Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKRIPSI
ATIKA BENDRA
0806364441
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
ATIKA BENDRA
0806364441
KATA PENGANTAR
Ibu Dr. Katrin, M.S. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
pikiran, tenaga, dan ilmu untuk membimbing penulis selama proses
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
(2)
Ibu Dr. Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing
akademis yang telah membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di
Farmasi FMIPA UI.
(3)
(4)
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S., selaku ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
(5)
(6)
Papa, mama, dan adik tercinta, serta keluarga besar H. Muhammad Zen
dan Mukhtar Jalal, yang selalu melimpahkan kasih sayang, dukungan,
harapan, semangat dan doa.
(7)
(8)
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
vi
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang
berlipat ganda. Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2012
vii
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Atika Bendra
: Ekstensi farmasi
: Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna
oblongata Miq. dengan Metode DPPH dan Identifikasi
Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Teraktif
Kata Kunci
xv + 63 halaman
Daftar Acuan
ix
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Atika Bendra
: Ekstensi farmasi
: Antioxidant Activity Test of Extract of Premna
oblongata Miq. Leaf with the DPPH method and
Identification of Chemical Compounds Type of the
most active Faction
Antioxidants are compounds which can remove and resist free radical formation
in the body. Free radical are unstable molecules which is caused by its unpaired
free electron in the outer electron orbital which make it reactively bind body cells
to gain the electron pair. if this continuously happens, the cells will be damaged
and can cause death cells. For its sources, antioxidants are categorized as natural
and synthetic antioxidants. Synthetic antioxidantss carcinogenicity is faired to
give harmful side effects to human healthy, which causes natural antioxidants
become chosen alternative as antioxidant sources. Indonesia has many kinds of
plants which can be used as antioxidant sources. This study is focused on
antioxidant activity of Cincau Perdu leaves extract (Premna oblongata Miq.) by
1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Premna oblongata Miq. leaves is
extracted using n-hexane, ethyl acetate and methanol. The IC50 value of ethanol
extract as the most active fraction was 20.01 g/mL. The extract which had the
highest antioxidant activity were fractinated by accelerated column
chromatography and were earned 6 combination factions. The antioxidant activity
of combination fractions were tested by DPPH assay and known having 5 active
fractions whose the lowest IC50 value was 23.51 g/mL. The compounds of the
active fractions were flavonoid, glikon, saponin and tanin.
Keywords
xv + 63 pages
Refference
DAFTAR ISI
1
1
3
3
4
4
5
5
5
8
8
8
9
10
11
BAB 3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
14
14
14
14
15
xi
23
23
24
24
25
26
27
30
30
30
31
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akhir-akhir ini dunia kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas
dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh
adanya reaksi oksidasi yang berlebihan didalam tubuh. Reaksi oksidasi dapat
terjadi setiap saat. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat
aktif, yang dapat merusak struktur dan fungsi sel.
Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang mengandung
satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak
berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan,
dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya.
Radikal bebas sangat berbahaya dikarenakan tingginya reaktivitasnya yang
mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru
tersebut bertemu dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi dan
seterusnya hingga terjadi reaksi berantai.
Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi molekul-molekul
penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi protein, enzim-enzim,
dan DNA (Hidajat, 2005). Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan,
beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan
beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet matahari
yang menyebabkan radiasi. Reaktifitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh
sistem antioksidan yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh (Winarsi,
2007).
Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi molekul
yang dapat menghasilkan radikal bebas (Rajnarayana, Ajitha, Gopireddy, dan
Giriprasad, 2011). Antioksidan telah secara luas digunakan untuk melindungi
makanan dari degradasi oksidatif. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua
macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (buatan). Antioksidan
Universitas Indonesia
sintetik yang paling sering digunakan adalah Propil Galat (PG), Butylated
Hydroxyanisole
(BHA),
Butylated
Hydroxytoluene
(BHT)
dan
Tert-
Aktivitas
antioksidan
Premna
oblongata
Miq.
diuji
dengan
Universitas Indonesia
DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna
ungu gelap (Molyneux, 2004).
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai
cincau perdu (Premna oblongata Miq.) sebagai sumber antioksidan alami yang
baru, dan memberi nilai tambah bagi cincau perdu yang telah banyak dikonsumsi
masyarakat sebagai bahan pangan.
1.2
Tujuan Penelitian
a.
b.
Mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi paling aktif daun Premna
oblongata Miq.
1.3
Manfaat Penelitian
Hasil uji aktivitas antioksidan pada Premna oblongata Miq. diharapkan
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Lamiales
Suku
: Verbenaceae
Marga
: Premna
Jenis
Sinonim
2.1.2 Morfologi
Tanaman cincau perdu ( Premna oblongata Miq.) adalah tanaman asli
Indonesia dan mempunyai nama lain diantaranya Camcao, Juju, Kepleng (Jawa),
Camcauh, dan Tahulu (Sunda). Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah
sampai daerah dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini
tumbuh menyebar di daerah Jawa Barat (sekitar Gunung Salak, Batujajar,
Ciampea, dan Ciomas), Jawa Tengah (Gunung Ungaran, Gunung Ijen), Sulawesi,
Bali, Lombok, dan Sumbawa. Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai
tanaman liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah.
Batang Premna oblongata Miq. tidak menjalar atau merambat seperti
Cyclea barbata, melainkan tegak seperti batang tanaman pada umumnya. Daun
berbentuk bulat telur, panjang daun lebih dari 1,5 kali lebarnya dengan tulang
daun agak besar (Backer dan Brink, 1965). Daun Premna oblongata Miq. secara
tradisional dimanfaatkan sebagai pembuat makanan sejenis agar-agar yang banyak
Universitas Indonesia
dijual sebagai bahan pengisi minuman es cincau yang berkhasiat sebagai penyejuk
perut, menurunkan panas dan menanggulangi gangguan pencernaan (Pitojo, 2008).
Gambar 2.1.
2.2
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia
nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat
berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan dan madu. Simplisia pelikan
atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.3
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas.
2.4.
sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstraksi mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat larut dan
Universitas Indonesia
senyawa aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lainlain.
Untuk mengekstraksi bahan alam, terdapat sejumlah metode menggunakan
pelarut organik atau pelarut yang mengandung air yang dapat diterapkan. Pada
ekstraksi cair-padat bahan tanaman mengalami kontak dengan pelarut. Proses
keseluruhannya bersifat dinamis dan dapat disederhanakan kedalam beberapa
tahap. Pada tahap pertama misalnya pelarut harus berdifusi kedalam sel, pada
tahap selanjutnya pelarut harus dapat melarutkan metabolit tanaman dan akhirnya
harus berdifusi keluar sel meningkatkan jumlah metabolit yang terekstraksi.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam ekstraksi bahan alam antara lain :
2.4.1 Cara Dingin
a.
Maserasi
Merupakan metode yang sederhana, tetapi masih digunakan secara luas.
Perkolasi
Pada perkolasi, serbuk tanaman direndam dalam pelarut pada sebuah alat
Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b.
Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Kekurangan yang utama dari metode ini adalah terdegradasinya komponen
yang tidak tahan panas.
c.
Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 400-500C.
d.
Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur (960980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e.
Dekok
Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
g.
Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan
jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda yang tergantung pada jenis
simplisia. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar,
begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke pelarut non polar
(Harborne, 1987).
2.5
Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
2.6
didasarkan atas penjerapan, partisi atau gabungannya. Metode ini digunakan untuk
pemisahan senyawa secara cepat dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk
halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca (Harmita, 2006; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
2.7
2.7.1
atau sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa
dengan ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir keluar dengan ukuran
tertentu. Zat yang akan diuji dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut kemudian
Universitas Indonesia
dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penjerap. Zat
berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara sempurna oleh bahan penjerap berupa
pita sempit pada puncak kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui
kolom, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dalam
kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh
kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel,
misalnya daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat
dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem kromatografi.
2.7.2
yang tidak saling bercampur. Salah satu cairan, yaitu fase diam, umumnya
diadsorpsikan pada penyangga padat, karena itu mempunyai area permukaan yang
sangat luas terhadap pelarut yang mengalir atau fase gerak. Hal ini menyebabkan
diperolehnya pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai dengan cara
penyarian cairan-cairan yang biasa. Kromatografi partisi dilakukan dengan cara
yang serupa dengan kromatografi adsorbsi, yaitu campuran yang telah dilarutkan
dalarn sedikit pelarut, ditambahkan pada permukaan kolom dan elusi dilakukan
dengan pelarut yang mengalir.
2.8
kering biasanya dengan penjerap kromatografi lapis tipis 10-4 g pada kondisi
vakum, fase gerak digerakkan dengan kondisi vakum sehingga prosesnya
berlangsung cepat. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum
agar diperoleh kerapatan maksimum. Setelah diperoleh kerapatan yang
maksimum, kemudian vakum dihentikan dan pelarut yang kepolarannya rendah
dituangkan kedalam permukaan penjerap lalu divakum lagi. Alat yang digunakan
terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa
vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah
sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap
ekonomis dalam sisi biaya (Johnson, 1991).
Universitas Indonesia
10
2.9
Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan,
dan menahan pembentukan oksigen reaktif atau radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki
elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif
untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal
tersebut terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan dan kematian
sel (Lautan, 1997). Antioksidan ditujukan untuk mencegah dan mengobati
penyakit seperti aterosklerosis, stroke, diabetes, alzheimer, dan kanker (Aqil,
Ahmad dan Mehmood, 2006).
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau
reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul yang kecil, tetapi mampu
mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya
Universitas Indonesia
11
2.10
12
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna untuk mengukur kapasitas
antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan
absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer.
Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil
dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh
antioksidan menjadi warna kuning (Yu, 2008).
+ RH
+R
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas)
(nonradikal)
13
Universitas Indonesia
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
3.2
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, peralatan maserasi
(Jangkar), spektrofotometer UV-VIS (Gambar 3.2), kuvet, plat tetes, gelas arloji,
rak tabung reaksi, batang pengaduk, spatel, sendok tanduk, timbangan analitik
(ACIS), bejana kromatografi, kertas saring, peralatan kolom kromatografi vakum,
vortex-mixer (VM-2000), inkubator 37C (Memmert) dan lemari pendingin.
3.3
Bahan
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah n-heksan, etil
asetat, dan metanol teknis yang telah didestilasi; metanol p.a; lempeng KLT;
butanol; asam asetat; aqua; H2SO4 10 % sebagai penampak noda pada KLT; silika
gel (70-230 mesh, E. Merck 1.07734); asam klorida p.a (Merck); asam sulfat p.a
Universitas Indonesia
15
(Merck); benzene p.a (Merck); asam asetat anhidrat; asam borat; asam oksalat;
besi (III) klorida; etanol 96 %; natrium hidroksida; serbuk magnesium; serbuk
seng; gelatin; natrium klorida; Mayer LP; Dragendorff LP; Bouchardat LP;
Molisch LP; DPPH (Sigma-Aldrich). Bahan pembanding adalah Kuersetin
(Sigma-Aldrich).
3.4
Cara Kerja
3.4.1
Penyiapan bahan
Tanaman yang digunakan adalah daun Premna oblongata Miq.. Sebanyak
10 kg Premna oblongata Miq. yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
dikeringkan selama kurang lebih 5 hari dan diserbukkan dengan mesin penggiling
(blender) sehingga menghasilkan 1 kg serbuk simplisia.
3.4.2
Pembuatan ekstrak
Maserasi dilakukan pada serbuk simplisia menggunakan pelarut dengan
kepolaran yang meningkat mulai dari n-heksan, etil asetat dan metanol. Maserasi
dilakukan sampai filtrat terlihat hampir tidak berwarna (dilakukan pengulangan
maserasi sampai lima kali) lalu filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dievaporasi dengan rotary evaporator (pada suhu 50oC) sehingga diperoleh
ekstrak n-heksan kental yang masih dapat dituang, lalu ekstrak dikeringkan pada
suhu kamar. Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang. Ampas yang sudah
dikeringkan, dimaserasi berturut-turut dengan pelarut etil asetat dan metanol.
Dengan prosedur dan perlakuan yang sama akan diperoleh ekstrak etil asetat dan
metanol. Proses maserasi menggunakan kurang lebih 5 liter pelarut dengan
pengocokan selama 6 jam dan didiamkan selama 18 jam setelah pengocokan.
3.4.3
masing ekstrak tersebut ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 yang telah
dielusi dengan fase gerak tertentu, sebanyak 5 l pada titik awal penotolan.
Penotolan dilakukan secara terpisah dengan jarak lebih kurang 1,5 cm antara zat
yang diperiksa. Untuk menentukan bercak yang mempunyai aktivitas antioksidan,
Universitas Indonesia
16
pereaksi semprot yang digunakan adalah larutan DPPH konsentrasi 100 g/ml.
Semprot lempeng yang yang telah ditotolkan dengan larutan DPPH, lalu diamkan
beberapa saat. Senyawa aktif penangkal radikal bebas akan menunjukkan bercak
berwarna kuning pucat dengan latar belakang ungu (Isnindar, Setyowati, dan
Wahyuono).
3.4.4
(ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol) dilarutkan dalam metanol p.a dengan
konsentrasi 1000 g/mL sebagai larutan induk kemudian dibuat dalam berbagai
konsentrasi (1; 5; 10; 25; 50; dan 100 g/mL) untuk masing-masing ekstrak yang
diperoleh, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dalam tiap tabung
reaksi ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH dalam 2,0 mL metanol kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit selanjutnya serapan diukur pada
panjang gelombang 517 nm. Sebagai pembanding digunakan kuersetin
(konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 g/mL). Nilai IC50 dihitung masing-masing
dengan menggunakan rumus persamaan regresi (Blois, 1958).
3.4.4.1 Optimasi Panjang Gelombang DPPH
Larutan DPPH yang akan digunakan dibuat dengan cara menimbang
seksama lebih kurang 10 mg DPPH ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a
dalam labu ukur 100,0 ml dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas,
kocok sampai homogen sehingga didapat larutan DPPH 100 g/ml. Larutan
DPPH disimpan dalam wadah yang
17
100 g/ml, lalu ditambahkan 2,0 ml metanol dikocok hingga homogen dan
diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.
3.4.4.3 Pembuatan Larutan Kuersetin Sebagai Pembanding
a) Pembuatan larutan induk kuersetin konsentrasi 200 g/mL
Sejumlah 10 mg kuersetin ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a dalam
labu ukur 50,0 ml dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas,
dikocok sampai homogen sehingga didapat larutan induk kuersetin 200 g/ml.
b) Pembuatan larutan kuersetin konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; dan 6 g/mL
Dipipet 0,025; 0,05; 0,075; 0,1; 0,125; dan 0,15 mL larutan induk kuersetin
masing-masing kedalam 6 labu ukur 5 mL. Pada masing-masing labu ukur
dicukupkan volumenya dengan metanol p.a sampai tanda batas. Selanjutnya
dipipet 1,0 mL masing-masing ke dalam 6 tabung reaksi. Pada masing-masing
tabung ditambah dengan 1,0 mL DPPH kemudian ditambahkan lagi 2,0 mL
metanol p.a dikocok hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit. Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang
gelombang 517 nm.
3.4.4.4 Pengukuran Serapan Sampel
a) Pembuatan larutan induk sampel konsentrasi 1000 g/mL
Sebanyak 25 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dalam 25,0 mL metanol
p.a, dicukupkan hingga tanda batas kemudian dikocok dan dilarutkan hingga
homogen.
b) Pembuatan larutan seri bahan uji konsentrasi 1; 5; 10; 25; 50; dan 100 g/mL
Dipipet 0,005; 0,025; 0,05; 0,125; 0,25; dan 0,5 mL larutan induk kuersetin
masing-masing kedalam 6 labu ukur 5 mL. Pada masing-masing labu ukur
dicukupkan volumenya dengan metanol p.a sampai tanda batas. Selanjutnya
dipipet 1,0 mL masing-masing ke dalam 6 tabung reaksi. Pada masing-masing
tabung ditambah dengan 1,0 mL DPPH kemudian ditambahkan lagi 2,0 mL
metanol p.a dikocok hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu kamar
selama 30 menit. Serapan dari larutan tersebut diukur pada panjang
gelombang 517 nm.
Universitas Indonesia
18
3.4.4.5 Penghitungann
p radikal DPPH
D
dari masing-m
masing
Persentase innhibisi (IC50
5 ) terhadap
konsentrassi larutan saampel dapatt dihitung dengan rumuus:
Unive
ersitas Indo
onesia
19
penampak
noda
Dragendorf
LP.
Hasil
positif
akan
Universitas Indonesia
20
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Penyiapan Simplisia
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun Premna oblongata Miq.
yang diperoleh dari kebun Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
(BALITTRO) Bogor, Cimanggu, dan telah dideterminasi di Herbarium
Bogoriense (LIPI), Cibinong, Bogor. Hasil determinasi dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Pada penelitian ini digunakan simplisia berupa daun Premna oblongata
Miq. yang dipetik pada usia enam bulan setelah penanaman. Sebanyak 10 kg daun
Premna oblongata Miq. selanjutnya dilakukan proses sortasi, pencucian,
perajangan, pengeringan, penghalusan dan penyaringan sehingga diperoleh 1 kg
serbuk kering daun Premna oblongata Miq. Sortasi dan pencucian bertujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya yang
menempel pada tanaman dengan menggunakan air bersih. Daun selanjutnya
dirajang untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan dilakukan
bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia yang diperoleh tidak
mudah rusak oleh adanya pertumbuhan jamur dan dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Pengeringan dilakukan di tempat terbuka, pada tampah yang
ditutupi oleh kain hitam dan terlindung dari sinar matahari secara langsung.
Pengeringan dilakukan dari jam 07.00 pagi sampai jam 12.00 siang.
Setelah dilakukan pengeringan, rajangan digiling dan diayak dengan
ayakan 40 mesh agar derajat kehalusan serbuk simplisia seragam. Penghalusan
dan penyaringan ditujukan untuk memperoleh serbuk yang homogen dan untuk
mempermudah proses penarikan zat aktif pada saat ekstraksi. Serbuk yang telah
kering selanjutnya disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari
cahaya untuk mencegah kerusakan dan mutu simplisia tetap terjaga.
Setelah
didapatkan
serbuk
simplisia,
dilakukan
maserasi
untuk
mendapatkan ekstrak n-heksan, etil asetat dan methanol. Setelah itu dilakukan
penapisan fitokimia dan uji antioksidan dengan metode DPPH. Ekstrak dengan
Universitas Indonesia
24
antioksidan terbesar difraksinasi untuk mendapatkan fraksi-fraksi. Pada fraksifraksi yang didapat dilakukan uji aktivitas antioksidan untuk mendapatkan fraksi
aktif. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kandungan kimia untuk mengetahui
golongan senyawa dari fraksi yang teraktif.
4.2
Ekstraksi
Serbuk kering daun Premna oblongata Miq diekstraksi dengan metode
maserasi dengan pelarut yang kepolarannya meningkat yaitu n-heksan, etil asetat,
dan metanol. Dipilih metode ini karena menggunakan peralatan sederhana
sehingga sangat mudah dilakukan dan metode maserasi tidak merusak kandungan
senyawa kimia tanaman yang tidak tahan panas.
Sebanyak kurang lebih 1 kg Serbuk kering daun Premna oblongata Miq.
dimaserasi dengan pelarut dengan kepolaran meningkat mulai dari n-heksan, etil
asetat dan selanjutnya metanol sebanyak 5 kali untuk memperoleh filtrat dari
masing-masing ekstrak yang masih dapat dituang. Dipilih pelarut dengan
kepolaran meningkat dimaksudkan untuk memisahkan senyawa metabolit
sekunder berdasarkan kepolarannya, sehingga diharapkan memudahkan penapisan
fitokimia. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan penguap putar vakum pada
suhu lebih kurang 500C kemudian diuapkan diatas waterbath pada suhu <500C
sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan, etil asetat, dan metanol. Masingmasing ekstrak ditimbang dan dihitung rendemennya terhadap berat simplisia
awal. Dari hasil ekstraksi diperoleh ekstrak yang berwarna hijau pekat (Gambar
4.1). Ekstrak Premna oblongata Miq. yang diperoleh dari 1 kg (1000 g) simplisia
adalah seberat 20,55 g yang setara dengan 2.05% untuk ekstrak heksan, 23,75 g
yang setara dengan 2.37% untuk ekstrak etil asetat, dan 140,48 g yang setara
dengan 14.04% untuk ekstrak metanol. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
4.3
25
4.4
Pemisahan Ekstrak
Pemisahan ekstrak dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas
antioksidan terkuat
26
dipercepat pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan dari Australia untuk
mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan menggunakan kolom
kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini adalah kromatografi lapis tipis
preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak dalam metode ini diaktifkan
dengan bantuan kondisi vakum.
Pada pemisahan ekstrak ini digunakan campuran pelarut n-heksan-etil
asetat sebagai fase gerak dengan perbandingan 200:0, 180:20, 160:40, 140:60,
120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200, dan campuran etil asetatmetanol dengan perbandingan 200:0, 180:20, 170:30, 160:40, 150:50, 140:60,
120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200. Setiap 200 mL eluat
ditampung sehingga diperoleh 21 fraksi lalu dilanjutkan dengan kromatografi
lapis tipis (KLT). Dari 21 fraksi hasil pemisahan dengan kromotografi kolom
dipercepat, diperoleh 6 fraksi gabungan yang memiliki pola kromatogram sama.
Fraksi 4 menjadi fraksi 1, fraksi 5 menjadi fraksi 2, fraksi 6-7 digabung menjadi
fraksi 3, fraksi 8-13 digabung menjadi fraksi 4, fraksi 14-18 digabung menjadi
fraksi 5, fraksi 19-21 digabung menjadi fraksi 6. Berat masing-masing fraksi dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
4.5
pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi juga didahului dengan uji kualitatif
menggunakan kertas kromatografi dan pereaksi semprot DPPH. Masing-masing
hasil penggabungan fraksi dan larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 1000
g/ml
disemprot dengan larutan DPPH konsentrasi 100 g/ml. Hasil uji kualitatif ini
menunjukkan keenam fraksi menimbulkan bercak berwarna kuning dengan latar
belakang ungu dengan intensitas yang berbeda. Fraksi 5 menunjukkan intensitas
perubahan warna dari ungu menjadi kuning paling mirip dengan blanko kuersetin
(Gambar 4.2.).
Dengan metode yang sama pada pengujian ekstrak yakni metode DPPH
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm,
masing-masing fraksi tersebut dilakukan uji aktivitas antioksidan dan diperoleh
Universitas Indonesia
27
fraksi 5 yang memiliki aktivitas antioksidan paling aktif dengan nilai IC50 sebesar
23.51 g/mL. Data dapat dilihat pada table 4.4.
4.6
senyawa kimia dengan dengan pereaksi kimia dan kromatografi lapis tipis.
Prosedur identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia pada fraksi
teraktif sama dengan identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia
pada ekstrak. Dari hasil identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi
kimia pada fraksi didapatkan hasil positif pada senyawa flavonoid, glikosida,
tanin dan saponin.
Identifikasi golongan senyawa kimia fraksi dengan kromatografi lapis tipis
dilakukan menggunakan kontrol positif tanaman pembanding yang sudah terbukti
memiliki kandungan senyawa kimia Alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin,
saponin dan antrakuinon. Identifikasi senyawa kimia menggunakan eluen BAW
(Butanol, Acetic acid, Water) dengan alasan setelah dicoba berbagai macam
kombinasi eluen, eluen ini yang memberikan pemisahan paling baik pada fraksi 5.
4.6.1 Identifikasi alkaloid
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.4), yaitu :
a) Uji Mayer LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan putih.
b) Uji Bouchardat LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan coklat hitam.
c) Uji Dragendorf LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan jingga coklat.
d) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda Dragendorf LP tidak
memberikan hasil positif karena tidak terbentuknya bercak jingga-coklat yang
dibandingkan dengan standar piperin.
Universitas Indonesia
28
Identifikasi glikon
Ekstrak yang ditambahkan asam klorida, disari dengan eter, ditambahkan
Identifikasi antrakinon
Identifikasi antrakinon dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.7), yaitu:
Universitas Indonesia
29
Identifikasi Terpen
Identifikasi terpen dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.10), yaitu :
a) Larutan uji yang ditambahkan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat
tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya warna merah-hijau
atau violet-biru.
b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda anisaldehid-asam sulfat
tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya bercak warna biru
yang dibandingkan dengan standar Caryophili Flos. Hasil penapisan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Universitas Indonesia
30
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Hasil uji antioksidan dari ketiga ekstrak yang diuji menunjukkan ekstrak
metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 20.01 g/mL,
diikuti oleh ekstrak etil asetat dengan IC50 63.17 g/mL, dan ekstrak heksan
dengan IC50 68.93 g/mL.
b. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan terbesar adalah fraksi 5 dengan
nilai IC50 sebesar 23.51 g/mL, yang mengandung senyawa golongan
flavonoid, glikon, tannin, dan saponin.
5.2
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-
senyawa murni dari daun Premna oblongata Miq. dengan metode uji antioksidan
lainnya.
Universitas Indonesia
31
DAFTAR ACUAN
Andarwaulan, N., Wijaya, H., dan Cahyono, D.T. (1996). Aktivitas Antioksidan
dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII, 2930.
Arulpriya, P., Lalitha, P., dan Hemalatha, S. (2010). in vitro Antioxidant Testing
of The Extracts Of Samanea saman (Jacq.)Merr. Der Chemica Sinica, (2),
73-79.
Aqil, F., Ahmad, I., dan Mehmood, Z. (2006). Antioxidant and Free Radical
Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal
Plants. Turk J Biol, 177-183.
Bank, G., dan Lenoble, R. (2002). Oxygen Radical Absorbency Capacity,
Standardizing the Way We Look at Antioxidants. Nutraceutical World
September, 42-45.
Backer, C.A., dan Brink., R.C.B.V.D. (1965). Flora of Java Vol II. 602-603.
N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.
Blois, M.S. (1958). Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free
Radical Nature, 181, 1199- 1200.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia
Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Evans, W.C. (2002). Trease and Evans Pharmacognosy 15th Ed. London: W.B.
Saunders.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences 55 (3), 226-276.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi
Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.).
Bandung: Penerbit ITB.
Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
Hidajat, B. (2005). Penggunaan Antioksidan pada Anak. Kapita Selekta Ilmu
Kesehatan Anak.
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
Wagner, H., Blandt, S., dan Zgalnski. (1984). Plant Drug Analysis. New York :
Springer-Verlag, 7-304.
Yu, L. (2008). Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.
Yadav, D., Tiwari, N., dan Gupta, M.M. (2010). Diterpenoids from Premna
integrifolia. Phytochem. Lett. 3, 143147.
Zakaria, F.R. (1996). Sintesis Senyawa Radikal dan Elektrofil Dalam Oleh
Komponen Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan
dan Penangkalan. Prosiding Seminar. Bogor: Pusat Studi Pangan dan Gizi
IPB.
Universitas Indonesia
GAMBAR
33
34
35
(a)
(b)
(c)
Keterangan :
a. Ekstrak heksan
b. Ekstrak etil asetat
c. Ekstrak metanol
36
Kuersetin
I
II
III
IV
VI
(a)
Kuersetin
I
II
III
IV
VI
(b)
Keterangan:
a. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sebelum disemprot DPPH
b. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sesudah disemprot DPPH
37
Keterangan :
Serapan Blanko DPPH = 0.6237
38
(A)
(B)
(C)
(a) (b)
(D)
Keterangan:
A. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Mayer LP
B. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Bouchardat
C. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Dragendorf LP
D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
39
(A)
(B)
(C)
(a) (b)
(D)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan serbuk seng dan asam klorida encer
B. Identifikasi dengan penambahan serbuk magnesium dan asam klorida pekat
C. Identifikasi dengan penambahan asam borat dan asam oksalat
D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
40
41
(A)
(a) (b)
(B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan asam sulfat, benzene, dan lapisan benzen dikocok dengan
natrium hidroksida
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
42
(A)
(a) (b)
(B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan aquadest panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat
selama 10 detik
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
43
(A)
(a) (b)
(B)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan larutan besi (III) klorida
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
44
(a) (b)
Keterangan:
A. Identifikasi dengan penambahan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat
B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
TABEL
45
Ekstrak
Bobot Ekstrak
Rendemen
(g)
Esktrak
(%)
1.
Ekstrak Heksan
20,55
2.05
2.
23,75
2.37
3.
Ekstrak Metanol
140,48
14.04
46
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata
Miq.
Absorbansi
Sampel
Kuersetin
Ekstrak
Heksan
Ekstrak
Etil
Asetat
Ekstrak
Metanol
Konsentrasi
(g/ml)
1
2
3
4
5
6
1
5
10
25
50
100
5
10
25
50
100
Sampel
Blanko uji
0.647
0.626
0.541
0.675
0.535
0.432
0.307
0.575
0.551
0.539
0.675
0.522
0.51
0.49
0.629
0.612
0.589
0.673
0.578
0.514
1
5
10
25
50
100
0.595
0.584
0.574
0.517
0.432
0.272
0.673
% Inhibisi
3.86
6.98
19.61
20.51
34.91
54.38
14.56
16.03
18.12
20.22
24.21
27.19
6.5
9.06
12.48
15.9
23.62
11.58
13.22
14.71
23.17
35.8
59.58
Persamaan
linier
IC50
(g/ml)
y = 38.54x 10.35
R = 0.920
1.565
y = 0.4911x +
16.147
R = 0.9134
68.93
y = 0.679x +
7.053
R = 0.978
63.17
y = 1.963x +
10.71
R = 0.9992
20.01
47
Fraksi Ekstrak
1.
Fraksi I
242.6
2.
Fraksi II
526
3.
Fraksi III
773.6
4.
Fraksi IV
1500.1
5.
Fraksi V
4640.9
6.
Fraksi VI
2819
48
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Konsentrasi
(g/ml)
100
150
200
250
300
350
100
150
200
250
300
350
100
150
200
250
300
350
10
25
50
75
90
100
10
25
50
75
90
100
Sampel
Blanko uji
0.5168
0.5113
0.4974
0.6237
0.4956
0.491
0.4789
0.5447
0.5312
0.5193
0.6237
0.5116
0.4988
0.464
0.5364
0.5341
0.5255
0.6237
0.5221
0.5164
0.4978
0.5785
0.5669
0.5062
0.6237
0.462
0.4227
0.4102
0.5647
0.5546
0.457
0.6237
0.3789
0.3041
0.3025
% Inhibisi
17.13
18.01
20.25
20.53
21.27
23.21
12.66
14.82
16.73
17.97
20.02
25.6
13.99
14.36
15.74
16.28
17.2
20.18
7.24
9.1
18.83
25.92
32.22
34.23
9.45
11.07
26.72
39.29
51.24
51.49
Persamaan
linier
IC50
(g/ml)
y = 0.0925x
+ 14.865
R = 0.9572
379.83
y = 0.1864x
+ 7.483
R = 0.9305
228.09
y = 0.0915x
+ 11.148
R = 0.9047
424.61
y = 1.2663x
+ 2.7891
R = 0.9916
37.28
y = 2.066x +
1.4145
R = 0.9811
23.51
49
Absorbansi
Sampel
Konsentrasi
(g/ml)
Fraksi 6
10
25
50
75
90
100
Sampel
Blanko uji
0.5929
0.5577
0.4719
0.6237
0.4651
0.4385
0.4192
% Inhibisi
Persamaan
linier
IC50
(g/ml)
4.93
10.58
16.13
25.42
29.69
32.78
y = 1.2271x
+ 2.026
R = 0.996
39.09
50
Kandungan Kimia
Pereaksi Kimia
Hasil
Mayer
Dragendorf
Bouchardat
FeCl3
Gelatin 10 %
NaCl-gelatin
+
-
Saponin
Glikon
Molish LP
Antrakuinon
Benzen P + NH4OH
Alkaloid
Tanin
Flavonoid
Terpen
LAMPIRAN
51
52
oblongata Miq.
Disortasi, dikeringkan selama 5 hari
Dirajang, dihaluskan dengan blender dan disaring
1 kg serbuk kering daun
Residu
Residu
Ekstrak metanol
Residu
Fraksinasi
Fraksi-fraksi
53
%Inhibisi
40
30
20
y=38,54x 10,35
R=0,920
10
0
10
0,2
0,4
0,6
0,8
KonsentrasiDalamTabungg/mL
1,2
1,4
1,6
54
%Inhibisi
20
15
10
y=0,491x+16,14
R=0,913
5
0
0
10
15
20
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
30
55
%Inhibisi
20
15
10
y=0,679x+7,053
R=0,978
5
0
0
10
15
20
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
30
56
%Inhibisi
50
40
30
20
y=1,963x+10,71
R=0,999
10
0
0
10
15
20
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
30
57
%Inhibisi
20
15
10
y=0,092x+14,86
R=0,957
5
0
0
20
40
60
KonsentrasiDalamTabungg/mL
80
100
58
%Inhibisi
20
15
10
y=0,186x+7,483
R=0,930
5
0
0
20
40
60
KonsentrasiDalamTabungg/mL
80
100
59
%Inhibisi
20
15
10
y=0,091x+11,14
R=0,904
5
0
0
20
40
60
KonsentrasiDalamTabungg/mL
80
100
60
%^Inhibisi
30
25
20
15
y=1,266x+2,789
R=0,991
10
5
0
0
10
15
20
KonsentrasDalamTabungg/mL
25
30
61
%Inhibisi
40
30
20
y=2,066x+1,414
R=0,981
10
0
0
10
15
20
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
30
62
%Inhibisi
25
20
15
10
y=1,227x+2,026
R=0,996
5
0
0
10
15
20
KonsentrasiDalamTabungg/mL
25
30
63