Вы находитесь на странице: 1из 9

Paralel TransJormator Satu Fasa .............................................................................

Sugijono

PARALEL TRANSFORMATOR SATU FASA


Oleh : Sugijono

StafPengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang

J1. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang, 50275

Abstrak
Peningkatan perkembangan beban perlu diimbangi oleh penyediaan sumber daya listrik dari
transformator yang memadai. Peningkatan perkembangan beban itu dapat diatasi dengan
menambah sumber daya listrik melalui transformator baru. Sumber daya listrik yang ada dapat
ditingkatkan dengan mengganti transformator yang dayanya lebih besar sehingga transformator
yang ada tidak lagi digunakan , atau dengan memasang tambahan transformator baru yang
dihubungkan dengan transformator yang telah ada. Altematifyang terakhir dipilih karena lebih
ekonomis mengingat bahwa kebuwhan daya transformator yang baru bisa lebih kecil sehingga
transformator yang ada masih tetap digunakan. Penambahan sumber daya listrik melalui
transformator yang baru itu dilaksanakan dengan menghubungkan secara paralel. Paralel dari
dua buah transformator saw fasa membuwhkan persyaratan tertenw seperti : perbandingan
belitan, tegangan kel'ja, dan polaritas. Dua buah transformator saw fasa dua belitan terpisah
yang dipekel'jakan bersama dalam hubungan rangkaian primer paralel- sekunder paralel dapat
meningkatkan kemampuan sumber daya listrik dalam memikul beban.

Kata kunci : transformator , parallel

1. Pendahuluan
Kebutuhan daya listrik untuk beban yang
terus meningkat dapat dipenuhi dengan
menggunakan transformator daya. Bila
sebuah transformator sebagai sumber daya
sudah tidak lagi mampu memikul
perkerrlbangan
beban,
maka
perlu
dicarikan solusi agar sumber daya listrik
yang
tersedia
mampu
menjamin
terpenuhinya
peningkatan
kebutuhan
beban. Yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana upaya untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan beban yang terus
meningkat itu dengan menggunakan
transformator daya. Cara pertama yang
sederhana dan mudah dilaksanakan adalah
melakukan
penggantian transformator
yang ada itu dengan transformator baru
yang dayanya lebih besar. Cara lain atau
kedua adalah melakukan penambahan
transformator baru dan merangkainya
secara paralel dengan transformator yang
telah ada.
Dengan demikian perkembangan beban itu
dipikul
bersama
oleh
dua
buah
transformator yang bekerja secara paralel
tersebut. [I J Nagrath, DP Kothari, 1989].

Cara pertama adalah kurang ekonomis


karena sebuah transfomator yang baru
dengan daya lebih besar harganya mahal,
disamping itu transfromator yang lama
tidak lagi digunakan atau menganggur.
Cara kedua lebih ekonomis , akan tetapi
membutuhkan persyaratan teknis dan
teoritis tertentu. Permasalahan yang akan
dibahas di sini dibatasi hanya untuk paralel
transformator satu fasa dengan harapan
bahwa baik secara teknis maupun teoritis
dapat merangkai ketja paralel dua buah
transformator daya satu fasa dua belitan
terpisah.

2. Transformator Satu Fasa


Sebuah transformator adalah suatu mesin
listrik statis yang memindahkan daya
listrik dari satu rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain dengan
frekwensi tetap berdasarkan induksi
elektromagnetik. Transformator satu fasa
terdiri dari dua buah belitan yang terpisah
secara listrik tetapi terhubung secara
magnetik
dengan
lintasan
yang
reluktansinya rendah seperti diperlihatkan
pada Gambar 1a. Konstruksi transformator
334

O<Rg3It]!}[ Vo1.6 No.3 November 2010 : 334 - 342

satu fasa diperlihatkan pada Gambar lb.


[I J Nagrath, DP Kothari, 1989].
,-- --...- 4-- --"')
I

~~H'~

2.2. Perbandingan Belitan

~.I~~

listrik dipindahkan secara magnetik dari


belitan primer ke belitan sekunder.
[ Kosow ,Irving L , 1991]

+,

'oce (magnetic malerial)

Garnbar 1a. Skema transformator


satu fasa dua belitan terpisah

Gaya gerak listrik yang diinduksikan pada


belitan primer dan sekunder dari sebuah
transformator adalah sebagai berikut :
E 1 = 4,44 f Nl t/J

E 2 = 4,44 f N2 t/J

Keterangan :
E 1 = ggl primer (V)

E 2 = ggl sekunder (V)

f= frekwensi (Hz)

N 1 = belitan plimer

N 2 = belitan sekunder

t/J = fluksi magnet (Wb)

Bila transformator itu ideal dan tanpa


beban, maka
VI =E 1

danV2=E2

Sehingga
VI

N 1

---- = ----- = a
V2
N2
Keterangan :
Gambarl b.Konstruksi
transformator satu fasa
2.1. Prinsip Kerja
Bilamana salah satu belitan (belitan
primer)
dari
sebuah
transformator
dihubungkan pada sumber listrik bolak
balik ,maka diinduksikan fluksi magnetik
bolak-balik pada inti dari transformator itu.
Sebagian besar dari fluksi itu melingkupi
belitan yag lain (belitan sekunder) dati
transformator itu dan membangkitkan gaya
gerak listrik pada belitan sekunder itu. Jika
belitan sekunder itu dihubungkan pendek,
maka arus listrik mengalir sehingga energi
335

V 1 = tegangan primer (V)

V 2 = tegangan sekunder (V)

a= konstanta perbandingan belitan

[ Theraja BL, 1987 ]

2.3. Polaritas Belitan


Gambar 2 memperlihatkan simbol dari
sebuah transformator 1 kVA satu fasa dua
belitan terpisah.

Paralel Transformator Satu Fasa.............................................................................Sugijono

It =
+

1A

--...

I z =- 10 A
.-..;..

V, -=
1000 V

Vi at:
100 \I

Gambar 2. Simbol transformator


IkVA satu fasa dua belitan terpisah
[Leonard RA, J Macneill, 1988]

Belitan primer (Nl) adalah sisi tegangan


tinggi (TT) dan belitan sekunder (N2)
adalah sisi tegangan rendah (TR). Jumlah
belitan primer lebih banyak dari pada
belitan sekunder. Ujung belitan TT diheri
nama dengan huruf besar H dan ujung
belitan TR diheri nama dengan huruf kecil
x. Terlihat bahwa polaritas diberi nama
dengan angka subskrip. Angka gasal
menyatakan polaritas positip, dan ditandai
dengan titik (dot) yang berarti bahwa gaya
gerak listrik induksi pada belitan itu tinggi
atau positip. Arah melilit belitan pada inti
transformator menentukan letak tanda titik
(dot) atau polaritas positip itu. Belitan HI
H2 dililit dengan arah yang menentukan
letak titik (dot) herada di ujung belitan
sebelah kiri. Belitan xl..X2 dililit sehingga
letak titik (dot) herada di ujung belitan
sebelah kanan.
Polaritas belitan transformator dapat dicari
dengan pengujian atau pengukuran
menggunakan sebuah voltmeter AC dan
sumber tegangan AC yang besarnya di
bawah atau sarna dengan tegangan nominal
dari transformator tersebut.
Langkah pengujian itu adalah sebagai
berikut:

b. Hubungkan salah satu ujung belitan


referensi itu dengan salah satu ujung
belitan yang diuji polaritasnya.
c. Tandai ujung lain dari belitan referensi
dengan titik (dot) sebagai polaritas
positip.
d. Hubungkan voltmeter dengan ujung
belitan referensi bertanda titik (dot)
dengan ujung lain dari belitan yang
diuji polaritasnya ( = Vt ).
e. Berikan tegangan di bawah atau sarna
dengan nominal pada belitan referensi
(=Vr)
f. Catat tegangan pada belitan referensi
( =Vr ) dan tegangan uji pada voltmeter
(Vt) dari langkah 4.
g. Jika tegangan uji (Vt) lebih besar dari
pada tegangan referensi (Vr) ,maka
polaritasnya adalah menjumlah laditif,
dan letak titik (dot) dari belitan yang
diuji adalah berseberangan seperti
diperlihatkan pada Gambar 3 b.
h. Jika tegangan uji (Vt) lebih kecil dari
pada tegangan referensi (Vr), maka
polaritasnya
adalah
mengurangi
Isubtraktif, dan letak titik (dot) dari
belitan yang diuji adalah berhadapan
seperti diperlihatkan pada Gambar 3 c.

IrS LJ
115 V QC
(a) Uji polaritas

a. Lihat Gambar 3 a. Tentukan belitan TT


dan gunakan sebagai belitan referensi.

336

O<R93P1!J{ Vo1.6 No.3 November 2010 : 334 - 342

100 VA

U5 V ac
Gambar 4. Sebuah transformator
dengan kapasitas VA lebih kecil
dari beban
[Leonard RA, J Macneill, 1988]

(b) Polaritas aditif(Vt>Vr)

Diperlihatkan pada Gambar 4 bahwa


sebuah transformator yang kapasitas
dayanya (VA)T < (VA)B dan tegangannya
VIN2
tidak
mampu
memikul
perkembangan beban ZL sebesar (VA)B.
Beban membutuhkan arus listrik sebesar
(VA)B

12= --------- A

V2

(c) Polaritas subtraktif

(Vt<Vr)

Gambar 3. Uji Polaritas Belitan


Transformator
[ Kosow ,Irving L , 1991]
2.4. Daya
Daya Volt Amper (VA) dari transformator
maksimal besarnya adalah

Sementara transformator sebagai sumber


daya hanya mampu menyediakan arus
listrik sebesar
(VA)T

12 = --------- A

V2

Agar beban tersebut dapat dipikul, maka


minimal sumber daya itu memerlukan dua
buah transformator yang dirangkai paralel
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.

100 VA
(VA)T = VIII = V212
[ Theraja BL, 1987 ]

Daya Volt Amper (VA) dari beban adalah


(VA)B.

337

125 VA

Paralel TransJormator Satu Fasa ............................................................................. Sugijono

Gambar 5. Paralel dua buah


transformator dengan kapasitas VA
lebih besar dari pada beban
[ Kosow ,Irving L , 1991]

Oua buab transformator masing-masing


kapasitasnya (VA)T < (VA)B dan
tegangannya VI N2 yang dihubungkan
dalam rangkaian paralel primer - paralel
sekunder menjadi mampu memikul
perkembangan beban ZL sebesar (VA)B <
(VA)TI + (VA)T2.

tegangan keluarannya tidak sama dengan


nol. [Kosow, Irving L, 1991]
[U Nagrath, OP Kothari,1989]

t
230V

ll~X'

Ii~VX2

Hi!
t13

.j ~Xl
III IOV

20V

Ht;

It

X4

--.i

Beban membutuhkan arus listrik sebesar


(VA)B

12= --------- A

V2

(a) Rangkaian seri - seri

Sementara dua buah transformator sebagai


sumber daya mampu menyediakan arus
listrik sebesar
(VA)TI + (VA)T2
12 = ------------------------ A
V2

230V

'IE~:

1.

10

x,

If V

i1

3. Merangkai Dua Buah Transformator


Satu Fasa
(b) Rangkaian seri - paralel
Syarat bekerja paralel transformator
transformator adalah bahwa perbandingan
belitannya dan tegangan kerjanya harus
sarna. Ada 4 macam kombinasi rangkaian
dari dua buah transformator satu fasa dua
belitan terpisah ,yaitu :
a. Tegangan tinggi seri, tegangan rendah
seri (Gambar 4 a)
b. Tegangan tinggi seri, tegangan rendah
paralel (Gambar 4 b)
c. Tegangan tinggi paralel , tegangan
rendah seri (Garnbar 4 c)
d. Tegangan tinggi paralel, tegangan
rendah paralel (Gambar 4 d)

(c) Rangkaian paralel - seri

Semua rangkaian tersebut di atas


dikerj akan dengan arab polaritas yang
sarna dari semua belitannya supaya
338

O'RgJITIf

i!5

Vol.6 No.3 November 2010 : 334 - 342

HI~'-l. II_

10 V

115 V~ L
H
11

tegangan nominal, maka tegangan


keluarannya menjadi setengah dari
nominal.

II

~-o-..,II

II

2N I

\1

a=

II

2V I

------

N2
(d) Rangkaian paralel - paralel
Garnbar 4. Rangkaian dua buah

transformator satu fasa dengan

polaritas searah.

[Kosow, Irving L, 1991]

3.1. Kangbian Seri-Seri


Garnbar 4. a memperlihatkan sebuah
rangkaian seri-seri dari dua buah
transformator satu fasa belitan terpisah.
Bila tegangan sumber sarna dengan
tegangan nominal, maka tegangan
keluarannya adalah juga sarna dengan
nominal.
2NI

a=

-------

2N2

NI
--

----

VI

--

N2

---

V2

bila V I = V I nominal, maka

V2

bila V I = V I nominal ,maka


N2
V 2=

----- .VI

0,5 V2 nominal

2N I
Dimisalkan data spesifikasi transformator
adalah 115V/10V, dan diberi sumber
tegangan nominal ( V 1 = 115 V ), maka
tegangan keluaranya adalah
10
V 2=

x 115 Volt = 10 Volt


2x115

------

3.3. Kangbian Paralel-Seri


Gambar 4. C nlemperlihatkan sebuah
rangkaian parallel -seri dari dua buah
transformator satu fasa belitan terpisah.
Bila tegangan sumber sarna dengan
tegangan nominal, maka tegangan
keluarannya menjadi dua kali nominal.

N2
V 2=

---- .

V I = V2 nominal
a=

Dimisalkan data spesifikasi transformator


adalah 115V/I0V, dan diberi sumber
tegangan nominal ( V 1 = 115 V ), maka
tegangan keluarannya adalah

3.2 Kangbian Seri - Paralel


Gambar 4. b memperlihatkan sebuah
rangkaian seri-paralel dari dua buah
transformator satu fasa belitan terpisah.
Bila tegangan sumber sarna dengan
339

-------

2 N2

---

2V2

bila V I = V I nominal , maka


2N2

10
V 2 = ---- x 115 Volt = 10 Volt
115

VI

NI

NI

V 2=

----- . V I = 2V2 nominal


NI

Dimisalkan data spesifikasi transformator


adalah 115V/lOV, dan diberi sumber
tegangan nominal ( V 1 = 115 V ),maka
tegangan keluaranya adalah

Paralel Transformator Satu Fasa.............................................................................Sugijono

2xl0
V 2 = ----- x 115 Volt = 20 Volt
115

3.4. Rangkaian Paralel-Paralel


Gambar 4. d memperlihatkan sebuah
rangkaian paralel-paralel dari dua buah
transformator satu fasa belitan terpisah.
Bila tegangan sumber sarna dengan
tegangan
nominal,
maka tegangan
keluarannya adalah tetap sarna dengan
nominal.
N1

a=

----- -

dari belitan sekunder yang berlawanan


arah. Fluksi magnetik pada belitan
sekunder adalah nol karena saling
menghilangkan, sehingga fluksi magnetik
tidak diinduksikan pada belitan sekunder
itu, dan tegangan keluarannya adalah nol
volt.

ov

VI

---

N2 V2
bila V 1 = V 1 nominal, maka

(a). Polaritas primer berlawanan

N2
V2=

---- . V 1 V 2 nominal
Nl

Dimisalkan data spesifikasi transformator


adalah 115V/10V, dan diberi sumber
tegangan nominal ( V 1 = 115 V ),maka
tegangan keluaranya adalah

ov

10
V2= ----x 115 Volt = 10 Volt
115

3.5. Rangkaian Dengan


Berlawanan Arah

Polaritas

Gambar 5 a memperlihatkan rangkaian


paralel-paralel dari dua buah transformator
satu fasa belitan terpisah dengan polaritas
dari belitan primer yang berlawanan arah.
Fluksi magnetik pada belitan
primer
adalah nol karena saling menghilangkan,
sehingga
fluksi
magnetik
yang
diinduksikan pada belitan sekunder tidak
ada, dan tegangan keluarannya adalah nol
volt.

(b). Polaritas sekunder berlawanan


Gambar 5. Rangkaian dua buah
transformator satu fasa dengan
polaritas berlawanan arah

3.6. Daya Transformator dan Beban


Perkembangan beban yang melebihi
kapasitas daya sumber listrik tidak boleh
terjadi.

Garnbar 5 b memperlihatkan rangkaian


paralel-paralel dari dua buah transformator
satu fasa belitan terpisah dengan polaritas
340

CYR93ITJ( Vol.6 No.3 November 2010 : 334 - 342

Gambar 7. Paralel dua buah


transformator dengan kapasitas VA
lebih besar dari pada beban

100 VA

Gambar 6. Sebuah transformator


dengan kapasitas VA lebih keeil
dari beban

Diperlihatkan pada Gambar 6 bahwa


sebuah transformator yang kapasitasnya
100 VA dan tegangannya 115 V /10 V
tidak mampu memikul perkembangan
beban ZL sebesar 125 VA. Beban
membutuhkan arus listrik sebesar
125 VA

12= --------- = 12,5 A

10V

100 VA

12 = --------- = lOA

10V

sehingga diperlukan tambahan daya


sebagai sumber listrik agar beban tersebut
dapat dipikul. Minimal sumber daya yang
diperlukan
itu
adalah
dua
buah
transformator yang dirangkai secara paralel
seperti diperlihatkan pada Gambar 7.

341

125 VA

,
12= --------- = 125A

10V
Sementara dua buah transformator sebagai
sumber daya mampu menyediakan arus
listrik sebesar
100 VA +50 VA
12 = -------------------- = 15 A
10V

Sementara transformator sebagai sumber


daya hanya mampu menyediakan arus
listrik sebesar

100 VA

Dua buah transformator masing-masing


kapasitasnya 100 VA dan 50 VA
t~gangannya
115 V /10 V yang
dlhubungkan dalam rangkaian paralel
prim~r - paralel sekunder menjadi mampu
memlku1 perkembangan beban ZL sebesar
125 VA seperti yang diperlihatkan pada
Gambar7.
Beban membutuhkan arus listrik sebesar

125 VA

4. Penutup
a. Transformator- transformator satu fasa
dua belitan terpisah dapat bekerja
bersama secara paralel untuk memikul
beban.
b. Bila akan bekerja paralel maka
transformator- transformator itu hams
memiliki perbandingan belitan dan
tegangan kerja yang sanla, serta
dirangkai dengan arah polaritas yang
samapula.

c. Ada 4 kemungkinan rangkaian paralel


dari transformator- transformator
itu,yaitu :
1. Sisi TT seri, sisi TR serio
2. Sisi TT seri, sisi TR paralel.
3. Sisi TT paralel, sisi TR serio
4. Sisi TT paralel, sisi TR paralel.

Paralel Transformator Satu Fasa .............................................................................Sugijono

d. Dua buah transformator yang bekerja


bersama dalam rangkaian primer
paralel
sekunder
paralel
kemampuannya dalam memikul beban
meningkat.
e. Bila
paralel
transformator
transformator itu dengan polaritas
searah maka diperoleh 3 macam
tegangan keluaran pada belitan
sekunder, yaitu:
1. Tetap atau sama dengan nominal

untuk rangkaian sen-sen dan

paralel-paralel.

2. Setengah nominal untuk rangkaian

seri-paralel.

3. Dua kali nominal untuk rangkaian

paralel -serio

f. Bila

paralel
transformator
transformator itu dengan arah polaritas
berlawanan ,maka hanya diperoleh
satu macam tegangan keluaran pada
belitan sekunder, yaitu nol volt.

DAFTAR PUSTAKA

IJ. Nagrath, DP.Kothari, 1989, Electric


Machines, New Delhi, Tata Mc

Graw Hill Publishing Co.Ltd.


Kosow,

Irving L, 1991, Electrical


Machinery and Transformers,
New Jersey, Prentice Hall Inc.
Englewood Cliffs.

Leonard R. Andersen, Jack Macneill,


Electric
Machines
and
Transformers, 1988, New Jersey,
Prentice Hall Inc. Englewood
Cliffs.
Theraja BL, 1987, Textbook Electrical
Technology, New Delhi, Ninja
Construction and Development
Co. Ltd. Ran Nagar.

342

Вам также может понравиться