Вы находитесь на странице: 1из 18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Periode 4 Mei s/d 6 Juni 2015


RS Family Medical Center (FMC), Sentul

REFERAT
Abrasi Kornea OD et causa Corpus Alienum

Oleh:
Gita Puspitasari
112014147

Pembimbing :
dr. Margrette Paliyama Franciscus, Sp. M, M. Sc.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : April 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama

: Gita Puspitasari

NIM

: 11-2014-147

.............................

Dr. Pembimbing

: dr. Margrette Paliyama F, Sp.M, M.Sc

.............................

STATUS PASIEN
I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan

: Tn. HMA
: 49 tahun
: Laki-laki
: Islam
: karyawan swasta otomotif
: Tridaya indah estate
: 28 Mei 2015

ANAMNESIS
Auto anamnesis : 28 Mei 2015
Keluhan Utama
:
Mata kanan terkena percikan bunga las dari gerinda saat sedang bekerja 2 hari
sebelum datang ke RS FMC
Keluhan tambahan :
mata kanan terasa sakit dan perih
Riwayat Penyakit Sekarang:
Dua hari sebelum datang ke poli mata RS FMC pasien mengatakan mata kanannya
terkena percikan bungan las dari gerinda saat sedang bekerja. Pasien mengatakan
percikan las tersebut langsung di ambil dengan menggunakan rumput yang di bantu
oleh teman kerjanya. Pasien mengeluh mata kanannya masih terasa ada yang

mengganjal, merah pada mata kanan dan terasa perih, dan sering berair. Pengobatan
pada mata kanannya tidak ada, dan keluhan di mata kiri tidak ada. Keluhan seperti
penglihatan menjadi buram tidak ada. Kotoran pada mata, gatal, pusing, mual muntah,
silau jika melihat cahaya di sangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
1. Asthma
: tidak ada
2. Alergi
: tidak ada
3. DM
: tidak ada
4. Hipertensi
: tidak ada
5. Dislipidemia
: tidak ada
b. Mata
1. Riwayat sakit mata sebelumnya
2. Riwayat penggunaan kaca mata

: Tidak ada
: ada, pasien mengatakan menggunakan

kaca mata sejak 1 tahun yang lalu. Untuk jarak jauh menggunakan ukuran plus
2,25 hingga saat ini kaca mata masih nyaman untuk di pakai.
3. Riwayat operasi mata
: tidak ada
4. Riwayat trauma mata sebelumnya : ada, pasien mengatakan mata kanannya
pernah terkena percikan bunga las juga saat tahun 2009. Saat kejadian pasien
mengatakan sangat perih dan di bawa ke rumah sakit keesokan harinya untuk
di lakukan tindakan selanjunya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan keluarganya memiliki riwayat penggunaan kaca mata. Di ketahui
istri pasien menggunakan kaca mata. Riwayat hipertensi, diabetes melitus, astma,
alergi, dan dislipidemia tidak ada.

Riwayat Kebiasaan:
Pasien mengatakan sering berkendaraan motor menggunakan helm tetapi kaca helm
tidak di tutup.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
:
Tekanan Darah
: 120/70mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36.7oC

B. STATUS OPTHALMOLOGIS
OD

PEMERIKSAAN

OS

0,63 ph 0,8-2

Visus

0,4 ph 0,8

Tidak di lakukan

TIO

Tidak di lakukan

Orthoforia

Posisi Bola Mata

Orthoforia

Tenang

Palpebra

Tenang

Injeksi konjungtiva

Konjungtiva bulbi

Tenang

Arkus senilis

Cornea

Arkus senilis

Dalam

COA

Dalam

Isokor, ukuran 3 mm,


bulat, sentral, RC +/+

Isokor, ukuran 3 mm,


Pupil

RAPD (-)

bulat, sentral, RC +/+ ,


RAPD (-)

Berwarna coklat

Iris

Berwarna coklat

Jernih

Lensa

Jernih

Jernih

Vitreus

Jernih

RF (+), Papil bulat, Batas


Tegas, CDR 0,3 A/V 2:3
reflek makula (+), eksudat

RF (+), Papil bulat, batas


Fundus

(-), perdarah (-)

tegas. CDR 0,3 A/V 2:3,


reflek makula (+), eksudat
(-), perdarah (-)

Pergerakan Bola Mata


Baik ke segala arah
Pupil distance : 66/64
IV.

Konfrontasi Test

Baik ke segala arah

PEMERIKSAAN LAIN
Pemeriksaan dengan slit lamp di temukan adanya abrasi kornea OD et causa Corpus
Alienum OD

V.

RESUME
Anamnesis
Seorang laki-laki berusia 49 tahun datang dengan keluhan mata kanannya terkena
percikan bunga las dari gerinda 2 hari yang lalu saat sedang bekerja. Saat kejadian
mata terasa sakit, dan perih. Pasien menngatakan percikan las tersebut di keluarkam
dengan rumput yang di bantu oleh temannya. Pasien mengeluh mata kanannya masih
terasa ada yang mengganjal, merah pada mata kanan dan terasa perih sehingga sering
mengeluarkan air mata. Pengobatan pada mata kanannya tidak ada, dan keluhan di
mata kiri tidak ada. Keluhan seperti penglihatan menjadi buram tidak ada. Kotoran
pada mata, gatal, pusing, mual muntah, dan silau di sangkal oleh pasien. Pada tahun
2009 pernah terkena percikan bunga las dari gerinda saat sedang bekerja.

VI.

VII.

DIAGNOSIS KERJA
Abrasi kornea OD et causa Corpus Alienum OD
Dasar diagnosis : tampak adanya epitel kornea yang terkelupas yang disebabkan oleh
adanya corpus alienum (benda asing) pada epitel kornea.
DIAGNOSIS BANDING
Pada kasus ini tidak dapat di diagnosis banding dengan diagnosa yang lain. Hal ini
dikarenakan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjanng
yang di lakukan cukup untuk menegakan diagnosis kerja yaitu abrasi kornea OD et

VIII.
IX.

causa corpus alienum OD.


PEMERIKSAAN ANJURAN
Tes fluorescein pada mata dengan menggunakan slit lamp (warna cahaya biru)
PENATALAKSANAAN
Pertama-tama diberi anenstesi topikal kemudian dilakukan ekstraksi corpus alienum.
Setelah itu di lakukan pembersihan pada bola mata dengan cairan fisiologis seperti
NaCl 0,9% untuk membuang epitel yang lepas, selanjutnya diberikan antibiotik topikal

pada mata. Setelah penanganan selesai, pasien diberikan medika mentosa berupa
antibiotik topikal dan oral serta analgesik topikal.
R/ Artificial Tears ED fl No I
S 4 dd gtt OD
--------------------------------------R/ Eritromisin 0,5% ED fl no I
S 4 dd gtt OD
----------------------------------------R/ Diklofenak 0,1 ED fl No. I
S 4 dd gtt 1 OD
------------------------------------------Pro : Tn. HMA
Usia : 49 tahun
Edukasi:
1. Memberitahu kepada pasien mengenai corpus alienum dan abrasi
kornea
2. Memberitahu kepada pasien untuk menggunakan alat pelindung saat
bekerja seperti kaca mata las, atau topeng las, sarung tangan, pelingung
dada.
3. Memakai obat sesuai dengan anjuran yang diberikan dokter
4. Tidak mengucek mata
5. Segera datang ke dokter jika terjadi peradangan, bila tidak ada minta
pasien untuk kontrol kembali 1 minggu lagi.
IX.

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam

OCCULI DEXTRA (OD)


:
Bonam
:
Bonam
:
Bonam

OCCULI SINISTRA (OS)


Bonam
Bonam
Bonam

Pendahuluan
Mata merupakan organ perifer yang sangat penting bagi manusia, karena kita ketahui
mata berperan untuk sistem penglihatan. Mata menerima rangsangan dari

luar yang

kemudian di tangkap oleh media refraksi sehingga akan di teruskan ke otak melalui lintasan
visual. Media refraksi yang seperti sudah di ketahui terdiri dari kornea, COA, lensa, COP,
vitreus, dan retina (makula luteal). Maka dapat kita ketahui media refraksi amatlah berperan

banyak dalam menerima rangsangan, sehingga perlindungan pada mata sangat penting,
karena jika terjadi keadaan yang menyebabkan kelaianan pada media refraksi maka dapat
menyebabkan keruskan bahkan keadaan yang paling buruk yaitu kebutaan.
Trauma pada maka akan mengakibatkan kerusakan mata serta menyebabkan
timbulnya penyulit yang dapat menyebabkan menurunya tajam penglihatan. Trauma pada
mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya trauma tumpul, trauma tembus bola
mata, trauma kimia serta trauma radiasi. Dalam referat ini akan dibahas lebih dalam
mengenai abrasi kornea. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan epitel kornea oleh
karena trauma pada bagaian superficial mata. Abrasi kornea umunya dapat sembuh dengan
cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik.

PEMBAHASAN
Anatomi kornea
Kornea dalam bahasa latin disebut juga sebagai cornum artinya seperti tanduk adalah
selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahayaa, merupakan lapisan jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan. Sifat dari kornea itu sendiri adalah jaringan yang
transparan (jernih), avaskular dan berbentuk seperti kaca arloji. Bentuk kornea agak elips
dengan diameter horizontal 12,6 mm dan diamter vertikal 11,7 mm. Jari-jari kelengkungan
depan 7,84 dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm. Sepertiga radius tengah disebut zona
optik dan lebih cembung, sedangkan tepinya lebih datar. Tebal kornea bagian pusat 0,6 mm
dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea melanjutkan diri sebagai sclera ke arah belakang dan
perbatasan antara kornea dengan sclera disebut sebagai limbus. Kornea merupakan suatu
lensa yang cembung dengan kekuaatan refraksi sebesar +43 dioptri. Kornea tersusun ata s 5
lapisan yaitu epitel, membrane bowman, stroma, membran descement dan endotel: 1,2
1. Epitel

Tebalnya 50m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
mejadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di

depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat


pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektodrm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 m

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.


Endotel melekat pada membran Descement melalui hemidesmosom dan
zonula okulden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh saraf epitel
dipersarafi sampai kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan. 1

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa
endotel terganggu sehingga terjadi dekompensaasi endotel dan edema kornea. Endotel tidak
mempunyai daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan
menutupi bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana
40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

gambar 1. Lapisan kornea (sumber : http://www.stembook.org/node/588)

Trauma Mata
Trauma dapat mengakibatkan spektrum yang luas dari jaringan lesi saraf, dunia optik,
dan adneksa, mulai dari yang relatif dangkal dengan visus mengancam. Pemahaman tentang
patofisiologi dan manajemen dari gangguan ini telah maju pesat selama 30 tahun terakhir,
dan itu sangat penting bahwa standarisasi sistem klasifikasi terminologi dan penilaian akan
digunakan oleh kedua dokter mata dan nonophthalmologists ketika menggambarkan dan
memberitahukan temuan klinis. Sebuah sistem klasifikasi yang seragam memungkinkan dan
memfasilitasi pemberian perawatan pasien yang optimal serta lanjut analisis kemanjuran
medis dan bedah intervensi. 3
Berdasarkan klasifikasi aspek klinis dari Brimingham Eye Trauma Therminology (BETT),
maka trauma pada mata dibedakan atas : 3
1. Trauma penetrasi sampai ke kornea ( partial thickness cornea wound ; a closed globe
injury)
2. Trauma penetrasi sampai ke bola mata (globe) ( full thickness corneal wound ;an
open globe injury)

Gambar 2. Zona open globe injury


Gambar 3. Zona Closed globe injury
(sumber : http://isotonline.org/betts/)

Pada open globe injury, zona terbagi menjadi 3 , dimana zona I luka hanya mengenai
kornea. Zona I ini terjadi pada daerah kornea dan limbus. zona II , luka meluas sampai ke
5mm anterior dari sclera. Zona III luka mencakup lebih dari 5 mm dari limbus. Pada kasus
yang mencakup trauma perforasi,defek posterior sering terjadi, biasanya tempat keluar
digunakan untuk menentukan zona yang terlibat. 3
Sedangkan pada closed globe injury , zona I , trauma hanya pada konjungtiva bulbi,
sclera, atau kornea. Zona II, trauma mencakup ke COA (chamber anterior) termasuk lensa
dan zonula. Zone III, trauma mencakup struktur posterior termasuk vitreus, retina, nervus
optikus, koroid, dan korpus siliar. Ketika optalmologis ingin menilai zona dari strukur
posterior, maka digunakan standaralized B-scan ultrasonography untuk menggambarkan
bagian mana yang rusak. 3
Corpus Alienum
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera
mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat
ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam
bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola
mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.4
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: 4
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan
reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi
mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca

4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata
sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium,
tembaga
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari : 4
a.
b.
c.
d.

Besarnya corpus alienum,


Kecepatan masuknya,
Ada atau tidaknya proses infeksi,
Jenis bendanya.

Etiologi
Trauma mata dapat terjadi secara mekani dan non mekanik: 4
1.

Mekanik, meliputi :
a. Trauma oleh benda tumpul, misalnya :
1).

Terkena tonjokan tangan

2).

Terkena lemparan batu

3).

Terkena lemparan bola

4).

Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

b. Trauma oleh benda tajam, misalnya:


1).

Terkena pecahan kaca

2).

Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

3).

Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

c. Trauma oleh benda asing, misalnya:


Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain
2.

Non Mekanik, meliputi : 4


a. Trauma oleh bahan kimia:
1).

Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras

2).

Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon

3).

Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih

b. Trauma termik (hipermetik)


1).

Terkena percikan api

2).

Terkena air panas

Manisfestasi klinis
Pada trauma mata karena benda tajam gejala dapat berupa gangguan pergerakan bola
mata, visus dapat menurun, perdarahan didalam bola mata, lensa yang pecah dan tekanan
bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka. Sedangkan pada trauma mata
karena benda asing gejala dapat timbul mata terasa mengganjal, mendadak merasa tidak enak
jika mengedikan mata, apabila benda asing tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat dan
gangguan gerak bola mata . 4
Pada trauma mata karena bahan kimia berbahan alkali dapat menyebabkan pecahnya atau
rusaknya jaringan, pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesari air mata, yang
mengakibatkan mata menjadi kering dan lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa.
Sedangkan trauma karena bahan acidic terjadi koogulasi protein epitel kornea yang
mengakibatkan kekerutan pada kornea. Akibat koagulasi kadang seluruh kornea terkelupas.
Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea dan iris. 4
Pada trauma mata karena luka bakar terdapat tanda seperti bulu mata hangus, kulit
palpeba hiperemis dan terjadi edema palpebra, pada luka bakar yang hebat dapat terjadi
nekrosis sehingga dapat terjadi kehilangan sebagain palpebra. 4
Abrasi Kornea
Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya epitel permukaan
kornea. Hal ini disebabkan oleh mata kering, lensa kontak, debu atau kotoran. Abrasi kornea
biasanya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik. Abrasi kornea
umunya akibat dari trauma pada permukaan mata. Trauma tumpul pada kornea dapat
menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea. Bila lesi
terletak dibagian sentral, dapat mengakibatkan penurunan ketajaman penglihatan. Benda
asing dan abrasi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata
dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah
terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda asing.5
Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja
dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran descemen tanpa disertai
ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh karena benda asing, lensa
kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari. 5
Epidemiologi

Sebuah studi dari cedera mata di sebuah perusahaan otomotif besar AS menemukan
kejadian tahunan 15 cedera mata per 1000 karyawan. Antara Juli 1989 dan Juni 1992, pada
33 pabrik, total 1.983 cedera mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi, dengan 86,7%
dari kasus yang benda asing dangkal dan abrasi kornea. Cedera mata terdiri 6% dari total
cedera. Rasio abrasi kornea adalah sama di semua ras. Lebih banyak laki-laki daripada
perempuan yang ditangani karena abrasi kornea. Insiden abrasi kornea lebih tinggi pada
orang usia kerja karena orang muda yang lebih aktif dari orang tua. Namun, orang-orang dari
segala usia dapat memiliki abrasi kornea. Pekerja otomotif antara usia 20 dan 29 tahun
memiliki insiden tertinggi cedera mata.5
Etiologi
Abrasi kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata. Penyebab umum
termasuk mata tergores oleh kuku, berjalan ke sebuah cabang pohon, masuknya pasir di mata
dan kemudian menggosok mata atau dipukul dengan sepotong logam proyektil. Sebuah benda
asing di mata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok. Selain itu, jika kornea
menjadi sangat kering, mungkin menjadi lebih rapuh dan mudah rusak oleh gerakan di
seluruh permukaan. Trauma adalah penyebab paling umum untuk abrasio kornea.
Penyebab trauma yang paling umum adalah:5,6,7

Cedera yang disebabkan oleh kuku jari, kuas makeup

Masuknya benda asing kornea misalnya, serpihan kayu, logam, tanaman, cabang
pohon

Menggosok mata berlebihan

Luka bakar karena trauma kimia

Pemakaian lensa kontak


Perlukaan epitelial akibat pemakaian lensa kontak atau trauma langsung
selama penyisipan lensa atau pengangkatan dapat menyebabkan abrasi kornea. Abrasi
terjadi lebih sering dengan lensa yang kaku daripada lensa lain, mungkin karena
diameter kecil. Abrasi kornea karena lensa lunak diamati paling sering dengan lensa
ketat atau yang terlalu lama dipakai. Dalam situasi ini, hipoksia akut epitelial merusak
perlekatan epitel pada membran Bowman.5
Trauma yang paling umum adalah abrasi dari inferior kornea yang disebabkan
akibat pengangkatan lensa. Kadang-kadang, kuku seseorang dapat mengiris lensa
kontak dan juga kornea. Yang lebih sering, lensa menjadi sedikit dehidrasi pada akhir
hari karena tidak cukup berkedip. Lensa melekat pada kornea, menghilangkan epitel.

Daerah ini tidak dapat sembuh dengan baik, terutama jika sel-sel epitelial terusmenerus robek. Setelah lensa kontak diangkat, pasien mungkin merasa tidak nyaman;
Namun, tidak ada rasa sakit terjadi ketika lensa dipakai karena bertindak sebagai
perban. 5
Suatu benda asing bisa jadi terjebak di bawah lensa kontak dan menghasilkan
bekas goresan linear pada kornea. Ketidakteraturan dari abrasi yang bergelombang
adalah petunjuk untuk penyebab cedera ini. Soft lens tidak memberikan perlindungan
terhadap trauma tumpul pada mata, tetapi tidak menimbulkan bahaya tambahan dalam
hal trauma mata. Misalnya, soft lens tidak mempengaruhi mata terluka oleh kepalan
atau bola. Dalam pengaturan industri, soft lens bukanlah pengganti kacamata

keselamatan.5
Cedera yang berhubungan dengan olahraga
Abrasi kornea dapat terjadi hampir pada semua olahraga. Paling sering terjadi
pada orang muda. Benturan bola dapat menyebabkan cedera sekitar sepertiga dari
semua cedera mata yang berhubungan dengan olahraga. Olahraga dapat menyebabkan
cedera yang sering terkait sepak bola, baik yang serius misalnya, hyphema,
perdarahan vitreous, pecahnya chorioretinal, maupun kecil misalnya, abrasi kornea,
memar.5
Sekitar 1 dari 10 pemain basket perguruan tinggi memiliki cedera mata setiap
tahun. Sebagian besar cedera mata terkait basket adalah abrasi kornea yang
disebabkan oleh jari lawan atau siku mencolok mata pemain. Insiden cedera mata
yang parah di dunia gulat cukup rendah. Dalam sebuah studi di Michigan State
University, 18,4% dari pegulat memiliki cedera mata yang relatif ringan misalnya, alis

terkoyak, abrasi kornea dan tidak meninggalkan kerusakan permanen. 5


Tonometri
Plunger dapat menyebabkan abrasi kornea jika mata atau tonometer bergerak
selama pengukuran. Selain itu, jika larutan disinfektan (misalnya, alkohol) tidak
dibersihkan dari plunger, dapat menyebabkan keratitis kimia lokal ketika menyentuh
kornea. Schiotz tonometer harus digunakan dalam posisi terlentang atau dalam posisi
duduk dengan kepala ke belakang cukup jauh sehingga menjadi horizontal. Sebuah
kedipan atau respon menghindar dapat terjadi ketika pasien melihat tonometer turun
ke arah mata. 5

Homeostasis epitel kornea


Seperti pada jaringan epitel lainnya, replikasi pada epitel kornea di kontrol oleh stem
sel. Lapisan epitel ini berfungsi sebagai barrier untuk mencegah agen-agen yang tidak

diinginkan masuk ke dalam organ mata.8


Lapisan epitel kornea terdiri dari sel skuamosa pada bagian superfisial, sel tipe
suprabasal pada bagian sentral dan satu lapis sel basal pada lapisan yang paling dalam.
Lapisan sel skuamosa dengan microvilli pada bagian superfisialis terdiri dari 1-3 lapis sel.
Fungi mikrovili ini adalah untuk meningkatkan distribusi dan mempertahankan air mata.
Lapisan sel suprabasal pada bagian tengah akan bermigrasi dan berdiferensiasi menjadi sel
skuamosa. Lapisan sel basal bermitosis untuk menghasilkan sel suprabasal lainnya. Selain itu
lapisan ini juga mensekresikan factor matriks yang penting untuk membrane basement dan
fungsi stromal. 8
Integritas dan fungsi kornea tergantung pada kemampuan sel epitel kornea untuk
bereplikasi bila terjadi kerusakan. Hipotesis yang banyak diterima adalah adanya stem sel
pada bagian basal di daerah limbus. Stem sel tersebut dapat di bagi menjadi dua, simetris dan
yang asimetris untuk menghasilkan daughter transit amplifying cells (TAC) yang bergerak
sentripetal untuk menggantikan lapisan basal dari epitel kornea. 8

Gambar 4. Lapisan epitel kornea (sumber: sumber : http://www.stembook.org/node/588)

TAC membelah dan bermigrasi ke daerah superfisial dan menjadi lebih


berdiferensiasi menjadi Post-mitotic terminally differentiated cells (TD). Ketika telah
berdiferensiasi penuh, TD skuamosa sel terlepas dari permukaan bola mata ketika mata
berkedip dan hal tersebut menstimulasi divisi sel, migrasi dan diferensiasi. Keseimbangan
antara proliferasi, diferensiasi, migrasi dan apoptosis sangat penting untuk menjaga integritas
kornea. Selama hidup, sel epitel kornea bagian superfisial akan terlepas dengan kedipan
kelopak mata dan akan digantikan oleh lapisan di bawahnya. Pada perbatasan kornea dan
sklera yang dikenal sebagai limbus, terdapat limbal epithelial stem cells (LECs). 8

Manisfestasi klinis
Pada abrasi kornea dapat didiagnosa dengan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi
yang tepat. Pada anamnesis yang didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala
rasa nyeri pada mata, fotofobia, rasa mengganjal, bengkak pada kelopak mata, dan
pengeluaran air mata yang berlebihan serta visus dapat saja menurun. Pada pemeriksaan slit
lamp adanya defek yang terjadi pada lapisan epitel bersama dengan adnaya edema kornea,
pada kasus yang berat dengan edema kornea yang berat harus diperhatikan apakah lapisan
descement juga ikute terlibat atau tidak. Dengan tes fluoresensi, daerah abrasi kornea dapat
dilihat pada daerah yang berwarna hijau. 5,6,7

Gamba
r 2. Pemeriksaan fluorensent pada abrasi kornea (sumber: medscape)

Gejala dari abrasi kornea termasuk rasa sakit yang hebat, fotofobia, sensasi benda
asing, bengkak pada kelopak mata dan produksi air mata yang berlebihan. Tanda yang dapat
terjadi juga pada rusaknya epitel dan edema adalah adanya injeksi konjungtifa, kelopak yang
membengkak, visus dapat juga menurun karena edema kornea.5,6,7

Pemeriksaan Oftalmologi
Biasanya pada kasus abrasi kornea perlu diberikan anestesi topikal terlebih dahulu
seperti pantaukain, tetrakain atau lidokain sebelum dilakukan pemeriksaan pada mata.
langkah pertama dalah melakukan inspeksi dari wajah pasien yang berhubungan dengan
kerusakan yang terjadi, disertai langsung sengan inspeksi kornea, pemeriksaan konjungtiva
tarasalis palpebra superior dan inferior pentinf pada setiap kasus abrasi kornea karena
memungkinkan adanya benda asing. Inspeksi kornea dengan menggunakan penlight biasanya

membandun dealam mendeteksi kornea yang ireguler dengan reflek cahaya yang dapat
mengindikasikan adanya abrasi, pemeriksaan slit lamo pada area yang sama dengan cahaya
biru setelah pemberian fluorescein (tes fluorescein) di lakukan untuk mengetahui area yang
terkena abrasi tampilan yang terkena abrasi akan berwarn hijau. Pada kasus yang berat,
dengan edema yang berat harus di perhatikan lapiran membran descmen juga apakah ikut
terlibat atau tidak. 5
Penatalaksanaan
Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan
bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang terjadi ringan, maka
terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan kemudian dilakukan
follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat berlangsung selama 2 hari ataupun
dalam waktu seminggu. Meskipun abrasi kecil mungkin tidak memerlukan pengobatan
khusus, abrasi yang lebih besar biasanya diobati selama beberapa hari dengan antibiotik
topikal untuk mencegah infeksi. Pada obat topical antibiotic yang dapat diberikan seperti
levofloksasin, gentamisin, tobramicin, kloramfenikol . Selain itu, pasien dianjurkan untuk
istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila
pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi ketorolak atau
diklofenak. 5,9
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau
minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane
descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea
hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga
beberapa tahun. Recurrent Corneal Erosion adalah sindroma klinik yang terjadi karena tidak
adekuatnya perlekatan epitel-stroma, yang berujung pada disadhesi episodik dan defek pada
epitel kornea.3
Prognosis
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik. Penyembuhan pada
lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. 3

Daftar Pustaka

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta. FKUI; 2010.h.4-6.


2. Suhardjo SU, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi 2. FKUGM; 2012.h. 2-4.
3. Kuhn F, Morris R, Mester V, Wistherspoon CD. Terminologi of mechanical injuries: the
birmingham eye trauma terminology (BETT). Update March 27 2014. [Online].
http://www.researchgate.net/publication/8672378_The_Birmingham_Eye_Trauma_Termi
nology_system_%28BETT%29
4. Carlos E Cao. Corneal foreign body removal. Medscape: Update Apr 08, 2015. [Online].
http://emedicine.medscape.com/article/82717-overview#showall
5. Arun Verma. Corneal abrasion. Medscape: Update Feb 20, 2014. [Online].
http://emedicine.medscape.com/article/1195402-overview#showall.
6. American Academy of Ophtalmology. External Disease and Cornea Section 8. 20112012.
7. Kathryn

C.

Corneal

abrasions

and

foreign

bodies.

[Online].

http://www.

merckmanuals.com/professional/injuries-poisoning/eye-trauma/corneal-abrasions-andforeign-bodies.
8. Secker GA, Daniels JT. Limbal epithelial stem cells of the cornea. Di akses pada
http://www.stembook.org/node/588 tanggal 02 Juni 2015.

9. Corneal abrasion. Update June 02 2015. [Online]. http://www.webmd.boots.com/eyehealth/guide/corneal-abrasions.

Вам также может понравиться