Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
5%
5,0
2,4
0,012
100 ml
10%
10,0
4,8
0,012
100 ml
Kita jenuhkan air untuk injeksi steril dengan karbondioksida selama sekurangnya 10 menit.
Larutan vitamin c secara aseptic dengan tioureum, lalu tambahka natrium klorida dan natrium
hydrogen karbonat sedikit demi sedikit. Selama penetrelan dengan natrium hydrogen karbonat sampai
PH 6,5 - 6,7 ,kita harus mencegahnkelebihan basa setempat dengan aliran gas inert. Proses pembuatan
memerlukan pencegahan dterhadap panas, cahaya, dan logam berat seperti Cu, Fe dan Mn.
2. Larutan sejati dengan pembawa minyak, contohnya injeksi kamfer
Formulanya sebagai berikut ;
Injeksi kamfer denga kadar
Kamfer 100%
10%
dan eter
Kamfer 10,0
Eter
40,0
5%
10%
20%
Phenobarbital
5,0
10,0
20,0
Dietilamina
1,375
2,750
5,5
Larutan petit p.i ad 100ml 100ml
100ml
Larutan petit untuk injeksi menurut CMN adalah campuran :
Alkohol 96%
Gliseri
Air ad
Pembuatan:
260
350
100ml
Kita larutkan Phenobarbital dengan dietil amina, lalu menambahkan larutan petit sedikit demi
sedikit dan mengocokannya hingga larut.
FMI memberikan resep sebagai berikut :
Amilenhidrat 0,38
Uretan
0,35
Air untuk injeksi ad 1,0 ml
4. Suspensi steril dengan pembawa air, contohnya injeksi calciferol ( vit D2 ).
Formulannya sebagai berikut:
Vit D2 10
Alkohol
250
Tween 200
Air untuk injeksi ad
Pembuatan :
1000 ml
Kita larutkan vit D2 dalam alkohol dengan menambahkan tween sedikit demi sedikit hingga
larutan jernih secara aseptic ( 1 satuan international = 0,025 mikrogram vit D2 muri).
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak contohnya injeksi bismuthsubsalisilat.
Formulannya sbb :
Resep bismuthsubsalisilat dalam kadar 10% dan 17,5%
Bismuthsubsalisilat
Minyak zaitun netral steril ad
10
17,5
100
100
Pembuatannya :
Pembuatan secara aseptic bismuthsubsalisilat adalah menggerus dalam mortar sedikit demi sedikit dan
melarutkannya dalam minyak zaitun.
6. Emulsi streil contohnya infus invelip 20%
Resep : intravenous fat emultion 20%
Soylbean oil 200 mg
Glycerol 25 g
Egg phosphatide 12 g
Sodium oleat
0,3 g
Sodium hydrokside qs pH=8
Aqua untuk injeksi 10000 ml
7. Serbuk kering di larutkan dengan air
Pembuatan obat sutik dengan sediaan serbuk kering karena bahan padat sangat tidak stabil
dalam larutan.
Contohnya: injeksi solumedrol 500 mg dengan wadah yang dikemas sedemikian rupa sehingga bila
petugas akan menggunakan pelarut di atasnya, maka tinggal memencet tutup vial agar pelarut turun ke
bawah dan melarutkan zat aktif yang tersedia di dalamnnya.
Formulannya sbb:
Solumedrol 500 mg
Pembuatan :
Kita masukan serbuk solumedrol kering ke dalam vial secara septic dengan pelarut air p.i yang
telah di siapkan.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Obat Suntik
2.4.1
a.) Total karbonorganik tidak boleh lebih dari 0,5 mg per liter. Kemudian bila 25 ml air untuk injeksi di
tambahkan kalsium hidroksida LP maka selama 5 menit harus tetap jernih.
b.) Klorida tidak boleh lebih dari 0.5 ppm. Kemudia, bila100 ml air untuk injeksi di tambahkan 1ml
peraknitrat LP , maka setelah di diamkan selama 5 menit harus tetap tidak berwarna dan jernih.
c.) Amonia tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Kemudian, bila 50 ml air untuk injeksi di tambahkan 1 ml
kalium raksa ( II ) iodide Lp dalam suasana alkalis dan dilihat dalam tabung nassler, maka tidak
memperlihatka pewarnaanyang lebih kuat dari pada pewaraan yang di beri 50 ml air yang bebas
amonik P setelah penambahan 2 ml pereaksi nassler LP dan di periksa pada keadaan yang sama.
d.) Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudia, 5 ml air untuk injeksi tidak bole memberikan warna biru
pada batas permukaan setelah di tuangkan dengan hati hati ke dalam 5 ml difenilalamina LP.
e.) Logam berat cu,fe,pb tidak bole lebih dari 0,1 ppm kemudian bila 100 ml air untuk injeksi di
tambahka 1 tetes larutan natrium sulfide LP,maka harusntetap jernih dan tidak berwarna.
f.) Oksidator tidak boleh lebih dari 5 ppm. Kemudian, bila 100 ml air untuk injeksi di didihkan selama 3
menit serta di tambahkan 10 ml asam sulfat encer P dan 0,5 ml kalium permanganate 0,01 N , maka
tidak menghilangkan sama sekali warna larutan.
g.) Bebas pirogen.
h.) pH 5,0-7,0, pemeriksaan dengan 1m ml air untuk injeksi dengan di tambahkan 2 tetes larutan merah
metal LP tidak boleh memberikan warnah merah. Kemudian 10 ml air untuk injeksi dengan di
tambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak bole memberikan warna biru.
2) Penyiapan air untuk injeksi ( WFI ) harus di simpan dalam wadah yang tertutup rapat pada
temperature di bawah atau di atas kisaran temperature ideal mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat
suntik bertujuan di guakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan.
3) Proses pembuatan WFI menurut USP melalui 4 tahapan.
B. Steril water of injection ( air steril untuk injeksi ) adalah air untuk injeksi yang di sterilkan dan di
kemas dengan cara yang sesuai , tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lain.
Syarat steril water of injection adalah cairan jernih , steril, bebas pirogen, tak bebrau, tidak berwarna,
tidak berasa serta tidak mengandung logam logam berat seperti cu,fe,pb dan zat- zat pereduksi dan
lain-lain, pH 5,0-7,0.
Menurut Operation Manual for Implementation of GMP, proses pembuatan Sterile Water for Injection
melalui 3 prose sebagai berikut:
1)
Proses pertama adalah persiapan (pretreatment) uuntuk mendapatkan Water for Injection dimulai
dari sumber air (sumur atau mata air) yang ditampung dan diendapkan, kemudian diberi penyaring
pasir dan diberi klorin,sehingga air dapat diminum (drinking water). Air minum disaring dengan
karbomaktif, lalu disaring kembali dengan filter 5-10 m.
2)
Proses kedua adalah proses final treatment biasanya dilakukan Reverse osmosis dengan
menggunakan chemical softening (kation dan anion), atau menggunakan Twin Bed Column lalu
disaring lagi menggunakan filter 5-10 m kemudian disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil
dengan ukuran filter 2 m bila perlu menggunakan ozonisator atau ultraviolet atau pemanasan
dengan temperatur diatas 70C kemudian dimasukan dalam tangki penampung dengan temperatur
70C kemudian di EDI (Electro deionization) atau didestilasi dimasukkan kedalam tangki
penampung lalu disaring dengan filter bakteri 0,2 m.
3)
Proses ketiga adalah proses sterilisasi WFI dengan menggunakan auutoklaf,sehingga mendapatkan
WFI steril.
C. Bacteriostatic Water for Injection adalah air steril untuk obat suntik yang mengandung satu
atau lebih zat antimikroba yang sesuai.
Air dikemas dalam vial tidak lebih dari 30 ml,lalu etiket harus mencantumkan nama dan perbandingan
zat antimikroba yang dikandung. Air digunakan sebagai pembawa steril dalam sedian-sediaan obat
suntik dengan volume kecil(kurang dari 5 ml).
D. Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam air untuk obat
suntik . Larutan tidak mengandung zat antimikroba. Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntik
kurang lebih 154 mEq per liter. Larutan dapat digunakan sebagai pembawa steril dalam pembuatan
larutan atau suspensi obat untuk pemberian secara parenteral.
E. Bacteriostatic Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam
air untuk obat suntik. Larutan mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai dan harus
tertera dalam etiket. Kadar sodium Chloride sebesar 0,9% untuk membuat larutan isotonis. Larutan
harus dikemas dalam wadah tidak lebih besar dari 30 ml. Bila larutan digunakan sebagai pembawa
ketelitin,maka kita harus melakukan pengemasan untuuk menjamin ketercampuran obat dengan
pengawet yang ada dan dengan natrium klorida.
Pelarut dan Pembawa Bukan Air
Minyak: Olea neutralisata ad injectionem
Setiap farmakope mencantumkan jenis minyak tumbuhan (nabati) yang berbeda-beda. Minyak kacang
(Oleum Arachidis),minyak zaitun(Oleum Olivarum),minyak mendel,minyak bunga matahari,minyak
kedelai,minyak biji kapuk dan minyak wijen (Oleum sesami) adalah beberapa jenis minyak yang
sering digunakan sebagai pembawa pembawa injeksi. Minyak harus netral secara fisiologis dan dapat
diterima tubuh dengan baik. Persyaratan untuk ini adalah tingkat kemurniaan yang tinggi dan
menunjukan bilangan asam dan bilangan peroksida yang rendah. Sebelum memakainya,kita netralkan
minyak-minyak dari asam lemak bebas melalui pengocokan denagn etanol supaya tidak merangsang.
Pemakaiannya secara intravena tidak tidak dimungkinkan karena tidak tercampurkannya dengan
serum darah dan dapat menyebabkan terjadinya emboli paru-paru. Oleh karena itu, penggunaannya
hanya ditujukan untuk preparat injeksi intramuskular dan subkutan. Larutan atau suspensi minyak
mempunyai waktu kerja lama (depo), sering sampai 1 bulan penyerapan obat dan membebaskan
bahan aktifnya secara lambat.
Minyak hewan,yaitu minyak kaki sapi,diperoleh dari perdagangan hasil pemurnian lapisan
lemak kuku sapi atau tulang kaki bawah. Fraksi yang diperoleh melalui pengepresan dingin
menggunakan sebagai bahan pelarut obat injeksi yang dapat diterima tubuh tanpa rangsangan
Minyak setelah disterilkan disebut Olea Netralisata ad Injectionem.
Tabel 3.1 Contoh beberapa obat suntik dalam minyak
Obat Suntik
Minyak
Injeksi Desoksikortikosteron
Wijen
Steroidadrenokortikal
Acetate
Kacang
Injeksi Dimerkaprol
Tanah
emas,merkuri
Estrogen
Biji Kapuk
Estrogen
Wijen atau
Estrogen
Injeksi Estron
Jarak
Progestin
Injeksi Progesteron
Wijen
Androgen
Wijen
Androgen
Biji kapuk
Analeptika
Injeksi kamfer
Wijen
Sifilis
Injeksi Bismuthsubsalisilat
Zaitun
Zaitun
Antibiotik
Bukan Minyak,yaitu:
Alkohol, Propyleneglycol, Gycerine,Paraffin liq,dan Ethyl oleat
Alkohol, prophylenglycol, Glycerine, dan lain-lain dicampur air dapat dipakai sebagai obat suntik,
disamping melarutkan, ternyata mempertinggi stabilitas obat dan larutannya pula.
2. Isoosmotik
Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka
larutan dikatan isoosmotik (0,9% NaCl, 154 mmol Na + dan 154 mmol Cl per liter = 308 mmol per
liter, tek osmose 6,86). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol zat per liter
larutan.
3. Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga
menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume
sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar
menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah . Peristiwa demikian disebut hemolisa.
4. Hipertonis
Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah,
sehingga menyebakan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan
mengakibatkan terjadinya penciutan selsel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa.
Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah: NaCl, Glukosa,Sukrosa,KNO3, dan NaNO3.
2.4.7 pH Obat Suntik
1. Isohidris: Kondisi suatu larutan zat yang pH-nya sesuai dengan pH fisiologis tubuh sekitar 7,4.
2. Euhidris: Usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah pH fisiologis tubuh dilakukan
pada zat yang tidak stabil pada pH fisiologis seperti garam alkaloid, vitamin C.
Menurut BP:
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
Untuk mencegah reaksi oksidasi, kita hendaknya mengupayakan agar obat tidak kontak dengan
oksigen. Reaksi dapat terjadi melalui pengaliran gas netral, dalam hal ini sebaiknya dilakukan pada
seluruh prosedur kerja. Jadi, pada saat menimbang, melarutkan, dan penyaringan, gas yang cocok
adalah karbondioksida dan nitrogen. Pengaliran gas nitrogen seringkali tidak cukup memadai sebagai
pelindung oksidasi, sehingga secara bersamaan masih ditambahkan stabilisator larutan antioksigen,
misalnya larutan natirum bisulfit, natrium asamsulfoksilat, sistein, asam askorbat, dan lain-lain.
2.
Bila oksidasi dikatalisis oleh logam berat, maka penawarnya dilakukan reaksi komplekson dengan
penambahan garam dinatrium EDTA.
3. Bila ada rangsangan akibat cahaya terhadap proses oksidasi, maka pembuatan dan penyimpanan larutan
injeksi sebaiknya terlindung dari cahaya.
4.
Bila bahan obat tidak dapat disterilisasi dengan panas, maka tersedia penyaring bebas kuman.
5.
Bila bahan obat rusak karena hidrolisis, maka kita lebih baik meraciknya dalam ampul kering.
6.
Untuk mneghindari kontaminasi bakteri kedalam preparat injeksi, kita memerlukan penambahan
bahan pengawet (antimicrobial preservative).Umumnya, kita melakukan penambahan bagi preparat
injeksi takaran ganda.
2.4.9 Volume Obat Suntik
Volume yang disiapkan utnuk obat suntik tergantung pada kelarutan zat aktif, tetapi juga
dipengaruhi oleh cara pemberian. Contohnya pemberian secara intrakutan harus dibuat dalam volume
kecil, hanya pemberian secara intravena yang dapat diberikan dengan volume besar.
2.4.10 Biofarmasetika
Obat suntik diberikan kedalam tubuh dengan berbagai cara pemberian. Dalam pembuatan
formula steril, berbagai macam cara pemberian dengan biofarmasetika saling mempengaruhi.
Contohnya obat suntik dengan cara pemberian intramuskular. Jarum suntik masuk kedalam jaringan
dan membran otot dengan volume umumnyadibuat tidak lebih dari 2 ml. Dengan demikian, formula
obat suntik dapat dibuat dalam bentuk larutan air, suspensi air, atau minyak. Kemudian, emulsi
memiliki absorpsi dan distribusi obat berbeda.
2.4.11 Gravitasi
Faktor gravitasi sangat penting dalam pembuatan obat suntik pada golongan obat anestesi.
Pada pemberian obat anestesi secara intraspinal dan inhalasi, gravitasi mempengaruhi pergerakan obat
dalam mencapai sasaran. Pasien kadang membutuhkan operasi pada bagian bawah tubuh dengan
sebaiknya memiringkan kepala kebawah. Kita harus melakuka pemilihan larutan yang digunakan
secara benar agar pergerakan obat mencapai sasaran. Contohnya, Cinchocaine HCL 1 ml yang
dilarutkan dalam 1500 ml 0,5% NaCl mendapatkan tekanan hipobarik dengan berat 1,0036 per ml
pada temperatur 37C. Sebaliknya, Cinchocaine HCL 1 ml yang dilaruutkan dalam 200 ml 6%
Dektrose mendapatka tekanan hiperbarik dengan berat 1,02. Hal ini memengaruhi pergerakan obat
mencapai sasaran.