai kadar >120
mg/dl
memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya
sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama
(misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari
cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat
melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin
oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia
dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
9.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
b.
c.
d.
e.
Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder
yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2.
Riwayat :
3.
ANC
Perinatal
Post natal
Imunisasi
Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
Kanker
Data fokus
Data Subyektif:
Data obyektif:
Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
Hightpitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
Data subyektif :
- Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut
lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang
mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.
2.
Data Obyektif
a.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,letargi/disorientasi, koma
b.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yanglama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung
c.
Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),
ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus
lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
e.
Nutrisi/Cairan
Gejala
Hilang
nafsu
makan,
mual/muntah,
tidak
mematuhi
diet,
peningkatan
masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton)
f.
Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan
penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang
g.
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i.
Integritas kulit
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
k.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan
obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa
darah.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekresi
trakheobronkheal
2
Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme, diaporesis
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak familier dengan sumber
informasi
6
10
Kelelahan yang berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat ( dari keadaan glikemik ) dan
kelamahan otot.
11
Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Diagnosa Kep
Bersihan jalan napas
NOC / Tujuan
Setelah dilakukan tindak-an
NIC / Intervensi
Airway Suctioning (3160)
suctioning
ningkatan sekresi
kriteria :
trakhe-obronkheal.
Batasan karakteristik :
Nafas (0410) :
Dispneu
Orthopneu
Sianosis
sebe-lum suctioning
Ronkhi/krepitasi
dispneu
Kesulitan
berbicara
normal
Batuk tidak
Pastikan kebutuhan
Auskultasi suara napas
Informasikan pada klien dan
Meminta klien napas dalam
Berikan oksigen dengan
suctioning nasotrakheal
Mata melebar
cekik
Produksi sputum
Tidak gelisah
bila perlu
napas
Sputum berkurang
2.
1.
memaksi-malkan ventilasi
Status Respirasi : Ventilasi
3.
(0403)
Mendemonstrasikan ba-
tuk efektif
1.
maksimal
2.
nafas
3.
kebutuhan
Mengatur posisi (0840)
1
muntah
Airway manajemen ( 3140)
1.
Batasan karakteristik :
criteria :
bila perlu
Penurunan
2.
tekanan inspirasi /
memaksi-malkan ventilasi
ekspirasi
patency (0410) :
3.
Penurunan
nafas tambahan
normal
Penggunaan otot
Pernafasan nasal
laring
Dispneu
Ortopneu
tercekik
Penyimpangan
Tidak gelisah
Sputum berkurang
dada
-
Nafas pendek
Posisi tubuh
menun-jukkan posisi 3
maksimal
poin
(0403)
(dengan bibir)
normal
Ekspirasi
memanjang
normal
Peningkatan
diame-ter anterior-
di akhir ekspirasi
posterior
napas
Frekuensi nafas
otot-otot tambahan
1.
60
2.
30
nafas
dak ditemukan
3.
25
dak ditemukan
pemberian O2
24
4.
Kedalaman nafas
fremitus
tambahan
kebutuhan
ml/kg BB
-
Penurunan
kapasitas vital
3.
Timing rasio
Resiko aspirasi b.d aku-
keperawatan selama x 24
nafas
suctioning
Faktor Resiko :
Penurunan reflek
Pastikan kebutuhan
Auskultasi suara napas
Ngt
(0403)
Penurunan
kesadaran
normal
Gangguan
se-belum suctioning
Ritme dalam batas
menelan
normal
me-ningkat
napas
Produksi secret
Dispneu
bila perlu
Tidak ada pengguna-an
otot-otot tambahan
memak-simalkan ventilasi
nafas / dispneu
-
tidak ditemukan
1.
Napas pendek-pen-dek
tidak ditemukan
kemampuan menelan.
2.
fremitus
3.
Pertahankan airway
napas tambahan
5.
ekchange (0402)
kecil
batas normal
Posisitioning/Mengatur posisi
(0840)
2.
mukan
muntah
Respirasi Monitoring (3350)
1.
Resiko kekurangan
volume cairan
keperawatan selama
kebiasaan eleminasi
Faktor resiko :
-
Kehilangan
Hidrasi (0602)
me-nyebabkan
muntah
Kriteria hasil :
ketidakseimbangan cairan
sehingga sehingga
mempenga-ruhi intake
batas normal
menjadi kurang
Nadi teraba
infeksi)
Membran mukosa
3.
Menimbang BB
Sesak napas
Peningkatan
metabo-lisme
lembab
4.
5.
Diaporesis
cekung
dan output
Tidak demam
intravena
sangat
-
dek / kusmaul
ketidakseimbangan elektrolit
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil :
ketidakseim-bangan elektrolit
hypotension
Intake-output seim-bang
dalam 24 jam
(apatis, coma)
batas normal.
-
tambahan
BB stabil
perifer
-
Monitor kehilangan
leher
salin
Tidak bingung
kaya kalium
lebihan / rakus
-
Membrane mukosa
lembab
5.
Teaching : Disease
kurang infor-masi,
Process (5602)
keterbatasan kogni-si,
1.
sumber informasi.
2.
Batasan Karakteristik :
(1803) :
ma-salah
penyakitnya
sesuai.
mengi-kuti perintah
3.
proses penyakit
yang berlebihan
(histeris, bermusuhan,
factor resiko
4.
agitasi, apatis)
Mengungkapkan
Tidak tepat
Tingkah laku
penyakit
5.
Mampu menjelaskan
Identifikasi kemungkinan
6.
Mampu menjelaskan
komplikasi
serangan asma
7.
Mampu menjelaskan
bagaimana mencegah
komplikasi
dengan tepat
Knowledge : Health
behavors(1805)
(5618)
1.
Mampu menjelaskan
2.
tembakau / merokok
dilakukan
3.
Mampu menjelaskan
Informasikan tentang
dalam pengobatan
zat kimia
4.
Mampu menjelaskan
prosedur pe-ngobatan
Mampu menjelaskan
bagaimana menghin-dari
lingkungan yang berbahaya
(factor pencetus)
6.
Mampu menjelaskan
keperawatan selama X 24
1.
inhalasi, pengalaman /
2.
bersahabat.(00148)
Batasan karakteristik :
Panik
pengobatan
Teror
menakutkan
4.
Perilaku
Klien menggunakan
menghindar atau
menyerang
mengurangi takut
dll)
Impulsif
Nadi, respirasi,
TD sistolik meningkat
1.
Anoreksia
diri.
Mual, muntah
Pucat
prosedur
Stimulus sebagai
2.
an-caman
3.
Lelah
Otot tegang
tenang
Keringat
4.
meningkat
percaya
Gempar
fisik
Ketegangan
mening-kat
perilaku
Menyatakan
takut
7.
sosial
Menangis
Protes
Melarikan diri
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan
keperawatan selama x 24
O2, ke-lemahan
Batasan Karakteristik :
kriteria :
Laporan kerja :
kele-lahan dan
kelemahan
Batasi pengunjung
ak-tivitas menunjukkan
ketika aktivitas
abnormal
me-nunjukkan aritmia /
1.
disritmia
beraktivitas
melakukan aktivitas
ketidak-nyamanan yang
2.
sa-ngat
beraktivitas
3.
Warna kulit
1.
Respon terhadap
Perubahan EKG
Dispneu dan
Gelisah
Observasi adanya
Dorong mengungkapkan
Kaji adanya factor yang
normal
8.
beraktivitas
Berjalan di ruangan
Berjalan jauh
2.
Naik tangga
Kekuatan ADL
Kemampuan
ber-
kele-mahan, dengan
selama pera-watan
Indikator:
Aktifitas:
Batasan karakteristik :
rapi
Klien tidak
mampu mengambil
makanan
mampu ke toilet
cemas
sendiri
Klien tidak
Klien tidak
toileting
Klien tidak
sendiri
terpenuhi
Aktifitas:
1. Informasikan pada klien
dalam memilih pakaian selama
perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat
yang mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy klien
5. Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
6. Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan berpakaian
NIC: ADL Makan
1. Anjurkan duduk dan berdoa
bersama teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum
mampu dan beri contoh
4. Libatkan keluarga dalam
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis disesuaikan dengan intervensi
yang telah direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes ketoasidosis sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes ketoasidosis adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi berat insulin. Diabetes Ketoasidosis
merupakan komplikasi akut diabetes melitus ( DM ) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.
a.
c.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyakit ini paling sering ditemukan pada penderita diabetes melitus tergantung insulin ( DMTI ) atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ).
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya
kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni
: ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi
: gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi
150 mg/dl
Koma hipoglikemi
: koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 5 jam sesudah makan.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan
berlebihan : diare, muntah; pembatasan intake akibat mual, kacau mental
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa, penurunan fungsi lekosit,
perubahan pada sirkulasi
Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan ketidkseimbangan glukosa/insulin
dan/atau elektrolit
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin, peningkatan kebtuhan
energi : status hipermetabolik/infeksi
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan pengoobatan berhubungan dengan kesalahan
menginterpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
3.2 SARAN
1.
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan
endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar hipoglekemia dan diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan
keperawatan.
2.
Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aina Abata, 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.
Jakarta : EGC
Doengoes,M.E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta : EGC
Mansjoer,A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2011. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga. Jakarta:EGC
http://www.scribd.com/doc/36410716/CSS-Penatalaksanaan-Ketoasidosis-Diabetikum
http://astagina-br-ginting.blogspot.com/2010/05/askep-pada-klien-dengan-kegawat.html