Вы находитесь на странице: 1из 19

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA1,2


Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar,
terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian depan.
Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari koroid, korpus siliaris,
dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal sebagai retina. Bola mata orang
dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

Gambar 1. Anatomi Mata


a) Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbi). Perdarahan konjungtiva berasal dari arteri siliaris
anterior dan arteri palpebralis.
b) Sklera
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan bersifat
padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior, dan
durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh
sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang mengandung banyak pembuluh
darah yang memasuk sklera, yang disebut sebagai episklera.
c) Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm
di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea berasal dari
pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis penglihatan,
kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan sifat yang transparan

dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau 40 dioptri ,dengan indeks
bias 1, 38 .
d) Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan vaskular
tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e) Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris terletak bersambungan
dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior mata. Di
dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil. Iris juga merupakan bagian
yang memberi warna pada mata. Dalam axis penglihatan, iris berfungsi mengatur
jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan mengatur besar pupil
menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.
f) Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akanmengakibatkan
mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila berkontriksi akan
mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
g) Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus silliaris
berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus
h) Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan. Memiliki
tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris. Lensa digantung oleh
zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Dalam axis penglihatan,
lensa berperan untuk berakomodasi dan memfokuskan cahaya ke retina.
i) Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi dua per
tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis penglihatan, retina
berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya dan akan diteruskan berupa
bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak untuk membentuk gambaran yang
dilihat.Pada retina terdapat sel batang sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang
mengenal frekuensi sinar.
j) Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual

untuk dikenali bayangannya

Gambar 2. Fisiologis Penglihatan


ANATOMI DAN HISTOLOGI LENSA1,2
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di antara iris
dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan ketebalan 3,5 mm 5
mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari
kapsul lensa. Kapsul merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan
epitel lensa. Permukaan anterior dan posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana
permukaan anterior lensa lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua
permukaan ini bertemu di bagian ekuator. Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks
refraksi sebesar 1,39, dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya
usia, kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan
menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun
dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi untuk
mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal pada
bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis pada bagian
tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul anterior. Merupakan
selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan lensa dan regenerasi

serat lensa. Pada bagian ekuator, sel ini berproliferasi dengan aktif untuk
membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang matur
adalah serat lensa yang telah keihlangan nucleus, dan membentuk korteks dari
lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak oleh serat lensa yang baru dibentuk
ke tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,
sehingga lensa terfiksasi di dalam mata. Ligamentum suspensorium menempel
pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa. Ligamentum
suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

Gambar 3. Anatomi Lensa


FISIOLOGI LENSA1,2
1. Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu, sel-sel
yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan luar
lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
4

menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina. Akomodasi terjadi


akibat perubahan lensa oleh badan silluar terhadap serat zonula. Saat m. cilliaris
berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga lensa menjadi lebih
cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin kuat. Terjadinya akomodasi
dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III. Pada penuaan, kemampuan
akomodasi akan berkurang secara klinis oleh karena terjadinya kekakuan pada
nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Gambar 4. Fisiologi Lensa


DEFINISI KATARAK1,3,4
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut blur dimana seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga
penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka
mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila
kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.

Gambar 5. Katarak Pada Lensa


Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara
instan, melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara
tetap atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang
lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.
Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.
ETIOLOGI4
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Faktor keturunan
Cacat bawaan sejak lahir
Masalah esehatan, misalnya diabetes
Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
Gangguan pertumbuhan
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
Asap rokok
Operasi mata sebelumnya
Trauma (kecelakaan) pada mata
Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui

PATOFISIOLOGI3,4
6

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis.
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada
di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa.
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut tersebut
semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan
triptofan disbanding normal.
d. Korteks tidak berwarna karenai

kadar

asam

askorbat tinggi

dan

menghalangi foto oksidasi.


Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.

Gambar 6. Bagan Patofisiologi Katarak


KLASIFIKASI KATARAK3,4
A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
8

KATARAK DEVELOPMENTAL3,4
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya.
Katarak kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal
dominan) atau bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman,
berhubungan dengan penyakit anabolik, seperti galaktosemia. Katarak kongenital
dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini jarang sering terjadi. Faktor
risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik yang diturunkan,
riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam
kandungan.

Gambar 7. Katarak Kongenital


Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
o Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang
memberi makan pada lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri
hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan normal, pada waktu bayi lahir
sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak berlangsung
sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa,
berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak
begitu banyak. Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak
memerlukan tindakan.
o Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu
disebut juga katarak piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau
9

keluar. Keluhan terutama mengenai penglihatan yang kabur waktu terkena


sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga sinar terhalang oleh
kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu,
karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang
dapat masuk. Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer,
sehingga tidak memerlukan tinakan operatif. Dengan pemberiann midriatika,
seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat memperbaiki visus,
karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kelumpuhan dari Mm.
Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi
o Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan
katarak polaris anterior. Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan
visus, sehingga tidak memerlukan tindakan operasi. Tindakan yang lain sama
dengan katarak polaris anterior.
o Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama
dengan katarak polaris posterior
o Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih
padat, tersusun sebagai garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan
disebut riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis. Paling sering
terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering disertai anamnesa kejangkejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian tengah
yang jernih.
o Katarak Stelat
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa
bertemu, yang merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di
belakang. Biasanya tidak banyak mengganggu visus, sehingga tidak
memerlukan pengobatan.
o Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat
keluar dan di serap, maka lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul
kekeruhan seperti membran.
o Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat
peradangan intrauterin. Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa
diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata, keabu-abuan seperti mutiara.
10

Katarak Juvenil
Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam
katarak Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan
serat-serat lensa. Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga soft cataract
.katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada
bulan pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral
lengkap biasanya akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan
melebihi 6 bulan setelah katarak itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan
terjadinya strabismus.
KATARAK DEGENERATIF4
Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.
Katarak Primer
Katarak primer menurut usia terbagi menjadi katarak presenile biasanya pada usia
40-50 tahun dan katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.
a) Katarak Senilis Kortikal
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
diatas usia 50 tahun keatas

Gambar 6. Katarak Senilis


Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala
adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin
meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan
pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif akan memperbaiki
ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah
mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.
11

Perubahan lensa pada usia lanjut :


o Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia,
bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
o Epitel: sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
o Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown
slerosis nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa,
korteks tidak bewarna.
Secara klinis katarak seniis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :

Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada
stadium ini bisa normal atau 6/6 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5
5/6. Kekeruhan terutamaterdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak
seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks anterior, sedangkan
aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini disebut Spokes of wheel, yang nyata

bila pupil dilebarkan.


Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus
pada stadium ini 6/60 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di
lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.
Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang
mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek
pemantulan cahaya pada daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test
(+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan
lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya
bertambah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi.
Dengan mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut
bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan

glaukoma sebagai penyulitnya.


Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar
yang melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa.
Kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa.
12

Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti

mutiara.
Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, bewarna kuning dan
kering. Visus pada stadium ini 1/300 1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan
terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses
kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihtkan
bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus yang terbenam di
dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak morgagni.

Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu seusai dengan
tabel berikut :

Tabel 1. Stadium Maturitas pada Katarak


13

b) Katarak senilis nuklear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi
keras dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana
lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati
lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi
akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat
(katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang
berwarna merah (katarak rubra).

Gambar 8. Katarak Nigra, Brunescens dan Rubra pada Katarak Nuklear


MANIFESTASI KLINIK3,4
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya,pasien melaporkan
penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun ,
dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.

14

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang
mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2002).
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penurunan visus
Silau
Perubahan miopik
Diplopia monocular
Halo bewarna
Bintik hitam di depan mata

Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak


DIAGNOSA3,4
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
15

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui


kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat
membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan
kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum
dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat
diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik,

atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk

menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan
indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
KOMPLIKASI4
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan uveitis.
Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofi saraf
optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus
uvea.
PENATALAKSANAAN3,4
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi
(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara
umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit

16

yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,


endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada
pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan
kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco)

adalah

teknik

untuk

membongkar

dan

memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3mm)

di kornea.

Getaran ultrasonic

akan digunakan

untuk

menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak


yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis

Gambar 10. Mekanisme Facoemulsification

17

PENCEGAHAN
Pencegahan katarak ditujukan pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Dokter
harus menggunakan steroid pada dosis terapeutik yang paling kecil dan dihentikan saat
keadaan pasien sudah memungkinkan. Pasien yang menggunakan steroid jangka panjang
(topikal atau sistemik) harus diskrining untuk katarak. Pasien disarankan untuk berhenti
merokok, menghindari paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata saat berada
diluar ruangan, dan menghindari trauma pada mata dengan cara menggunakan kacamata atau
alat pelindung mata pada pekerja industri. Kemungkinan dari penggunaan antioksidan untuk
memberikan efek proteksi terhadap katarak telah diteliti, tetapi hasilnya tidak bersifat
konklusif.
PROGNOSIS
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami perbaikan
visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien anak yang mengalami katarak
dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan katarak yang berhubungan dengan
umur. Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual paling buruk pada katarak kongenital
unilateral yang dioperasi dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
bersifat progresif lambat. Prognosis pasien dengan katarak sekunder biasanya baik dengan
laser ndYAG.4

18

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol. 2011.

2.

Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc Graw-Hill;
2007.

3.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7 th ed. China: Elsevier :
2011. (e-book)

4.

Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Hal : 200-10.

5.

Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh tanggal 25


Februari 2008.

6.

Posterior Capsular Opacity. http://www.jakarta-eye-centre.com. Diunduh tanggal 25


Februari 2008.

7.

Voughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya Medika.


Jakarta. 2000. Hal : 175-81.

8.

James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit Erlangga.


Jakarta. 2005. Hal : 82.

19

Вам также может понравиться