Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.
a.
Sinus bradikardi ialah irama sinus yang kurang dari 60 kali per menit. Hal ini sering
diketemukan pada olahragawan yang terlatih. Pada pasien usia lanjut bradikardia sinus dapat
disebabkan oleh gangguan faal nodus sinus. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema (hipotiroidisme), hipotermia, vagotonia, dan tekanan intracranial yang meninggi.
Umumnya bradikardia sinus tidak perlu diobati bila tidak ada keluhan. Tetapi bila denyut kurang dari
40 kali per menit dan pasien merasa gelap (black out), mendapat serangan singkop, lelah, hipotensi
karena curah jantung yang sangat menurun, maka sebaiknya diobati dengan sulfas atropin, yang dapat
diberikan secara intravena. Bila tidak berhasil dengan terapi medikamentosa, kadang-kadang perlu
pemasangan pacu jantung.
Blok Sinoatrial
Blok sinoatrial ialah keadaan dimana pembentukan impuls di nodus sinus masih normal tapi
impuls dari nodus sinus tidak dapat mencapai atrium secara lengkap sehingga pada gelombang P pada
EKG tidak muncul pada waktunya dan jarak interval P-P menjadi dua kali jarak interval PP yang
normal.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh stimulasi vagus yang berlebihan, miokarditis, penyakit
jantung koroner, terutama infark jantung bagian inferior, keracunan digitalis atau obat anti aritmia
yang lain. Blok sinoatrial dapat menimbulkan serangan sinkop pada pasien. Penngobatan ditujukan
pada penyakit dasarnya disertai pemberian sulfas atropine, atau prangsang beta adrenergik, seperti
efedrin, isoproterenol, alupen. Pasien yang resisten terhadap pengobatan perlu dilakukan pemasangan
pacu jantung.
Sinus Aritmia
Sinus aritmia ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada waktu
inspirasi dan menjadi lebih lambat pada waktu ekspirasi. Keadaan ini menjadi lebih nyata ketika asien
disuruh menarik nafas lebih dalam. Aritmia ini hilang kalau timbul takikardia pada pasien karena
melakukan kegiatan olahraga atau pasien menderita demam. Keadaan ini dapat ditemukan ada
individu sehat dan tidak membutuhkan pengobatan.
Sinus Takikardia
Sinus takikardia ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100 kali per menit. Keadaan ini biasa
ditemukan pada bayi dan anak kecil dan takikardi sinus juga sering ditemukan pada beberapa keadaan
stress fisiologis maupun patologis seperti kegiatan fisik (olahraga), demam, hipertiroidisme, anemia,
infeksi, sepsis, hipovolemia, penyakit paru kronik. Obat-obatan seperti atropine, katekolamin, kafein,
hormone tiroid dapat menimbulkan takikardia sinus. Takikardia sinus dapat juga disebabkan karena
gagal jantung. Terapi ditujukan pada kelainan dasarnya. Pemberian digitalis hanya pada gagal jantung.
Pada hipertiroidisme kadang-kadang perlu diberikan penghambat beta.
b.
Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (atrial fibrillation= AF) merupakan aktivasi atrium yang sangat cepat (400-600
kali/menit) dan tidak teratur. Terjadi kehilangan kontraksi atrium dan impuls supraventrikular yang
berpenetrasi ke dalam sistem konduksi atrioventrikular (AV) pada derajat yang bervariasi dan denyut
jantung yang tidak teratur (120-180 kali/menit)
Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau "berdebar" dalam
dada)
Sesak napas
Kelemahan atau kesulitan berolahraga
Nyeri dada
Pusing atau pingsan
Kelelahan (kelelahan)
Kebingungan
Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis timbulnya
gelombang yang menetap dariMultiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau wavelets
yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature atau aktivitas aritmogenik dari fokus yang
tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan mekanisme fibrilasi
ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa otot atrium dan bukan di massa otot
ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium
akibat lesi katup jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke
dalam ventrikel, atau akibat kegagalan ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak
di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan menyediakan kondisi yang tepat untuk
sebuah jalur konduksi yang panjang demikian juga konduksi lambat, yang keduanya
merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi atrium.
Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Fibrilasi Atrium.
Atrium tidak akan memompa darah selama Atrial Fibrilasi berlangsung. Oleh karena itu
atrium tidak berguna sebagai pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian, darah akan
mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan
menurun hanya sebanyak 20 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang
mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh
daya pompa jantung.
Jenis fibrilasi atrium
Paroxysmal fibrilasi atrium
Paroxysmal fibrilasi atrium (AF), sinyal-sinyal listrik yang abnormal dan detak jantung cepat
mulai tiba-tiba dan kemudian berhenti pada mereka sendiri. Gejala dapat ringan atau berat
dan terakhir untuk detik, menit, jam atau hari.
Gigih fibrilasi atrium
AF gigih adalah suatu kondisi di mana irama jantung normal berlanjut sampai berhenti
dengan perawatan.
Permanen fibrilasi atrium
AF yang permanen adalah suatu kondisi di mana irama hati normal tidak dapat dipulihkan
dengan perawatan biasa. Paroxysmal dan gigih fibrilasi atrium mungkin menjadi lebih sering
dan akhirnya mengakibatkan AF yang permanen.
Komplikasi Atrial Fibrilasi
Atrial Fibrilasi memiliki dua komplikasi utama - stroke dan gagal jantung.
Pemeriksaan untuk Atrial Fibrilasi
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan darah
Flutter Atrial
Atrial flutter ditandai dengan aktivasi atrium yang cepat (270-330 kali/menit) tetapi teratur.
Respons ventrikuler biasanya memiliki pola yang teratur dan berdenyut 300 kali/menit. Aritmia jenis
ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan AF.
Ekstrasistol Atrial
Ekstrasistol atrial disebut juga premature atrial beats. Hal ini terjadi karena adanya impuls
yang berasal dari atrium yang timbul secara premature. Keadaan ini biasanya tidak mempunyai arti
klinis yang penting tetapi kadang-kadang dapat menjadi pencetus timbulnya takikardia
supraventricular dan fibrilasi atrial. Pemriksaan EKG menunjukkan adanya gelombang P yang timbul
premature diikuti kompleks QRS yang normal. Ekstrasistol atrial tidak membutuhkan pengobatan.
Takikardi Atrial
Biasanya adalah paroksimal (PAT= paroxysmal atrial tachycardia ), disebut juga takikardi
supraventrikuler paroksimal, yaitu takikardai yang berasal dari atrium dan nodus AV. Pada gambar
terdapat ektrassistole yang berturut- turut. Pasien dengan takikardi atrial merasa jantung berdebardebar cepat sekali, dan disertai dengan keringat dingin serta lemah. Kadang timbul juga sesak nafas
dan hipotensi.
Penatalaksanaan harus dilakukan secara segera, yaitu dengan memberikan penekanan pada
bola mata (eye ball pressure) atau pada sinus carotikus. Kemudian diberikan verapamil IV. Obat lain
yang dapat digunakan adalah adenosine, diltiazem, digitalis, dan penyekat beta secara IV.
Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran seperti ekstrasistol atrial yang berturut-turut
lebih dari enam. Takikardi atrial dapat berlangsung sebentar atau menetap sampai beberapa hari.
c.
Ekstrasistol Nodal adalah irama ektopik yang dapat berasal dari nodus AV, terjadi sebelum
impuls sinus berikut yang dinantikan, dan biasanya berakibat depolarisasi atrium secara retrograde.
Pause setelah kompleks junctional premature bisa non kompensatoar bila sinus didepolarisasi oleh
denyut premature tersebut. Bisa pula terkompensasi penuh, yaitu impuls nodus sinus sebelumnya
telah dicapai oleh denyut premature tersebut.
1.
2.
Manifestasi klinis : Secara klinis ekstrasistol nodal tidak dapat dibedakan dengan ekstrasistol
ventrikular atau atrial.
3.
Pada irama nodal (junctional rhythm atau AV nodal escape rhythm), maka nodus
atrioventrikularis bertindak sebagai pusat ektopik yang memacu jantung.
1.
Etiologi : keadaan ini dapat terjadi karena iskemia jantung atau intoksikasi digitalis.
2.
Penegakan diagnosis : pemeriksaan EKG yang tampak irama jantung dengan gelombang P
berasal dari nodus AV diikuti kompleks QRS biasa dengan kecepatan 50-60 permenit.
3.
Tata Laksana : kelainan ini belum tentu memerlukan pengobatan khusus, kecuali bila
frekuensi jantung menjadi sangat lambat, kurang dari 40 kali per menit atau menimbulkan
gangguan hemodinamik, maka perlu terapi dengan atropin sulfat secara intravena, kadang
kadang perlu pemasangan pacu jantung sementara.
b.
1.
Etiologi : intoksikasi digitalis, infark miokard akut atau demam reumatik akut.
2.
Tata laksana : pada intoksikasi digitalis harus diobati secepatnya karena dapat
berkembang menjadi takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Digitalis harus
dihentikan dan diberikan difenilhidantoin.
Takikardia AV junctional sangat mirip dengan takikardia atrial, baik dalam diagnosis,
gambaran klinis maupun pengobatannya.
d.
Frequent : 10 atau lebih VPCs/ jam(dengan holter monitor), 6 atau lebih/ menit
Occasional : < dari 10 VPCs/ jam atau kurang dari 6 / menit
Berdasarkan fokus
-
Banyaknya focus
o Unifokal/ unimorfik irama berasal dari satu focus, semua VPCs punya morfologi
yang sama
o Multifokal/ multimorfik VPCs memiliki lebih dari 1 morfologi dan mungkin
berasal dari lebih dari satu sisi
Tempat asal fokus
o Ventrikel kiri
o Ventrikel kanan
Berhubungan dengan penyakit jantung
o Tidak ada (idiopathic)
o Adanya penyakit jantung structural
Takikardi Ventrikular
Berasal dari area bundle of his
Rate : > 100 denyut per menit
Ritme terdiri atas dua macam :
Monomorphic (uniform), bersifat satabil dalam jangka waktu lama
Polymorphic, biasanya tidak stabil dan lama kelamaan dapat menjadi fibrilasi
ventrikel. Salah satu bagian dari takikardi ventricular polimorfik adalah
Torsades de pointes (TdP). TdP memilik karakteristik berupa pemanjangan
interval QT.
Biasanya menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik, sehingga memiliki prognosis
yang buruk
EKG pada takikardi ventrikuler ditandai dengan melebarnya kompleks QRS, karena
gangguan berada pada area ventrikel
Karakteristik EKG pada takikardi ventricular
ATRIOVENTRICULAR RELATIONSHIP
Atrioventricular dissociation
Sinus capture beats
Fusion beats
QRS WIDTH
Terapi untuk takikardi ventricular didasarkan atas derajat kestabilan hemodinamik yang
menyertai :
- Takikardi ventricular stabil dengan disfungsi ventrikel AMIODARONE
INTRAVENA (150mg pada 10 menit pertama, dilanjutkan dengan pemberian 1mg per
menit 6 jam kemudian, dan 0,5mg per menit 18 jam kemudian), jika tidak berpengaruh
dapat diberikan PROCAINAMIDE INTRAVENA (dosis maksimal 17mg/kgbb)
- Takikardi ventricular disertai ketidakstabilan hemodinamik diberikan terapi anti
aritmia untuk menjaga ritmik jantung, sambil memantau keseimbangan
hemodinamiknya.
Fibrilasi Ventrikel
Merupakan irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini menyebabkan
ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah jantung sangat menurun / tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak teratur, pasien tidak sadar dan bila tidak segera ditolong akan
menyebabkan kematian. Kadang kadang fibrilasi ventrikel dapat berlangsung hanya sebentar dan
kembali menjadi irama sinus secara spontan dan hanya menyebabkan kehilangan kesadaran sebentar.
Fibrilasi ventrikel paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Terutama infark
miokard akut. Penyebab lain adalah intoksikasi digitalis, sindrom QT yang memanjang. Pengobatan
harus dilakukan secepatnya yaitu direct current countershock dengan dosis 400 watt/ seconds. Di
samping itu, pasien diberikan juga xilokain seperti pada pengobatan takikardia ventrikel dan resusitasi
kardiopulmoner, yaitu pernapasan buatan dan pijat jantung. Bila tidak terlambat, pertologan yang
diberikan dalam waktu 2-4 menit mempunyai prognosis cukup baik.
Fibrilasi ventrikel hampir selalu dijumpai pada jantung yang sekarat. Ia meruppakan aritmia
yang paling sering ditemukan pada orang dewasa yang meninggal mendadak. Rekaman EKG
menunjukan gambaran sentakan sentakan mendadak dan tidak teratur (fibrilasi ventricular dasar)
atau gelombang halus (fibrilasi ventricular halus). Tidak ada kompleks QRS sejati.
Pada fibrilasi ventricular, jantung tidak menghasilkan curah jantung, sehingga resusitasi
jantung paru serta defibrilasi harus segera dilakukan saat itu juga.
Torsades de pointes
Torsades De Pointes yang berarti titik-titik yang berliku-liku, bukan sekedar istilah yang
paling keren dalam kardiologi. Ia merupakan bentuk takikardia ventricular yang unik yang biasanya
ditemukan pada pasien pasien dengan interval QT yang memanjang.
Interval QT mencakup waktu mulai dari awal depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi
ventikel. Interval ini biasanya membentuk sekitar 40% siklus jantung total.
Pemanjangan interval QT dapat bersifat kongenital, dapat disebabkan oleh berbagai gangguan
elektrolit (terutama hipokalsemia, hipomagnesemia, dan hipokalemia), atau dapat terjadi selama
infark miokard akut. Sejumlah agen farmakologik juga dapat memperpanjang interval QT, antara lain
obat obat antiaritmia, antidepresasn trisiklik, fenotiazin dan beberapa obat antijamur serta
antihistamin bila diminum bersama antibiotic tertentu terutama eritromisin dan kuinolon.
Pemanjangan interval QT biasanya disebabkan oleh pemanjangan repolarisasi ventrikel
(gelombang T-nya memanjang). PVC yang jatuh pada gelombang T yang memanjang dapat
mencetuskan torsades de pointes.
Torsades de pointes tampak seperti VT biasa, hanya saja pada Torsades de Pointes, komplek
QRS bergerak mengintari garis dasar dengan aksis dan amplitude yang terus berubah ubah. Torsades
de Pointes harus dibedakan dari VT standar karena penanganannya amat berbeda.
2.
Dalam tingkat ketiga blok AV, eksaserbasi penyakit jantung iskemik atau gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh AV-blok terkait bradikardi dan cardiac output berkurang
dapat menyebabkan spesifik, gejala klinis dikenali, seperti berikut:
1. Nyeri dada
2. Nafas yg sulit
3. Kebingungan
4. Pulmonary edema
Pemeriksaan
1.
Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) rekaman dan monitoring jantung dengan evaluasi
yang cermat tentang hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS adalah tes
standar yang mengarah ke diagnosis yang tepat dari blok AV.
2.
Pengujian elektropsikologi
Diindikasikan pada pasien dengan blok AV diduga sebagai penyebab sinkop.
3.
Ekokardiografi
Berguna dalam mendiagnosis kondisi komorbiditas yang mendasari, seperti
stenosis katup aorta dengan kalsifikasi, kelainan gerakan dinding di iskemia akut,
kardiomiopati, dan penyakit jantung bawaan (misalnya, dilihat dari pembuluh darah
besar).
Terapi farmakologis
Pertimbangan mengenai pemberian agen antikolinergik meliputi:
1.
2.
Untuk terapi medis jangka panjang tidak ditunjukkan dalam terapi untuk blok AV
Atropin atau infus isoproterenol dapat meningkatkan konduksi AV dalam keadaan
darurat di mana bradikardi disebabkan oleh blok AV proksimal. Sedangkan atropin
atau infus isoproterenol dapat memperburuk konduksi jika blok tersebut adalah dalam
sistem purkinye.
Derajat 1 AV Blok
Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecil msec pada
dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai ventrikel.
Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR konstan.
Ciri-ciri:
1.
2.
3.
Jarak RR teratur
4.
Jika respon ventrikel bagus tidak perlu pasang temporary pace maker ( TPM )
Derajat 2 AV Blok
-
Ciri-ciri:
1.
2.
3.
Jika respon ventrikel bagus, hemodinamik bagus maka tidak perlu pasang TPM
Yaitu Derajat 2 AV blok Mobitz II, yang terdiri dari PR interval konstan yang
diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke ventrikel, jadi tipe konduksinya 2:1
(2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan begitu seterusnya.
Ciri-ciri:
1.
2.
3.
4.
Jika respon ventrikel dan hemodinamik bagus harus diobservasi dengan ketat
karena bias menjadi AV Blok derajat tinggi/blok total
Derajat 3 AV Blok
PENATALAKSANAAN ARITMIA
Kardioversi Farmakologis (Antiaritmia)
Obat antiaritmia dikelompokkan menjadi lima kelas berdasarkan efek elektrofisiologik
dan mekanisme kerjanya.
1. Kelas I
a. Kelas IA
Menghambat arus masuk ion Na+, menekan depolarisasi fase 0, dan memperlambat
kecepatan konduksi serabut purkinje miokard ke tingkat sedang pada nilai Vmax
istirahat normal.
Cara kerja
Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Kuinidin
Meningkatkan irama sinus
melalui penghambatan
kolinergik atau peningkatan
simpatis
-blocker
Kuinidin sulfat: diabsorpsi
cepat dan mecapai kadar
puncak dalam waktu 60-90
menit
Kuinidin gluukonat: kadar
puncak tercapai dalam waktu
3-4 jam
90% kuinidin terikat pada
protein dan didistribusikan ke
semua jaringan kecuali otak
dengan kec. 2-3 L/kg
Di hati
Difiltrasi di glomerulus dan
diekskresi oleh tubuli
proksimal. Karena kuinidin
merupakan basa lemah,
keadaan yang asam akan
menekan reabsorpsi dan
Prokainamid
Antikolinergik (lebih
lemah daripada
kuinidin)
Disopiramid
Efek antikolinergik
1/10 atropin
Di hati
50% dosis dieksresikan
oleh ginjal dalam
keadaan utuh, 20%
dalam bentuk metabolit
dealkilasi, 10% dalam
bentuk lain.
Sediaan
dosis
dan
meningkatkan eksresinya.
Peroral 200-300 mg sebanyak
3-4x sehari
Efek samping
Blockade SA node
Bizarre arrhythmia
Torsades de pointes
Syncope
Takikardi ventrikel
Fibrilasi atau flutter atrium
Hipotensi
Reaksi hipersensitivitas
Chinconism ringan
Penggunaan
terapi
Interaksi obat
b.
PSVT
Depolarisasi premature
ventrikel
Takikardi ventrikel berulang
Pencegahan fibrilasi ventrikel
Eliminasi dipercepat bila
diberikan bersamaan dengan
obat yang menginduksi enzim
hati (fenobarbital/fenitoin)
Prokainamid
hidroklorida:
kapsul dan tablet (250500 mg)
tablet lepas lambat
(250-1000 mg)
IV atau IM (100 atau
500 mg/mL)
Torsades de pointes
ginjal
Kelas IB
Kinetik kerjanya cepat dan memperpendek repolarisasi potensial aksi hanya ringan
saja. Mempunyai efek yang ringan terhadap kasus dengan HR rendah, tetapi
memiliki efek lebih besar pada kasus HR tinggi
Lidokain
Fenitoin
Meksiletin
Tokainid
Absorpsi
Distribusi
Absorpsi
berlangsung cepat
70% lidokain
terikat pada
glikoprotein dan
didistribusikan ke
semua jaringan
kecuali otak
dengan kec. 1
L/kg dan menurun
pada pasien gagal
jantung
Metabolisme
Di hati dan
menghasilkan
metabolit aktif
dan nonaktif.
Dipengaruhi oleh
kecepatan aliran
darah di hati.
Eliminasi
Dieksresi secara
Diabsorpsi dengan
baik,
Bioavailibilitas
sistemik 90%
Berlangsung lambat
dan tidak
dipengaruhi aliran
darah di hati
Di hati
Dieliminasi melalui
hidroksilasi di hati
T1/2 : tergantung
dosis dan
toksisitas
Dieliminasi melaui
metabolime hati
dan 10% dalam
bentuk uth dalam
urin
T1/2 : 10 jam
samping
seperti disosiasi,
mengantuk,
parestesia,
nistagmus,
mengantuk dan
vertigo, ataksia,
Diabsorpsi
dengan sempurna
dan mencapai
kadar puncak
dalam waktu 1-2
jam
Diekresi dalam
bentuk utuh
dalam urin
T1/2 : 11-15 jam,
dan dapat naik
2x lipat pada
pasien gagal
ginjal atau hati.
Dosis oral 400600 mg tiap 8
jam dan tidak
boleh melebihi
2400 mg/hari
Gangguan
cerna seperti
agitasi, disorientasi,
kejang,
pendengaran
berkurang
Efek terhadap
jantung minimal
dan mual
mual, muntah,
dan anoreksia
Penggunaan
terapi
Interaksi
obat
Aritmia ventrikel
yang disebabkan
oleh infark miokard
akut, bedah jantung
terbuka, dan
digitalis.
-blocker dapat
menurunkan
kecepatan
metabolism dan
meningkatkan
kadar lidokain
dalam plasma
-blocker dapat
melepaskan ikatan
lidokain dari
glikoprotein
pemberian sitemidin
meningkatkan
kadar plasma
lidokain
lidokain dapat
memperkuat efek
suksinilkolin
c.
Kelas IC
Aritmia ventrikel
dan atrium karena
digitalis
Aritmia ventrikel
pada pasien yang
responsive
terhadap lidokain.
Dapat menekan
takikardi ventrikel
pada pasien yang
tidak berespon
terhadap kuinidin
atau obat lain
Pemberian bersama
fenitoin atau
rifampisisn dapat
mempercepat
metabolisme
meksiletin
saluran cerna
seperti mual,
muntah, dan
anoreksia
Agranulositosis
Depresi sumsum
tulang
Trombositopenia
Granulositopenia
dapat diikuti
infeksi, sepsis,
dan kematian.
Aritmia ventrikel
pada pasien yang
responsive
terhadap
lidokain.
Tidak menyebabkan periode refraktor dan Kinetik kerjanya lambat dan memiliki
efek kecil terhadap repolarisasi potensial aksi.Obat ini yang paling poten untuk
memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na ke dalam sel.
Flekainid
diabsorpsi hamper sempurna dan mecapai
kadar puncak dalam waktu 3 jam
Absorpsi
Enkainid
Diabsorpsi hamper sempurna pada
pemberian peroral dan mencapai
kadar puncak dalam waktu 30-90
menit
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Sediaan
dosis
dan
Efek samping
Penggunaan
terapi
Interaksi obat
2.
Kelas II (-blocker)
Propranolol
Pemberain peroral
diabsorpsi sangat baik
Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Asebutalol
Diabsorpsi baik oleh
saluran cerna
Bioavalaibilitas
<50%
Metabolime lintas
pertama dihati
Waktu paruh 4 jam dan
dapat berkurang pada
pasien gagal jantung kiri
Esmolol
3.
Absorpsi
Distribusi
Kelas III
Bretilium
Ansorspsi buruk
karena
merupakan
ammonium
kwaterner
Amiodaron
Diabsorpsi
secara lambat
dan tidak
sempurna
Sotalol
Diabsorspsi
dengan cepat
Dofetilid
Absorpsi
hampir 100%
Bioavailabilita
s hampir
Bioavailabilitas
>80%
Ibutilid
100%, kadar
puncak dicapai
2-3 jam
sesudah
pemberian
Metabolism
e
Eliminasi
Tidak
dimetabolisme
Waktu paruh
sekitar 9 jam,
dieliminasi di
ginjal
Penggunaan
terapi
4.
Di hati
Waktu
paruhnya 2560 hari
600-800
mg/hari
selama 4
minggu
Gangguan
paru, fungsi
hati,
mikrodeposit
kornea,
fotosensitivita
s kulit, gejala
hipotiroid
Diberikan jika FA berulang
obat lini pertama VT stabil dan
berkelanjuta
seperti lidokain
n
dan prokainamid
tidak berhasil
Fibrilasi
ventrikel
Takikardi
ventrikel
Di hati
Waktu paruh
10-11 jam,
dieliminasi di
urin dalam
bentuk utuh
2x 80-320 mg
dan dapat
ditingkatkan
tiap 3-4 hari
Melalui ginjal
Waktu
paruh 2-12
jam
Gagal jantung,
proaritmia,
bradikardia,
torsades de
pointes
Torsades de
pointes
Torsades
de pointes
Pilihan
pertama pada
aritmia
ventrikel
maligna.
Efektif juga
untuk TSP dan
FA
Efektif
mempertahanka
n sinus pada
pasien fibrilasi
atrium
Untuk
mendapatk
an irama
sinus pada
flutter dan
fibrilasi
atrium
5.
Penggunaan terapi
- Verapamil telah menjadi obat pilihan pertama untuk pengobatan serangan akut
takikardia supraventrikular paroksismal yang disebabkan oleh arus balik pada
nodus AV atau karena anomaly hubungan nodus AV.
- Menurunkan respon ventrikel pada FA atau flutter atrium yang tidak disertai
sindrom Wolf-Parkinson-White
Dosis dan cara pemberian
- Untuk mengubah PSVT jadi irama sinus: 5-10 mg secara IV selama 2-3 menit
- Untuk mengendalikan fibrilasi atau flutter atrium: 10 mg selama 2-5 menit
- Mengontrol irama ventrikel pada FA: 240-480 mg/hari peroral
Efek samping
- Hipotensi berat
- Fibrilasi ventrikel pada pasien dengan takikardia ventrikel
- Sinus bradikardia
- Blok AV
- Gagal jantung kiri
- Konstipasi
Kontraindikasi
- Hipertensi
- Gagal jantung berat
- Sindrom sinus sakit
- Blok AV
- Sindrom Wolf-Parkinson-White
- Takikardia ventrikel
Kelas V
Cara kerja
Penggunaan
terapi
Digitalis
Adenosine
- Penghambatan aliran Ca di- Mengaktifkan
aliran nodus AV
kalium yang sensitive
- Aktivasi aliran kalium yang
Ach di atrium, nodus diperantarai Ach
AV, dan SA
- Perlambatan irama sinus
-
Mengendalikan
denyut
ventrikel
pada
fibrilasi
atrium yang menyertai gagal
jantung
Pengobatan takikardia
ventrikel yang dicurigai
terjadi karena delayed
afterdepolarization
(DAD)
Magnesium
Memperpanjang siklus
sinus
Memperlambat konduksi
AV, intraatrial, dan
intra vena
Memperpanjang
masa
refrakter
efektif
atrium, nodus AV, dan
ventrikel
Pengobatan intoksikasi
digitalis,
takikardia
ventricular
polimorfik
yang disertai torsades de
pointes. Kemungkinan
juga bermanfaat untuk
pengobatan
fibrilasi
ventrikel dan takikardia
ventrikel.
Definisi
Aritmia adalah urutan dari detak jantung yang tidak teratur, terlalu cepat, terlalu lambat, atau
di lakukan melalui jalur listrik abnormal jantung.
Epidemiologi
Data epidemiologi yang diperoleh dari New England Medical Journal (2001) menyebutkan
bahwa kelainan struktur arteri koroner merupakan penyebab 80% gangguan irama jantung yang dapat
berakhir dengan kematian mendadak. Data yang diperoleh dari Framingham (2002) menyebutkan
angka kejadian gangguan irama jantung akan meningkat dengan pertambahan usia. Diperkirakan,
populasi geriatri (lansia) akan mencapai 11,39 % di Indonesia atau 28 juta orang di Indonesia pada
tahun 2020. Makin bertambah usia, persentase kejadian akan meningkat yaitu 70 % pada usia 65 85
tahun
dan
84
%
di
atas
85
tahun.
Gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan adalah atrial fibrilasi. Sekitar 2,2 juta
penduduk Amerika dan hampir sekitar 5 % pada populasi umur 69 tahun dan 8 % pada populasi umur
80 tahun menderita kelainan ini. Hasil penelitian Framingham Heart Study (2002) menunjukkan
bahwa atrial fibrilasi meningkatkan resiko kematian sebanyak 1,5 1,9 kali, yang diakibatkan oleh
stroke tromboemboli. Atrial flutter sendiri lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan atrial
fibrilasi. Sejumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan diagnosa takikardi supraventrikuler
menunjukkan
atrial
fibrilasi
sebanyak
77
%
dan
10
%
atrial
flutter.
Data yang diperoleh dari seorang ahli jantung dan pembuluh darah Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, dr. Sjaharuddin Harun (2004), menyebutkan bahwa gangguan irama jantung jenis atrial
fibrilasi dapat meningkatkan resiko terserang stroke lima kali lipat dibandingkan populasi dengan
irama jantung normal sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Sejauh ini,
atrial fibrilasi memberikan kontribusi terhadap 50.000 kasus stroke setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Sedangkan di Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta diperoleh
insidens atrial fibrilasi pada pasien stroke sekitar 2,2%. Sedangkan data di ruang perawatan koroner
intensif RSCM (2006), menunjukkan, terdapat 6,7 % pasien mengalami atrial fibrilasi.
PATOFISIOLOGI ARITMIA
Mekanisme terjadinya aritmia dapat dibagi menjadi : ganguan pembentukan impuls dan
gangguan konduksi.
Gangguan pembentukan impuls
Kelainan automatisasi
Pada keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan) hanya terjadi pada nodus SA. Hal ini
disebabkan karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA sedemikian cepatnya sehingga
menekan proses automatisasi di sel lain.
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di
Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Trigger automatisasi
Dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed after-depolarisation yaitu
suatu voltase kecil yang timbul sesudah sebuah potensial aksi.
Apabila suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis misalnya pada gagal jantung atau terjadi
penghambatan aktivitas sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis,
hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi reperfusi jaringan miokard yang iskemik
misalnya pada pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan tersebut akan mnegubah voltase
kecil ini mencapai nilai ambang potensial sehingga terbentuk sebuah potensial aksi prematur
yang dinamakan trigger impuls
Trigger impuls yang pertama dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua kemudian
yang ketiga dan seterusnya samapai terjadi suatu irama takikardi.
o
Gangguan konduksi
Re-entry
Bilamana konduksi di salah satu jalur tergaggu sebagai akibat iskemia atau masa refrakter, maka
gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur tersebut akan berhenti, sedangkan gelombang
pada jalur B tetap berjalan seperti semula bahkan dapat berjalan secara retrograd masuk dan
terhalang di jalur A. Apabila beberapa saat kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau
masa refrakter sudah lewat maka gelombang depolarisasi dari jalur B akan menembus rintangan
jalur A dan kembali mengaktifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan sirkuler atau reentri loop. Gelombang depolarisasi yang berjalan melingkar ini bertindak sebagai generator
yang secara terus-menerus mencetuskan impuls.
Re-entry loop ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan yang disebut
macroentrant atau microentrant.
Concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
Impuls-impuls kecil pada jantung kadang-kadang dapat menghambat dan menganggu konduksi
impuls utama. Keadaan ini disebut concealed conduction. Contoh concealed conduction ini ialah
pada fibrilasi atrium, pada ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi secara retrograd. Biasanya
gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti klinis yang penting.
membuat kerja jantung anda berat dan berdaetak cepat. Pemeriksaan jantung yang dapat di
periksaa saat stress test seperti pemindaian jantung nuklir, Echocardiography, PET scan
jantung
Electrophysiology Study (EPS).Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai Aritmia yang
cukup serius. Selama EPS dilakukan. Pada pasien di masukkan sebuah serat khusus lewat
pembuluh darah vena pada paha sebelah atas atau dari lengan menuju jantung. Serat khusus
tersebut merekam sinyal listrik dari jantung. Dokter anda dapat menggunakan serat khusus
tersebut untuk mengalirkan sinyal listrik untuk menstimulasi janyung dan mendorong
timbulnya aritmia. Dengan hal ini dokter anda dapat melihat apakah obat antiaritmia dapat
atau tidak untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Elektrofisiologi adalah prosedur pemeriksaan sistem listrik jantung dengan tujuan utama
unutk mengetahui mekanisme dan terapi aritmia. Prosedur pemeriksan ini meliputi
penempatan kateter dengan elektroda multipolar melalui vena atau arteri pada beberapa
tempat didalam jantung untuk perekaman dan pemacuan. Dengan kata lain dilakukan
perekaman dan pemacuan pada bagian yang spesifik pada sistem listrik jantung misalnya
atrium, ventrikel, sinus koronarius dan His bundle. Umumnya pemeriksaan elektrofisiologi
dilanjutkan dengan prosedur ablasi kateter yaitu suatu tindakan memutus (terminasi) sirkuit
atau fokus aritmia dengan menggunakan energi gelombang (radiofrequency ablation).
Secara umum ada tiga tujuan utama pemeriksaan elektrofisiologi yaitu menentukan jenis
aritmia, memastikan mekanisme aritmia, dan memilih jenis terapi yang paling tepat untuk
aritmia tersebut, termasuk ablasi radiofrekuensi. Jadi pemeriksaan elektrofisiologi umumnya
menjadi satu kesatuan dengan prosedur terapi ablasi readiofrekuensi yang dikenal juga
sebagai elektrofisiologi intervensi. Bidang ini menjadi satu subspesiasliasi kardiologi yang
mengkhususkan pada terapi aritmia yang kompleks dengan intervensi kateter dan alat-alat
(devices).
Pelaksanaan Pemeriksaan Elektrofisiologi
Pemeriksaan elektrofisiologi jantung merupakan suatu cabang spesialiasi kardiologu yang
memerulkan fasilitas dan alat yang khusus, staf yang terampil, dan ekspertise yang akurat.
Persiapan pemeriksaan elektrofisiologi meliputi persiapan alat, staf dan pasien. Peralatan
yang paling utama diperlukan adalah :
Alat fluoroskopi
Alat khusus elektrofisiologi meliputi
Stimulator jantung (cardiac stimulator)
Piranti lunak untuk system pencatat dan perekam data
Berbagai jenis kateter untuk diagnostik, pemetaan dan ablasi
Alat pembangkit energy radiofrekuensi (radiofrequency energy generator)
Alat tambahan seperti infusi pump, pulse oximetry, haemodynamic monitoring, dan external
defibrilator.
Untuk staf diperlukan seorang perawat dan teknisi yang mahir melakukan berbagai stimulasi
jantung dengan memakai alat stimulator jantung.
Persiapan pasien dilakukan sama seperti untuk prosedur invasif lainnya yaitu puasa sekitar 6
jam dan memberikan surat persetujuan tindakan (inform consent). Obat-obat aritmia harus
diberhentikan paling tidak empat kali waktu paruh (rata-rata 2-3 hari sebelumnya).
Akses (jalan masuk) kateter yang akan ditempatkan di dalam ruang jantung dapat
dimasukkan melalui vena femoralis, vena jugularis interna, vena subklavia, dan vena
basilika. Sering pula diperlukan akses melalui arteri femoralis dan pungsi septum interatrium
(transpetal punctureI) untuk mencapai atrium kiri.
Kateter selanjutnya ditempatkan di atrium kanan, apeks ventrikel kanan, berkat his dan sinus
koronarius. Kadang-kadang diperlukan penempatan kateter di ventrikel kiri, right ventricular
outflow tract (RVOT), dan vena pulmonalis untuk studi khusus seperti ablasi pada fibrilasi
atrium.
Langkah selanjutnya adalah melakukan perekaman sinyal listrik dalam jantung (dikenal
dengan elektrogram) dari masing-masing lokasi khusus dalam jantung (atrium kanan,
ventrikel kanan, berkat his dan sinus koronarius).
Secara umum ada empat protokol utama dalam pemeriksaan elektrofisiologi yaitu :
Prognosis
Ventrikel takikardi/fibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak. Adanya
gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin merupakan penentu prognosis terpenting.
Pingsan akibat ventrikel takikardi biasanya memiliki prognosis yang buruk. Atrial takikardi juga
memiliki prognosis yang buruk. Mortalitas saat masuk rumah sakit ketika gangguan iramanya baru
terdeteksi terjadi antara 30 60 %. Pada salah satu studi, pasien dengan penyakit paru-paru yang
dibawa ke rumah sakit karena kegagalan napas akut ternyata ditemukan 87 % menderita atrial
takikardi.
Faktor-faktor aritmogenik
1.
Hipoksia: miokardium yang kurang oksigen adalah miokardium yang tidak sehat. Kelainan
paru baik itu penyakit paru kronik berat atau emboli paru akut adalah pencetus utama aritmia
jantung.
2.
3.
Stimulasi simpatis: tonus simpatis yang meningkat karena hipertiroidisme, gagal jantung
kongestif, gugup, olahraga, dll dapat mencetuskan aritmia.
4.
Drugs (obat-obatan): banyak obat yang dapat menyebabkan aritmia. Bahkan obat-obatan
antiaritmia sendiri seperti kuinidin turut menjadi penyebab aritmia.
5.
6.
Bradikardia: frekuensi jantung yang sangan lambat tampaknya cenderung berubah menjadi
aritmia.
7.
Strecth (regangan): pembesaran dan hipertropi atrium dan ventrikel dapat mencetuskan
aritmia.
8.
Kelainan struktur sistem konduksi: penderita yang memiliki fetal despersi di AV node dan
fasciculo ventricular connection atau yanmemiliki jalur tambahan seperti pada sindrom wollfparkinson-White sangat mudah mengalami aritmia melalui mekanisme preeksitasi
9.
Interval QT yang memanjang: pada penderita penyakit jantung koroner, kelainan struktur
jantung atau gangguan elektrolit yang disertai interval QT memanjang akan lebih sering terjadi
aritmia dibandingkan dengan individu normal.
Jadi, total penundaan dalam nodus dan berkas A-V adalah 0,13 detik ditambah penundaan
konduksi pertama sebesar 0,03 detik.
Hal ini menyebabkan waktu penundaan sebesar 0,16 detik sebelum sinyal bisa menyebar ke
ventrikel dan menyebabkan ventrikel berkontraksi.
ANALISIS SKENARIO