Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH

PENYAKIT VARICELLA (CACAR AIR) PADA ANAK DAN BAYI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak
yang dikoordinasi oleh Lucia Endang Hartati, S.Kp,MN

Disusun Oleh:
WIDI HASTUTI PUJ LESTARI
NIM. P.17420113037

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cacar air merupakan infeksi sangat menukar yang disebabkan oleh virus varisela zoster.
Cacar air menular melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan dalam
lepuh cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat,
adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada
kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Cacar air mungkin
menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil.
Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia.
Banyak orang yang menderita infeksi cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat
dan mungkin merasa gatal sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat
terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan tidak memerlukan
vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksicacar air sebelum usia 12 tahun.
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai
anak,yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulo
papular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan
dapat me-ninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak. 90% kasus
cacar air dialami oleh anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, dan lebih dari 90% orang
telah mengalami penyakit cacar air pada usia 15 tahun. Penyakit cacar air ini disebabkan oleh
infeksi primer dari virus varicella zoster, namun setelah sembuh, virus ini tidak benar-benar
hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan menyebabkan herpeszoster atau cacar ular. Herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup
dan pada usia di atas 60 tahun.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi penyakit Varicella (Cacar Air)?
2. Bagaimana etiologi penyakit Varicella (Cacar Air)?
3. Apa klasifikasi penyakit Varicella (Cacar Air)?
4. Bagaimana manifestasi klinis yang dapat menyebabkan penyakit Varicella (Cacar
Air)?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit Varicella (Cacar Air)?
6. Bagaimana komplikasi penyakit Varicella (Cacar Air)?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Varicella (Cacar Air)?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Varicella (Cacar Air)?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit Varicella (Cacar Air) dan asuhan keperawatannya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Varicella (Cacar Air).
b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit Varicella (Cacar Air).
c. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Varicella (Cacar Air).
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit Varicella (Cacar Air).
e. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit Varicella (Cacar Air).
f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Varicella (Cacar Air).
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Varicella (Cacar Air).
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan klasifikasi penyakit
Varicella (Cacar Air)

D. MANFAAT
1. Penulis
Menambah pengetahuan tentang penyakit Varicella (Cacar Air) dan memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan Varicella (Cacar Air) dan sebagai tambahan reverensi
belajar.
2. Pembaca
Menambah pengetahuan tentang penyakit Varicella (Cacar Air) dan memahani asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit Varicella (Cacar Air).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Varisela adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z
virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang
ditandai oleh demam yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan
dapat meninggalkan keropeng.(Thomson, 1986, p. 1483).
Varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi
akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral
tubuh.(Djuanda, 1993).
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus variselazister (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin.
Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada
individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari
10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu
penyakit infeksi akut primer menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus
(VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikelvesikel (Rampengan, 1993).
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit
dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut
prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar
air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui kontak
langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Aisyah, 2003).
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit
dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut
prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi,
5

kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar
air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
B. ETIOLOGI
Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau
disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan
herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela;
kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada
dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi
oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam
cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop
electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas
paru embrio manusia.
C. KLASIFIKASI
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita
varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian
bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak
diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan
fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin
(VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada
saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga
lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan
profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2
6

hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela,
hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang
terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada
indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir
profilaksis bila terpajan varisela maternal.
D. MANIFESTASI KLINIS
i.
Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
Didahului stadium prodromal yang ditandai :
a) Demam
b) Malaise
c) Sakit kepala
d) Anoreksia
e) Sakit punggung
f) Batuk kering
g) Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
ii.
Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan
embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi
kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga
iii.

menimbulkan gambaran polimorfi.


Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal
ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 95 )

E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus ditempat
tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe
(viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan
tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat
sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat
mengalahkan pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah
infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut
7

menyebabkan demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh tubuh,
terutama ke kulit dan mukosa.
Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan viremia
dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya komplikasi
varisela (pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons imun tersebut
menghentikan replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya infeksi. Keadaan ini
terutama terjadi pada pasien imunokompromais. Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis
varisela terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA) spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan
mencapai titer tertinggi pada minggu kedua atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun
perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun
setelah infeksi. Imunitas selular terhadap VVZ juga berkembang selama infeksi dan
menetap selama bertahun-tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap
VVZ berfungsi protektif terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan
infeksi (kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas
humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh karena
imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi
dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung lebih lama.

F. PATHWAYS

G. KOMPLIKASI
9

Pneumonia varisela hanya terdapat 0,8% pada anak, biasanya disebabkan oleh
infeksi sekunder dan anak sembuh sempurna. Pneumonia yang disebabkan oleh virus V-Z
jarang didapatkan pada anak dengan sistem imunologis normal pada anak dengan
defisiensi imunologis atau orang dewasa tidak jarang ditemukan. Pada keadaan ini
kelainan radiologis paru-paru masih didapatkan selama 6-12 minggu dan angka
kematiannya sebesar 20%. Mungkin juga terjadi komplikasi pada susunan saraf seperti
ensefalitis, ataksia, nistagmus, tremor, mielitis tranversa, kelumpuhan saraf muka,
neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindrom
hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan berulang-ulang.
Pasien varisela dengan komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan
gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan kelainan tingkah laku. Anak dengan
sistem imunologis yang normal jarang mendapat komplikasi tersebut; sedangkan anak
dengan defisiensi imunologis, pasien leukemia dan anak yang sedang mendapatkan
pengobatan anti metabolit atau steroid (pasien sindrom nefrotik, demam reumatik) dan
orang dewasa sering mendapat komplikasi tersebut. Kadang-kadang varisela pada pasien
tersebut dapat menyebabkan kematian.
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa
infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada
anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung
lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan
gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan
berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia
ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang
serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang
termasuk dalam kelompok tersebut :
1. Bayi dibawah usia 28 hari.
2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah
10

3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis,
glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah
(beberapa macam purpura).
4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital,
sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
varisela congenital pada neonatus.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Umum
Pada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri.
Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin dan
antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak agar tidak mudah
pecah, dapat ditambahkan antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5%. Bila
vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder bacterial. Mandi rendam dalam air hangat yang diberi
antiseptik dapat mengurangi gatal dan mencegah infeksi bacterial sekunder pada kulit.
Krim atau lotion kortikosteroid serta salap bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan.
Kadang diperlukan antipiretik/analgetik, tetapi golongan salisilat sebaiknya
dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom Reye. Kuku jari tangan
harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi sekunder dan parut
yang dapat terjadi karena garukan.
Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit cacar air pasien harus
diisolasikan dari orang lain, begitu juga untuk kebutuhan sehari-harinya. Biasanya yang
dilakukan adalah Isolasi untuk mencegah penularan, Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan
protein), Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit misalnya pemberian antiseptic
pada air, Upayakan agar vesikel tidak pecah, dan jangan menggaruk vesikel, Bila hendak
mengeringkan badan, cukup dengan handuk pada kulit dan jangan digosok.

2. Obat Antivirus
Dengan tersedianya obat antivirus yang efektif terhadap VVZ, dokter maupun
pasien/orang tua pasien sering dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan obat
11

antivirus atau tidak. Pada anak imunokompeten, varisela biasanya ringan sehingga
umumnya tidak memerlukan pengobatan antivirus. Antivirus efektif bila diberikan dalam
24 jam setelah awitan lesi kulit karena dapat lebih cepat menurunkan demam serta gejala
kulit dan sistemik.
Pada bayi/anak imunokompromais berat, antivirus intravena merupakan obat
pilihan agar kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus.
Antivirus intravena secara bermakna dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
varisela pada pasien imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam setelah
awitan lesi kulit. Pada pasien imunokompromais ringan dapat diberikan antivirus oral.
Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari 96
jam setelah terpapar, yaitu pada :
a. Wanita dengan kehamilan
b. Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuh
c. Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum melahirkan
atau 48 jam setelah melahirkan.
d. Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa riwayat
cacar air sebelumnya.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN VARICELLA


(CACAR AIR).
1. PENGKAJIAN

12

a) Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.
b) Data Objektif
1) Integumen

: kulit hangat, pucat, adanya bintik-bintik

kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih. Pada kulit dan membran
mukosa terdapat lesi dalam berbagai tahap perkembangannya yang
mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari kemudian
berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang dimulai
pada badan dan menyebar secara sentrifubal ke muka dan ekstremitas.
Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.
2) Metabolik
: peningkatan suhu tubuh, dapat terjadi
demam antara 380-390 C.
3) Psikologis
: menarik diri.
4) Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
5) Integritas ego.
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
6) Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
7) Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi
corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan.
8) Nyeri
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu
9) Rasa Aman Nyaman
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan leukosit biasanya menunjukkan hasil yang normal, rendah, atau
meningkat sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck
smear dari lepuhan kulit. Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.
2. DIAGNOSA
a) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia.
13

c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.


d) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
3. INTERVENSI
a) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
1) Tujuan
: mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak
demam.
2) Intervensi :
i.
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua
individu yang dating kontak dengan pasien
Rasional :
Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi
ii.
Gunakan sarung tangan, masker dan teknik aseptic selama
perawatan.
Rasional
:
Mencegah masuknya organisme infeksius.
iii.

Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.


Rasional
:
Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.
iv.
Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.
Rasional :
Rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
v.
Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas.
Rasional
:
Meningkatkan penyembuhan.
vi.
Awasi tanda-tanda vital
Rasional
:
Indikator terjadinya infeksi.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia.
1) Tujuan
: terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan
2) Intervensi :
i.
Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional :
Membantu mencegah ketidaknyamanan dan meningkatkan
ii.

pemasukan.
Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang
terdekat untuk membawa makanan dari rumah.
Rasional :

14

Meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki


pemasukan.
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.
1) Tujuan
: mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya
regenerasi jaringan.
2) Intervensi :
i. Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Rasional :
Mengetahui keadaan integritas kulit.
ii.

Berikan perawatan kulit.


Rasional :
Menghindari gangguan integritas kulit.
d) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
1) Tujuan
: Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
2) Kriteria hasil
:
i. Suhu tubuh dalam batas normal
ii. Nadi dan RR dalam rentang normal
iii.
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman.
Skala :
1 = tidak normal
2 = jauh dari normal
3 = hampir normal
4 = cukup normal
5 = normal
NIC : Regyulasi Suhu
1. Observasi TTV
2. Berikan minuman per oral
3. Kompres dengan air hangat
4. Kolaborasi pemberian antipiretik.
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
1) Tujuan
: pasien dapat menerima keadaan tubuh.
2) Intervensi :
i. Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini
Rasional :
15

Memanfaatkan kemampuan dan menutupi kekurangan.


ii. Eksplorasi
aktivitas
baru
yang
dapat

dilakukan

Rasional :
Memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
1) Tujuan
: adanyan pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan
2) Intervensi :
i.
Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
Rasional :
Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan meningkatkan
kemandirian

BAB III
16

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang
menyerang kulit dan mukosa.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini
memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit Varicella.
Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes Zooster. Pada beberapa kelompok
yaitu :
a)
Bayi dibawah usia 28 hari
b)
Orang dengan kekebalan tubuh rendah.
B. SARAN
1.

Bagi pembaca/petugas kesehatan

Sebaiknya menerapkan dan membagikan pengetahuan yang dimiliki langsung kepada


masyarakat.
2.

Bagi masyarakat

Sebaiknya jika kita sudah mengetahui bagaimana penyakit varicella ( cacar air)
dapat melakukan penatalaksanaan pasien dengan penyakit varicella (cacar air).

DAFTAR PUSTAKA
17

Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993.
Behrman, Richar E. 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: EGC
Boediardja, Siti Aisah, dkk, 2003, Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak, Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Daili, Sjaiful Fahmi, dkk, 2002, Infeksi Virus Herpes, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Hidayat, Aziz Alimul, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta: Salemba Medika.
Jhonson, Marion, dkk, 2000, NOC, Jakarta: Morsby.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto.
Laurentz,Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.
Mc Clonskey, Cjoane, dkk, 1995, NIC, Jakata: Morsby.
Nanda, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi,
Jakarta: EGC
Pincus, Catzel, dkk, 1990, Kapita Selekta Pediatri, Edisi. 2, Jakarta: EGC.
Wilkonson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC.

18

Вам также может понравиться