Вы находитесь на странице: 1из 14

PENDEKATAN &

METODOLOGI

A.

PENDEKATAN TEKNIS

Pendekatan pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa


faktor yang akan mempengaruhi hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan, yaitu:
-

Syarat-Syarat Lingkungan Bangunan

Syarat-Syarat Bangunan

Struktur dan Konstruksi Bangunan

I.

Syarat-Syarat Lingkungan Bangunan


Mendirikan atau memperbaharui suatu bangunan hanya boleh dilakukan dalam
lingkungan yang telah ditentukan untuk bangunan yang dimaksud atau rencana
khusus (misalnya Master Plan) yang telah ditetapkan.

Bangunan yang didirikan

letaknya harus menurut peraturan setempat, yang meliputi :

Garis sempadan bangunan (rooilijn) yang sudah ditentukan.


Adanya garis sempadan bertujuan untuk mengatur bangunan-bangunan dalam
kota, agar letaknya teratur, indah dan menjamin lingkungan bangunan yang
sehat dan aman.
Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan antara garis sempadan muka
bangunan dan garis sempadan pagar, dalam hal untuk mendirikan bangunan
paviliun-paviliun kebun yang terbuka, pergola-pergola dan bangunan-bangunan

DOK PENAWARAN WHC - 2015

semacam itu yang merupakan bagian dari perlengkapan kebun, asal segala
sesuatu itu menurut pendapat Kepala Daerah, dapat menambah keindahan
pemandangan umum dari halaman muka. Pada tipe bangunan lain, halaman
muka harus dipisahkan dari jalan menurut cara yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah, dan dilarang mempergunakan kawat berduri sebagai pagar pemisah di
sepanjang jalan-jalan umum. Sedang untuk rumah-rumah, pekaranganpekarangan atau kebun yang saling menempel maka setiap pemilik rumah atau
halaman itu berhak menuntut pemilik pekarangan tetangganya untuk bersamasama membuat atau memperbaiki pagar/alat penutupan yang membatasi
rumah, pekarangan atau kebun mereka. Dalam hal Pekerjaan Perencanaan
Teknis

Pembangunan

Gedung

Kantor

Polres

Pulau

Taliabu

Kabupaten Pulau Taliabu ini, maka jarak antar bangunan harus disesuaikan
dengan fungsi dan ketinggian bangunan yang sudah ada dan yang akan
diadakan pada tahap selanjutnya. Harus diperhatikan juga hubungan dengan
bangunan lain sesuai dengan fungsi bangunan serta pola kegiatan yang ada
dalam lingkungan/kompleks tersebut.

Building Coverage Ratio ( BCR )


Yaitu prosentase luas lantai bangunan maksimum terhadap luas lahan, yang
dimaksudkan agar terdapat ruang terbuka yang cukup untuk penghijauan,
sirkulasi udara serta sebagai peresapan air hujan. Untuk setiap kawasan
dengan fungsi yang berlainan, BCR yang ditetapkan akan berlainan pula.
Semakin tinggi nilai ekonomis suatu kawasan, semakin tinggi pula nilai BCR
yang ditetapkan.

Ketinggian Bangunan Maksimum ( KBM )


Penetapan jumlah lantai dan ketinggian bangunan maksimum pada umumnya
disesuaikan dengan daya dukung tanah pada kawasan tersebut, adat istiadat,
serta fungsi kawasan.

Koefisien Luas Bangunan Maksimum ( KLB )


Luas bangunan maksimum merupakan hasil perkalian BCR dan KBM.

Beberapa persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah :


1) Syarat-syarat Keindahan Lingkungan Bangunan
Keadaan suatu bangunan beserta segala turutannya, termasuk saluransaluran dan bentuk dari bagian-bagiannya dan keseluruhannya, demikian

DOK PENAWARAN WHC - 2015

pula bahan-bahan bangunan dan warna-warna yang akan dipergunakan,


harus memenuhi syarat-syarat keindahan yang layak, yang ditetapkan
berhubungan dengan keindahan kota yang telah ada, atau yang menurut
rencana pembangunan kota akan ada, demikian pula harus sesuai dengan
sifat keadaan jalan dan pengelompokan bangunan-bangunan yang berdampingan.
Pendirian suatu bangunan sampai batas samping dari persil, pada tampak
muka harus menunjukkan sambungan/hubungan yang serasi dengan
bangunan yang telah ada di sekitarnya. Juga suatu bangunan tidak boleh
membiarkan adanya gangguan terhadap keindahan lingkungan di tempat itu.
2) Syarat-syarat Kesehatan Lingkungan Tanah Tempat Bangunan
Keadaan tanah persil yang akan dibangun itu, harus dibereskan/diper baiki
sampai cukup memberikan jaminan bagi kesehatan dan keamanan yang baik
bagi para pemakai bangunan yang akan didirikan tersebut. Untuk tujuan itu
diharuskan:

Supaya tanah persil bangunan itu dibersihkan dari bahan-bahan dan cam-

puran yang membahayakan dan mengganggu.


Supaya sumur-sumur dan pembuluh-pembuluh/saluran-saluran yang tidak

dipergunakan lagi ditutup.


Supaya bangunan-bangunan yang rusak/tidak terpelihara/tidak terpakai

yang terdapat di tempat itu disingkirkan.


Supaya pekarangan-pekarangan dipersiapkan/diurug

dengan

tanah

sampai rata dan baik, dan dibuat cukup miring (berlereng) agar air dapat
dialirkan ke luar dari bangunan.
II. Syarat-Syarat Bangunan
Syarat-syarat suatu bangunan antara lain ialah:
1. Tersedia jumlah ruangan yang cukup dengan luas lantai dan isi yang cukup
besar, agar dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsi bangunan
tersebut, serta terjamin kebebasannya (privacy) dan tidak ada gangguan dari
luar.
2. Memiliki tata letak ruangan yang baik, sehingga:
- Hubungan antara ruangan di dalam bangunan menjadi lancar.

DOK PENAWARAN WHC - 2015

- Kebebasan dan kenikmatan penghuni / pengguna bangunan terjamin.


3. Memiliki ruangan-ruangan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan yang akan
ditampung dalam suatu bangunan, mis. Untuk bangunan kantor harus memiliki
ruang-ruang sesuai dengan kebutuhan sebuah kantor.
4. Memberikan perlindungan dari panas, dingin, hujan, angin dan lembab yang
dapat mengganggu penghuni / pengguna bangunan, juga memberikan ventilasi
dan penerangan alam maupun buatan yang cukup baik.
III. Struktur Bangunan
Perhitungan struktur harus dilakukan secara keilmuan/keahlian dengan teliti, dan
didasarkan

atas

keadaan

yang

paling

tidak

menguntungkan,

mengenai

pembebanan, gaya-gaya yang bekerja dan tegangan-tegangan yang terjadi pada


struktur.
Beban-beban yang perlu diperhatikan ialah beban-beban mati : beban tetap dan
berat sendiri bangunan, beban hidup/sementara : tekanan angin, gaya-gaya gempa
bumi yang juga tekanan air, tekanan tanah, getarangetaran dan tumbukantumbukan yang mungkin timbul.
Tanah Dasar Bangunan
Untuk menjamin kestabilan/kekokohan tanah dasar fondasi bangunan, maka pada
pelaksanaan pekerjaan bangunan penting/berat (termasuk bangunan bertingkat),
diharuskan untuk mengadakan penyelidikan tanah sebelumnya.
Dari penyelidikan tanah, antara lain dapat ditentukan kekuatan daya dukung tanah (
) yang aman/diizinkan dan perkiraan penurunan bangunan yang akan terjadi.
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, maka akan dilaksanakan penyelidikan
tanah dan pengukuran (sondir) pada lokasi tersebut. Dengan demikian dapat
ditentukan system struktur yang sesuai untuk lokasi tersebu dan selanjutnya
dapat dihitung dimensi/ukuran dari elemen-elemen struktur bangunan sesuai
dengan pembebanan yang akan terjadi.
Struktur Bangunan
Terdiri dari :

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Struktur Utama
Bisa dibagi menjadi :
a. Sub Structure atau Pondasi
Fondasi bangunan harus diletakkan pada dasar tanah yang cukup kuat
menahannya. Untuk tujuan itu, dilakukan penyelidikan tanah, guna
menentukan lapisan tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar,
sehingga menjamin kekokohan landasan fondasi bangunan. Fondasi
bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti
tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan
fondasi setempat ataupun penurunan fondasi yang merata lebih dari batasbatas tertentu,
Bentuk fondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
keletakan bangunan, sedang dalamnya fondasi ditentukan oleh keletakan
tanah padat yang mendukung fondasi. Fondasi pada tanah bangunan yang
miring lebih dari 10% harus dibuat rata atau merupakan tangga dengan bagian atas dan bawah fondasi mendatar, karena bila fondasi dibuat melereng
mengikuti miring tanah bangunan, maka terdapat bahaya fondasi akan
tergeser oleh tekanan bangunan.
Secara umum ada 2 jenis fondasi :
- Fondasi menerus atau fondasi dangkal (shallow foundation), digunakan
bila lapisan tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar, letaknya
tidak dalam. Dasar fondasi langsung selain harus terletak di atas tanah
padat, juga harus terletak di bawah lapisan-lapisan tanah yang masih dipengaruhi oleh iklim, antara lain gerusan erosi, susut muai atau retakretak pada tanah liat di musim kemarau. Karena itu, kedalaman dasar
fondasi minimal 0,80 m sampai 1 m di bawah permukaan tanah. Fondasi
langsung dapat dibuat dari pasangan batu kali atau batu bata,
beton/beton bertulang, tetapi yang terbanyak digunakan ialah batu kali,
karena pasangan batu kali murah, awet dan daya dukungnya besar.
Untuk fondasi dinding, ukuran lebar puncak fondasi harus sekurangkurang nya 5 cm lebih tebal dari dindingnya.

DOK PENAWARAN WHC - 2015

- Fondasi setempat , yaitu fondasi yang dibuat hanya pada titik-titik


tertentu, biasanya pada bagian bawah tiang atau kolom, biasanya
digunakan pada bangunan bertingkat dengan letak tanah keras yang
tidak terlalu dalam ( s/d 2,5 m).
Apabila letak tanah keras terlalu dalam, dipergunakan fondasi setempat
yang dilengkapi dengan fondasi tiang atau fondasi dalam (deep
foundation). Fondasi tiang dapat dibuat dari tiang-tiang kayu, baja, beton
bertulang atau beton pratekan, ukuran panjang tiang tidak boleh lebih
dari 45 kali diameternya, dan beban tiang-tiang tidak boleh melebihi daya
dukungnya. Bila digunakan tiang-tiang pancang, maka kepala dan ujung
tiang harus dijaga jangan sampai rusak oleh pekerjaan pemancangan.
Bila digunakan tiang-tiang dari beton bertulang atau beton pratekan yang
tidak dicor di tempat, maka tiang-tiang ini harus cukup kuat pula untuk
diangkut dan dikerjakan.
b.

Upper structure atau struktur utama bangunan.


Berfungsi sebagai penahan beban bangunan untuk disalurkan ketanah
melalui sub structure atau pondasi, dikenal beberapa system struktur
bangunan, yaitu : dinding penahan beban, rangka, core wall, shear wall dsb,
yang disesuaikan dengan jumlah lantai bangunan, jenis dan strktur tanah
serta perhitungan ekonomis.
Dari berbagai sistem struktur bangunan, yang paling banyak dipergunakan
adalah system struktur rangka (skeleton structure), yang terdiri dari tiang/
kolom,

sloff

dan

balok-balok.

Dalam

keadaan

tertentu

bisa

juga

dipergunakan gabungan dari beberapa system struktur.

Struktur Atap
Atap bangunan berguna sebagai payung yang melindungi bangunan di
bawahnya dari pengaruh panas matahari, hempasan air hujan dan tiupan angin.
Secara umum struktur atap harus didasarkan atas perhitunganperhitungan yang
teliti dan dapat dipertanggungjawabkan. Kecuali untuk struktur atap yang
sederhana, tidak disyaratkan adanya perhitunganperhitungan.

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecuali pada bentuk atap
khusus, seperti parabola, kupola dan lain-lain. Kemiringan atap harus
disesuaikan dengan bahan penutup atap yang digunakan. Untuk genteng,
kemiringan atap minimum 30 -60. Jika kemiringan atap terlalu kecil, pada
waktu hujan lebat air dapat merembes menimbulkan kebocoran. Jika kemiringan
atap terlalu besar, maka genteng mudah lepas oleh tiupan angin kencang.
Sudut kemiringan atap juga dipengaruhi oleh jenis bangunan atau selera pemilik
bangunan.

Untuk bangunan besar/monumental biasa digunakan atap yang

tinggi agar berkesan besar dan megah. Sedang atap yang landai relatif akan
lebih ekonomis. Bentuk atap bangunan biasa disesuaikan dengan denah
bangunan dan selera pemilik bangunan. Bentuk atap yang biasa digunakan
ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton bertulang dan bidang atap yang
miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau asbes semen gelombang.
Atap yang rata datar, tidak memiliki ruang udara penyekat panas, sinar matahari
yang terus menyinari atap membuat ruang di bawah atap terasa panas. Untuk
mengurangi panas, sebaiknya letak langit-langit agak diturunkan, sehingga
antara langit-langit dan atap beton membentuk ruang udara penyekat panas.
Pada bidang atap yang miring mendaki, paling banyak menggunakan penutup
genteng, karena cukup awet dan murah meskipun genteng dapat diresapi air
dan kotoran, sehingga warnanya cepat berubah menjadi hitam. Akan tetapi
dengan adanya perkembangan teknologi, pada saat ini banyak dipasarkan
genteng metal yang terbuat dari bahan yang cukup awet dang ringan.
Seluruh berat atap dipikul oleh kuda-kuda, melalui struktur yang tersusun dari
reng-reng, usuk-usuk (kasau-kasau) dan gording-gording. Pada tembok, untuk
meratakan tekanan usuk dan mengikat kedudukan usuk, maka pada muka atas
tembok dipasangkan balok tembok/blandar (muurplaat).
Dengan adanya bermacam-macam bentuk atap, berbagai kemiringan bidang
atap dan berbagai jenis penutup atap dengan berat yang berbeda, juga
mengingat besar kecilnya bentang dari ruangan, maka terdapat pula berbagai

DOK PENAWARAN WHC - 2015

bentuk struktur kuda-kuda. Untuk bentang kecil ( s/d 12 m ) pada umumnya


terbuat dari kayu, dan untuk bentang besar yang harus bebas dari tumpuan bisa
dibuat dari baja.

Langit-langit
Di bawah kuda-kuda dipasang penutup yang disebut langit-langit (ceiling).
Tujuan pemasangan langit-langit ialah:
1. Untuk menutupi seluruh kontruksi atap dan kuda-kuda penyangganya, agar
tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan akan terlihat bersih dan indah.
2. Untuk menahan jatuhnya debu dan kotoran lain, juga menahan tetesan air
hujan yang merembes melalui celah-celah atap.
3. Untuk membuat ruang antara yang berguna sebagai penyekat panas,
sehingga panas atap tidak mudah menjalar ke dalam ruangan di bawahnya.
Dinding-dinding
Dinding-dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul, harus pula dapat memikul
beban-beban di atasnya.
Dinding pasangan batu bata adalah yang terbanyak digunakan, tetapi batu bata
di Indonesia sifatnya kurang keras dan rapat, bila dibanding dengan batu bata
yang dibuat di Eropa. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara membakar
dalam pembuatan batu bata masih sangat sederhana. Oleh karena itu, untuk
menambah keawetan terhadap pengaruh iklim dan memperkuat ikatan, maka
pasangan dinding batu bata selalu diplester pada kedua sisinya.
Apapun bahannya, dinding tidak berfungsi untuk menahan beban, akan tetapi
hanya sebagai pengisi. Untuk dinding pasangan batu bata, setian luas 9 12 M2
harus dipasang kolom praktis atau balok latei.
Lantai
Lantai harus cukup kuat menahan beban-beban di atasnya, dan untuk bahan
lantai digunakan keramik, beton dan kayu.

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Mengingat kompleksnya permasalahan dalam suatu Perencanaan, maka


pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Gedung Kantor Polres
Pulau Taliabu di Kabupaten Pulau Taliabu

harus dipenuhi ketentuan-

ketentuan berikut :

Pelaksanaan kegiatan perencanaan ini harus dilakukan oleh penyedia jasa


perencanaan yang kompeten, dan dilakukan secara penuh dengan
menempatkan

tenaga-tenaga

ahli

perencanaan

di

lapangan

sesuai

kebutuhan dan kpmpleksitas pekerjaan.

Pelaksanaan kegiatan perencanaan ini harus dilakukan oleh penyedia jasa


perencanaan dengan melalui tahapan (proses) perencanaan yang mengacu
pada:
-

kebutuhan ruang sesuai dg struktur organisasi pemerintahan dan prediksi


jumlah pemakai s/d 25 tahun kedepan

B.

lahan yang tersedia, disesuaikan dengan rencana pengembangan kota

kondisi lahan, lingkungan sekitar serta jaringan utilitas yang ada

peraturan dan perundang-undangan tentang bangunan yang berlaku

sosial budaya setempat tentang bentuk dan karakter bangunan

arahan dan saran dari pengguna jasa

METODOLOGI

Berangkat dari pendekatan di atas dan batasan berupa maksud dan tujuan, lingkup
kegiatan, pelaporan, waktu pelaksanaan, tenaga ahli dan dana yang disediakan (seperti
yang tercantum dalam KAK), maka langkah-langkah atau kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan ini adalah:
1.

Pemahaman Awal Dan Persiapan


Sebelum memulaikan kegiatan, terlebih dahulu diadakan pertemuan koordinasi
dengan semua personil Tenaga Ahli untuk menyusun program/rencana kerja,
serta menyiapkan kelengkapan administrasi demi kelancaran pelaksanaan
pekerjaan nantinya.
Untuk itu Penyedia Jasa perlu menggaris bawahi sarana penunjang yang harus
terpenuhi berupa:

DOK PENAWARAN WHC - 2015

a. Data Penunjang
Sebelum

pekerjaan

pengawasan

dimulai,

terlebih

dahulu

dilakukan

pengumpulan data-data yang dibutuhkan, yaitu meliputi :


-

Data Non Fisik

Data Fisisk
Penjelasan lebih lengkap akan diterangkan pada paragraf berikutnya pada
metode pelaksanaan pekerjaan.

b. Sarana Komputerisasi
Salah satu sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah
penggunaan sarana komputer.

Penggunaan sarana komputer di sini

dimaksudkan untuk membuat gambar-gambar dalam format Auto CAD,


Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam format Microsoft Excel, Rencana Kerja
dan Syarat-syarat dalam format Microsoft Word, Perhitungan Struktur dalam
format SAAB 2000 dan Microsoft Excel.
2.

Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mencari informasi awal yang berhubungan
dengan tugas selain informasi yang sudah didapat dari pengguna jasa. Survey
pendahuluan dilakukan antara lain untuk mengetahui/inventarisasi bangunan
yang sudah ada,
melakukan pengukuran lokasi yang akan direncanakan, mencari data-data
tentang peraturan/arahan pembangunan setempat serta data tata bangunan
yang ada di sekitar lokasi perencanaan.

3.

Survey Detail
Survey detail dilakukan untuk mengumpulkan data-data secara mendetail yang
dibutuhkan dalam perencanaan nanti. Survey ini dilakukan antara lain untuk
melakukan :

Pendataan daya dukung tanah dilakukan melalui teknik sondir oleh


pihak/lembaga resmi yang berwenang melakukan kegiatan tersebut,

Pendataan klimatologi berdasarkan data stasiun meteorologi terdekat yang


sesuai dengan kondisi lingkungan kawasan perencanaan,

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Pendataan harga bahan bangunan melalui hasil observasi harga di toko lokal
serta melalui standar yang ditetapkan oleh Instansi Terkait (Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten/Kota atau Propinsi),

Pendataan harga upah pekerja dilakukan melalui suatu daftar harga satuan
pekerja

yang

dikeluarkan

oleh

Instansi

Terkait

(Dinas

Pekerjaan

Umum

Kabupaten/Kota atau Propinsi),


-

Pendataan tentang pemakai bangunan dilakukan dengan pola konsultasi


pada

Dinas/Badan/Balai

pemakai

kantor

yang direncanakan

dengan

target

mendapatkan data jumlah pemakai gedung, struktur organisasi personil serta


karakter pemakai,
4.

Pendataan lainnya dilakukan dengan tetap menggunakan pola akademis.


Analisa Data Lapangan
Kegiatan analisa dilakukan untuk mengkaji data-data yang sudah terkumpul, di
mana hasil analisa nantinya akan menjadi acuan dalam perencanaan. Analisa
data lapangan antara lain meliputi :

Analisa klimatologi, meliputi analisa tentang curah hujan, angin, suhu dan
kelembaban udara yang berpengaruh secara langsung terhadap fungsi bangunan.
Analisa dilakukan dengan pendekatan kaidah teknik sipil, arsitektur dan klimatologi/
meteorologi,

Analisa perilaku pemakai, merupakan analisa untuk menentukan pola kegiatan


pemakai di dalam dan di sekitar gedung, dilakukan dengan pendekatan ilmu arsitektur,

Analisa tanah, merupakan analisa untuk mendapatkan daya dukung tanah


yang menjadi rekomendasi penetapan sistim struktur pondasi bangunan gedung.
Analisa tanah dilakukan dengan menggunakan kaidah teknik sipil, khususnya ilmu
mekanika tanah,

Analisa tata bangunan, merupakan analisa untuk mendapatkan rekomendasi


orientasi masa bangunan serta dampak terhadap bangunan sekitarnya. Analisa ini
dilakukan dengan pendekatan ilmu arsitektur,

Analisa estetika masa bangunan dan ruang luar, dilakukan untuk mendapatkan
wajah bangunan dan keindahan dalam jarak pandang ruang luar. Analisa ini dilakukan
dengan pendekatan ilmu arsitektur dan lansekap,

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Analisa kebutuhan ruang, dilakukan untuk mendapatkan jenis ruang serta


luasan dan pola hubungan antar ruang, yang dilakukan dengan pendekatan ilmu
arsitektur,

Analisa utilitas bangunan meliputi perhitungan-perhitungan teknis mengenai


perpipaan, sanitasi, instalasi listrik dan tata lampu, akustik bangunan, tata cahaya
siang hari, tata suara, pencegahan kebakaran. Analisa ini dilakukan dengan
pendekatan secara multidisiplin meliputi ilmu-ilmu arsitektur, elektrikal, mekanikal, dan
teknik penyehatan,

Analisa struktur bangunan meliputi perhitungan-perhitungan teknis untuk


mendapatkan sistim struktur dan dimensi komponen struktur bangunan. Dilakukan
dengan pendekatan ilmu teknik sipil struktur,

Analisa

bahan

bangunan

dilakukan

untuk

mendapatkan

rekomendasi

penggunaan bahan yang sesuai untuk fungsi estetika maupun struktur dan utilitas
bangunan. Dilakukan dengan pendekatan multidisiplin ilmu arsitektur, teknik sipil,
elektrikal, mekanikal dan teknik penyehatan serta lansekap,
-

Analisa harga satuan dilakukan untuk mendapatkan harga satuan bahan, upah
untuk setiap komponen pekerjaan. Dilakukan dengan pendekatan teknik sipil.

5.

Perencanaan dan Desain Grafis Arsitektural

6.

Dari hasil analisa didapat Konsep Dasar Perancangan yang pada tahap selanjutnya
akan dituangkan dalam perencanaan dan desain grafis arsitektural.
Konsep Dasar Perancangan meliputi :

Bentuk Dasar dan Karakter Bentuk

Tata Bangunan dan Tata Ruang (Exterior dan Interior)


Merupakan bangunan Tunggal berlantai banyak atau beberapa bangunan tidak
bertingkat.

Jenis dan Besaran Ruang

Pola Sirkulasi (Antar Bangunan) dan Pola Tata Ruang

Pengkondisian Ruang (Penerangan dan Penghawaan)

Sistem Struktur dan Dimensi Struktur

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Dimensi atau ukurang masing-masing elemen struktur akan dihitung sesuai


beban yang bekerja pada bangunan tersebut serta kondisi (jenis dan daya
dukung) tanah setempat.

Utilitas Bangunan dan Kompleks Bangunan

Jaringan Listrik dan Jaringan Komunikasi

Fire Protection (Sprinkler dan Fire Hydrant)

Bahan Bangunan

Bentuk dan Karakter Bangunan

Kegiatan-kegiatan dalam tahapan Perencanaan dan Desain Grafis Arsitektural


antara lain :
-

Membuat gambar-gambar desain teknis (denah, tapak, potongan)

Membuat gambar-gambar detail struktur

Membuat gambar-gambar perpektif

7.

Membuat perhitungan biaya (RAB)


Pelaporan
Seluruh pelaksanaan kegiatan kemudian akan dituangkan dalam bentuk
pelaporan yang meliputi :
a. Laporan Data Lapangan dan Hasil Penyelidikan Tanah, berisi :
1)

Hasil Pengukuran dan Penyelidikan Tanah,

2)

Hasil Analisis Site

3)

Hasil Perhitungan Struktur

4)

Perhitungan Utilitas

5)

Konsep Dasar Perencanaan Arsitektur dan Gambar Pra Desain (Site Plan,
Lay Out Plan, Denah, Tampak dan Potongan)

6)

Sketsa Perspektif

7)

Analisa Harga Satuan dan Rencana Anggaran Biaya

d. Laporan Hasil Pengembangan Rencana


1)

Rangkuman kegiatan yang telah dilakukan,

2)

Uraian kegiatan semua survey yang telah dilakukan,

DOK PENAWARAN WHC - 2015

3)

Pengolahan Data,

4)

Perhitungan perencanaan beserta rumus-rumus dan asumsi-asumsi yang telah


dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan

5)

Hasil Penyempurnaan Pra Design (Site Plan, Lay Out Plan, Denah, Tampak
dan Potongan)

6)

Rencana Anggaran Biaya

e. Laporan Akhir (Hard Copy dan Soft Copy)


1)

Laporan Perencanaan keseluruhan proses perencanaan, hasil penyelidikan


tanah dan hasil-hasil perhitungan struktur.

2)

Dokumen Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Fisik :

3)

Perobahan dan Penambahan dalam Rapat Penjelasan Pekerjaan

4)

Hasil Pengawasan Berkala dari segi Arsitektur.

Selanjutnya Langkah-langkah / kegiatan di atas akan digambarkan dalam bentuk matriks


yang memperlihatkan keterkaitan antara kegiatan, uraian kegiatan, hasil kerja / bentuk
pelaporan, fasilitas pendukung, dan pihak yang terlibat.

DOK PENAWARAN WHC - 2015

Вам также может понравиться