Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
RATNA INDRIA SARI
24030112130061
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul...................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Koefisien Partisi....................................................................................................1
A. Definisi Koefisien Partisi..........................................................................1
B. Kegunaan Koefisien Partisi.......................................................................1
C. Pengukuran Percobaan Koefisien Partisi...................................................5
a. Metode labu kocok..............................................................................5
b. Kromatografi lapis tipis (KLT)............................................................7
c. Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)...........................................8
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Partisi...............................9
E. Hubungan Koefisien Partisi dengan Drug Delivery..................................9
F. Hubungan Koefisien Partisi dengan Liposom...........................................10
a. Formulasi Liposom.............................................................................10
b. Kolesterol dalam Liposom..................................................................10
c. Masuknya Obat ke Dalam Liposom (Drug Loading).........................12
d. Preparasi Liposom..............................................................................13
a) Vesikel Multi Lamelar.................................................................13
b) Vesikel Unilamelar......................................................................14
c) Vesikel Unilamelar Besar............................................................15
e. Karakterisasi Liposom........................................................................16
f. Kandungan Total Lipid.......................................................................16
g. Ukuran dan Distribusi Ukuran............................................................17
h. Muatan................................................................................................17
i. Pengendalian Mutu Bentuk Sediaan Liposom....................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................21
KOEFISIEN PARTISI
[ organik ]
[ berair ]
memperkirakan onset kerja obat atau durasi kerja obat, atau untuk mengetahui
apakah obat akan bekerja secara aktif. Bagian kimia medisinal, yaitu ilmu
pengetahuan tentang rancangan obat yang rasional, melibatkan hubungan
struktur aktivitas, yang menggunakan koefisien partisi dalam persamaan
matematika yang mencoba menghubungkan anatar aktivitas biologis suatu
obat dengan karakteristik fisika dan kimianya (Cairns, 2009).
Pada kenyataannya, hubungan sederhana di atas berlaku hanya jika zat
terlarutnya tidak terion pada pH pengukuran. Jika zat terlarut merupakan
asam lemah atau basa lemah (dan terdapat obat dalam jumlah yang besar),
proses ionisasi untuk membentuk garam akan sangat memengaruhi profil
kelarutan obat. Garam yang terion penuh akan jauh lebih mudah terlarut di
dalam air dibandingkan dengan asam atau basa yang tidak terion, sehingga
perbandingan di atas akan bervariasi bergantung pada pH pengukuran
(Cairns, 2009).
Ada dua cara untuk menyelesaikan masalah ini. Pertama, rincian
percobaan diatur untuk memastikan bahwa P terukur merupakan koefisien
partisi molekul-molekul yang tidak terion (ini berarti nilai P untuk asam
diukur pada pH rendah ketika asam tidak terion, dan sama halnya koefisien
partisi untuk basa diukur pada pH tinggi untuk mencegah terjadinya ionisasi);
atau kedua, perbandingan di atas didefinisikan kembali sebagai koefisien
partisi tampak, untuk membedakannya dari koefisien partisi spesies yang
tidak terion, yang kini disebut sebagai koefisien partisi sebenarnya (Cairns,
2009).
Koefisien partisi tampak (apparent partition coefficient, Papp)
bergantung pada proporsi senyawa yang terdapat di dalam larutan, yang
selanjutnya bergantung pada pH larutan, atau
Papp =P f tidakterion
f tidakterion
sama dengan fraksi jumlah total obat yang tidak terion pada pH
f tidakterion
= 1,
Papp =Ptrue
struktur-aktivitas
Pada
QSAR,
(quatitative
sifat-sifat
structur-activity
fisiko-kimia
suatu
relationship,
obat
(seperti
Koefisien partisi lipid air dari suatu obat, yaitu rasio dari kelarutan
di dalam suatu pelarut organik terhadap kelarutan obat tersebut di dalam air.
Umumnya, semakin besar koefisien partisi dan kelarutan obat dalam lipid,
makin mudah suatu obat menembus membran sel (Staf Pengajar Departemen
Farmakologi FK UNSRI, 2009).
sedikit). Kedua fase tak bercampur yang dipilih biasanya adalah 1oktanol dan larutan penyangga dengan pH 7,4. Oktanol digunakan pada
penentuan koefisien partisi karena hasil yang diperoleh memiliki korelasi
terbaik dengan data biologi yang didapatkan secara in vivo. Ini mungkin
karena kedelapan atom karbon pada dasarnya bersifat hidrofobik (atau
tidak suka air), dan satu gugus hidroksilnya bersifat hidrofilik (atau suka
air), dan secara bersama-sama memberikan keseimbangan yang paling
mendekati dengan yang ditemukan pada membran sel manusia.
Penyangga berair dengan pH 7,4 menggambarkan kompartemen berair di
dalam tubuh, misalnya plasma darah (Cairns, 2009).
Kedua fase dicampurkan untuk mendapatkan oktanol terjenuhkan
larutan penyangga pada fase bagian atas dan larutan penyangga
terjenuhkan oktanol pada fase bagian bawah. Begitu kedua fase terpisah
(dibutuhkan waktu beberapa saat), obat segera ditambahkan dan isi labu
dikocok secara mekanik selama paling tidak 1 jam. Kedua fase dibiarkan
memisah (atau disentrifuga jika sedang terburu-buru) dan kemudian
konsentrasi obat di dalam fase berair ditentukan. Ini dapat dilakukan
dengan cara titrasi jika obat tersebut cukup asam atau basa, atau yang
lebih sering digunakan secara spektrofotometri. Konsentrasi di dalam ini
bekerja dengan sangat baik jika jumlah sampel cukup dan obat memiliki
gugus kromofor untuk penetapan kadar spektroskopik fase berair (Cairns,
2009).
Hal yang penting pada jenis ekstraksi cair-cair ini bukanlah
volume fase organik, melainkan jumlah pengekstraksian yang dilakukan.
Ekstraksi 10 mL fase organik sebanyak 5 kali, akan memisahkan
senyawa yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali ekstraksi
volume 50 mL, walaupun volume total pelarut organik yang digunakan
sama. Sama halnya, sepuluh kali ekstraksi fase organik sebanyak 5 mL
akan lebih efisien lagi dan demikian seterusnya. Efek ini (yang umum
pada semua jenis ekstraksi) merupakan sesuatu yang masuk akal. Setiap
kali salah satu fase dipindahkan dan digantkan dengan pelarut yang baru,
kesetimbangan untuk proses partisi akan tersusun ulang sesuai dengan
perbandingan koefisien partisi, dan obat akan meninggalkan fase berair
menuju fase organik dan memperbaiki perbandingan kesetimbangan
(Cairns, 2009).
Suatu persamaan dapat diturunkan untuk menghitung peningkatan
efisiensi penggunaan ekstraksi ganda terhadap ekstraksi tunggal:
W n=W
A
PS+ A
Wn adalah massa obat yang tertinggal di dalam fase berair setelah n kali
ekstraksi, W adalah massa awal obat di dalam fase berair, A adalah
volume fase berair, S adalah volume fase pelarut (atau senyawa organik),
P adalah koefisien partisi, n adalah jumlah ekstraksi (Cairns, 2009).
b
k
1
1
Rf
( )
10
Formulasi Liposom
Liposom adalah suatu vesikel berair yang dikelilingi oleh
membran lipid lapis ganda uni lamelar atau multilamelar (gambar 2),
terbentuk secara spontan ketika fosfolipid dihidrasi dengan sejumlah air.
Lipid lapis ganda terbentuk dengan stabil karena mempunyai tingkat
energi yang minimal. Hal tersebut disebabkan bagian hidrofil fosfolipid
menjauhi bagian lipofilik dan juga adanya interaksi van der Waals yang
kuat antar rantai asil (Ostro, 1987 dalam Abdaassah, 2013).
11
12
13
Preparasi Liposom
Preparasi liposom selain menggunakan metode pembuatan khusus
vesikel multi lamelar (Multi Lamelar Vesicle, MLV), vesikel unilamelar
(Single Uni lamelar Vesicle, SUV) dan vesikel uni lamelar besar (Large
Unilamelar Vesicle, LUV), juga ada metode lainnya berdasarkan teknik
pembuatan antara lain injeksi pelarut, detergen pemisah dan metode
lainnya (Abdassah, 2013).
a) Vesikel Multi Lamelar
Liposom MLV dapat dikatakan sebagai bentuk awal liposom.
Pertama kali diterangkan oleh Bangham pada tahun 1965. Preparasi
MLV dapat dibuat dengan cara yang sederhana dengan peralatan
laboratorium yang biasa. Lipid akan terdeposit dari pelarut organik
dalam bentuk lapis tipis pada permukaan dinding labu dengan
14
Teknik
ekstrusi
yang
paling
baik
untuk
15
16
Karakterisasi Liposom
Dari aspek farmasetika, sifat fisika dan sifat kimia partikel
liposom, parameter kritis yang mempengaruhi penampilan masuknya
obat ke dalam liposom secara in vitro dan in vivo adalah ukuran, muatan
dan komposisi liposom. Jadi karakterisasi liposom meliputi (Ozer et al,
1989 dalam Abdassah, 2013):
1) Kandungan total lipid liposom
2) Ukuran dan distribusi ukuran liposom
3) Muatan liposom
4) Kadar obat dalam liposom
Mo5+
17
Muatan
Kolesterol,
muatan
dan
stabilitas
sterik
PEG2000DSPE
18
19
Metode
pHmeter
Osmometer
Pengukuran
Konsenentrasi Fosfolipid
intraliposom
Kandungan fosfor (Barlett), KCKT,
Komposisi Fosfolipid
Komposisi rantai asil fosfolipid
Konsentrasi kolesterol
Konsentrasi senyawa aktif
Residu pelarut organik dan logam
Enzimatis
KLT, KCKT
Kromatografi gas
enzimatis, KCKT
NMR,Kromatografi gas, protokol
berat
Rasio zat aktif /fosfolipid
farmakope
Determinasi Zat aktif/konsentrasi
Lipid
(H+) atau ion sebelum dan sesudah indikator
fasa
air
Fluoresen,ESR.,
dalam
31
P-
masuk
NMR, masuk 19F-NMR
Stabilitas Kimia
Hidrolisis Fosfolipid
HPTLC, KCKT
Konsentrasi asam lemak yang tidak KCKT, enzimatis
teresterifikasi
Otooksidasi rantai asil fosfolipid
Autooksidasi kolesterol
Degradasi Anti oksidan
Karakterisasi Fisik
Penampilan
Distribusi ukuran vesikel:
- sub mikron
(Kromatografi gas)
KLT, KCKT
KLT, KCKT
light
Mikroskop,
Turbidimetri
scattering(SLS)
kromatografi
gel,
20
mikron
Potensial Zeta
Sifat thermotropik
pH Field probe
Mobilitas elektrophoretik
DSC, NMR, Metode Fluoresen
FTIR, spektroskopi Raman, ESR,
turbidimetri
Gel ekslusion kromatografi, Ion
exchange kromatografi, presipitasi
dengan
polielektrolit,
sentrifugasi
Penetapan Mikrobiologi
Sterilitas
Pirogenisitas
Protokol farmakope
Protokol Farmakope
ultra
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, M., 2013, Liposom Sebagai Sistem Penghantaran Obat Kanker,
Farmasi FMIPA UNPAD, Bandung
Cairns, D., 2009,Intrisari Kimia Farmasi, Edisi kedua, EGC, Jakarta
Gustian, A. R. P., M. Alauhdin dan W. Pratjojo, 2013, Sintesis dan Karakterisasi
Membran Kitosan-PEG (Polietilen Glikol) Sebagai Pengontrol Sistem
Pelepasan Obat, Indo. J. Chem. Sci. 2 (3)
Iswanto, P., I. Tahir, dan H. D. Pranowo, 2004, Kajian Hubungan Kuantitatif
Struktur Sifat Terhadap Suhu Transisi Gelas Turunan Poli(Asam Akrilat),
Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengetahuan dan Teknologi Bahan, Serpong
Kartika, W. I., 2013, Penentuan Koefisien Partisi APMS (Asam pMetoksisinamat) Pada Berbagai pH Sebagai Studi Praformulasi Sediaan
Topikal, Universitas Airlangga, Surabaya
Nogrady, T., 1992,Kimia Medisinal Pendekatan Secara Biokimia, Edisi kedua,
Terjemahan Rasli Rasyid dan Amir Musadad, ITB, Bandung
Oekar, N. K., E. M. Widyasari dan E. Isabela, 2010, Karakteristik Fisiko-Kimia
Radiofarmaka
99m