Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
No. Berkas
No. RM
Puskesmas Porong
Nama KK
: An. A
Tingkat
Paraf
Paraf
Pemahaman
Pembimbing
Keterangan
: An. A
Alamat Lengkap
1.
Nama
Kedudukan
Dalam
Keluarga
Kepala
mu
r
Keluarga
(Ayah
36
th
Pendi
Pekerja
dikan
an
2.
Ny. Sumiati
Ibu Pasien
th
Puskes
Ket
mas
Pedaga
SD
ng
Tidak
Tidak
Sayur
Pasien)
32
Pasien
Pedaga
MI
ng
Sayur
Paman
3.
Tn. Sabar
4.
Ny. Munikah
Bibi Pasien
An. Nurul
Kakak
Jannah
An. M.
Pasien
Kakak
Mustofa
Pasien
Kakak
5.
6.
7.
8.
An. Anisa
Pasien
Pasien
Pasien
L
P
P
L
P
P
60
th
55
th
13
th
4
th
2,5
th
18
bln
SD
SD
Tidak
bekerja
Tidak
Bekerja
Tidak
Tidak
SMP
Pelajar
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Gizi
Buruk
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus dari seorang anak bawah lima
tahun (balita) dengan status gizi buruk, berjenis kelamin perempuan dan
berusia 18 bulan, dimana penderita merupakan salah satu dari pasien balita
dengan gizi buruk yang berada di wilayah Puskesmas Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai masalah yang dihadapi. Mengingat
kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah
Puskesmas Kecamatan Porong Kabupaten Sidoaro beserta permasalahannya
seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang status gizi balita dan
dampaknya bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu penting kiranya
bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa
menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. A
Umur
: 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
:Pendidikan
:Agama
: Islam
Alamat
: Desa Porong Sawahan RT 01 RW 02
Suku
: Jawa
Tanggal periksa : 08 Juni 2013 pukul 11.00
C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
:
Tiga bulan yang lalu penderita datang dengan keluhan sesak disertai
batuk dan panas badan sejak kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit, penderita juga tampak kurus dengan mata tampak cowong dan turgor
kulit menurun. Penderita dibawa oleh keluarga dan warga setempat ke
Puskesmas Kecamatan Porong dan dirawat selama satu minggu. Pada saat
itu pasien juga dinyatakan mengalami gizi buruk. Dan sampai saat ini pasien
masih dalam program penanganan gizi buruk dari Puskesmas kecamatan
Porong, Sidoarjo.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pasien tidak pernah memiliki penyakit apapun sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Bibi pasien menderita penyakit batuk lama sejak 5 tahun yang lalu
namun pernah diperiksakan tes dahak dan hasilnya negatif TB. Bibi pasien
lalu hanya berobat alternatif saja.
5. Riwayat Kebiasaan :
Tidak ada
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Penderita adalah anak ke-empat dari empat bersaudara dari pasangan
suami istri, Tn. S dan Ny.S. Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah
yamh berpenghuni 8 orang (Penderita, Ayah, Ibu, Tiga orang kakak , Paman,
dan Bibi). Penderita belum sekolah dan sehari-hari di asuh oleh ibunya
bergantian dengan bibinya jika ibu pasien sedang ikut bekerja menemani
ayahnya. Ayah penderita bekerja sebagai pedagang sayur di pasar. Ibu
penderita sering menemani ayahnya dan membantu berjualan sayur di pasar.
Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari berjualan sayur tersebut
dengan penghasilan rata-rata per hari Rp. 500.000,- namun hasil penjualan
tersebut digunakan kembali untuk modal berjualan keesokan harinya. Ayah
atau ibu pasien sendiri tidak tahu pasti penghasilan bersihnya karena selalu
habis terpakai untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari dan modal dagang.
7. Riwaya gizi:
Penderita makan sehari-harinya dengan bubur halus atau nasi tim
dua kali sehari dan minum susu formula atau minum air gula di botol susu.
Penderita termasuk anak yang sulit untuk makan. Sejak sakit nafsu makan
penderita juga menurun.
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
2. Kepala: rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok
di kepala(-)
3. Mata: ketajaman penglihatan baik
4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga: keluar cairan (-)
6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)
7. Tenggorokan: serak (-)
8. Pernafasan: sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
9. Kardiovaskular: nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria: BAK lancar, warna kuning
12. Neuropsikiatri:
Neurologik: kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik: mudah menangis (-)
13. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas: Atas: bengkak (-), sakit (-)
Bawah: bengkak (-), sakit (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum:
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS (EVM): 4 5 6
status gizi kesan kurang
2. Tanda Vital dan status gizi:
- Tanda vital:
Nadi: 118 x / menit, reguler, kuat angkat, simetris
Pernafasan: 24 x / menit
Suhu: 36.4 oC
Tensi: - Status gizi:
BB: 6.5 kg
TB: 61.5 cm
Berdasarkan data instalasi gizi pada saat ditemukan (22 Maret 2013) :
TB/U = - 4,06 SD sangat pendek
BB/U = -4,75 SD berat badan sangat rendah
BB/TB = -2,79 kurus
Pemeriksaan saat kunjungan rumah :
TB/U = 61,5 / 75 x 100% = 82% malnutrisi berat
RP: - - -
ditemukan
adanya
Keterlambatan
H. RESUME
Seorang Anak perempuan usia 18 bulan dengan keluhan utama sesak
disertai panas badan dan disertai tanda-tanda dehidrasi. Tiga bulan yang lalu
penderita datang dengan keluhan sesak disertai batuk dan panas badan sejak
kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita juga tampak
kurus dengan mata tampak cowong dan turgor kulit menurun. Penderita
dibawa oleh keluarga dan warga setempat ke Puskesmas Kecamatan Porong
dan dirawat selama satu minggu. Pada saat itu pasien juga dinyatakan
mengalami gizi buruk. Dan sampai saat ini pasien masih dalam program
penanganan gizi buruk dari Puskesmas kecamatan Porong, Sidoarjo.
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, GCS (EVM): 4 5 6 status gizi kesan kurang. Tanda Vital dan
status gizi: Nadi: 118 x / menit, reguler, kuat angkat, simetris. Pernafasan:
24 x / menit, suhu: 36.4 oC. Status gizi berdasarkan TB/U = - 4,06 SD
(sangat pendek), BB/U = -4,75 SD (berat badan sangat rendah), BB/TB =
-2,79 (kurus).
Pemeriksaan saat kunjungan rumah : TB/U = 61,5 / 75 x 100% =
82% (malnutrisi berat), BB/U = 6,5 / 13,5 x 100% = 48% (malnutrisi berat),
BB/TB = 6,5 /6,3 x 100% = 1003% (normal), lingkar Kepala = 42cm,
menurut kurva lingkar kepala Nellhaus ( < - 2 SD), lingkar lengan atas =
12,5 / 16,5 x 100% = 75,8 % (normal), status gizi menurut KMS : bawah
garis merah.
I. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis biologis: Gizi Buruk (dalam penanganan program gizi
puskesmas)
Diagnosis psikologis: Diagnosis sosial ekonomi dan budaya:
Status ekonomi rendah
Kondisi lingkungan dan rumah kurang sehat
J. PENATALAKSANAAN
berbagai
kegiatan
untuk
merangsang
15 g
(makanan
kecil)
yang
dibuat
dari
bahan
makanan
setempat/lokal.
b. bahan makanan mentah berupa
gula 15 g
Beras 70 g
Ubi/singkong 150
kacangan 25 g
Ikan 30 g
Kacang-kacangan 40 g
gula 20 g
g
Tepung ubi 40 g
Kacang-kacangan 40 g
gula 20 g
2. Lama PMT-P
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari
kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis
Keluarga terdiri dari penderita, Ayah (Tn. Soleh, 36 tahun), Ibu
(Ny.Sumyati, 32 tahun), tiga orang kakak (An. Nurul Janah, 13 tahun; An.
M. Mustofa, 4 tahun; An. Nor Aini, 2.5 tahun). Selain dengan ayah, ibu
dan ketiga kakaknya, penderita juga tinggal satu rumah dengan paman
(Tn. Sabar, 60 tahun) dan bibi (Ny. Munikah, 55 tahun).
Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan, tidak langsung
menangis, setelah lendir dihisap penderita baru menangis kuat. Ibu tidak
tahu warna lendir yang dihisap. Saat lahir, berat badan penderita 2 kg
dengan panjang 60 cm di rumah seorang bidan desa.
2. Fungsi psikologis
An.A tinggal serumah dengan kedua orang tuanya, kakak, serta
paman dan bibinya. Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab,
komunikasi antar keluarga cukup baik. Kedua orang tua penderita bekerja
malam hari dan pulang pada pagi harinya, oleh karena itu penderita diasuh
oleh bibinya, namun jika orang tuanya ada dirumah, penderita diasuh oleh
orang tuanya, terutama ibunya. Penderita juga mendapat perhatian dari
kakak tertuanya. Jika ibunya sibuk dengan kakak-kakaknya yang juga
masih balita, pasien biasanya diasuh oleh kakak tertuanya atau bibinya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dengan keputusan terakhir ada pada ayah penderita.
3. Fungsi sosial
Penderita adalah anak yang jarang bermain di luar, waktu
bermainnya lebih banyak di rumah bersama keluarganya, jika pagi atau
siang hari lebih banyak bersama ibunya sementara malam hari diasuh oleh
bibinya. Dalam masyarakat, penderita dan keluarganya hanya sebagai
anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu
dalam masyarakat. Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan
sosial di masyarakat karena selain sibuk dengan pekerjaannya juga sibuk
dengan mengurus rumah tangga dan keluarga. Kegiatan-kegiatan yang
harus mengeluarkan biaya juga menjadi penghambat bagi keluarga ini
untuk aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.
4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari satu sumber, yaitu dari hasil
berjualan sayur di pasar yang dilakukan ayah penderita dengan dibantu
oleh ibu penderita. Penghasilan mereka per hari sekitar Rp. 500.000,dengan pengeluaran yang banyak dipakai untuk modal berjualan keesokan
harinya dan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari delapan orang
anggota keluarga yang tinggal di rumah seperti makan, minum, ataupun
biaya-biaya lainnyaseperti pengobatan, bayar iuran yang ada. Keluarga
penderita tidak pernah menyisihkan uang untuk menabung karena
penghasilannya sudah habis membiayai anggota keluarga yang tinggal
serumah dan untuk modal usaha.
Untuk kebutuhan air dengan menggunakan air tanah yang
ditampung dalam sumur. Untuk memasak memakai kompor gas dua
tungku. Makan sehari-hari, nasi, lauk pauk seperti ikan, atau ayam.
Frekwensi makan tidak tentu kadang-kadang 2-3 kali sehari. Kalau ada
keluarga yang sakit biasanya dicoba di obati sendiri dengan obat-obatan
alternatif atau herbal sebelum dibawa ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.
5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Penderita masih belum dapat memecahkan masalah sendiri karena
usia kedewasaan yang belum cukup. Untuk kemampuan beradaptasi
penderita tidak takut dengan orang baru yang ia kenal dan cepat beradaptasi
bermain bersama namun harus ada orang tua atau orang yang lebih dulu
dikenalnya.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
An.A masih belum mampu berkomunikasi dengan baik, jika ada
sesuatu yang penderita inginkan ataupun yang penderita tidak sukai
penderita hanya menangis atau mengucap kata-kata yang belum lengkap.
PARTNERSHIP
An.A selalu ditemani dengan anggota keluarga yang tinggal serumah
secara bergantian dan dapat bersosialisasi dengan baik.
GROWTH
An.A belum dapat mengungkapkan keinginannya dengan baik.
AFFECTION
An.A mendapatkan kasih sayang yang cukup dari seluruh anggota
keluarga yang tinggal serumah meskipun terkadang tidak bersama orang
tuanya.
RESOLVE
An.A mendapatkan kebersamaan dalam keluarga yang cukup baik
meski jarang bermain dengan kedua orang tuanya karena orang tuanya
bekerja pada malam hari dan pagi atau siang harinya lebih banyak dipakai
untuk beristirahat karena lelah.
APGAR
Tn.
Moh
Soleh
terhadap Sering/
keluarga
selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
P
masalah
Saya puas cara keluarga saya membahas
Kadang-
Jarang/
kadang
tidak
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
tidak
masalah
Saya puas cara keluarga saya membahas
perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin=9 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
tidak
masalah
Saya puas cara keluarga saya membahas
perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin=9 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn. Sabar bekerja serabutan sehingga waktu pagi hari hingga sore
hari dipakai lebih banyak diluar rumah untuk mencari pekerjaan sehingga
sulit untuk membagi waktu untuk bersama-sama.
Sering/
Kadang-
Jarang/
selalu
kadang
tidak
masalah
Saya puas cara keluarga saya membahas
perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin=9 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Kadang-
Jarang/
keluarga
selalu
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
P
masalah
Saya puas cara keluarga saya membahas
kadang
tidak
perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin=9 fungsi keluarga dalam keadaan baik
An. Nurul Jannah merupakan kakak tertua An. Anisa yang masih
besekolah di tingkat SMP, sepulang sekolah ia mengasuh ketiga adiknya
dan membantu mengurus urusan rumah sehingga sulit untuk memiliki
waktu untuk bersama-sama.
C. SCREEM
SUMBER
Sosial
PATHOLOGY
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota +
keluarga juga dengan saudara pertisipasi
mereka dalam masyarakat kurang baik
karena memiliki aktivitas masing-masing
dan kedua orang tua penderita bekerja pada
malam
Cultural
hari
sehingga
pagi/siang
hari
nyadran,dll.
Namun
masih
baik
untuk
ketenangan individu
yang
cukup,
namun +
tidak
terpenuhi
dan
belum
mampu
hidup.
Pendidikan
anggota
keluarga
memadai.
Tingkat
pendidikan
pengetahuan
Kemampuan
orang
untuk
tua
kurang +
masih
dan
rendah.
memperoleh
dan
pelayanan +
memberikan
perhatian
terhadap
penderita
Keterangan:
Sosial (+) artinya keluarga An. Anisa memiliki permasalahan dalam
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Hal ini dilihat dari jarang
bersosialisasi dengan tetangga atau masyarakat setempat.
Cultural (+) artinya keluarga An. Anisa memiliki permasalahan di bidang
kebudayaan setempat. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan keluarga
dalam acara-acara adat setempat yang masih jarang.
Religius (+) artinya keluarga An.Anisa memiliki permasalahan dalam
bidang agama, keluarga An. Anisa tidak menjalankan kewajiban sholat 5
waktu. Hal ini akan mempengaruhi ketentraman batin karena penderita dan
keluarganya kurang dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang ada.
Ekonomi (+) artinya keluarga An. Anisa memiliki permasalahan dalam hal
perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari kurang baiknya
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan belum dapat memenuhi kebutuhan
sekunder maupun tertier
Edukasi (+) artinya keluarga An. Anisa memiliki permasalahan dalam
pendidikan. Hal ini dilihat dari pendidikan terakhir keluarga A.Anisa yang
mayoritas hanya tamat SD sehingga mempengaruhi pengetahuan dan pola
pikir keluarga An. Anisa.
Medical (+) artinya keluarga An. Anisa memiliki permasalahan di bidang
kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari sikap keluarga dalam menghadapi
anggota keluarga yang sakit tidak langsung dibawa ke pusat pelayanan
kesehatan melainkan coba diobati sendiri.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap: Desa Porong Dusun Sawahan RT
Bentuk keluarga: Extended Family
Diagram 1. Genogram keluarga An.Anisa.
Dibuat tanggal 8Juni 2013
- Tn Sabar
- 36 tahun
- Laki-laki
- Serabutan
- Etnis Jawa
- Ny.Munikah
- 55 tahun
- Perempuan
- Tidak Bekerja
- Etnis Jawa
- Tn Moh
Soleh
- 36 tahun
- Laki-laki
- Pedagang
Sayur
- An. Nurul
- EtnisJanah
Jawa
- An.M.
Mustofa
- 4 tahun
- Laki-laki
- Tidak
Bekerja
- Etnis Jawa
- 13 tahun
- Perempuan
- Pelajar
- Etnis
Jawa 8 Juni 2013
Sumber: data
primer,
- Ny. Sumyati
- 32 tahun
- Perempuan
- Pedagang
Sayur
- Etnis Jawa
- An. Anisa
- 18 bulan
- Perempuan
- An. Nor
- Tidak
Aini
Bekerja
- 2,5 tahun
Etnis
Jawa
- Perempuan
- Tidak
Bekerja
- Etnis Jawa
Keterangan:
Penderita
Ayah penderita : Tn. Moh Soleh
Ibu penderita : Ny. Sumyati
Paman Penderita : Tn. Sabar
Bibi Penderita : Ny. Munikah
Kakak Penderita : An. Nurul Jannah
Kakak Penderita : An. M. Mustofa
Kakak Penderita : An. Nor Aini
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Hubungan baik dan hubungan tidak baik antar anggota keluarga
Tn. Sabar,
60 tahun
Ny. Munikah,
55 tahun
Ny.Sumyati,
32 tahun
An. Nor Aini,
2,5 tahun
Keterangan
: hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara An. Anisa, ayah, ibu, paman, bibi, serta ketiga kakaknya
baik dan dekat. Antara masing-masing anggota keluarga juga baik, tidak
sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?
Jawab: Ibu memberikan obat dan merawat penderita, serta menyediakan
kebutuhan penderita selama sakit. Jika sakit berlanjut baru dibawa ke
puskesmas
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab: Mendukung
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab: Mendukung
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab: Ayah penderita, karena semua keputusan ada pada ayah penderita
meskipun sudah di musyawarahkan.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab: Ibu penderita
6. Selanjutnya siapa?
Jawab: Bibi pasien, karena selama ibu penderita ikut menemani ayah
bekerja penderita diasuh oleh bibinya.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab: Tidak Ada. Karena seluruh anggota keluarga bergantian mengasuh
pasien.
8. Siapa yang tidak selalu setuju dengan pasien?
Jawab: Ayah. Karena keputusan terakhir ada pada ayah.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lain?
Jawab: Ayah. Karena keputusan terakhir ada pada ayah.
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi faktor perilaku dan non perilaku
1. Faktor perilaku keluarga
An. A adalah seorang anak dari pasangan Tn. M dan Ny. S.
Penderita belum sekolah dan masih dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sejak tiga bulan ini penderita memiliki status gizi
buruk dan kedua orang tua penderita belum banyak memiliki
pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang gizi balita dan
pentingnya pola asuh serta sanitasi yang berkaitan erat dengan
penyakit penderita. Walaupun begitu kedua orang tua An.A
tetapmenginginkan anaknya sehat dengan gizi seimbang.
Menurut semua anggota keluarga ini sehat adalah terhindar dari
penyakit dan tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit akan
menghambat pekerjaan mereka dan pendapatan keluarga akan
berkurang sehingga membebani anggota keluarga lainnya. Keluarga ini
meyakini bahwa sakitnya bukan berasal dari guna-guna atau sihir
melainkan karenapola pemberian makanan yang kurang seimbang.
Mereka tidak mempercayai mitos namun untuk berobat masih belum
dapat mengandalkan puskesmas karena letaknya jauh dari tempat
tinggal dan biaya untuk ke puskesmas tidak cukup.
Perabot keluarga di rumah ini tidak tertata rapi dan kebersihan
dalam rumah sangat kurang. Barang-barang hanya diletakkan
seadanya. Rumah jarang disapu dan halaman rumah tidak tertata rapi.
Keluarga ini tidak memiliki fasilitas jamban sehingga apabila
ingin membuang hajat langsung ke kali. Untuk melakukan kegiatan
cuci mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air sumur.
2. Faktor non perilaku
samping rumah. Terdiri dari tiga buah jendela, satu di ruang tamu dan
di tiap kamar idur terdapat jendela namun jarang dibuka. Di depan
rumah terdapat teras yang berukuran 3m x 1m, lantai rumah sebagian
besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur berlantaikan
tanah. Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang, atap tersusun
dari abses dan tidak ditutup dengan langit-langit. Masing-masing
kamar terdiri dari kasur kapuk tanpa dipan, dinding rumah terbuat dari
semen yang tidak di cat. Perabotan rumah tangga sangat minim.
Sumber air untuk kebutuhan sehari-hari dari air sumur. Secara
keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga
memasak menggunakan kompor gas dan tungku kadang menggunakan
kayu bakar.
Denah rumah (skala 1:100)
Sumur
Dapur
Kandang
Kambing
Km.
Mandi
Kamar Tidur
Pohon-pohon Pisang +
Tempat Jemur Pakaian
Kamar Tidur
Ruang Tamu
+ Ruang Kelg
+ Km. Tidur
Teras
BAB IV
DAFTAR MASALAH
A. Masalah aktif:
a. Status Gizi Buruk pada Anak Balita
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit penderita
d. Resiko terkena penyakit lainnya
B. Faktor resiko:
a. Penularan TB
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
1. Lingkungan dan rumah
yang tidak sehat
2. Kondisi
8. Tingkat
pendidikan orang
tua masih rendah
ekonomi lemah
An. Anisa
3. Resiko tekena
18 bulan
penyakit
4. Ada anggota
keluarga yang
penyakitnya
menderita TB
6. Underweight
5. P H B S
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Support psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis dengan memberikan
perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi, memberikan
perhatian pada pemecahan masalah yang ada, memantau kondisi
fisik dengan teliti dan berkesinambungan, memberikan stimulasi.
Sehingga
diharapkan
suppport
psikologis
tersebut
dapat
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
A. LATAR BELAKANG
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko melalui kegiatan
surveilans. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia.
Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk
yaitu dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan
menjadi 6,3% pada tahun 2001.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian
pertumbuhan
sel-sel
otak
yang
mengakibatkan
kebodohan
dan
yang dimulai dari penurunan berat badan dari berat badan ideal seorang
anak sampai akhirnya terlihat anak tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi
masalah sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga balita belum
mengatahui cara menilai status berat badan anak (status gizi anak).
B. DEFINISI
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi
pada
anak
balita
(bawah
lima
tahun)
dan
ditampakkan
oleh
1.
Antropometri
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting
yang
terjadi
yang
dihubungkan
dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
Biokimia
Biofisik
Statistik vital
Faktor Ekologi
dan
marasmus.
Makanan
sehari-hari
tidak
cukup
misalnya
infantil
gastroenteritis,
bronkhopneumonia,
Hirschpurng,
deformitas
palatum,
palatoschizis,
f.
Gangguan
metabolik,
misalnya
renal
asidosis,
idiopathic
kerjasama
lintas
sektor Ketahanan
pangan
adalah
Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima
makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein
Kondisi
Lingkungan
memegang
peranan
penting
dalam
yang
mempengaruhi
kondisi
kesehatan
lingkungan
kayu sebagai bahan bakar dan masih banyaknya rumah dengan kondisi
tidak sehat. Kondisi ini akan menyebabkan ter-jadinya kontak langsung
antara kontaminan dengan balita dan ibu yang mempe-ngaruhi keadaan
kesehatan balita itu sendiri.
Status kesehatan dan status gizi balita saling memberi dampak,
karena ke-dua faktor ini saling mempengaruhi. Baiknya asupan gizi akan
memberikan pe-ngaruh yang baik bagi status kesehatan balita. Karena
status gizi pada balita ada-lah salah satu indikator dalam pembangunan
nasional. Pada masa balita mereka mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat dan sangat penting untuk keberlangsungan
hidupnya. Oleh karena itu status gizi merupakan salah sa-tu ukuran
penting dari kualitas sumber daya manusia.
Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah fak-tor-faktor hidup yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit secara epi-demologi, meliputi semua media pemukiman hidup
organisme serta segala kondisi yang secara langsung maupun tidak yang
diduga dapat mempengaruhi tingkat ke-hidupan dan kesehatan organisme
itu sendiri. Tempat pembuangan limbah rumah tangga di rumah pasien
terlihat tidak teratur. Kondisi rumah juga bersebelahan dengan kandang
kambing diman dapat menularkan penyakit akibat sanitasi yang buruk.
Tempat pembuangan kotoran rumah tangga (jamban) juga tidak ada di
rumah tersebut sehingga jika buang air besar di kali.
Air Minum
Air terlindungi yaitu air yang terhindar dari kontaminan luar
seperti air ledeng, pam, atau sejenisnya atau air yang langsung dari mata
air tanpa harus kena sinar matahari terlebih dahulu me-lalui pipa yang
menyalurkan ke rumah-rumah. Sedangkan air tidak terlindungi a-dalah air
sungai, air sumur terbuka dan air hujan. Di tempat rumah pasien sumber
air minum berasal dari air sumur, dimana lokasi rumah pasien berdekatan
dengan lokasi lumpur, sehingga ada kemungkinan sumber air yang
digunakan sudah tercemar.
Bahan Bakar
Bahan bakar dengan memperhatikan aspek bahan bakar yang digunakan
untuk memasak. Bahan bakar dikategorikan pada bahan bakar kayu,
kompor dan kompor gas. Kondisi di rumah pasien masih menggunakan
tungku sebagai alat masak dimana kebersihannya masih belum terjamin,
Lantai Rumah
Lantai rumah adalah keadaan fisik konstruksi lantai rumah dimana masih
berupa lantai dari tanah.
Kebiasaan dan perilaku penghuni
1.
2.
3.
4.
5.
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi biologis
An. A (18 bulan), penderita status gizi buruk (dalam
penanganan program gizi puskesmas)
Bibi penderita memiliki penyakit batuk lama curiga TB.
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An.A tidak sehat
Pola pemberian nutrisi yang kurang baik
2. Segi psikologis
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang terjalin cukup akrab namun
Pengetahuan akan status gizi balita masih kurang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
3. Segi sosial
Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini
yang berpengaruh pada ketidak mampuan mendapatkan
pelayanan dan informasi tentang kesehatan keluarga juga
untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai
dengan standart kesehatan
4. Segi fisik
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An.A tidak sehat
B. SARAN
- Untuk masalah medis sekaligus status gizi
1. Preventif: pasien diberikan makanan dengan menu seimbang.
Menjaga lingkngan rumah agar bersih dan sehat, memperhatikan
higiene sanitasi dan lingkungan.
2. Promotif: edukasi keluarga pasien mengenai pola makan yang
memenuhi gizi seimbang dan diberi pengarahan mengenai cara
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Winda, 2010, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Lokal
Terhadap Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang di Kelurahan Sambiroto
Tembalang
Kota
Semarang,
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Doponegoro, Semarang
Wahidin 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UI,cetakan kesebelas, FK UI, Jakarta
Departemen kesehatan RI, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta
Departemen kesehatan RI, 2005, Standar Pemantauan Gizi Balita.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Nelson, 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Ed 15th , EGC, Jakarta
Novitasari, Dewi, 2012, Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada
Balita yang Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Fakultas
Kedokteran Universitas Doponegoro, Semarang
Simangunsong, Matthew Mindo P., 2009, Status Gizi Bayi, FK UI, Jakarta
Siregar, Arifin, 2004, Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra
Utara, Medan